BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

- Velvet on The Suite - 4rd Floor - Photocopied -

135

Comments

  • Do finish this story please... :)
  • Dikit banget :-( kuraaaang :-((

    Update-nya kpan lgi???

    Penasaran tingkat kabupaten nih... :-D

    Next please :-D

    I'll be waiting^^
  • Keren.
    Mention ya.
  • mention aku ea low updeat...makasih
  • Great story... Tapi kayaknya ntar bkal ada ksedihan deh.. Biasanya lau settingan nya kaya gni suka kelam aja ceritanya. Tp kerennnn mention ya
  • edited December 2013
    Hello! I'm come back :)

    Setelah sebulanan sibuk dengan kegiatan sekolah mulai dari tugas yang numpuk, LDKS di sawangan, pemilihan ketua OSIS yang akhirnya cuma di sorakin sama kakak kelas, lomba Vokal Grup yang MENANGis, eskul dan lain-lainnya baru bisa nulis lagi dan posting cerita hari ini. SO I'm so sorry bikin nunggu cuma buat update 1 floor sampai sebulanan lebih. But, kedepannya aku usahain buat update once a week or once every two week. So here you go, the 3rd Floor of my boring story. Happy reading guys :)

    ****

    3rd Floor - Silver Box - Ky’s Point of View




    “Grande Caffè Americano with 2 Espresso Brownie, kamu Zar?”

    “Grande Caramel Macchiato aja.”

    “Oke, 1 grande Caffè Americano, 1 grande Caramel Macchiato dan 2 Espresso Brownie, makan sini atau di bawa pulang?”

    “Take away.”

    “Atas nama?”

    “Ky.”

    “Oke, silahkan ditunggu pesanannya.”

    “Thanks.”

    Dialog yang pasti di hafal semua pecinta Starbucks, yang termasuk di dalamnya Aku, Zara, dan Steve yang memang tidak bisa sehari hidup tanpa asupan cafein dari brand kopi asal Seattle yang satu ini.

    Kalau buatku, pahit getirnya kehidupanku langsung bisa hilang ketika sesapan pertama kopi mulai membasahi tenggorokanku.

    Kalau Steve, Otak briliant-nya gak akan bisa bekerja tanpa secangkir kopi panas yang pekat menemani dirinya yang sibuk membaca perkembangan saham Liquid 45 di iPad-nya.

    Kalau Zara, ada pengecualian. Dia butuh kopi supaya otaknya bisa connect. Ehh, enggak mungkin lah, kopi tuh buat Dia bagaikan berlian yang selalu menjadi sahabat para wanita.

    And something that makes me more fall in love with Starbucks adalah, karena di Sbux-lah Aku bertemu dengan Steve untuk pertama kalinya.


    It’s happen on June, near my birthday in Sbux PS, my second home on that time-cause I seeking for a job after graduated from university-dan lagi santai menikmati secangkir Espresso ketika seorang pria yang tampan-You who is He-asking for a seat.

    “Is this seat taken?” Tanya pria itu dengan sopan. And Gosh, His green eyes hypnotize me.

    “No, of course not.” Dan memang tinggal tempatku yang masih memiliki kursi kosong. Tuhan baik banget kan?

    “Thank you.” Tuh kan, kurang apa coba sampai bilang terima kasih baru Dia duduk.

    “My pleasure.” And its truly my pleasure.

    Dan setelah basa-basi yang menyenangkan itu, Steve mulai memperkenlakan dirinya dengan sopan yang sebenarnya gak terlalu penting kali ya untuk Aku yang saat itu itungannya cuma stranger on the coffeehouse.


    Kita berdua pun mulai sibuk dengan aktivitas masing-masing-me with my VAIO and he with his iPad-namun selang berberapa lama, Zara text me a message dengan isi yang frontalnya tingkat dewa dan sukses membuat Espresso yang ku sesap keluar dari mulutku. And everybody look at me frontally.

    On that time, kepikir pasti Steve langsung kabur. But tell You what, Dia malah dengan sigapnya memberikan aku sapu tanggannya yang pasti mahal-so sampai sekarang kalau ngeliat sapu tangannya aku langsung teringat kejadian itu sambil senyum-senyum sendiri-dan bantuin Aku membersihkan sedikit kekacauan yang tercipta.

