It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Nnti bari di komeng..
Di tunggu loh..!! [-(
Rasa pusing menerkam ketika Ia bangun di ruangan bermandikan cahaya kota Jakarta dengan bau khas yang sangat memabukan hingga sistem penciumannya memberikan sinyal yang aneh ke otaknya. Rasanya aneh, tapi Ia tau pasti wangi apa itu.
Menuruni ranjang berukuran king size yang bahkan tidak dapat Ia beli jika mendapakan bonus akhir tahun yang sangat-sangat besar. Melewati deretan jendela yang dapat di lebur menjadi kaca pelapis atap The Breeze BSD city yang sangat besar, dan melihat sesosok pria tertidur dengan tenang di atas ranjang berlapis kain sutra kualitas Eropa.
Sampai sekarang Ia masih bertanya-tanya bagaimana dirinya bisa mendapatkan sesosok pria yang begitu berkelas sekaligus tampan tanpa melakukan usaha sedikitpun, hingga begitu banyak wanita ingin membunuhnya.
Ia memasuki kamar mandi berlapis granit Gold Black yang dapat berfungsi sebagai ruang pesta kalangan kelas atas dan memutar keran air, lalu menunggu bathtub berwarna pearl white modern itu penuh terisi air, dirinya mulai berbicara sendiri “ Hidupku sangat gila hingga dapat di kutuk Tuhan yang Maha Esa .”
****
Memejamkan mata di dalam bathtub berisi gelembung sabun yang melimpah merupakan salah satu hal yang paling Ia sukai, ditambah heningnya kota Jakarta pada tengah malam yang membuat dirinya hanyut terlelap dalam lautan gelembung sabun yang wanginya bagaikan Lime segar.
Sinar matahari menyeruak masuk melalui jendela, membawa kehangatan yang dapat membagunkan siapapun.
"Aku heran kenapa orang sepertimu dapat tidur bagaikan bayi di dalam gelembung sambun yang wangi." Ky membuka matanya.
"Karena lebih lembut dari kain sutra mahal milikmu yang merampas hak para ulat untuk menyimpan rumahnya sebagai kenang-kenangan." cetus Ky tersenyum kejam.
"Sejak kapan Kau peduli dengan kehidupan para ulat sutra ?" tangan Steve mengelus pundak Ky.
"Sejak Kau membeli Silkwood company. Kau harus membuangnya karena tidak begitu bagus."
"Tapi perkembangan sahamnya bagus." balas Steve sembari mencium dahi Ky.
"Bukan Silkwood, tapi semua yang berbahan sutra, karena...." ky diam sejenak " ...Karena pria tidak boleh memakai apapun yang berbahan sutra." ucap Ky malu menyadari dirinya berkata sesuatu tentang agama.
"Anggap saja semuanya sudah di urus. "
sekarang bibir Steve menempel perlahan dengan bibir Ky yang penuh dan manis.
Ky hanya diam, membiarkan Steve meluapkan semua cintanya dalam ciuman bermandikan cahaya pagi yang hangat agar dirinya nyaman. Dan Ky mengetahui itu.
****
Satu Hal yang paling Ky sukai dari apartment Steve-atau yang lebih cocok disebut Penthouse adalah Walk in closet-nya yang di lengkapi Wall Mounted Monitor sehingga bisa Ia gunakan untuk mencari refrensi pakaian yang cocok untuk memulai aktivitasnya yang super sibuk.
Walaupun Ky hanya seorang akuntan di kantornya, kegiatan Ky bisa dibilang sangat sibuk - sehari bagi Ky adalah 48 jam - Ia selalu mengutamakan penampilannya yang rapih, tapi tetap fokus dengan pekerjaannya.
Dengan tingkah laku yang sedikit tertutup, kehidupan Ky bisa sangat memusingkan bagi orang lain. Tapi itulah yang membuat Steve memilih dirinya.
Ky memilih Spiewak Naval Pea Coat hitam dengan atasan H&M classic shirt putih dan sepatu Sperry Top Sider Original Grey Corduroy 2-Eye Boat Shoe milik Steve untuk akivtiasnya hari ini.
Ky keluar dan berjalan menuju dapur bersih dengan kitchen set berwarna Chrome black yang berlantaikan marmer Lampung putih yang mewah.
Ia melihat Steve yang sedang membaca laporan jurnal saham dari iPad miliknya di counter dapur.
"Untuk apa melihat laporan jurnal saham jika gedung Bursa efek Indonesia berdiri kokoh di seberang jalan ?" Tanya Ky ketika mengambil cangkir dan mengisinya dengan air putih lalu meminumnya-quote favorit Ky adalah “ minumlah air sebelum air meminum-mu.”
Ia lalu duduk di samping Steve dan menatap wajahnya yang tampan dengan chestnut-hair yang disisir ke belakang, mengenakan setelan kerja hitam berdasi biru, membuat dirinya terlihat sangat berkelas sekaligus ' normal ' hinga para wanita akan saling membunuh demi mendapatkan pria bermata hijau itu, pikir Ky.
"Karena aku tidak mau semua perempuan di sana saling membunuh satu sama lain demi mendapatkan diriku yang telah engkau miliki."
"Kau bisa membaca pikiran ya ?" Ky mengisi kembali gelasnya dan segera meminumnya.
"Aku lebih hebat dari yang Kau bayangkan sayangku."
" Are you kidding me ?" Ucap Ky sambil mengangkat alisnya.
"Maybe, but I know I'm special for you."
