It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Seminggu lamanya Reval koma, kondisinya sangat down karena memaksakan diri untuk sadar disaat puncak kekuatannya, muntahan darah itu bukti dari organ dalamnya yang rusak. Fadil selalu setia disamping Reval meskipun hatinya terluka. Yuda sendiri dikabarkan mengalami keretakan tulang punggung walau sudah dioperasi dan sudah mulai sadar. "Engh.. Yuda.. Yudaa..." rengek Reval dalam mimpinya, Fadil terbangun karena suara Reval. Fadil menggenggam tangan Reval, "Bahkan di alam bawah sadar lu, cuma ada dia.." ucap Fadil lesu. "Aaakhh aaaaa! Hikh.. Yuda!! Yudaaa!!" teriak Reval, dia mengigau. Dengan cepat Fadil memangku dan mengusap kepala Reval. "Tenang, Bokong mungil jangan kaya gini." Reval berkeringat, akhirnya dia terbangun, "Hikh.. Fadil, mana Yuda? Dia gapapa kan? Fadil jawab aku!!" Reval mengguncang-guncang bahu Fadil. "Iya iya Yuda gapapa kok..." "Kamu gak bohong kan? Sekarang bawa aku ke Yuda.." Fadil mengusap kepala Reval, "Sabar ya sayang, sekarang Yuda harus istirahat. Kamu juga harus istirahat ya?" "Tapi aku kangen dia.. Aku takut dia kenapa-kenapa..." Fadil mengusap dan mengecup kepala Reval lembut, "Lo tenang dulu ya, kalau lo udah baikan nanti gue temuin ke Yuda ok? Yuda juga perlu tidur, sayang." Reval hanya terdiam dan manunduk lesu. "Lama-lama kekuatan aku makin kuat dan diluar kendali.. Aku takut Fadil, aku takut ngelukain kalian atau bahkan kamu.." Reval menangis tersedu dengan tubuh bergetar. Fadil mengusap kepala Reval, "Kalau boleh gue tau gimana sih kronologis kekuatan lo itu?" "Aku gak tau.. Aku menyadari kekuatan itu baru tahun-tahun ini.. Setelah aku... Eng.." "Setelah apa bokong mungil?" "Oh ya aku ingat, sebelum aku membunuh selingkuhan pacarku itu aku berkemah bersama teman-teman di sekolah. Waktu aku mencari kayu kering aku memakan sebuah apel hitam yang sangat manis tapi pak guru langsung meneriakiku katanya beracun. Karena tak terjadi apa-apa pada tubuhku jadinya aku cuek saja. Aku yakin apel itu pasti penyebab keanehan itu.." "Apa ada penawarnya bokong mungil?" Fadil mengecup lembut pipi Reval. "Aku gak tau.. Aku bingung.. Lepasin aku dari kekuatan hitam ini Fadil. Sakit, dia menggerogoti tubuhku dari dalam." "Sabar sayang.. Semuanya bakal baik-baik saja.." Fadil memeluk gemas tubuh kekasihnya itu dan menciumi kepala Reval penuh kasih sayang. "Keadaan Yuda.. Aku mau tau keadaanya.." "Nanti ya? Kamu harus isirahat dulu.." "Aku udah lama tidur Fadil, aku cuma butuh Yuda!" "Tapi... Kamu harus nunggu Yuda istirahat" "Gaak, aku mau ketemu Yuda! Fadil ngertiin aku!" Fadil terpaksa berlapang dada. Dia mengambil kursi roda dan menggendong Reval ke kursi roda. Reval terus menangis sepanjang jalan, itu membuat Fadil pilu. Rasanya air mata Fadil ingin menetes detik itu juga tapi dia tahan. Begitu sampai depan pintu Reval langsung memaksakan berlari hingga terjatuh karena sarafnya kaku seminggu tak digerakkan. Yuda hanya menatap dingin, Reval kembali berdiri atas bantuan Fadil, "Yuda.. Maafin aku! Aku gak maksud!" Reval menggenggam lengan Yuda. Yuda