It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
SUDAH seminggu ini aku merasa menjadi pria yang sangat beruntung. Karena memiliki seorang pujaan hati yang sangat mengerti semua inginku. Dia tidak pernah telat, ketika kami janjian untuk bertemu. Dia tidak pernah marah padaku ketika aku terlambat untuk menemuinya. Aku benar-benar merasa menjadi pria yang memiliki luck factor terbesar didunia. Memilikinya bagaikan memiliki Nabi Yusuf as. yang dalam literatur islam merupakan manusia tertampan didunia ini.
Namu, masih ada saja hala lain yang menganjal dalam benakku. Ketika bersamanya, aku merasa sangat bahagia. Pun demikian sebaliknya. Duka dan amarah yang dulu sering tergambar jelas dimatanya perlahan mulai memudar. Tapi, setiap aku telah jauh darinya. Disetiap aku terdiam hendak tidur didalam bilikku, aku selalu teringat akan mata sendunya dulu. Dan ketika mengingatnya hatiku terasa sakit, yang tidak dapat kujelasakan mengapa.
Sudah berkali-kali aku menagih janjinya untuk mengatakan padaku semua tentang dirinya. Tanpa terkecuali. Tapi, dia hanya menjawab, 'Suatu hari nanti kamu juga akan tau' hanya itu yang keluar dari bibirnya.
Sekarang aku sudah tidak dapat lagi menanggung semua rasa penasaran lebih lama lagi. Rasa menekan ini sungguh sangat menyakitkan! Maka aku mengambil handphone yang terletak diatas nakas ku, lalu menekan tombol call setelah menekan tombol angka 1 -sebagai panggilan cepat ke nomornya.
Dia lalu mengangkat telpon ku setelah terdengar dering pertama dalam handphone ku.
"Hallo, Yang? Ada apa?" Suara jenih yang sangat kusuka menyapaku dengan nada antusias yang berlebihan.
Sejak kami resmi jadian dia sudah mulai menunjukkan rasa sayangnya padaku, seperti dengan menyebutku dengan : sayang atau my prince -yang selalu membuatku merasa melayang kelangit yang ketujuh ketika dia mengucapakkannya.
"Hmmm... Gak ada apa-apa kok, Yang. Gue..." Kata-kataku dipotongnya sebelum aku menyelesaikan satu kalimat penuh.
Aku lupa! Setelah kejadian gazebo itu kami sepakat tidak ada kata panggilan Gue-Lo lagi dalam kamus perbendaharaan kata kami, yang ada hanya Aku-Kamu. Aku memang seperti ini kalau sedang dilanda rasa penasaran yang sangat membuncah. Sering linglung sendiri kalau sudah begini.
"Ia, maaf." Aku cengengesan. "Aku nelpon kamu, cuma mau bilang pengen ketemuan aja sama kamu, Yen. Aku udah kangen banget sama kamu."
"Kalau gitu, nanti pukul 17:00 aku jemput kamu ya. Amu dandan yang cakep ya, Sayang!"
"Oke. Bye!"
"Bye!"
***
Jam 17:00 tepat, Brian -pacar idaman setiap insan- sampai dirumah. Dan sudah dapat dipastikan akan kebiasaan burukku. Aku pasti akan membelalakkan mata selebar yang kubisa, dan membuka mulut selebar-lebarnya, akibta ulahnya. Bagaimana tidak? Setiap dia menjemputku dia selalu menggunakan mobil yang berbeda. Yang pasti, aku tidak tahu merknya, dan aku tidak mau tahu harganya karena pasti harganya benar-benar diluar jangkauanku. Dan aku yakin, kalian pasti akan iri setengah mati melihat ku menaiki mobil itu. Aku berani jamin itu!!
"Oh... Ayolah, My Prince! Jangan dibuka lebar-lebar gitu mulutnya! Nanti masuk lalat lho." Ujarnya ketika sudah sampai didepan wajahku.
"Eh... Oh... Siapa yang buka mulut lebar-lebar? Tadi aku cuma lagi nguap aja kok." aku mencoba untuk mengelak, namun, sepertinya tidak akan berhasil. Karena, wajaku tidak dapat diajak untuk berkompromi dengan mulutku. Wajahku memanas olehnya.
"Ayo!" Ajaknya sambil membukakan pintu penumpang untukku.
Hawa sejuk dari AC dan harum dari pewangi mobil langsung terhirup indra penciumanku begitu aku memasuki mobilnya. Harum yang sangat lembut dan memabukkan.