"Yes you are, and you don't know how much important you are for me." ucap Ky dalam hati, namun hanya senyuman yang muncul dari wajahnya.
Dan senyuman itu dipatahkan kecupan Steve di kening Ky, yang merupakan kelemahan Ky ' forehead kiss '.
Ky hanya terdiam ketika Steve melepas ciumannya sambil tetap menatap Ky dalam-dalam.
Ky membuka mulutnya dan berkata " I love you Lance."
"I love you to Rizky."
Ky langsung mencium bibir tipis pria bermata hijau itu dengan penuh gairah. Memeluk pria itu dengan tangannya sehingga desiran hasrat yang hanya dapat ia rasakan dari Steve bergejolak di dalam dirinya. Membuat diri nya sedikit menjadi tak terkendali.
Steve menggerayangi tubuh Ky seakan esok adalah hari terakhirnya di bumi dengan penuh gairah, melingkarkan tangannya di atas pinggul Ky sambil tetap membalas ciumannya hingga tangannya bergerak menyentuh dan mulai meremas bokong Ky.
Saling menggerayangi tubuh satu sama lain yang masih berbalut pakaian dengan perlahan namun kuat. Bagaikan diri tak ingin lepas dari pelukan penuh gairah itu.
Dan sama-sama terlihat raut kebahagianan tercetak jelas di wajah mereka.
Namun semua harus berakhir ketika iPhone Ky berbunyi.
"Aku harus ke kantor."
"Kapan pulang ?" Tanya Steve.
"Aku tidak yakin. Ada banyak pekerjaan yang tidak bisa di tinggal."
"Kau butuh liburan." Steve menanggapinya sambil menyesap kopi pahitnya.
"Aku tidak begitu suka dengan konteks ' Liburan ' dan Kau tahu itu." ucap Ky lugas.
"Kau terlalu banyak bekerja."
"Tapi, bersama mu setiap hari sudah merupakan liburan bagiku." balas Ky dengan senyum.
Steve memegang kedua tangannya layaknya tak ingin Ky pergi.
"I need to go honey." Ky beranjak dari dapur menuju voyer.
"Have a fucking nice day, honey !" teriak Steve girang.
"I'll always have a fucking nice day, and I'll always love you." dengan cepat Ky memasuki lift dan melihat Steve melambai sebelum pintu Lift tertutup secepat kilat.
Steve terpaku setelah pintu Lift tertutup, merasa sesuatu dari dirinya menghilang dan menginginkan sesuatu itu kembali.
Aku memang di racuni Ky dalam artian yang paling baik, pikirnya sambil menyesap kopi pahitnya hingga habis dan memasukan iPad-nya ke dalam tas kerja.
Steve lalu menuju Wall Mounted Master Monitor di dalam voyer dan meminta building service melakukan perintah Ky-membuang semua yang berbahan sutra lalu memasuki Lift.
****
Ky melewati lobby berlantai granit Serve Giante yang dipadu dinding hitam dan atap berlapis kaca biru beku.
Melewati lobby apartement Steve selalu membuat hatinya senang, apalagi terdapat banyak bunga anyelir putih hingga Ky beranggapan terdapat kebun anyelir putih di ruangan bawah tanah tersembunyi dan tidak pernah Ia ketahui.
"Selamat pagi tuan Ky." Luis sang door man menyapa dengan ramah.
"Selamat pagi juga Luis."
"Pakaian yang bagus untuk hari ini tuan Ky."
"Kau selalu bisa membuatku besar kepala. Kau juga tampan seperti biasanya." balas Ky.
"Jika aku gay tuan Ky, aku pasti akan merebutmu dari tuan Lince."
"Sayang sekali yah, Kau adalah lelaki tulen.” Ucap Ky sambil tersenyum manis “Dan sampaikan salamku untuk Julia dan Junior ya !"
"Siap, dan semoga harimu menyenangkan sir."
Ky masih tidak percaya bahwa ada orang yang pro terhadap dirinya, karena kebanyakan dari mereka lebih suka mencemooh Ky dibelakang dari pada berbicara secara ' Jantan ' dengan dirinya.
Apalagi terhadap hubungannya dengan Steve, kebanyakan orang akan langsung memberikan mimik wajah jijik terhadap dirinya jika mengetahui hubungan mereka.
Terlebih jika wanita, mimik wajah jijik itu akan tampil dihiasi dengan tatapan pembunuh yang kesal.
Banyak wanita yang tidak menerima hubungan mereka, termasuk diantaranya beberapa klien perusahaan dan teman kantor wanitanya yang lebih terlihat seperti pembunuh di hadapan Ky karena ingin menyingkirkan dirinya.
Kebanyakan orang beranggapan Ky menggunakan Steve sebagai benda untuk mendapatkan harta dan kekuasaan.
Meracuni, Menghipnotis, Menyantet, dan menggunakan hal lainnya yang berbau mistis untuk mengait dan merubah Steve menjadi seorang gay, sehingga memilih dirinya ketimbang wanita seksi tanpa busana yang memperebutkannya di luar sana.
Ky termasuk orang yang percaya Tuhan-walupun dirinya merasa ia hanyalah seorang gay yang sangat rendah di mata Nya-hingga tidak pernah sekalipun berpikiran seperti itu.
Dan apakah Steve semewah itu hingga semua wanita menginginkannya ?
Menurut Ky, yang Ia lihat dari Steve hanyalah hati dan cintanya kepada dirinya.
Semua harta, perusahaan, status, ketampanan, dan 'keperkasaan' Steve hanyalah anughrah yang jika tidak Ia di dapatkan tidak begitu penting untuknya.
