BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Karena Iseng (Mini Series)

2456710

Comments

  • Ini yuda part 1
  • @Bintang96 sorry bro foto.a ga bisa keopload

    @syeoull besok gue update
  • @yanz_BCG knp bsok?? Msh lama dong...g' ntar siangan ja??hehe
  • @Syeoull eh maksud gue ntar siang. Soal.a gelap gue pikir malem. :-D
  • Ok siiiiip ditunggu....@yanz_BCG hehe
  • UPDATE summon @harlien @dimz @Bintang96 @Syeoull @jonatJco @rezadrians


    Karena Iseng (Part 2) By: yanz Revaldy POV Aku sedikit meringis waktu bangun, tanganku sakit ditusuk infus. Aku juga mendengar pertengkaran mama dan Yuda di luar, terdengar mama menangis dan Yuda sangat kesal. "Kenapa gak cerita kak? Yuda pusing, ini baru hari pertama kak tapi dia udah betingkah gini..." "Maafin kakak, Yuda.. Kakak benar-benar tertekan. Reval memang ada gangguan, dari suka menyakiti diri sendiri, terlihat manis tapi juga menyeramkan, sampai dia juga berpacaran sesama jenis juga kaka tau..." "Parah kak, kenapa gak bawa dia ke psikiater aja sih?" "Udah, Yuda. Tapi kesibukan kakak gak bisa selalu bimbing dia. Di Amerika dia makin rusak karena lingkungan, kakak sangat ngarepin kamu.." Yuda mijit kepala dan mendongak kesal, "Gak kak! Yuda gak bisa. Yuda bisa gila kak kalau jagain orang gila." "Reval gak gila! Kamu hargain perasaan kakak dong, perasaan seorang ibu.." Aku bangkit dari kasur dan mencabut infus untuk lari ke luar. Meskipun tanganku berdarah, Kupeluk mamaku dengan cepat, "Yuda, jangan marahin mama aku. Dia gak salah.." Yuda natap aku dingin, "Lo ngapain disini! Istirahat sana! Liat tangan lo berdarah kan, lo gak bisa dikasih tau ya!" "Terserah!" teriakku kasar. Terlihat Yuda tertawa, "Haha.. Pulang lo sana ke Amrik, jangan ngerepotin gue. Gue bisa stress sama tingkah lo.." Mama mengusap kepalaku, aku tau lah mama maunya aku stay di Indonesia, kalau balik yang ada aku dipenjara. Mama bakal makin terpukul. Aku usap muka mamaku dan menciumi keningnya, gak tega bertingkah terus. "Aku bakal jaga sikap, biarin aku stay.." "Basi lo..." Yuda pergi menjauh, aku ngejar dengan cepat. "Yuda, aku janji gak bakal nakal lagi, bakal rajin dan nurut.." rengekku sambil meremas bahunya. Dia tetap berjalan tanpa menatap mataku sekejab pun. Dia mempercepat langkahnya hingga aku berlutut di depannya untuk menghentikan langkahnya. Aku remas betisnya dan akting menangis tersedu-sedu.. "Kasih aku kesempatan pamaan~" ringisku sambil mendongak. Dia tak mau menatapku, aku terus mengguncang kakinya. "Pamaan~ maafin aku, paman tega lihat aku luka begini.." ringisku sambil memperlihatkan tanganku yang diperban. "Gak usah manggil gue paman!" Aku mendengus kesal, "Salah lagi salah lagi... Yuda aku minta maaf." Aku heran, yang luka siapa yang marah siapa. Rupanya tak tik-ku buat cari perhatian dia gagal total sial! Kenapa ada orang sekeras Yuda? "Gak ada kata maaf dari gue, denger!" ucap Yuda sinis. "Sudahlah nak, kamu masuk saja ke kamarmu. Biar mama aduin dia ke nenek biar fasilitas dia disita semua." Yuda membulatkan mata, "Aaarghh.. Ngeselin ya lo kak," "Sekarang ngomongnya pun gak tau sopan, bener-bener mau diaduin." "Ok fine! Yuda bakal biarin Reval stay, puasss! Capek kak dari tadi emosi terus. Yuda mau istirahat. Get well soon, bocah.." ucap Yuda sambil ninggalin rumah sakit. Aku sedikit lega dan memeluk mama.
    Pagi harinya aku terpaku melihat Yuda masuk ke kamarku menggunakan pakaian dokter, sangat rapi dan tampan. Aku memang gay, tapi bukan itu yang membuatku tertarik pada Yuda. Aku bisa saja mencari cowok yang sudah pasti gay, tapi isengku kumat sehingga aku penasaran apa Yuda bisa kuubah haluannya? Mau menantang iner handsome-ku saja, setampan apa aku haha.. Dia meletakkan alat yang entah apa namanya di dadaku untuk mendengar detak jantungku, aku tersenyum manis walau dia tak menatap mataku. Dia berbisik pelan pada suster yang di sampingnya, si suster mencatat sesuatu. "Yuda, aku mau pulang... Disini bau.." Tapi Yuda malah menyentil hidungku, "Elo belum pulih, makanya harus tetep istirahat disini. Kalau mau sembuh jangan bandel." Aku memasang mimik sedih yang membuat Yuda mengerutkan kening seketika, "Tapi aku bosaaan... Makanannya gak enak, sepi, bau.." Tapi yang aku dapatkan malah jitakan, "Bawel lu, gue borgol sekalian biar diem!" Aku langsung memasang mata berkaca-kaca dan menatapnya dalam-dalam dia terlihat frustasi dan akhirnya bersuara, "Makan gih..." Yuda mengambil bubur yang ada dalam rak yang suster bawa tadi. Aku menggeleng kuat, apaan bubur tanpa rasa. Enaknya sekarang makan bakso, sate atau gado-gado. Kan kangen makanan Indonesia. "Gak mau..." lirihku dengan suara seimut mungkin. Yuda melirik suster, "Bisa tolong tinggalkan kami berdua sus?" ucap Yuda. Suster tadi mengangguk dan meninggalkan kami. Aku yang awalnya tersenyum girang malah tertohok karena Yuda dengan bringas memaksaku makan, dia meremas pipiku layaknya ibu tiri yang meracuni cinderella *?