BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Persimpangan (TAMAT), book 2 di halaman 19

1585961636483

Comments

  • q kira hendra ma yadi bakal panjang :'(
  • yado bodoh! maaf om bro keputusan yadi bikin kesel. kesian hendra, hendra juga gak tegas, kok mau nerima keputusan yadi...

    :'( I hate sikap yadi.... :'(
  • Ricky89 wrote: »
    yado bodoh! maaf om bro keputusan yadi bikin kesel. kesian hendra, hendra juga gak tegas, kok mau nerima keputusan yadi...

    :'( I hate sikap yadi.... :'(

    @Ricky89, kalo udah umur lewati 26, mereka sudah punya konsiderasi lain selain cinta dan hati. Yadi mungkin gak tegas ama impiannya, tapi yadi tahu kalo ndra bisa lbh maju di tempat lain dia sanggup legowo untuk melepas dia, sekalipun melukai dirinya. Ku anggap yadi dewasa...
  • Ricky89 wrote: »
    yado bodoh! maaf om bro keputusan yadi bikin kesel. kesian hendra, hendra juga gak tegas, kok mau nerima keputusan yadi...

    :'( I hate sikap yadi.... :'(

    @Ricky89, kalo udah umur lewati 26, mereka sudah punya konsiderasi lain selain cinta dan hati. Yadi mungkin gak tegas ama impiannya, tapi yadi tahu kalo ndra bisa lbh maju di tempat lain dia sanggup legowo untuk melepas dia, sekalipun melukai dirinya. Ku anggap yadi dewasa...

    tetep gak rela mereka pisah :'( semoga ada kemungkinan kecil mereka bersama
  • @Ricky89, tenang yadi tak akan bernasib sedih.
  • edited September 2013
    life is never flat.........kadang diatas ..kadang dibawah....kadang suka..kadang duka................. :bz
  • YANS FILAN wrote: »
    life is never flat.........kadang diatas ..kadang dibawah....kadang suka..kadang duka................. :bz

    @YANS FILAN, makasih yah apresiasinya. Ku juga sedih sendiri tulisnya, tapi ku udah siapkan sesuatu untuk Yadi di akhir chapter ini juga
  • Setiadi duduk di samping Rontje dengan eksperi kosong. Di benaknya masih terngiang kata- kata ibu Widya:
    'nak, walau kamu berpisah dari buyung, bunda akan tetap jadi bunda kamu. Bunda harap kamu tetap menjaga tali silaturahmi ama kami.' ibu Widya mengatakan kata- kata yang sedikit menyejukkan hatinya sambil memeluknya.
    "Nak Yadi, saya hargai pengorbanan kamu untuk buyung. Saya dan bunda akan berdoa khusus untuk kamu supaya mendapat kebahagiaan dalam hidup kamu. Saya sudah anggap kamu anak ayah."
    "Ayah, bunda, terima kasih udah anggap saya keluarga. Saya janji akan tetap menjadi anak baik bagi ayah dan bunda." jawab Setiadi sambil menata hatinya yang baru saja berantakan.


    "Mas, jangan di tahan mas, nangis aja mas, gak sehat di tahan. Ada kita- kita disini."
  • Setiadi menarik nafas panjang, menghembuskannya dengan nafas tertahan... Isakan demi isakan perlahan keluar lembut, makin menyesakkan dada. Setiadi menutup matanya, berusaha meresapi air matanya, perlahan- lahan turun menyusuri pipinya yang putih bersih.


    Rontje pun larut dalam kesedihan Setiadi, meraih pundak Setiadi, merangkulnya. Isakan tangis mereka berdua terdengar sangat jelas dalam mobil yang di kemudilan Jimmy. Johan di kursi depan mau tak mau ingat kembali waktu- waktu pertama berteman dengannya. Ia pun tak mampu menahan air matanya, mengambil tissue mengusap matanya. Jimmy yang paling tahu derita Setiadi, berusaha berkonsentrasi menyetir.
  • "Di, lu nginep ama kita yah, gua gak bisa ninggalin lu sendiri di rumah lu." Jimmy berbicara dengan Setiadi sambil memegang tangannya cukup erat untuk menunjukkan keseriusannya.
    "Gak usah Jim, gua pulang aja." jawab Setiadi hampir tanpa ekspresi.
    "Jangan debat... Gua gak mau lu sendiri. Gua ambil baju- baju lu."
    "Biar aku aja yang ambil." sahut Johan.
    "Mas Yadi, biar kita pikul kesedihan mas sama- sama, saya kan adik mas juga." Rontje berbicara dengan suara tercekat.
    "Makasih yah, kalian bener- bener temen sejati."