menatap ketus ke arah Fadil, "Saya permisi dulu.." ucap Suster Mely yang tadinya merawat Yuda. Fadil berat meninggalkan mereka berdua tapi itu yang harus dia lakukan. Fadil pun keluar perlahan dan menutup pintu. Dia bersendar di pintu sambil menghela nafas. "Yuda jawab!" Yuda menarik dagu Reval dan mengecup pelan bibirnya, "Gue cemburu.." akhirnya Yuda mengakui perasaannya. Reval memerah dan mengusap air matanya, "Yuda gak marah lagi kan? Maaf aku ngelukain kamu.." "Lupain itu semua... Gue gak mau ngingat moment itu." Reval menangis dan menggesekkan tangan Yuda di pipinya. Fadil mengintip sedikit, dia mendongak berusaha untuk tak menangis walau matanya sangat berair. "Ngapain lu nangis? Udah ah..." Yuda menarik Reval ke pelukannya. "Gue sayang lu.." bisik Yuda. "Thanks Yuda aku juga sayang banget sama Yuda.." "Cuma itu? Would you be mine?" Yuda menggenggam tangan Reval. Reval menoleh ke arah lain, "Yuda aku mau keluar sebentar.. Kasih aku waktu buat mikir." Yuda mengangguk sambil tersenyum lembut. Reval melangkah pincang keluar, dia menoleh ke arah Fadil yang duduk di kursi tunggu. Fadil mengusap air matanya dengan cepat, tersenyum lebar ke arah Reval, "Gimana keadaan Yuda?" "Baik aja kok.. Fadil, temani aku ke taman ya?" "Apa sih yang enggak buat my sweet heart.." Fadil mengarahkan kursi roda ke Reval kemudian mendorong kursi roda perlahan. "Kenapa gak lama-lama sama Yuda? Katanya kangen.." tanya Fadil. Reval menyentuh tangan Fadil yang mendorong kursinya. Mereka saling tatap. "Ada yang mau aku bicarakan sama kamu.." Fadil gelisah, dadanya terus bergemuruh. Akankah Reval mengatakan sesuatu yang buruk? Fadil mengusap lembut kepala kekasihnya itu, mereka sampai di taman. Duduk di depan bunga-bunga indah. "Ada kupu-kupu.. Warnanya putih, sangat jarang terlihat.." Reval mengayuh-kayuh tangannya di udara berusaha menangkap kupu-kupu. Fadil tertawa melihatnya, dia memeluk leher kekasihnya itu dari belakang. "Indah seperti lo bokong mungil.." Fadil mengecup pipi Reval secara lembut. Bibir Reval bergetar, sangat berat dia mengungkapkan isi hatinya. "Tiba-tiba aku jadi mau berlibur ke pantai bersamamu.." desis Reval. Fadil semringah. "Benarkah? Gue janji begitu lo pulih total gue bakal ngajak lo ke pantai.. Kita berlibur cuma berdua, menghirup udara pagi di pantai, bermain pasir, berenang, berfoto maupun bercinta.." wajah Fadil memerah. "Fadil.." Reval berbalik. "Aku gak bisa basa-basi lagi.." Fadil menghentikan kata-kata Reval dengan jarinya, "I love you so much.. Lo itu segalanya buat gue.. Jangan kecewain gue." Reval menggeleng lesu, "Aku gak bisa.. Di hati aku ada orang lain.." "Gue gak peduli, bokong mungil. Gue berusaha gak perduli, gue selalu sabar dan percaya kalau lu pasti bakal berubah pikiran. Gue tulus dan sungguh-sungguh sama lu.. Gue sayang lo.." "Jangan memberatkan aku Fadil.. Aku gak bisa sama kamu, aku cinta Yuda. Fadil kamu pemuda baik pasti bisa dapatkan yang lebih baik dari pada aku. Aku suka kamu, sangat suka tapi aku lebih cinta Yuda.." Fadil berlutut, dia menunduk dengan tangan yang terus menggenggam