* Yuda makin kesal waktu aku mengotori lantai dengan muntahanku. "Lu tuh bisanya ngerepotin doang.." Aku kembali memasang mata berkaca-kaca hingga bikin Yuda panik, dia mengusap bibirku yang berantakan dengan selimut kemudian duduk si kasur. Dia geleng-geleng menatapku heran, "Lu tuh kaya anak kecil tau gak.." Aku memanyunkan sedikit bibirku dan merebahkan kepala di dada Yuda. Dia pasti shock, tapi aku mau ngetes dia lagi.. "Masih aja bandel.. Mau lu apa sih?" "Lembut sedikit coba~" bujukku sambil memainkan kancing bajunya. Asik muka Yuda memerah. Dia langsung menjaga jarak dan menepis dadanya seolah ada najis saja. "Gue masih ada kerjaan.. Lu istirahat aja disini. Paling bentar lagi nyokap lu dateng.." "Gamau! Aku bosan... Temani aku ke taman ya? Mau menghirup aroma kehidupan..." rengekku sambil menggenggam bajunya. Dia terpaksa mengambilkan kursi roda buatku, aku membuka tangan lebar seolah minta gendong. Dia membopongku ke kursi roda dan mendorong ke luar. Aku bersorak girang. Dia cuma diam sepanjang jalan, ada banyak yang memperhatikan kami terutama si dokter kece ini. Dia stay cool saja sepanjang jalan hingga akhirnya muncul seorang suster yang membuatnya out of character. Dia mengusap rambutnya sigap dan mengaca dengan centilnya, "Hai Mel, sibuk amat nih..." ucap Yuda basa-basi. Basi sumpah! Mely tadi tersenyum lembut, menatapku sekilas, "Iya, hari ini banyak pasien. Hai adek manis ini siapa?" ucapnya membungkuk sambil menyodorkan tangan. Aku tersenyum sangat manis dan meremas tangannya sangat kuat, dia mengerutkan kening dan melepaskan tangannya dengan cepat tanpa bersuara. "Dia ponakan gue namanya Revaldy.." jawab Yuda tengil. "Oh gitu ya.." balas Mely dengan canggung, kayanya dia langsung ilfil denganku haha.. Tapi tiba-tiba ada pejalan yang menyenggolku hingga kursi rodaku bergulung mundur perlahan namun makin cepat, aku sangat shock. Mely berteriak, "Yuda di belakaaang!!!" Yuda shock menatapku, aku juga shock menengok belakang adalah dinding kaca dan sekarang aku di lantai 12. Yuda perlari sangat kencang walau awalnya terpeleset namun kembali bangkit meraih tanganku sekuat tenaga, jari tengah kami bersentuhan namun... BRUSSSHHH!!!! Kursi roda itu sudah menabrak sang kaca, aku pasrah, mungkin ini waktuku.. Aku dapat merasakan partikel tajam itu menusuk leherku namun semua terasa berat. "Woi cepetan naik!" teriak Yuda yang ternyata berhasil menggenggam tanganku tepat waktu, aku masih terpana saat darah Yuda berkucuran ke arah wajahku. "Cepetan woi, sakit nih tangan gue.." aku sadar seutuhnya, aku berusaha menapaki kakiku ke dinding dan memanjat sekuat tenaga. Sampai di atas aku bernafas lega, tadi rasanya sangat mengejutkan. Seolah diberikan nyawa ke dua saja. Aku melihat jas Yuda merah dipenuhi darahnya karena bagian kaca yang pecah menusuknya. Aku menangis dan memeluknya dengan cepat, "Aku tidak menyangka kau sangat perduli denganku.." Desisku, tapi Yuda di bawa suster untuk mendapatkan pengobatan segera. Begitupun aku, ada beberapa kaca di leher dan aku masih shock.
    Aku terjaga semalaman, aku terus terbayang wajah Yuda saat berteriak, wajah khawatir itu.. Dia khawatir denganku! Dadaku kenapa bergemuruh begini? Jangan-jangan aku jatuh cinta dengan pemuda kasar itu... Haaah... Menyiksa, perasaan ini sungguh menyiksa! Aku ingin menengoknya segera. Aku lirik mama tidur di kursi tak mungkin aku ganggu, jam juga menunjukkan pukul dua. Aku mencoba bangun membawa infus, saat membuka pintu aku menabrak seseorang bertubuh tinggi, "Yuda..." desisku pelan. Yuda memerah walau wajahnya tetap sok cool, rupanya dia mau diam-diam menengokku tapi malah ketahuan jadi malu. "Lu gak tidur?" bisik Yuda. Aku langsung memeluk dadanya, "Aku gak bisa tidur, aku khawatir..." Dia menarik daguku, "Gue gak papa, cuma luka kecil..." ucap Yuda memperlihatkan tangannya yang diperban. "Terimakasih pengorbanannya.." Yuda merangkulku ke arah bangku tunggu. Disana sepi tak ada seorang pun yang lewat jam dua pagi. Aku berbaring di paha Yuda, dia juga mengusap kepalaku. Aku memeluk perutnya dan terisak disana, "Hei sudah ngapain nangis sih.. Perut gue jadi basah kan.." "Aku takut..." "Sudahlah, sudah lewat ini... Nyatanya lu selamat. Kayanya lu emang punya banyak nyawa ya.." "Kenapa Yuda mau menengokku jam segini?" tanyaku, wajahnya langsung kikuk. "Gue kebetulan lewat doang.." Aku menggeliat, mana mungkin anak ini mengaku dengan mudah. "Yuda, aku cinta Yuda.." lirihku pelan sambil menggenggam tangannya. Dia hanya terdiam, tangannya sangat dingin pasti dia gugup. Aku juga berdebar, akhirnya luka di hatiku sembuh karena hatiku kembali berbunga. Aku tersenyum girang, memperbaiki dudukku dan menatap Yuda dalam-dalam. Dia hanya menatap lurus. Aku memeluknya dari samping, mengeratkan tanganku di pinganggnya. Dia menoleh, aku tersenyum. Kami bertatapan dalam.