    Setelah kejadian yang sumpah demi tuhan malu-maluin itu, kita malah jadi ngobrol, bahkan Steve sampai suruh aku melamar ke Coverten yang itu juga atas rekomendasi Dia. Dan Dia sama sekali gak bilang kalau yang punya perusahaan itu Dia, humble banget kan?

    So kalau ditanya saat aku pertama kali bertemu sama Steve ya gak bisa cerita yang romantis seperti sinetron picisan, malah cenderung aneh dan malu-maluin.

    ****


    “Silahkan pesanannya, have a nice day.”

    “Thank You.” Ucapku seraya mengambil pesanan kami dan berjalan menuju pintu keluar.

    “Langsung pulang?” Tanya Zara ketika kami berdua keluar dari Starbucks.

    “Hmm, enak kali ya ke taman Ayodya.” Ucap ku asal sambil menyesap Grande Caffè Americano-Ku.

    “Ya udah, sekali-kali nyantai di public park enak juga kali ya.” Jawab Zara yang kemudian menyesap minumannya. “What?” Teriak Zara yang membuat Ku kaget dan hampir menjatuhkan paper bag Espresso Brownie-Ku.

    “Apa?” Tanyaku panik.

    “I’ve got flirt.” Ucapnya sambil melihat serius bagian bawah cup coffee-nya.

    “What? Flirt?”

    “Yeah, look at this!” Kemudian Zara menyodorkan cup coffee-nya ke wajahku-literally to my face-sambil tersenyum.

    And God, She’s got that ‘Starbucks barista flirt style’ dan bagi yang gak tahu, Sbux barista flirt itu cara yang dipakai para barista Sbux untuk menggoda customer-nya dengan mencoret beberapa kata caution di cup coffee yang mereka pesan. I’ll give the example, jadi tulisan Careful, the beverage you’re about to enjoy is extremely hot yang ada di bagian bawah cup di coret-coret-usually use black marker-menjadi Careful, you’re extremely hot.


    “Biasa aja kali mbakkkkkkk!” Teriakku hingga seorang tukang parkir menatap kami berdua dengan raut wajah yang aneh.

    “Hahaha, bisa aja tuh barista. Oke, tiap hari sebelum gawe gua bakal ke sana, supaya bisa ketemu Dia lagi.”

    “Cie, yang lagi mau PDKT.” Balasku saat kami berdua sudah sampai di taman Ayodya yang, well.... lumayan lah buat public space milik pemerintah.

    Kami memilih untuk duduk di area open space amphitheater dengan suguhan sebuah danau yang di tengah-tengahnya berdiri 6 buah pilar dari ujung ke ujung layaknya memisahkan danau itu menjadi dua bagian.

    Di bagian bawah terdapat sebuah plasa kecil yang menjorog ke arah danau, sekarang di penuhi para anak kecil yang ingin melihat sesuatu di dalam danau yang berair hijau.

    Dan di sekeliling danau di penuhi para muda-mudi yang sedang bersantai sambil menikmati pemandangan ataupun satu sama lainnya.

    And we just sit sambil melihat air mancur yang memancar, memberikan kesejukan tersendiri di tengah padatnya lalu lintas di sepanjang jalan Barito siang ini.

    “Do You like kids?” Tanya Zara memecah keheningan diantara kami sambil menyesap kembali kopinya.

    “I don’t know, sometimes I hate them, and sometimes I like them. I’m not sure, why?” Jawabku sambil menggigit gigitan pertama Espresso Brownie-Ku.

    “Look at Them, their so happy. Playing and laughing every single time without any resposibility. Free... like a real human.” Zara kembali menyesap kopinya yang diikuti congkelan kecil brownie milikku lalu memakannya.

    “I know...” Ku potong kalimatku ketika melihat Zara yang mengenakan T-shirt merah dengan celana casual-nya terlihat asyik menatap kerumunan anak kecil di area plasa. “Get married if You want a child, so I can be His so called-gay uncle.” Ucapku santai yang diikuti tawa kecil Zara yang lucu.

    “Gay uncle, bisa aja. Lagian Aku belum nargetin buat married, orang pacar aja minta putus.”

    Diriku hanya terdiam, Zara sepertinya masih memiliki rasa kepada.... siapa lah nama-nya itu.

    “Justru Kamu deh yang kelihatannya bakalan nikah duluan.” Lanjut Zara sambil merogoh note-nya di purse kecil merah milikya.

    “Hmm.” Gumamku.