Baginya hanya hati Steve-lah yang bisa mengerti dirinya, dan hanya cinta Steve-lah yang bisa membuatnya nyaman. Dan hanya kenyamanan dari cintalah yang Ia cari selama ini dan tidak pernah lebih dari itu.
Mereka yang melihat Ky dengan sebelah mata tidak akan pernah mengetahui semua masa lalu yang berhasil dilewati Ky hingga bisa menjadi seperi sekarang.
Terlalu berat untuk dipikul seseorang.
Terlalu panjang untuk dijadikan sebuah soap opera yang tayang setiap hari.
Terlalu menyakitkan hingga meninggalkan luka yang sangat dalam.
Dan semua masih belum sepenuhnya dapat menggambarkan kehidupanya di masa lalu.
Bagi dirinya, semua perjalan hidup itu membentuk dirinya menjadi manusia yang lebih baik.
Membangun karakter dirinya yang selama ini tidak pernah tumbuh.
Membuat dirinya tahu apa itu ketegaran, kesabaran, dan kasih sayang yang tulus.
Dan membuat dirinya tau apa arti kehidupan yang sesungguhnya penuh cobaan.
Menjadikan dirinya manusia yang lebih baik, walaupun tak pernah terlihat di mata orang lain.
Ky selalu berpikir dirinya terbentuk karena keluarganya, dan kebanyakan orang memang terbentuk dari keluarganya.
Namun dirinya berbeda, Ia tidak terbentuk dari keluarganya, Ia membentuk dirinya sendiri. Membentuk dirinya menjadi manusia yang lebih baik dari apa yang keluarganya bisa lakukan.
Ia tidak pernah bisa mengerti apa arti keluarga.
Baginya, keluarga adalah hal yang mengerikan. Menciptakan dirinya dan sekaligus membuang dirinya ke dunia ini.
Tidak pernah menyayangi dirinya, dan tidak akan pernah bisa mengerti dirinya.
****
Ky berjalan menuju kantor, siap memulai harinya bersama Green tea frapuccino yang Ia beli di Starbucks.
Kebiasaan Ky adalah sebisa mungkin berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum kemanapun tujuannya. Walaupun harus pergi dari The Capital Residences ke Plaza Senayan, Ky akan lebih memilih jalan kaki ketimbang naik taxi.
Apalagi jarak kantornya yang hanya tiga blok membuat semua menjadi lebih mudah bagi dirinya.
Ky merasa berjalan membuatnya sehat dan dapat melepas semua beban Hidup-nya di sepanjang trotoar yang Ia lewati.
****
Ky memasuki lobby kantornya yang berlantai marmer Travertine gold dengan dinding putih dan atap yang berbentuk rangkaian buku tertumpuk berwarna kuning senada dengan lantai marmer yang membalut lobby. Di tambah jejeran pot besar berformasi melengkung dan menjulang tinggi berisikan tumbuhan rambat yang menjuntai turun dari ketinggian menghasilkan warna hijau yang menyejuknya.
Ia men-tap Personal-ID nya di mesin security gate dan setelah tembuka ia men-tap kembali Personal-ID nya ke layar panel Lift di dalam lobby lift yang bernuansa kaca beku biru muda dan mendapat pilihan lift A3.
Tak lama Pintu Lift A3 terbuka dan Ky pun segera masuk.
Pintu lift terbuka di lantai 10, Ky keluar dan langsung disambut foyer berdinding kayu bekas peti kemas yang match dengan ambiance lantai semen yang monoton.
Ia langsung bergegas menuju kubikal kerja miliknya dan membuka dokument keuangan kantor yang masih harus di revisi karena perubahan faktur perusahaan.
VAIO hitam milik Ky menunjukan jam 12:50 yang berarti Ia telah melewati jam makan siangnya.
Dan tanpa memperdulikan perutnya yang memainkan lagu klasik itu, Ky tetap berkutat dengan monitor yang menampilkan file spreadsheet perusahaan. Hampir selesai, pikir Ky.
"Kau butuh makan." Zara tiba-tiba menarik kursinya memasuki kubikal Ky dan memberikan kotak Bento berwarna biru laut.
"Thanks Zara, letakkan di meja ku saja."
"Kau harus segera makan, aku membuatnya di rumah tadi pagi dan sudah di panaskan."
"Oke." ucap Ky tersenyum sembari mengambil kotak Bento biru laut itu dan membukanya.
"Katsu ! thanks Zara " cetus Ky riang sambil membuka kotak bento dan langsung memakan satu potong katsu ayam dengan saus Baberque pedas.
Zara, wanita cantik berambut cokelat, dengan mata sipit berwarna cokelat yang senada, dan kulit putih bersinar berkat perawatan teratur di spa dan salon kecantikan.
Dengan setelan kerja hitam dari ZARA MAP dan high hells Louboutin hitam membuat dirinya makin terlihat cantik.
Dengan penampilannya yang menarik, banyak pria ingin berkencan dengannya namun selalu di tolaknya. Hingga hanya Andre yang dapat meluluhkan hatinya.
Ky sering berpikir mungkin Ia akan sangat menyukai Zara jika Ia pria straight. Dirinya pun masih bingung kenapa Ia bisa mendapatkan atau tepatnya bertemu lagi dengan teman SMP-nya Zara yang open minded.
Dia pulalah orang pertama yang mengetahui Ky adalah seorang gay, dan bagaikan malaikat, Zara selalu ada untuk Ky sebagai teman.
