BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Fan fiction, sekuel: The love of siam... TamaT

1235716

Comments

  • Chapter 5

    Mew sedang berbaring di tempat tidur, sedang membayangkan hari- harinya dengan Aex, kebaikannya, apa yang dia telah lakukan untuknya. Ponselnya berdering, tanpa melihat siapa yang menelpon...

    "Good nite yah... Mimpi yang indah sayang..."

    "Mew..."

    Rasa kantuk Mew tiba- tiba hilang

    "Tong..."
    "Makasih yah ucapannya, so sweet... Apa kabarnya?"
    "...mmm... Lumayan lah... Udah lama yah..."
    "Kelamaan Mew... Lu nunggu terlalu lama buat gua."

    Mew tak dapat menjawab apapun... Memang sudah terlambat, itu yang ada di dalam benaknya.

    "Gak masalah Tong, gua ngerti kok." jawab Mew, melawan kata hatinya.

    "Boleh gak ketemuan? Ada waktu gak Mew?"

    Mew ingin menolak, namun tak sanggup,

    "Besok gua ada latihan band, lusa mustinya bisa..." jawabnya.
  • Semalaman Mew hampir tak tidur. Terlalu tegang setelah di hubungi Tong. Setelah lama menunggu melalui hari- hari penuh sunyi dan kesedihan, ia sekarang sulit untuk merasakan bahagia akhirnya di hubungi Tong. Dia telah terlanjur memberikan hatinya kepada Aex. Ia sebenarnya ingin kembali kepada Tong jikalau bukan karena Aex. Mew bingung, bagaimana ia harus menghadapi Tong kali itu. Ia takut akan konflik yang bisa terjadi kalau ia mengikuti emosinya.

    Keesokan harinya, dia kesulitan konsentrasi ketika menggarap lagu baru, bingung memikirkan pertemuan besok dan memberi tahu kepada Aex.

    "Mew, lu baek aja kan."
    "Yah, gitu deh, nanti gua kasih tahu nanti udahnya."
    "Oke, konsen dulu yah, produsernya lagi pengen teksnya di ganti buat bagian chorusnya."

    Mew berusaha berkonsentrasi, sementara kuatir akan reaksi Aex atas rencana bertemu Tong esok harinya. Sesudahnya, Aex bertanya apa yang terjadi.
  • "Tong kemaren telpon, mau ngajak ketemuan... Besok."

    Aex tidak menjawab. Ia merasakan persaingannya dengan Tong akan mulai. Ia mulai memikirkan kemungkinan kehilangan Mew.

    "Jangan takut Aex, gua tau status gua, gua kan pacar lu, bukan lagi mau balikkan lagi ama Tong. Gua tahu lah, gimana harus hadapi dia."

    Mew menatap Aex yang masih kuatir akan kehilangannya.

    "Mew, gua gak mau kehilangan lu karena Tong... Mew, boleh gua tanya sesuatu dong..."

    Mew masih menatap mata Aex...

    "Lu masih cinta Tong?"

    Mew tak langsung menjawab.

    "Apapun yang gua rasakan untuk Tong, gua kan udah commit ke lu."
    "Mew... Lu belum jawab pertanyaan gua."

    Aex sedih, serasa mengetahui jawaban sebenarnya.

    "Aex, jangan cemburu ama Tong, gua kan sekarang pacar lu. Gua kan gak akan kembali ama Tong segampang itu."
    "Gak apa- apa Mew, ketemuan aja ama dia, gua percaya lu. Gua gak ikut campur."
    "Aex, gua kan udah jadi pacar lu, gua gak sejahat itu."
  • Aex lega mendengar penjelasan Mew. Dia mendekati Aex dan memeluknya, berusaha meyakinkannya bahwa Aex tidak akan kehilangannya.

    "Gua percaya lu yah." bisik Aex lembut.

    Keesokan harinya, Mew sudah berada di Siam Square, tegang, agak kelelahan karena pemakaman tidak tidur lelap memikirkan pertemuannya dengan Tong. Mew menunggunya, berusaha untuk tenang, melihat ke sekelilingnya, sambil mencari Tong.

    "Hai, ketemu juga akhirnya."

    Mew sedikit kaget pundaknya di tepuk Tong dari belakang. Akhirnya ia melihat seorang yang sudah sangat amat ia rindukan selama bertahun- tahun ini. Mereka paling menatap, tak berbicara apapun. Impian Mew selama bertahun- tahun ini akhirnya terpampahlan juga, melihat pria pujaan hatinya. Sementara Tong berusaha untuk tetap tenang, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan pria pertama yang ia cium 3 tahun silam.
  • "Lama yah udah gak ketemu lu, Tong, kemana aja? Apa kabar?"
    "Gak... Gak kemana- mana, di rumah aja, ngurus bokap nyokap."
    "Duduk yuk dimana gitu..." ajak Mew.

    Mereka pun sudah berada di salah satu restoran di sekitar sana.

    "Mew, sori yah, lu nunggu kelamaan selama ini."

    Mew tidak tahu harus berkata apa. Rasa sepi dan amarah nya bercampur aduk menjadi satu. Mew berusaha menguasai dirinya.

    "Mew, lu marah ama gua biarin lu sendirian?"
    "Tong, sebenernya bukan soal gua hidup sendiri, gua kan dari jelas 8 hidup sendiri, gua udah biasa hidup sendiri, itu udah biasa. Masalahnya... Lu kasih ciuman pertama lu, lu bilang cinta gua, lu biarin gua tunggu selama ini..."

