BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Fan fiction, sekuel: The love of siam... TamaT

1356716

Comments

  • Maaf kalo terjemahan nya masih buat bingung.

    Chapter 3

    Setelah Aod sang produser berbicara dengan Mew dan August Band tentang tindakan indisipliner Mew, popularitas August Band yang sedang naik, jadwal konser dan latihan band yang sudah harus lebih ketat, proses pembuatan konsep album baru yang baru mulai, Mew sudah mulai berusaha lebih profesional, sudah tidak lagi sering absen kala situasi hatinya sedang jatuh, sudah datang pada setiap kali jadwal latihan band. Namun begitu, Mew masih belum dapat mengendalikan emosinya, terutama ketika rasa rindunya kepada Tong sedang kumat. Perjuangannya mengendalikan emosinya masih saja terlihat. Teman- teman nya selalu menghibur nya, berusaha untuk membuatnya lebih ceria.
  • Satu hari ketika sedang sesi rekaman, sang produser mengatakan tidak puas dengan satu lagu yang memerlukan ekspresi yang dalam, dan pada saat Mew menyanyikannya, emosi yang di dapat belum cukup kuat. Aex tahu betul pada saat itu Mew sedang berusaha sebisanya untuk menempatkan seluruh emosinya. Setelah Mew benar- benar mengerahkan semua emosi yang dia punya, barulah produser merasa puas. Namun akibatnya, suasana hati Mew tambah sedih.


    Pada saat itu Mew sudah mulai lebih terbuka lagi, sehingga Aex sudah menjadi tempat curahan hatinya. Perlahan- lahan Mew sudah lebih terbuka tentang suasana hatinya. Mew sudah lama tahu kualitas pribadi Aex, juga dia sudah tahu identitas gay Mew.
  • "Mew, kenapa lu?" tanya Aex setelah sesi, ketika mereka mengobrol di luar studio.


    "Gua... Gua lagi rindu Tong. Udah gak pernah ketemu dia lagi..."
    "Hah? Maksud lu... Dia gak pernah kontak lu?" tanya Aex terkejut.


    Mew menggelengkan kepalanya dengan secerca kesedihan.


    "Kenapa gak lu hubungi Tong?"


    Mew tak menjawab, dia sudah tenggelam dalam kesedihannya.


    "Udahlah Mew, lu kan masih punya kita- kita orang... Jangan lupain kita lah." sambung Aex sambil memegang pundak Mew.


    "Makasih yah Aex..."


    Setelah melihat bagaimana Mew menderita kehilangan Tong, dia mulai merasakan sesuatu terhadap Mew. Ia ingin menggantikan posisi Tong, ia ingin Mew kembali bahagia. Ia masih tak tahu bagaimana harus bersaing dengan Tong, tapi rasa cinta di hatinya sudah sulit ia sembunyikan lagi.
  • "Mew, apa kamu gak bisa cinta orang laen selain Tong?"
    "Gua cinta dia dari kecil. Dia yang pertama yang mau terima gua apa adanya juga lindungi gua waktu yang laen bully gue."
    "Mew, apa lu gak liat waktu kan udah berjalan, sekarang lu punya kita- kita orang, August Band, kita juga fine- fine aja ama lu sebelum kita tau identitas lu."


    Mereka terdiam sesaat.


    "Mew... Gua mo bilang sesuatu..."
    "Ya...apa itu Aex?"


    Aex ragu- ragu...


    "Gua liat lu menderita untuk dia seorang. Apa lu gak liat ada satu orang yang pengen bikin ku bahagia? Gak jauh dari lu..."


    Mew tak mengerti maksud Aex pada awalnya.


    "Saat ini gua sulit buat cinta orang laen Aex..."
    "Tapi kalo dia terus- terusan kayak gini, apa lu akan terus selamanya tunggu dia?"
    "Gak tahu, Aex. Ini udah resiko gua kalo gua pilih cinta dia."
    "Ijinkan gue bahagiain lu Mew, gue akan selalu usaha, biarin gue masuk ke dalam hati lu, Mew."
  • Aex menunggu gelisah, sementara Mew agak terkejut, tetap berusaha tenang.