"Angka semua, gak pusing apa ngitungin invisible money." ucap Zara sambil melihat monitor Ky.
"No." balas Ky sambil terus mengunyah makanannya.
"Itukah caramu mengambil Steve dari semua perempuan liar di luar sana ? Selalu melihat apapun dari segi yang paling positif ?" Tanya Zara dengan nada menyindir namun dalam konteks bercanda.
"Mungkin. Tapi aku merasa Steve lah yang mengambil diriku, dan bukan aku. Dan aku juga tidak mempergunakan Steve sebagai benda pemuas kehidupanku di dunia seperti yang orang pikir." Ucap ky dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
"Aku tahu itu sayangku, dan..." Zara diam sebentar dan melanjutkan kalimatnya. "Dan Steve memang di takdirkan untuk menjadi Dewa pelindungmu. Sekarang berikan kotak itu. Aku akan mencucinya dan Kau bisa kembali bekerja."
"Terima kasih sayangku." ucap Ky dengan nada penuh rasa sayang yang di buat konyol sembari menyerahkan kotak yang telah kosong itu.
"Kau pulang jam berapa ?" Tanya Zara.
"Kenapa semua orang selalu bertanya kapan aku pulang sih?" jawab Ky dengan cetus.
"Karena Kau menganggap kerja lembur sebagai sarana rekreasi."
"Tapi itu kan hal yang bagus." Ky membela dirinya.
"Dan suatu saat pasanganmu akan di rampas kucing liar yang lapar saat Kau sedang ' rekreasi ' di kantor." ucap Zara seraya meninggalkan kubikal Ky.
"That's not really bad at all." Jawab Ky kencang sambil tersenyum lebar ketika Zara berjalan menuju Office Pantry sambil mengangkat tangannya agar Ky kesal.
Dan Ky Sama sekali tidak merasa kesal malahan cenderung tertawa kecil.
Zara teman yang baik, bahkan sejak jaman SMP. Ky lebih dekat dan terbuka dengan Ia dari pada orang tuanya sendiri.
Ky memang tidak terlalu dekat dengan orang tua-nya. Selalu merasa tidak memiliki tempat di dalam keluarganya sendiri.
Semua masalah yang Ia hadapi akan Ia pendam dalam-dalam.
Semua ejekan dan olok-olok orang yang merasa jijik melihat dirinya yang masih remaja pun tidak pernah Ia ungkapkan kepada orang tua-nya-Bahkan Ia merasa mereka juga jijik melihat dirinya.
Dan semua ejekan itu akan dilihatnya dalam pandangan yang paling positif yang selalu dimiliki Ky. Walaupun begitu, Ia terkadang tetap merasa stress higga menangis tanpa suara yang menciptakan sensasi tak terhankan dalam kepalanya di kegelapan malam.
Gelap lebih mendeskripsikan suasana hati Ky ketimbang malam.
Ia pun Tidak pernah mendapati perasaan dirinya benar-benar dilindungi.
Masa remaja Ky dihabiskan dengan banyak pemikiran kehidupan, angka keuangan, lagu-lagu dan buku.
Ia satu-satunya orang yang suka membaca dalam keluarganya, membuat dirinya makin aneh ketimbang pandai.
J. D. ROBB merupakan salah satu pengarang cerita mistery detective favoritnya, terutama tulisannya dalam series in Death.
Hingga saat ini Ia masih suka membaca ulang semua series in death miliknya di teras penthouse Steve.
Ky bisa membaca buku sembari merasakan dirinya tertiup angin yang selalu membuat Ky terhipnotis dalam dunianya sendiri yang nyaman.
Rasanya seperti balas dendam terhadap masa remajanya yang Ia lalui dengan membaca semua bukunya di dalam kamarnya yang tertutup.
Buku juga mencipatakan Sisi kreatif dan tangguh Ky, walau masih diselimuti Rasa kesepian.
"Kau pulang kan ?" tanya Zara ketika bersiap-siap untuk pulang dan melihat Ky masih bekerja.
"Aku lembur, ada beberapa yang harus di selesaikan."
"Dan apa aku harus menempelkan payudaraku yang sangat di impikan banyak pria ini secara gratis ke mukamu agar Kau mau pulang ?" balas Zara geram.
"Apa Kau lupa kalau aku ini gay ? Aku hanya akan memvisualisasikan benda itu sebagai bantal yang terbuat dari daging dan tidak lebih." jawab Ky santai.
"Kenapa Kau harus terus bekerja keras, pasanganmu bisa memenuhi semua kebutuhanmu. Kau hanya membuat dirimu hancur perlahan dengan cara menatap layar monitor bajinganmu itu !" dengan marah Zara membentak Ky.
"Bukankah Kau tau prinsip hidupku seperti apa. Tidak mau terlalu bergantung dengan Steve. Aku mampu menjalani hidupku dan memilih yang terbaik untuk diriku." jawab Ky tak kalah kerasnya.
"Dirimu lebih terlihat menutupi masa lalu dari pada mencari masa depan. Aku tau semua masa lalumu. Dan semua itu memang pahit. Tapi dengan perilakumu yang seperti ini, aku yakin mereka semua berhasil menggerogoti dirimu secara perlahan." Zara berhenti ketika melihat Ky terdiam, dan itu pertanda Ia sedang mencerna omongannya.
"Kau harus pulang dan bertemu Steve. Karena hanya Ia yang dapat menyelamatkan dirimu Ky." Zara pergi menuju lift meninggalkan Ky yang terpaku di kubikal-nya menuju lift.
