Antara Perasaan, Logika, dan Ekspektasi

sinjai

semakin kuat ku tahan perasaan dengan logika yang bak benteng yang kokoh, pada akhirnya runtuh juga, sekuat-kuatnya logika menangkal perasaan itu, masih kalah jauh dengan kekuatan perasaan.
pada akhirnya aku hanya bisa agar tidak gila, dan melakukan hal bodoh, tapi deep inside deritanya tak terhingga.

sinjai

@hakenun ih 16 tahun itu tahun berapa jeung? #lol

hakenun

Mmm okey, gw emang blum genep 16 tahun. Dua bulan lg gw 16

egalite

terkadang kita gak pernah memilih untuk jatuh cinta kepada siapa , cintalah yang memilih kita..
and it leads you to him. somehow you're just already fall in love.

blender

egalite wrote: »

terkadang kita gak pernah memilih untuk jatuh cinta kepada siapa , cintalah yang memilih kita..
and it leads you to him. somehow you're just already fall in love.

Begitukah? Kehendak manusia punya tempat gak di sana?

egalite

terkadang takdir dan kehidupan gak berjalan sesuai kehidupan kawan...

blender

sinjai wrote: »

semakin kuat ku tahan perasaan dengan logika yang bak benteng yang kokoh, pada akhirnya runtuh juga, sekuat-kuatnya logika menangkal perasaan itu, masih kalah jauh dengan kekuatan perasaan.
pada akhirnya aku hanya bisa agar tidak gila, dan melakukan hal bodoh, tapi deep inside deritanya tak terhingga.

Hmm, kalo begini jatohnya anugerah atau kutukan ya? Sering. Sering banget gue akhirnya memilih untuk jadi mesin. Menolak dekat dengan hal-hal semacam afeksi gitu.

Ternyata itu semacam mekanisme perlindungan diri...

blender

egalite wrote: »

terkadang takdir dan kehidupan gak berjalan sesuai kehidupan kawan...

Sayangnya takdir dan kehidupan kita yang buat juga, bukan begitu? Kalo kesempatannya hanya datang satu kali, mau pilih perasaan atau logika?

Fatih22

Pilih mati

blender

Fatih22 wrote: »

Pilih mati

Haha jatohnya jadi fatalis

blender

Han_Gaozu wrote: »

"C" it apa bang?
Cinta kah?

C, seperti pada C yang lo rasa pecah ketika usai suatu hubungan

hakenun

Wkwkwkwkwk ) )

rigil

hadeuh !!! Dari kelas satu sampe lima sd bahkan sampe kelas enam SD Semester pertama, guru banyak yg gak tau siapa anak ini, ya dia keponakanku. Nilai pas-pasan yg penting naek kelas. Seperti gak peduli dgn pelajaran, yg lain ikut les privat dia malah sibuk main internet via mobile, ketika org banyak yg memandamg sebelah mata,dia cuek saja.

Kemaren kelulusan SD Dia menjadi yg terbaik. Proses menentukan hasil akhir. Dan hasil akhir begitu penting bagi keponakanku... Jadi ternyata selama ini keponakanku melewati proses itu

skyscraper

Sebenarnya hasil itu pencapaian kan? Kalau hasil dari suatu hal pasti dibarengi dengan waktu. Kalau satu bulan kamu langgeng, berarti kamu berhasil di satu bulan itu. Proses emang jadi bagian penting dari suatu hasil. Tapi hasil mana yg mau kamu capai?

blender

Han_Gaozu wrote: »

gw pernah dgr kisah.
Seorang pemuda melihat bayangan bulan di dalam sungai.
Diambilnya air yg ada bayangan itu dgn botol dan kembali k rumah.
Lalu dia keluarkan air itu tapi tidak ada lagi bayangan bulan di dalamnya.
Dia akhirnya sadar bahwa tidak semua yang iya ingin bisa didapat.

Sama kaya lu bang.

Pada akhirnya bebas untuk punya ekspektasi setinggi apapun, tapi silakan tanggung sendiri resikonya. Perasaan itu tanggung jawabmu sendiri kan?