    "Aex, makasih yah untuk semuanya. Gua takut akan kecewain lu, karena gua akan tetep cinta Tong. Lu tetep temen terbaik gua, dan gua gak mau lukain hati temen gua sendiri."
    "Mew, gua kesian liat penderitaan lu cuma buat dia. Kalo lu satu hari pilih gua, gua janji, gua lakukan segalanya supaya ku gak usah kayak gini lagi. Gua akan kasih kebahagiaan yang selama ini gak pernah ku dapet."


    Mew menatap kepada Aex. Aex tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Selama ini dia selalu melihat Aex sebagai teman yang selalu mampu membuat suasana gembira dan humoris. Sekarang ia melihat Aex dengan sifat yang sama sekali berbeda. Untuk sesaat Mew meresa terpesona, hanya saja, ia tetap tidak merasakan perasaan yang lebih terhadap Aex dan ia tidak mau memberikan harapan palsu kepada Aex.
  • "Sori Aex, gua gak bisa kasih harapan kosong, gua masih cinta Tong, walau dia buat gua sedih. Maaf yah Aex."
    "Gua akan tunggu ampe lu siap, Mew."
    "Ku temen baek gua, Aex. Gua gak mau sakitin hati lu."
    "Gua akan tetap tunggu lu. Gua akan berusaha untuk dapatkan cinta lu nanti."


    Mew sedih, tak mampu memberikan hatinya kepada Aex, namun ia merasa kasihan kepada Aex.


    Satu sore, Ying mampir ke rumah Mew, seperti biasanya menemani Mew.


    "Ying, salah gak sih kalo gua kasih hati gua ke orang laen?"


    Ying chat terkejut, karena kali ini Mew yang membuka pembicaraan. Hari- hari sebelumnya Wing yang lebih banyak membuka pembicaraan.


    "Gak masalah sih, maksud lu... Aex?"


    Mew tidak langsung menjawab, hanya bahasa tubuhnya seolah menjawab: 'ya'.


    "Kalo selama ini Tong gak pernah kasih lu apa- apa, artinya lu bebas untuk cintai orang lain. Memang Tong pernah minta lu tunggu dia?"
  • Mew sedikit ragu untuk menjawab.


    "Dia cuma bilang, dia gak bisa jadi boyfriend gua, tapi dia tetep cinta gua."


    Ying tidak langsung menjawab.


    "Gak gampang soal lu ama Tong. Sebenarnya kalian itu saling mencintai, cuma... Kalo dia ... Belon siap jadi boyfriend lu, lu bebas mencintai siapa pun... Itu sih kata gua."
    "Kalo gua jalan ama orang laen, apa gua akan kecewain Tong?"
    "Bisa aja, tapi, kenapa dia gak sekarang ato dari dulu cari lu? Gua gak maksud lu harus lupain dia, tapi kan sekarang gak ada status jelas antara kalian berdua. Gua sedih liat lu tunggu dia seperti ini."
    "Memang susah buat gua untuk move on, tapi gua pikir gua perlu seseorang saat ini..."


    Ying tak langsung menjawab, masih tenggelam dalam pemikirannya.


    "Apa gua ngobrol ama Tong aja yah?"
    "Jangan... Kalo dia gak cari gua, lebih baik gua sendiri aja."
  • Mew mulai memikirkan Aex sejak saat itu, namun tetap tidak mudah untuk menerima kemungkinan itu. Dia masih belum siap mengganti posisi Tong. Aex tetap tidak menyerah, walau seringkali ia merasa berada di rumah Mew pada saat yang salah. Aex tetap berusaha menghibur Mew, memberi keceriaan ketika suasana hati Mew buruk. Aex melakukan semua itu dengan rela, walau Mew terkadang melupakan kehadiran Aex.


    Pada hari lainnya, Aex menunggu di depan rumah Mew. Ying melihat nya sedang duduk dari balik jendela, lalu turun dan menemaninya. Ying juga melihat tanda- tanda Aex jatuh cinta kepada Mew, dan juga ia tahu betapa sulitnya bagi Mew untuk membuka hatinya kepada Aex.


    "Aex, lu yakin soal Mew?" tanya Ying saat mereka berdua menunggu Mew pulang ke rumah.


    "Gua akan selalu berusaha. Gua mau coba kasih apa yang Tong gak bisa kasih."
    "Yang Tong gak bisa kasih... Kita tahu kan, cuma dia yang bisa buat Mew bahagia. Gua tahu betul Mew bener- bener rindu dia..."