    “Do You want a marriage Ky?”

    “Yes I do, everyone want a marriage. Tapi gak tau Zar, gak munkin kan Aku nikah sama perempuan.”

    “Aku gak bilang harus nikah sama cewek. I mean married with Steve.” Entah kenapa sekarang Zara memandang ke atas langit yang biru cerah dan panas.

    “It’s my dream. But You know our society reaction about gay married.” Sekarang Aku juga mendengakkan kepala Ku ke atas dan menutup mataku. “And my family. I don’t know what they’ll do if they found out that I’m married with a man. Dengan come out saja Aku sudah di usir, apalagi mengirim undangan ke rumah mereka.”

    “They jerk.” Ucap Zara dengan ketus.

    “Yeah.”

    “And about Your family. Still do a contact with them?”

    “No. I just sent them 1/4 of my salary every month and I don’t know what they do with that money.” Ucapku sambil menghabiskan seluruh Brownie yang tersisa.

    “They didn’t deserve Your money. They dump You Ky, They didn’t fuckin deserve it.”

    “Maybe, but They still my family. People that raise me and made me to be a successful person like now.”

    “You are too kind. But a lot of people didn’t know or even didn’t notice how kind You are.”

    “Thanks Zar, You always know me.” Sekarang kepalanya bersender di pundakku.

    “And I will be Your soulmate, walaupun kehidupan Kita berputar di bawah.”

    “Me too.” Hati-ku selalu tersentuh ketika Zara mengatakan betapa berharganya persahabatan Kami.

    Jujur, Aku orang yang kurang pandai bergaul dengan kelompok orang yang tidak sejalan dan sepaham. Seperti saat di bangku sekolah tingkat atas, Aku lebih sering menyendiri. Kalau dibilang malah Aku sedikit di acuhkan oleh teman-teman sekolah, bahkan sekelas.

    And that feels like a open scar.

    So I better only have a one friend that always stay beside me, dari pada banyak tapi fake.


    iPhone-ku bergetar ketika Aku dan Zara sama-sama sedang mengamati pertunjukan street pantomime di area plasa. Dan ternyata Steve mengirimkan pesan Skype.

    Steve_Lance 11:45 AM

    Honey, I want to Skype You :) Where are You?


    Wait, kalau sekarang jam 12, berarti di sana jam 1 malam. He’s seriously busy, sampai baru sempat skype tengah malem.

    Ky_koiwai 11:55 AM

    Aku lagi di Ayodya, Barito mau ke rumah Zara. I’ll skype You as soon as we arrive :) Love You, Ky


    Balasku kepada Steve dan langsung mengajak Zara ke parkiran Sbux untuk mengambil mobil dan pulang ke rumahnya di kawasan radio dalam.

    ****


    Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke rumah Zara yang masih benar-benar asri dan sejuk dengan gaya modern tropical-nya yang juara banget.

    Setelah memarkirkan mobil di carport, Aku segera masuk ke dalam rumah dan disambut foyer dengan wallpaper golden yellow yang elegan senada dengan meja bundar ukuran sedang di tengah ruangan.

    Di sebelah kiri foyer terdapat lorong menuju area taman samping tempat kucing-kucing Zara-Steve’s favorite pets-yang lucu dan imut tinggal dan bermain.

    Sedangkan di bagian kanan merupakan lorong terusan menuju area guest room dan living room.

    Sepanjang lorong yang berlantaikan kayu itu, kita akan seolah di ajak menuju suatu resort tropis di Bali lengkap dengan kolam ikan di sisi kanan yang berbatasan dengan dinding batu alam yang asri.

    Setelah melewati lorong, kita akan kembali di sambut sebuah foyer terbuka dengan pohon frangipani putih yang besar.

    Living room hanya di batasi dengan jejeran kayu eboni dengan pintu masuk gebyok besar yang kuno.

    Di dalam living room, Zara memilih gaya modern, lengkap dengan sofa panjang putih tanpa lengan dan coffee table DaVinci putih yang stylish.

    Di salah satu dinding terpasang Samsung Smart Tv sebagai entertainment center yang sudah pasti wah.

    Sebelah kanan ujung living room ini terdapat sebuah patio yang dibatasi dengan pintu slide kaca, sehingga sinar matahari selalu masuk dan juga hijaunya halaman belakang pun dapat terlihat.