****
Zara hanya terdiam di dalam lift yang membawanya ke lobby.
"Mereka memang berdebah, menanamkan bibit penghancur dalam diri anak mereka sendiri. Tetapi Ky telah memiliki Steve sang dokter penyembuh, Ya sang penyembuh." ucap Zara dalam hati sambil melihat pantulan dirinya di permukaan titanium pelapis lift.
Ky masih terdiam ketika pintu lift yang di masuki Zara tertutup.
Ky hanya terdiam. Dan tiba-tiba merasa tersadar bahwa semua perkataan Zara itu benar.
"Memang semua itu benar Zara, and I'm feel realy stupid." ucap Ky ketika keluar dari Work-cubic nya menuju jendela dan melihat panorama kota Jakarta di malam hari yang menabjubkan.
****
VAIO Ky menunjukan jam sembilan Nol Nol ketika Ky bersiap-siap pulang dan merapikan mejanya. Ia menuju foyer dan memasuki lift.
Menekan tombol Ground sambil melihat pantulan dirinya yang lelah.
Ky memikirkan perkataan Zara ketika iPhone miliknya bergetar dalam saku coat-nya. Ia melihat ID Steve di layar dan mengangkatnya.
"Kau masih melakukan rekreasi di kantor ?"
"Aku sudah mau pulang." jawab Ky dengan suara lelah.
"Kau kelelahan ?" Tanya Steve khawatir.
"No. I'm fine."
"Kau tahu dirimu itu pembohong yang buruk. Mau aku jemput ? Kau tidak mungkin berjalan pulang."
"Aku bisa jalan selama kaki ku masih ada dan jarak kantor ku masih 3 blok." jawab Ky.
"Aku akan menjemputmu."
"Aku-" dan Steve memutus sambungan sebelum Ky selesai berbicara.
Ky memasukan kembali iPhone-nya ke dalam saku celana ketika pintu lift terbuka dan berjalan melewati mesin security gate menuju pintu lobby.
Dirinya seketika terkejut melihat Steve sudah berada di luar lobby berdiri dengan sport jacket Andrew Christian abu-abu yang melapisi T-shirt Tommy Hilfiger kesukaan Ky dan grey denim yang senada dengan sepatu cats nya.
Steve menoleh ketika Ky sudah keluar dari lobby dan berdiri tepat di sebelahnya.
"Kau sudah menunggu berapa lama ?" Tanya Ky sambil menatap Steve dengan tatapan lelah.
"Tidak lama, Ayo kita jalan kaki. Kau kelihatan sangat lelah." jawab Steve sambil menggandeng pergelangan tangan Ky.
"Aku kira Kau membawa mobil." ucap Ky sambil berjalan dan menyenderkan kepalannya ke bahu Steve-yang menurutnya sangat pas dan nyaman untuk kepalanya melewati trotoar yang sepi di temani cahaya lampu yang menyejukkan ketimbang menerangi.
"Apa aku harus mengambil Mobil ? Kau terlalu lelah untuk berjalan ? Aku bisa menggendong mu jika Kau sangat lelah." tanya Steve sedikit panik.
"Tidak, aku lebih suka seperti ini, sangat tenang dan sejuk." jawab Ky pelan.
****
Mereka sampai di depan lobby apartement Steve dan seperti biasanya di sambut dengan hangat oleh Luis.
"Selamat malam tuan-tuan yang tampan. kalian sangat romantis malam ini hingga membuat aku iri dengan kalian."
"Selamat malam Luis." jawab Steve.
"Selamat malam..... Luis." ucap Ky dengan nada lelah yang memburuk.
"Kau kelihatan sangat lelah tuan Ky, sebaiknya Kau segera istirahat. Silahkan masuk." sambil membukakan pintu kaca bergagang hitam kedalam agar Ky dan Steve bisa masuk.
"Thanks Luis." balas Steve sembari memasuki lobby dan berjalan cepat menuju lift.
Steve menekan tombol lift ketika Ky memejamkan matanya dengan posisi kepala masih bersender pada bahu Steve dan melingkarikan tangannya di pinggang Steve. Ia hanya tersenyum diam sambil menyanggah bagian belakang tubuh Ky dengan tangan kirinya.
Pintu lift terbuka, memperlihatkan suasana yang redup dengan pengaturan penerangan 10 persen, membuat suasana makin nyaman bagi Ky yang kelelahan.
Dan tanpa berkata sepatah katapun Steve menggendong tubuh Ky yang lelah dari foyer menuju kamar tidur mereka yang besar dengan wallpaper putih berlantai marmer Carrara Bianco.
"Kau memang berat." ucap Steve ketika mereka telah sampai di kamar.
"Hmm...."
"kenapa Kau selalu memaksakan diri, tubuhmu itu bukan mesin sayangku." Steve berkata sembari menurunkan badan Ky ke atas ranjang.
"Karena membuat aku lupa akan kehidupanku yang gelap." jawab Ky memejamkan mata sambil mengelus-elus permukaan ranjang.
"Dan itu membuat dirimu sakit." ucap Steve sambil membuka kancing coat coklat Ky dan melepaskannya dari tubuh yang kurus namun cukup berotot itu.
"Kau sangat wangi." komenar Steve ketika mengendus wangi tubuh Ky sembari membuka kancing kemeja Ky.
"Aku belum mandi." jawab Ky saat Steve terus kancing kemejanya dengan perlahan hingga terlepas semua.
"Tapi aku suka wangi tubuhmu." Steve mencium kening Ky dengan perlahan sambil melepas kemejanya dan menjatuhkannya ke atas karpet beludru putih.