"Kita mau kemana?" Tanyaku ketika Brian tengah melajukan mobilnya sedikit kencang di tengah jalan raya menuju ke selatan kota.
"Udah, kamu tenang aja! Nanti juga kamu akan tahu kok." Ujarnya dengan senyum separonya yang sangat memikat.
***
"PANTAI?" jerit Bino begitu kami memasuki area pantai ini.
Sedari tadi, ketika kami turun dari mobil dan berjalan beberapa ratus meter melewati jalan setapak, yang dikelilingi dengan pepohonan Ek yang lebat, Vino terus saja mengoceh dan mengoceh yang tidak jelas. Dan aku hanya mendiamkan dan membiarkannya saja, karena aku tahu, nanti dia akan melihat hal yang sangat menakjubkan setelah bersusah-susah seperti ini.
Aku sengaja memiliki pantai untuk tempat kencan kami kali ini. Karena aku tahu, pantai ini cukup sepi dan cukup untuk memberi kami privacy untuk menceritakan rahasia negara sekalipun. Aku tahu tujuan utamanya ketika meneleponku tadi. Dia tidak hanya rindu padaku namun, juga inin mengetahui semua tentangku. Itu semua terdengar jelas dari nada bicaranya.
"Ia, ayo!"
Kami melangkah berinringan sambil bergandengan tangan. Disini kami bisa melakukan semua keinginan kami. Tidak perlu takut ada yang melihatnya. Karena, selam aku pergi ke pantai ini, tidak pernah sekalipun, aku melihat ada orang disekitar sini. Mungkin karena posisi pantai yang terlalu menjorok kedalam hutan dan jalan yang berliku-liku membuat mereka malas untuk masuk kedalam hutan.
"Ayo duduk, Vin!"
Setelah menemukan tempat yang paling cocok unuk melihat sunset, kami duduk berjajar kesamping. Memandang jauh keujung laut. Menatap keindahan cakrawala petang yang mempesona. Sang raja siang yang akan kembali keperaduannya, yang memberikan semburat warna jingga yang sangat indah.
Selama ini aku hanya sendirian kepantai ini. Melihat terbanamnya matahari seorang diri. Tanpa ada yang menemani, walau ada yang mengajakku untuk menikmati sunset bersama tapi aku selalu menolak. Aku tidak merasa cocok bersama mereka. Namu kini, aku telah ditemani someone special yang telah mengisi relung hatiku. Someone, yang akan dengan senag hati, menemaniku, mendengarkan setiap keluh, kesah dan bahagia ku. Akan kuceritakan semua yang kurasakan padanya. Semuanya!
"Aku udah siap." Ucapku, masih dengan memandangi langit yang sudah mulai menguning.
"Siap untuk apa?"
"Aku udah siap untuk menjawab semua rasa keingin tahuan mu itu, Vin." Ujarku, memperjelas maksud ucapanku sebelumnya. Sambil memandang wajah manis dengan mata bulat besar degan hidung mancung, yang memandangku dengan tatapan bingungnya.
"Oh." Ucapnya. Kemudian berdehem -mungkin untuk menghilangkan sesuatu yang telah menyumbat tenggorokannya, kemudian dia melanjutkan. "Kalau aku boleh tahu, kenapa kamu bisa jadi seperti..." Dia tidak melanjutkkan kata-katanya.
Aku tahu maksud pertanyaannya itu. Jadi aku menjawab tanpa menunggu dia menyambung pertanyaan yang tidak terlesaikannya.
"Oke, I get your point" Aku memulai penjelasan panjangku.
"Dulu, sekitar 79 tahun yang lalu, aku masih hidup dengan keadaan yang sangat menyenangkan. Memiliki Mama dan Papa yang sangat menyayangiku. Memiliki seoarang adik lak-laki yang bisa kumanjakan kapanpun aku mau. Memiliki keadaan ekonomi yang cukup baik ditengah gempuran krisis moneter yang berkepanjangan. Hidupku tenang dan damai. Semuanya terasa sangat menyenangkan.
"Hinga, datanglah hari itu. Hari yang paling kubenci dari semua hari yang kujalani. Rival Papa menuduh Papa melakukan hal curang. Dia mengatakan kalau Papa ada 'main' dengan bosnya, yang kebetulan dia dulunya janda satu anak. Rival Papa menuduh Papa mendekati bos Papa hanya untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi lagi.