    And here we are, sitting on Zara’s favorite pavilion yang ada di halaman belakang sambil menikmati sejuknya angin di tengah hari yang panas.

    “Mau minum apa?” Tanya Zara ketika Aku sedang membuka laptop.

    “Apa aja yang penting gratis.” Jawabku asal.

    “Oh, emang selama ini harus bayar?” Tanya Zara kembali dengan nada serius.

    “Bercanda, apa aja lah yang penting air.”

    “Oke, silahkan ditunggu pesanannya ya.” Ejek Zara yang langsung kabur menuju dapur dan Aku hanya bisa tertawa.

    Langsung ku buka Skype dan disambut incoming call dari Steve yang pastinya langsung Ku buka.

    “Hai honey!” Teriaknya di ujung sana yang sumpah bikin speechless, He still wore his work shirt dengan lengan baju yang di roll ke atas juga dasi dan kerahnya yang sudah loose. And he still fucking perfect *Pardon my french

    “My prince, You still looking good even when You’re tired.” Jawab Ku ketika Zara kembali sambil membawa dua buah gelas air es dingin.

    “Hey Zara!” Teriak Steve ketika Zara duduk di samping Ku.

    “Hey there! How’s NYC?” Balas Zara tak kalah semangatnya.

    “Good, it’s summer in here, kamu pasti suka kalau ke sini.” Suara klakson taxi terdengar sesaat. NYC it’s literally never sleep pikirku.

    “Makanya bayarin dong Steve.” Ucap Zara bercanda.

    “Mau? Nanti bisa bareng Ky ke sininya Zar. Aku pesanin ya.” Namun tanggapan Steve sangat serius.

    “Eh, bercanda. Aku gak mau ganggu kalian berdua disana.”

    “I’m serious, kalau kamu mau ikut nanti Aku pesankan.” Steve tetap menawari Zara untuk ikut bersamku ke New York. Aku sih setuju aja, kan lumayan ada teman di sana kalau Steve sibuk.

    “No, I have a lot of job to do. But thank You.” Sekarang Zara menyesap air di dalam gelasna.

    “Ky?” Panggil Steve kepadaku yang dari tadi asyik tweeting sejak mereka mengobrol.

    “Yap?”

    “Do you bring a box that I gave you before I flew to NYC?”

    “Ah, that box. Yes, why?” Tanya ku sambil menyesap minumanku.

    “Open it.” Suruh Steve dengan raut wajah serius yan bikin jadi dag dig dug.

    “Oke, it’s in the car. I’ll be right back after the commercial.” Dan langsung ku pergi menuju mobil dan mengambil kotak kecil itu dari dashboard mobil.

    Apa sih isi kotak silver kecil ini sapai harus nunggu di Skype? Pikirku selama perjalanan kembali ke pavilion.


    “Here we go.” Ucapku sambil menunjukan kotak ke arah web-cam.

    “Apa tuh? Kok gak ngasih tahu Aku?” Celetuk Zara dengan wajah cemberut.

    “Sekarang tahu kan?”

    “Open it.” Ucap Steve sambil meminum sesutu, wine mungkin? I don’t know.

    “Oke.” Balasku sambil membuka perlahan kotak yang di ikut Zara dengan sikutan agar Aku membukanya lebih cepat.

    And it’s open.

    Dan isinya adalah sebuah USB flash drive dengan logo perusahaan.

    Kami berdua bingung dan saling bertatapan sebelum akhirnya menatap Steve dengan raut wajah bingung.

    “Give it to Kevin tomorrow.” Ucap Steve santai.

    “Aku pikir isinya cincin.” Celetuk Zara.

    Seketika tawa pecah di antara kami.

    “Ring? OMG! Are You serious Zar?”

    “Yeah, a small silver fancy box always looks like an engagement rings box.” Jawab Zara yang diikuti tawa Aku dan Steve.

    “I’ll tell You if I want to propose him Zar.” Ucap Steve yang masih tertawa, bahkan mengusap matanya dengan lengan-nya.

    “Okay, I’m gonna order some food so both of You could laugh at me harder.” Zara pun berdiri.

    “Ngambek? Cuma lucu-lucuan aja lagi Zar.”

    “I know and I’m starving.” Zara pun masuk menuju telephone dapur unutk memesan makanan.

    “You think that I’ll propose You ky?” Tanya Steve.

    “No, why?” Jawabku sambil kembali menyesap air minum.