"Dan aku ingin selalu melindungimu." lalu membuka sepatu dan celana Ky dengan sigap sembari terus mencium bibir Ky yang manis.
"Kau terlalu lelah ya ?" ucap Steve saat dirinya berdiri mengahadap Ky yang tertidur dan melucuti semua pakaiannya hingga hanya brief underwear hitam milikinya yang masih menempel di tubuhnya.
"Aku ingin Kau memelukku Steve." balas Ky lemah sambil membuka matanya dan menatap Steve.
"Dengan senang hati sayangku." jawab Steve menaiki ranjang king size-nya yang nyaman dengan perlahan dan memeluk Ky dengan erat sambil membalutan kan selimut katun yang lembut berwarna hijau turquoise itu ke atas tubuh mereka.
"Aku senang Kau mengganti sutra yang menyebalkan itu."
"Aku senang jika Kau senang. Sekarang Kau harus tidur, karena Aku akan selalu memelukmu." jawab Steve berbisik di telinga Ky.
"Thanks Steve." lirih Ky pelan dan dibalas Steve dengan ciuman di atas kepalanya layaknya ayah dan anak.
Ky terlelap dalam pelukan hangat Steve yang membuat dirinya selalu nyaman.
Karena hanya Steve lah yang bisa membuat dirinya nyaman-bahkan ibunya takan mampu memberikan kenyamanan lebih dari yang Steve berikan kepada Ky setiap saat-dan merasakan keamanan yang hangat.
****
@Sefares sudah di post, silahkan di baca dan ditunggu comment nya ya
@MikeAurellio; Thank you, di tunggu ya lantai selanjutnya
\:D/
lanjuut! seru nih ceritanya! mention y
:-)
@adinu; Siap kakak, emang niatnya mau lanjut disini aja apalagi ceritanya bakal berubah dr yg di sebelah.
Mention gw ya kalo ada updatenya
PS: 1st floor-nya lagi on progress berharap malam ini bisa post, so stick with me guys
Kita lihat kmn arahnya..
I got this feeling on a summer day when you were gone
I crashed my car into the bridge
I watched i let it burn
I threw your s**t into a bag and pushed it down the stairs
---
Tanganku telah mematikan alarm yang sekarang menunjukan pukul 6 pagi.
Setengah sadar diriku memaksakan untuk bangun dan meregangkan tubuh yang lelah ini ketika Steve mulai membuka matanya.
“Good morning.” Ucap ku kepada Steve yang sedang menutupi matanya dengan tangan kirinya.
“Morning... huah....” Jawabnya dengan uapan yang panjang.
“That’s why I didn’t want you stay awake and pick me up last night Steve.” Kemudian ku kecup dahinya. “I love you.”
“Love you too. Kerja?”
“Absolutely I need to go to work.”
“Why don’t you take your personal day off?”
“Dari kemarin nanya itu terus. Theres a lot of paperwork that need to be done this week.”
“But I’m your Boss, right?”
“Actually you are the corporate’s Boss, not my department Steve.”
“Yeah, but don’t you dare to take overtime work tonight.”
“Why?" Tanyaku sembari bangun dan berjalan menuju walk in closet.
“Because I‘ve got something special for you tonight.”
“Aww, as your wish my Highness,” Balasku yang sudah berada di depan pintu shower.
****
“Mo, I’m sorry for what I said yesterday.” Ucap Zara yang tiba-tiba masuk ke dalam kubikal ketika aku sedang mengerjakan Sheet keuangan kantor. Mo adalah julukan baru Zara kepadaku yang berasal dari kata ho"mo".
“Iya, Aku juga minta maaf karena gak dengerin kam-” Belum sempat ku selesaikan perkataan ku Zara langsung memeluk diriku-bukan pelukan yang mengumbar nafsu, lebih mengarah permintaan maaf yang akhirnya hanya ku ikuti.
Zara melepaskan pelukannya sambil melihat ekspresiku. “Jadi kamu beneran mau maafin aku Mo?”
“Iya, lagian aku juga salah, so I’m sorry too Zar.” Sekarang giliran aku yang memeluk kembali Zara.
“Lunch, my treats?” Ucapnya langsung ketika Ia melepaskan pelukanku.
“Hahaha, jadi tetep harus nyogok ya? But ok, it’s my pleasure.” Tawaku tak terbendung ketika mengiyakan permintaanya.
“Yeah, jam setengah dua belas nanti kita cao ya!” Teriaknya senang yang diikut kecupan di pipi kiriku yang kemudian kabur kembali ke kubikal-nya.
Dan diriku hanya bisa tersenyum melihat kelakuan sahabatku yang bisa dibilang agak miring *Eh
****
Tanganku mengambil secangkir Green Tea Frappuccino yang langsung ku sesap perlahan.
Dengan cuaca yang cerah membuat kami berdua memutuskan untuk menghabiskan waktu makan siang kami-yang dibayar Zara di area luar Sbux Jakarta Stock Exchange.
“Kemarin di jemput Steve pulangnya?” Tanya Zara sambil mengambil satu suapan Vegetable Quiche.
“Yup, emang kenapa?” Tanyaku balik selagi menyuap kembali Beef Mushroom Potato Pie-ku yang tingal setengah utuh.
“Engga. Kita nanti ada rapat jam 2 ngebahas anggaran perusahaan.”
“Jam 2 ya? Di meeting room kantor kan?”
“Ya dan ya, nanti yang mimpin Steve. Dia gak ngasih tau?”