    'Cin, Yadi kemarin baru pisah dari Hendra, dia ke aussie' sms Jimmy kepada Cindy.
    'Hah? Nanti malem gua ke sana'


    Sorenya, Cindy pulang eksta cepat karena sudah seharian gelisah akan keadaan Setiadi. Dengan tergesa- gesa Cindy mengetik sms,


    'Ran, gw ke Yadi dulu, dia broke up ama Hendra, mau temenin dia'


    Baru saja menghidupkan mobil, ponselnya pun berbunyi. Dengan tergesa- gesa ia mengambil ponselnya tanpa melihat siapa yang menelpon.
  • "Cin, tunggu gua, sekarang gua udah mau jalan, please tunggu gua, gua harus lihat dan hibur Yadi juga."
    "Oke, gua tunggu di rumah yah."
    "Oke, thanks Cin."


    Satu jam Cindy menunggu Randy dengan tak sabar. Layar tv ia lihat dengan pandangan menerawang. Ia tahu Jakarta sudah jauh bertambah macet, jadi tak bisa salahkan siapa- siapa kalau perjalanan Randy memakan waktu 70 menit lebih. Akhirnya pintu pun di buka.


    "Sori Cin, macet."
    "Iyah, gua ngerti. Ran, lu baiknya mandi ganti baju deh, kita mau nyaman di tempat dia."
    "Oke, thanks Cin, ku pengertian banget"


    Cindy mengacungkan lari jempol ke arah Randy sambil tersenyum.


    Sekitar jam makan malam mereka pun sampai di tempat Jimmy, sesudah mereka membeli makanan untuk semua, pizza kurang lebih 4 buah.
  • Suasana di rumah Jimmy cukup ramai, Jimmy, Johan, Cindy, Randy, Rontje dan Setiadi yang masih murung. Mereka berusaha untuk membuat suasana reuni, agar Setiadi bisa sedikit melupakan patah hatinya. Johan yang menceritakan kepada Randy semua detail kronologis dari awal mereka berpisah. Randy pun tak sadar matanya merah. Ia tak tega Setiadi yang masih ia kasihi harus bertubi- tubi- tubi kehilangan orang yang ia cintai.


    Di rumah kala santai barulah Randy menceritakan apa yang ia dengar tadi. Mata Cindy pun berembun mendengar ceritanya.
    "I just want Yadi to be happy. Gak adil Yadi baek kayak gitu harus apes melulu." jawab Cindy kontemplatif, sambil melihat ke arah lantai.
    "I wish I could do something for him."
    "Sabar Ran, to every problem belong a solution. Biar kita cari jalan yang terbaik nanti."
  • Setiadi pun tinggal bersama Jimmy dan Johan. Sesekali mereka bertiga membersihkan rumah Setiadi. Satu hari Sabtu pagi menjelang siang, mereka bertiga sedang membersihkan rumah Setiadi bersama- sama. Johan mengepel lantai, sesudah Jimmy dan Setiadi menyapu dan membersihkan debu seisi rumah. Sejak beberapa saat Setiadi sedang membenahi lemari pakaiannya, Jimmy sedang menyeduh es teh untuk mereka. Jimmy memanggil Setiadi untuk duduk pantai di ruang tamu menikmati jalanan dan es teh buatannya.


    "Di, nih santai dulu yuk." panggil Jimmy.


    Tak terdengar jawaban. Mereka pun bingung, sedang apa Setiadi di kamar tidurnya selama itu. Johan memberi isyarat untuk melihat ke dalam kamar. Mereka pun berjalan ke arah kamar, dan melihat Setiadi sedang duduk bersila di lantai sambil ke dua tangan nya menutupi wajahnya. Jimmy duduk di sebelah Setiadi, melingkarkan tangannya pada pundak Setiadi.
  • "Gua liat beberapa baju Ndra di lemari, belum dia ambil... Gua... Gua..."
    "Udah Di, sssst... Sssst nangis aja Di, keluarin aja." sahut Jimmy sambil memeluk dan membelai kepalanya lembut membiarkan Setiadi menangis sesegukan pada pundaknya.


    Kali itu dengan mata kepala sendiri Johan melihat kwalitas persona Jimmy. Jimmy terlihat seperti batu karang yang melindungi Setiadi di setiap dia di hantam badai. Johan pun tak bisa tidak ikut menangis, terharu melihat kepahitan Setiadi juga tergerak hatinya melihat Jimmy yang sigap menopang Setiadi yang sedang runtuh. Benar- benar ia merasa mendapat lelaki sempurna. Johan tak bisa lebih bersukur lagi bertemu dengan Jimmy, sosok pendamping sempurna.
Sign In or Register to comment.