    Tong tahu, Mew berkata dengan kata- kata halus, tapi Mew mengatakannya langsung menusuk hatinya, ada rasa kekecewaan pada setiap kata- katanya.
  • "Gua memang gak bisa salahin lu Tong, gua gak tahu apa yang terjadi ama lu selama ini." Mew berusaha untuk tidak menyalahkan Tong.

    "Gua harus urus keluarga gua, bokap lagi rehab ketergantungan alkohol dan depresi, nyokap yah gitu lah, gua masih ragu apa dia bener- bener mau terima identitas gua ini. Gua harus jaga keluarga gua, supaya bisa bertahan. Gua capek, gua udah pengen banget ketemuan ama lu, pengen bisa deket lagi ama lu kayak dulu. Cuma gua belon bebas... Untuk deketin lu sekarang ini."

    Mew tidak tahu pasti harus menjawab bagaimana. Semua yang dikatakan Tong terdengar seperti masuk akal. Ada alasan Tong yang bisa ia terima mengapa ia tidak bebas mendekatinya, yang membuatnya merasa bersalah telah memberikan hatinya kepada orang lain.

    "Gua gak salahin lu, Tong, tapi keadaan sudah gak lagi seperti dulu."
    "Gua ngerti Mew, gua harap lu bisa maafin gua, gua rindu bisa deketan lagi ama lu."
  • Mew tersenyum. Dia belum sanggup memberi tahu status barunya. Tong masih saja terlihat gagah dihadapannya, malah sekarang bertambah matang, membuat Mew sulit untuk menolak daya tarik pesona Tong. Angan- angannya mulai terbang ke tempat yang salah, secara diam- diam ia masih berharap Tong adalah pria pelindungnya...

    "Gimana ketemuannya?" tanya Aex tak sabar.
    "Yah gitu lah, dia bilang soal bokap nyokap, masalah dia, alesan kenapa dia ngilang selama ini. Kedengarannya cukup masuk akal sih."
    "Dia udah tau belon status lu?"
    "Belon sih, gua rasa belon saatnya."

    Aex kurang senang dengan jawaban Mew. Ia menatapnya dengan pandangan memprotes sikap lunak Mew terhadap Tong.

    "Aex, gua ngerti lu cemburu. Kalopun sikap gua kayak gini, tetap gua ini udah jadi pacar lu, 3 taon dia absen gak bisa segampang itu dia tebus. Gua tahu gua sekarang punya siapa. Jangan kuatir Aex..."
  • Saat lain, dengan Ying, Mew bebas mencurahkan semua isi hatinya.

    "Kalo kata gua, gua lebih dukung Aex. Gak bisa dong, ngilang 3 taon tanpa kabar, lalu enak banget minta lu tiba- tiba jadi pacar. Tapi Mew, lu sebenernya cinta siapa sih?"

    Mew tidak mampu menjawab pertanyaan itu.

    "Tong kan..."

    Mereka berdua terdiam.

    "Gimana lu mau tanggung jawab ama hatinya Aex? Kenapa lu terima dia kalo lu masih cinta Tong?"
    "Gua gak tega ama Aex. Dia terus- terusan bilang dia sanggup tunggu gua. Gua udah bilang sendiri kalo gua masih tetep cinta Tong. Dia tau itu. Tetep dia gak nyerah. Mungkin gua juga pikir Tong udah gak cinta lagi ama gua..."

    Mereka berdua terdiam.

    "Ying... Gua musti gimana?"
    "Gua di posisi lu akan dengerin hati gua."
    "Gua udah kasih hati gua ke Aex... Salah gak yah?"
    "Gua gak bisa jawab itu, cuma lu doang. Cintai Aex, jangan sakiti dia..."
    "Lu bisa saja kehilangan Tong."

    Mew terdiam, bimbang diantara 2 lelaki.
  • Sementara itu, Tong berusaha mendekati Mew kembali tanpa tahu Mew sudah mempunyai kekasih. Dari sms hingga telepon dilakukan Tong, tetapi Mew tidak mengalah, tetap setia kepada Aex. Sementara dengannya, Mew diam- diam membayangkan dirinya dengan Tong, merasa tidak sepenuhnya bahagia dengan Aex. Aex belum tahu, Mew mencintainya karena semua usaha Aex mendapatkan hatinya, tidak mengalir dengan sendiri dari lubuk hatinya. Mew makin bingung karena masih belum saja berani mengatakan status barunya kepada Tong, sehingga Tong berfikir Mew masih sendiri, juga belum mengeluarkan keluh kesahnya kepada Tong atas semua penderitaannya, menunggu Tong selama itu.
  • love of siam..mario maurer..yg pasti gua suka ni cerita..lanjtkan bro..
  • keep on spirit om bro, abis nonton film nya baru berasa nyambung ceritanya
  • Sukurlah masih ada yang maw baca. Ku pikir mau ku ambil langkah euthanasia... Makasih yah yang udah maw baca
  • @anan_jaya, iyah, itu film bener2 mengobok2 hati ampe ide nya keluar semua. Ini cerita ku tulis 2 bulan.

    @Ricky89, ku sih gak bilang versi ku paling bagus, cuma ku bayangkan konflik nya. Juga berkat kerangka cerita, ku bisa buat konfliknya ampe chapter 11. Emang versi ingris nya sby yah...
  • ahahaha. gak perna cek versi lain om bro. nongkrong disini ajah
Sign In or Register to comment.