    Ying menarik nafas sesaat,
  • "... Gua waktu itu ketemu dan ngobrol ama Tong. Dia juga sebenernya juga rindu Mew, tapi dia bilang sesuatu soal keluarga dia..."
    "Yang gua tau, gua ingin buat Mew bahagia."
    "Gua harap lu selalu siap kalo dia bisa aja balikan ama Tong lagi. Lu akan kesulitan bersaing ama Tong."


    Aex merenung sejenak...


    "Gua harap Mew bisa..."


    Tak sampai Aex menyelesaikan kalimatnya, Mew sudah tiba di rumah. Mereka bertiga pun menikmati makan malam.


    Satu pagi, Mew mendapat sms dari Aex kalo dia hari itu tak akan bisa ikut latihan band karena kena demam dan sedang sendirian dirumah dan orang tuanya sedang di luar kota. Mew memberi tahu anggota lainnya untuk membatalkan latihan hari itu dan paling tidak menyelesaikan 1 lagu dan menjenguk Aex. Secepatnya setelah itu, mereka belanja beberapa makanan, jajanan dan juga obat- obatan, langsung menuju rumah Aex.
  • Benar saja, Aex memang sedang sendirian. Mata Aex berbinar melihat teman- temannya datang menjenguk membawa kegembiraan, terutama kedatangan Mew. Mereka di sana hingga makan malam, mengobrol dan bercanda ditemani jajanan. Sesudah waktu makan malam mereka pun pamit pulang, lalu Mew mengambil inisiatif untuk menemani Aex malam itu.


    "Mew, thanks yah, udah mau take care gua malem ini."


    Mew tersenyum.


    "Gak masalah itu Aex, lu juga udah banyak bantu gua waktu gua lagi sedih- sedihnya. Sekarang saatnya gua berterima kasih ama lu."


    Mew tertegun melihat mata Aex memerah.
  • "Aex, kenapa nangis?"


    Aex tak langsung menjawab, dia tetap menatap Mew sambil air matanya turun.


    "Ini pertama kali nya ku lakuin sesuatu untuk gua. Buat gua ini besar artinya. Gua terharu..."
    "Gua gak mungkin tutup mata atas semua yang udah lu lakuin buat gua. Ini paling tidak yang bisa gua kasih, dan..."


    Mereka masih saling menatap...


    "... Lu udah mengisi hati gua, gua mulai sekarang akan bersama dengan lu, gua cinta lu."


    Untuk Aex, kalimat itu terdengar sangat indah. Dia sudah tidak dapat menahan air matanya lagi.


    "Jangan nangis Aex, ada gua disini."


    Mew mengusap air mata Aex dengan lembut. Aex masih terisak- isak membuat Mew ikut menangis terharu. Momen ini akan Aex ingat selalu momen ini untuk waktu yang lama. Mereka masih saling menggenggam tangan, larut dalam keheningan.
    "Aex, lu belon mandi yah... Badan lu bau..."


    Aex terkejut di tanya seperti itu setelah momen terindahnya. Mereka pun tertawa.
  • "Ya udah, gua bantu bersihin badan lu." sahut Mew sambil berjalan menuju dapur.


    Setelah 13 menit, Mew datang dengan seember air hangat, sementara Aex menunjukkan tempat handuknya.


    Mew perlahan- lahan membantu membuka kaos Aex, melihat postur sempurna Aex. Mew biasa melihat kejailan, sifat humoris Aex, tapi baru kali ini Mew melihat postur sempurnanya Aex. Dengan handuk kecil yang di basahi air hangat, Mew membilas tubuh Aex.


    Keteguhan hati Aex untuk mendapatkan Mew akhirnya membuahkan hasil. Mew akhirnya melihat semua yang Aex lakukan untuknya. Dia tak mungkin membutakan matanya atas semua ini. Aex secara perlahan- lahan telah mengisi hati Mew, yang selama ini telah menemaninya. Dengan sabar Aex menunggu Mew membukakan hatinya untuknya. Mew akhirnya mampu memberi hatinya kepada Aex.
  • Maaf kalo bahasanya masih kacau. Saya sudah berusaha sebisa mungkin terjemahkan ke bahasa yang lebih sederhana
  • gak jadi di-post versi inggrisnya dulu sampai selesai?
Sign In or Register to comment.