    Umm bibirnya itu.. Ingin sekali aku melumatnya, merah merekah. Dia mendekat, yes! Aku menelan air liurku, mataku terpejam tanda siap. Tapi dia malah menyentil hidungku. Menyebalkan. "Dasar anak kecil.." desisnya. Sesungguhnya aku masih penasaran akan isi hatinya. Bukan itu jawaban yang aku mau. TBC Koment koment... Maaf kalau kesannya biasa saja part ini, buat pemanasan aja hehe.. next part ada chara baru
  • Lanjuta lagi kapan nih...??
    Ditunggu.... @yanz_BCG mksih udah di mention
  • keren, td sempat bca part 1
    di bcg. Eh,. Stlah buka bf trnyata ada. Aku di mention ya kak @yanz_BCG
  • keren, td sempat bca part 1
    di bcg. Eh,. Stlah buka bf trnyata ada. Aku di mention ya kak @yanz_BCG
  • keren, td sempat bca part 1
    di bcg. Eh,. Stlah buka bf trnyata ada. Aku di mention ya kak @yanz_BCG
  • @agungrahmat ya bcg dibajak terpaksa gantung disana.. ntar kalau update tak mention @Syeoull aku usahain besok.. maaf ya kalau alurnya masih berantakan @JonatJco thanks bro
  • @yanz_BCG Siiiiip ditunggu !!!
  • sumpah kereeeen pengen lagiiiii di tunggu ya... 2 part langsung yanz.. hohihi
  • @mr_Kim haha thanks... mudahan terhibur.. tunggu aja ya besok
Sign In or Register to comment.