tangan Reval, dia hanya terdiam dan terdengar suara isakan. "Fadil, jangan buat hati aku makin sakit.. Bangun! Jangan kaya gini.." Reval menggoyang-goyang bahu Fadil. "Paling gak, izinin gue selalu ada di sisi lo. Gue gak sanggup hidup tanpa lo Bokong mungil. Gue udah terlanjur cinta sama lo... Lo itu special, bahkan cewek lain pun gak pernah bikin gue segila ini. Lo cowok pertama dan satu-satunya yang gue cinta." Reval menangis iba melihat kesungguhan Fadil, dia bingung. Reval memeluk Fadil dengan erat. 'Tuhan, apakah dia malaikat yang kau kirimkan untukku? Haruskah aku melepaskannya? Aku tidak tega..' lirih Reval dalam hati. TBC
KEREN
thanks
iya sih tapi yg namanya cinta itu tak harus memilih yg terbaik
jan sedih.. nih gue kasih kolor buat lap aer mata
Beberapa hari kemudian. Yuda sibuk membaca buku di ruangannya, akhir-akhir ini pikirannya cukup kusut akan tingkah Reval yang mudah badmood, mungkin karena bawaan hormon, pikirnya. Maklum lah remaja, kadang memang merepotkan. Tapi Yuda tetap berusaha menjaga Reval dengan baik, yaa walau Reval cukup menggoda karena terus mengajak ML, Yuda mau tapi dia menjaga Reval saja karena yaa dia pikir itu bisa merusak Reval. Bagaimana pun dia dokter. Dia berniat membelikan Reval coklat nanti setelah jam istirahat, lumayan lah buat memperbaiki mood dia. Kurang romantis apa lagi Yuda? Tiba-tiba suster Mely datang mengetuk pintu, "Masuk Mel.." teriak Yuda. "Maaf Dok, dipanggil Pak Jonathan.." "Thanks Mel.. Hmm ada apa yang papa manggil segala." dengan cepat Yuda melangkahkan kaki ke ruangan papanya. Yuda mengetuk pintu dulu sebelum akhirnya dipersilakan masuk, Yuda duduk dan tersenyum hangat, "Ada apa ya pa?" "Ehem.. Gak usah basa-basi mungkin, papa cuma mau bilang, umurmu sudah matang nak. Kamu sudah mapan dan berpendidikan tinggi, kapan kamu menikah?" Yuda tertohok akan pertanyaan papanya itu, matanya membulat dan sangat kebingungan. "Pah, Yuda belum siap.." "Nunggu apa lagi? Papa sudah tua, sudah penyakitan.. Papa juga mau menggendong cucu dari kamu." "Tapi kan sudah ada Reval pa, dia kan juga cucu papa.." "Ya itu kan anak dari kakakmu, kamu itu pewaris rumah sakit ini loh.. Papa sangat berharap besar sama kamu, kamu anak laki-laki papa satu-satunya. Papa cuma mau lihat kamu berkeluarga sebelum waktu papa tiba.." "Pa, jangan bilang kaya gitu. Papa sehat kan?" Yuda menangis dan menggenggam tangan papanya. "Ya papa memang sehat, tapi umur orang gak ada yang tau nak.. Papa lihat kamu dan suster Mely punya tatapan yang special. Kalian ada hubungan? Dia anak baik-baik dan sopan, andai kamu sama dia nak.." "Hmm.. Aku memang suka dia pa, tapi belum terungkap." "Kenapa gak diungkapkan saja nak? Apa perlu papa yang ngelamar dia buat kamu..." "Gak usah pa, biar aku yang pikirkan dulu.. Yuda permisi dulu pa, banyak kerjaan.." Yuda berdiri lemas, dia terus menunduk kemudian menutup pintu. 'Gue harus gimana? Shit... Reval...' desis Yuda dalam hati. TBC Maaf sinet abis XP Koment yo.
ancur lebur tuh reval hehe.. satu part lagi tamat
ga bkat nulis cerita panjang2 u.u ntar deh next projek!