Padahal, Papa dekat dengan bosnya hanya karena bos Papa menginginkan aku -yang dia tahu memiliki paras yang diatas rata-rata dan memiliki kelakuan yang sangat baik, untuk menjadi menantunya. Menjadi suami dari anaknya yang terkenal denan kecantikan tiada tanding kala itu.
"Rival Papa itu, benar-benar marah ketika mendengar berita bahwa Luci-nama anak bos Papa- akan menikah denganku. Hinga Bajingan itu tyga membunuh Papa, Mama, Adikku, calon mertua ku dan Luci. Semua orang yang kucintai pergi direnggut secara paksa dariku. Semua pergi dariku dalam waktu yang berdekatan. Hingga, tinggal aku seorang yang mereka sisakan. Semua harta keluargaku dan keluarga calon istriku dirampas habis oleh mereka.
"Dan yang membuat aku semakin sakit hati dan menderita ketika polisi bagaikan angkat tangan dari kasus pembunuhan serta perampasan itu. Hidupku benar-benar menderita kala itu. Disaat aku berumur 20 tahun aku tidak memiliki siapa-siapa. Aku ingin menuntuk balas pada Rival Papa itu. Membalaskan dendam yang telah tertanam dalam benakku sejak lama.
"Hingga aku bertemu dengan seorang wanita cantik. Awalnya aku mengira dia adalah seorang bidadari yang diturunkan Tuhan untuk membantuku. Harum tubuhnya sama dengan aroma tubuhku saat ini. Namun, aroma dia tercium lebih lembut dari aroma ku. Dia mengatakan bisa membantuku untuk membalas dendam pada mereka yang telah menghancurkan hidupku, bahkan, aku bisa menghancurkan samapi keturunan terakhirnya kalau aku mau. Dia membantuku merubah diriku seperti sekarang.
Dia terus mendengarkan tanpa menyela setiap kata yang keluar dari mulutku ketika aku mendongeng. Da terlalu tenang utuk mendengar semua penuturanku. Sikapnya yang seperti inilah yang mampu membuatku mencintainya lebih dalam dan lebih dalam lagi.
"Aku tidak pernah menyangka kalau kehidupan kamu benar-benar menggerikan sekaligus mengharukan!" Ucapan pertama kali yang keluar dari mulut priaku ini.
"Kamu mau lihat tempat aku merubah diriku?" Tanyaku padanya.
"Tentu." Jawabnya sembari memeluk tubunhnya sendiri.
"Kamu kedinginan! Maaf aku yang tidak terlalu memperhatikan kamu."
Aku lalu melepas jaket yang sedari tadi bertengger ditubuhku, lalu memakaikannya pada Vino. Dia hanya diam tanpa meronta sedikitpun. Mungkin dia terlalu kedinginan untuk melawan setiap perbuatanku.
"Ayo!"
Lalu kami berjalan kedalm hutan. Setelah mengangkat tanganku meghadap kearah pohon Ek yang bersusun rapat -sebagi kunci- maka pohon Ek itu menyingkir kekiri dan kekanan. Kulihat Vino membuka mulutnya selebar-lebarnya seperti berseru wow tanpa suara.
Lalu kami melewati jalanan yang sudah tebentang di depan kami dan mulai memasuki ruang tak kasat mata. Dan cekali lagi, mata Vino menatap takjub pada komputer dengan layar super besar melinkar disekeliling ruang ini.
"Laya komputer ini bisa melacak keman aku pergi. Ketika aku sudah merubah bentukku tentunya. Kalau kamu ingin melihat aku, ketika aku sedang tidak lengkap kamu bisa datang kesini. Kamu tidak perl khawatir kalau masalah pohon Ek itu, karena aku sudah memasukkan dna helaian rambutmu untuk dijadikan kunci sebagai pembukan jalan pepohonan ini." Jelasku padanya tanpa ditanya.
"Lalu, ruangan kamu untuk mengubah tubuhmu dimana?" Tanyanya seperti orang yang tidak sabaran.
"Ayo ikut aku!"
Lalu aku masuk keruang tengah -ruang tak kasat mata ini- ynag diikuti Vino dari belakang. Dan Kalian pasti tahu apa yang terjadi pada Vino ketika memasuki ruang tengah ini. Tep, tebakan kalian benar banget. Dia kanget bukan main ketika melihat batu mulia tang bertaburan dalam berbagai ukuran disana. Kilau batu mulia ketika terkena sinar lampu membuat batu-batu itu bersinar berlomba memancarkan warna-warna mereka yang sangat indah.
"Aku duduk tepat ditengah batu itu." Tunjukku pada batu yang paling besar. "Itu batu Red Diamond, batu merah yang sangat aku suka."