    “Zara thought about it. Do You want a marriage?” Tanya Steve serius sambil melepaskan ikatan dasinya.

    “Yes I do. Tapi masih banyak waktu buat kita berdua sebelum memutuskan untuk benar-benar terikat.”

    “I know. And about Kevin, You need to be his personal assistant for a couple day karena Dia benar-benar baru pertama kali ke Jakarta.”

    “That’s easy.” Balasku singkat.

    “Someday, we’ll be married and live happily ever after.” Ucapan Steve itu benar-benar membuat hatiku bahagia.

    “I love You.” Ucapku sambil menatap Steve di layar, yang walaupun dengan wajahnya yang tampak lelah tetap mempesonaku.

    “Love you too.” Balas Steve yang juga menatapku.

    And we just starring at each other for a minute sebelum Zara kembali dengan kucingnya Jupe.

    Zara duduk dan mengangkat lengan Jupe seakan melambai ke arah web-cam, yang pasti diikuti dengan tatapan bahagia dari Steve.

    “Say hello to uncle Steve.” Ucap Zara sambil terus menggerakkan lengan Jupe.

    “She’s so cute.” Ucap Steve di ujung sana.

    Steve itu bisa dibilang cat lady versi cowok. Suka dan addicted banget sama hewan lucu dan menggemaskan ini.

    Tapi Kita gak bisa pelihara kucing karena policy apartment yang melarang hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.

    Walaupun Dia owner-nya, Steve tetap mengikuti aturan yang ada. He’s such a perfect man.


    “You need to sleep Steve.” Ucapku ketika kurang lebih setengah jam kami bertiga mengobrol segala sesuatu hal dari masalah pekerjaan sampai masalah kucing.

    “Really?” Speechless moment ketika raut wajah Steve berubah cemberut. So cute :)

    “You need to save your power for tomorrow, so good night and have a nice dream.”

    “Ky right, so goodnight Steve.”

    “Oke, bye Zar. I love you Ky.” Dan Steve pun memutus sambungan Skype.

    “And it’s time for us to eat.” Ucap Zara ketika suara bell dari pintu gerbang terdengar.


    ****
  • edited October 2013
    @Kim_Kei mungkin gak ya si pervert itu pengganti-nya? :)

    @adinu karena kebanyakan yg homophobia itu rada-rada, kok jangan-jangan? yang pasti dong :)

    @steve_hendra maaf ya update-nya kelamaan

    @Bintang96 Thank you :)

    @Dhika_smg Thank you :)

    @angelofgay Thank you :)

    @Adra_84 pasti di selesaiin kok ceritanya :)

    @Tsu_no_YanYan sorry ya kalau kedikitan sibuk aku soalnya,

    @farizpratama7 gak bakal sad ending kok :)

    ****

    @Tsu_no_YanYan
    @adinu
    @steve-hendra
    @Dakon-bek
    @FendyAdjie_
    @mamomento
    @Kim_Kei
    @Bintang96
    @Dhika_smg
    @anelofgay
    @adra_84
    @reyputra
    @ananda1
    @arifinselalusial
    @farizpratama7
    @Leehan_Kim Sorry lupa manggil :D

    Sekali lagi thanks buat yang udah mampir dan tetep tungguin update selanjutna ya :)
  • bener =ya, janji ya jangan sad ending
  • bener =ya, janji ya jangan sad ending

    Janji kok, soalnya Aku lebih suka yang happy ending :)

  • good..aku suka happy ending
  • edited October 2013
    good..aku suka happy ending

    Sama, aku juga :) Terlalu banyak yang sad ending :( jadi bikin yang happy endin aja
  • kyiskoiwai wrote: »
    bener =ya, janji ya jangan sad ending

    Janji kok, soalnya Aku lebih suka yang happy ending :)

    Setujaaaaaaa...
    :D
  • kyiskoiwai wrote: »
    bener =ya, janji ya jangan sad ending

    Janji kok, soalnya Aku lebih suka yang happy ending :)

    Setujaaaaaaa...
    :D

    Hidup Happy Ending :) Happy ending juga television drama favorite ku #Eh?
  • kyiskoiwai wrote: »
    bener =ya, janji ya jangan sad ending

    Janji kok, soalnya Aku lebih suka yang happy ending :)

    Bener ya steve harus sama Ky, kalau nggak awas lo hehehehe
Sign In or Register to comment.