“Boro-boro, malah nyuruh aku cuti coba.” Jelasku sambil menyuap sisa makananku hingga habis.
I need another story
Something to get off my chest
My life gets kind of boring
---
Kuangkat panggilan di iPhone ku yang ID caller-nya menunjukan foto Steve.
“Halo, kenapa Steve?”
“Ada meeting anggaran jam 2, I forgot to tell you this morning.”
“It’s okay, Zara just told me.”
“Ada Zara?”
“Ada, mau ngomong?”
“No I’m in hurry, titip salam aja. I love you.”
“Bye, I love you too, take care ya.”
“Bye.”
---
“Zar, Steve titip salam.” Ucapku sembari memasukan handphone ku kembali ke saku.
“Gak sekalian titip berlian?” Jawabnya sambil memainkan jari di Samsung Galaxy note miliknya.
“Mau banget apa mau aja?”
“Ya ialah selama gratis, lagian bercanda kali.” Lalu ia meminum Earl Grey Brewed Tea miliknya hinga habis.
“Zar, aku gak boleh lembur malam ini sama Steve.”
“Bagus dong, kamu tuh udah too over worked kalau aku bilang.” Dengan tangan yang kembali memainkan layar note-nya.
“Bukan karena itu, dia mau ngasih sesuatu nanti malam, but I didn’t get any single clue about it” Sekarang giliranku menghabiskan seluruh minumanku.
“Yeah, that’s mean he want it as a surprise for you.” jawabnya sambil mengunci layar note-nya dan memasukannya kedalam tas PRADA biru yang diletakkan di kursi sebelah.
“Yeah... actually I want you to come if it’s a dinner.” Ucapku sambil menggoyangkan pelan gelas ku yang kosong.
“Walaupun dinner, itu kan buat kamu bukan buat aku. Lagian Andre asked me out tonight.”
“Bagus deh, jadi gak ada guilty feeling akunya.”
“Kenapa harus feeling guilty? Kamu tuh baik amat sih jadi orang.”
“I don’t know.” Kemudian ku lihat jam tangganku yang sekarang menunjukan pukul 1 siang. “Balik yuk, udah jam 1.”
“Aku pesan minum dulu buat meeting, kamu mau?” Balasnya sambil bangun dari kursi dan mengambil tas-nya.
“Caramel Macchiato ya.” Jawabku sambil memperhatikan Zara yang hari ini mengenakan striped shirt biru ZARA dengan trousers hitam dan high hells Louboutin hitam favorit-nya yang membuat dirinya terlihat sangat cantik. Apalagi dengan rambutnya yang coklat alami membuat hampir seluruh pria di kantor mengejar-ngejar dirinya.
“Cookies?”
“Gak usah.” Kini mataku menatap para pekerja kantor yang sudah mulai kembali ke kantor mereka masing-masing.
“Ok, silahkan ditunggu ya kakak.”
“Ngeledek nih?”
“Ngak kok kak.” Dan dengan ucapannya itu Zara langsung masuk menuju kasir.
Diriku hanya bisa tersenyum menahan tawa karena ucapan Zara yang meniru para Barista Starbucks.
****
“Dan dengan ini rapat kita akhiri, semuanya terima kasih dan selamat sore.” Ucap Steve mengakhiri rapat kami.
Selama dua jam aku melihat sosok Steve yang sesungguhnya, orang yang tegas, berwibawa, dan kerja keras dalam balutan tailored suit hitam miliknya.
Dan sosok itulah yang membuat diriku merasa begitu beruntung hidup di dunia ini.
“I need to talk with you Ky.” Ucap Steve ketika kami berpapasan.
“Ok.”
“Walk with me.” Balasnya.
Aku hanya mengikutinya tanpa berusaha membuat obrolan lebih lanjut.
Akhirnya Steve menghentikan langkah kakinya ketika kami berdua berada di taman rooftop kantor. Angin berhembus kencang saat Steve memberikan tanda untuk duduk di atas platform lantai kayu taman.
“I need to go to New York for sudden corporate’s branch meeting, so I must catch the plane by 6.” Ucapnya memotong keheningan diantara kami.
“That’s fine for me, why you need to talk about it?”
“I want you to join me.” Ucapnya pelan seakan tahu jawabku.
“I can’t join you to go to New York, even if I really want to.”
“But I’ll stay for a month or more.” Kata itu keluar dari mulutnya yang langsung membuat hati kecilku merasakan ada anak panah yang menusuk.
Aku terdiam, meninggalkan kekosongan diantara kami berdua.
Ia menundukkan kepalanya, menatap rumput hijau di seberang lantai kayu tempat kami duduk. Matanya menutup layaknya seseorang yang menahan air matanya agar tidak jatuh.
Ku sandarkan kepalaku ke bahunya ketika air matanya mulai mengalir dari kelopak matanya yang tertutup.
“Why are you crying?” Tanya ku pelan ketika diriku sudah berpindah posisi di depannya.
“I don’t know. I mean, I don’t want to leave you but..” Tangisnya pecah ketika kutempelkan dahi ku ke dahinya.
“It’s only for a month.” Ucapku untuk menenangkannya.
“I just want you to stay with me for a month, your department wouldn’t ruin without you.”
“I can’t.” Jawabku yang sedang mengusap wajah Steve dengan saputangan milik ku.
Steve hanya diam ketika aku memasukan kembali saputanganku, dan kepalanya masih menunduk.
Sesaat ku berpikir dan sebuah gagasan muncul secara tiba-tiba.
“Aku bisa nyusul kamu kan?”