"Jadi kamu yang memiliki semua batu mulia ini?"
"Ia, kami memiliki ketertarikan pada benda yang berbeda-beda."
"Kami?" Tanyanya. Keningnya mengernyit menyebabkan kedua alis tebal sempurnanya bersatu ketika menanyakan hal itu. Ekspresinya benar-benar lucu dan aku sangat menyukainya. Tuhan, aku bear-benar mencintai makhlukmu ini!!
"'Kan tadi aku sudah jelaskan padamu, kalau aku ini makhluk yang bisa diciptakan dengan keahlian khusus. Itu artinya makhluk imortal -kalau bahasa orang barat- ini bisa dicipakan. Dan kami tersebar diseluruh penjuru dunia ini."
"Oh, aku mengerti sekarang."
"Kamu kelihatan letih sekali hari ini."
"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit mengantuk."
"Ya sudah. Ayo aku antar pulang."
"Kamu nginap dirumah aku aja ya?"
"Lho kok? Memangnya boleh?"
"Boleh donk. Masak pacar sendiri gak boleh nginap dirumah aku sih?"
Lalu kami berjalan menuju mobil meninggalkan ruangan ini.
***
"Kayaknya udah pada tidur deh." Kata vino, begitu kami sudah berada di carport rumahnya.
Lampu ruang depan rumahnya telah dimatikan. Setelah turun dari mobil kam masuk kedalam rumah langsung menuju kedalam kamar Vino dilantai atas. Setelah sampai dikamarnya. Vino angsung menutup pintu seadanya yang aku tahu kalau pintu itu tidak tertutup rapat.
Dia tanpa tedeng aling-aling langsung menciumku dengan begitu buas dan liarnya. Hingga aku hilang kesadaran dalam permainanya. Namun setelah aku berhasil mengembalikan kesadaranku tadi aku melepaskan ciuman ami. Lalu memegang bahunya agar memberi jarak untuk kami berbicara.
"Tadi katanya kamu ngantuk?"
"Itu 'kan tadi. Sekarang aku mau ininya kamu." ucapnya sembari memegang benda yang tergantung diantara kedua pahaku.
"Nakal juga kamu ya!"
Setelah menyelesaikan kata-kataku tadi, Vino langsung menerangku habis-habisan. Aku juga membalas ciumannya dengan sama ganasnya.
Bibirku turun dari bibirnya menuju lehernya yang terbuka sedikit. Lalu menarik paksa t-shirt -sebelumnya dia telah melepas jaketku tadi dicarport-
***
Huuufffttt...
Update lagi semuanya. Agak anehkah karya ku kali ini? Semoga gak ya...
@tialawliet : Gak lebay ya? Syukurlah. Tadinya aku ngira lebay banget.
@Rikky_Kun : Kurang panjang? Berarti kurang banyak make Arabian Oilnya. Hehehe, ini udah dilanjut, Bray.
@ElninoS : Kependekan ya? Kalau ini udah panjang belum?
@rubysuryo : Kepingin sih. Tapi gk pingin ngeliat dy lagi ngambil nyawa orang. Tobat dah!!
@arya404 : Nah kan. Ketahuan deh.
@masdabudd : Maklum aja, Pak. Arabian Oilnya kurang. Hehehe
@Rez1 : Thx, ini udah aku lanjut.
@bi_ngung : Begitulah kira-kira.
@Adam08 : Thx...
@yuzz : Ini udah dilanjut, Tante.
@ularuskasurius : Kamu gak terlalu banyak nuntut kok, Uda. Itu semua masukan yang bagus banget buat aku. Coba semua yang baca kayak kamu. Pasti bakalan sempurna tulisan akunya. Thanks banget ya.
@Bintang96 :
@4ndh0 :
@agungrahmat : Ini udah dilanjut.
@chibipmahu : Belum selesai postnya udah di comment. Tapi gpp deh. Thx ya udah mau mampir kemari...
Hope all of you enjoy my writing. Happy reading.!.
kentang deh vino ma brian, lagi asoy malah ada gangguan.
ane mau nanya...
kamu org ketapang ya?
ane mau nanya...
kamu org ketapang ya?
klo boleh kasih saran,part brian kasih tauin masa lalunya itu kurang dramatis. tanggapan vinonya jg terlalu datar.tapi tetep keren. ditunggu update selanjutnya.
o iya, ntar adegan panasnya panjangin ya...
˘ ºˇ ώκώЌώκ ˚•☺•˚ώκώЌώk