Seketika Steve mengangkat kepalanya dan menatap ku.
“Yeah, you right! Kamu bisa nyusul aku minggu depan when you’re done with your shit, yeah we can work with that.” Dan langsung mencium ku yang tersenyum karena kelakuan Big Baby satu ini.
“Iya, makanya jangan nangis, baru juga kamu pergi sebulan kan?”
“And about the surprise that I want to give you tonight, I postponed it until I see you in New York.” Yang diikuti iringan tawa Steve yang khas.
“No problem at a-” ucapanku terpotong ciuman dari Steve yang terasa sangat ‘benar’
“I love you Ky.”
“Love you too.” Sekarang ciumanku yang mendarat di bibir Steve yang tipis, just a small kiss.
“You need to go to the airport.’ Ucapku setelah mencium Steve.
“I know. Kiss me once more.”
Another kiss.
“I’ll skype you as soon as I get there, Ok.”
“I know you will.” Dan Steve mencium ku-lagi yang diikuti dengan tangannya menaruh sebuah kotak kecil ke kantung bajuku. “For the beginning, open it when I’m skype you, Ok?”
“Ok.”
****
Pesawat Steve, Garuda Indonesia GA418 Jakarta-Bali sudah take off dari 1 jam yang lalu.
Steve bilang kalau dia ambil penerbangan Jakarta-Bali-Tokyo-N.Y.C.
Sebenarnya agak heran kenapa gak ambil yang Dubai-N.Y.C. Tapi katanya dia pengennya naik Garuda dan di sambung JAL.
Padahal transitnya 2 kali dan pasti capek, ya tapi maunya dia dan yang bayar juga dia aku gak bisa berbuat apa-apa.
Sejak Steve di Bandara sampai mau take off pun dia masih sms. Said that he’ll be waiting for me, how he love me, sampai kado kecil yang masih belum boleh aku buka.
Aku masih asik membaca ulang sms Steve ketika masuk inbox dari Zara.
June, 6th 2013; 08.34 pm
Ky, I need you now, ASAP.
Membaca sms Zara langsung membuat ku panik hinga tanpa habis pikir ku tekan tombol call contact number.
---
---
---
“Ky!” Zara menangis tersedu-sedu.
“What’s wrong, Zara?”
“It’s.. Andre! He dumped... me!” Zara berusaha menghentikan tangisannya. “He... I... I need you know Ky.” Lanjutnya.
“Ok honey, calm down. Where are you”
“Union.”
“He dumped you at Union? What the heck? I’ll be right there, okay?”
“Hurry, Ky.”
“I’m on my way.”
---
Ku matikan iPhone ku dan langsung pergi membawa kunci mobil Steve yang ada di atas coffee table dengan hanya memakai t-shirt putih dan short cargo pants.
What the heck, cuma itu yang ada dipikiranku ketika menyetir Range Rover Sport hitam Steve dari SCBD menuju Sentral Senayan.
Gimana ceritanya sampai si Andre berani mutusin Zara, apalagi tempatnya di Union-their first dating spot. If I meet that bastard, I’ll kick his nuts, sampai putus kalau bisa.
Untungnya jalanan sudah lumayan lancar-walau tidak bisa dibilang kosong karena aku memilih melewati jalan Senopati ke arah bundaran Senayan.
Tapi parkirnya yang susah even lebih enak parkir mobil di Plaza Senayan ketimbang Senayan City, tetap saja ada yang bikin ngantri in a queue.
Setelah mobil terparkir, langsung aku berlari menuju arah Plaza Senayan Courtyard tempat Zara menunggu di Union.
Zara terlihat duduk sendiri, dengan mata memerah dan tangisan pelan duduk di meja yang bersebelahan dengan jendela luar yang menunjukan penampilan choreographed fountain-yang saat itu sama sekali tidak mendapat perhatian dari Zara.
Aku masuk ke dalam dan langsung duduk di kursi tempat si berengsek itu mencampakkan Zara tanpa menghiraukan waitress yang datang menyediakan menu.
“Thank you Ky.” Ucap Zara yang kini membuka matanya karena kehadiran ku.
“Why on this earth he dumped you?” Tanyaku sambil mengangkat tangan, memberi gesture agar si waitress bisa meninggalkan kami.
Zara hanya diam. God, makanan mereka berdua masih utuh tersaji di meja.
“I’m sorry for disturbing your night with Steve.” Ucap Zara menanggapi pertanyaanku.
“No, Steve now flying to New York.”
“O... I need to go home Ky.”
“What?”
“I need a sleep, I want to go home Ky, bisa aneterin aku kan?
“No, just stay for a night in my place.”
“But I-”
“No more excuses, Zara. Just stay at my place. Is he paid the dinner.” Potongku sambil melihat main course yang mereka pesan, Grilled Angus Filet Mignon dan Crispy Skin Salmon yang sama sekali tak tersentuh.
“Iya, dia yang bayar.”
‘bagus, coba aja kalau Dia gak bayar, bisa mandul Dia seumur hidup.” Balasku sambil berdiri dari kursi dan langsung menggenggam tangannya. “Ayo kita pergi.”
Dan kami berdua meninggal Union, tempat di mana Zara memulai dan mengakhiri cerita cintanya.
****
@adinu
@steve_hendra
@Dakon_bek
Update 1t Floor
PS: maaf kalau kependekan karen ini express sehari jadi #:-S karena besok mau mudik. Tapi kalau bisa pas mudik di lanjutin pasti di update. So I hope you guys enjoy the 1st floor.