It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kalo mau nulis cerita baru, tulis saja tapi jangan diposting sebelum cerita ini kelar!
*jadi pengen punya bf kayak bang juju. hahaha
lagi ada maslah sama orang orang di Pabrik,,,
kayaknya bakal update lama,,,,
sorry bgt ya,,, @beepe, @zhar12,@obay, @awansiwon trus @czeslaw,,,
kalo bisa update kayaknya di fesbuk dulu deh,,,
liat aja yah di catatan [email protected]
makasihh
jangan lupa dilanjut ya..
#pelukTS
padahal kemaren udah minta cuti buat balikin mood nulis, tapi gak bisa juga,,,
bismillah,,,,,,
Cilacap, 3 hari ini gue bakal ke cilacap. Mau kondangan ke rumah temen, undangannya udah pake kata nyolot, "gak dateng, gak pren"
terpaksa gue harus boyong si Ardy buat ngikut, soalnya dia ngotot pengen ngekor kemanapun gue pergi.
Setelah menjejalkan obat obatan ke bagasi mobil. Kami meluncur menuju pintu tol, melewati tol cikampek yang pada pagi ini seperti biasa ramainya. Berharap cuaca masih bisa sebaik kemarin dalam 6 jam perjalanan ini.
Entah berapa kilo yang udah kamu lewati, yang gue tahu, pundak gue pegel pegel kesemutan di senderin kepala si Ardy. Belum lagi tangannya yang kenceng banget nempel di tangan gue. Padahal anaknya merem dari tadi.
kaya gak mau ngelepasin sedikitpun.
Setelah 30 menit ngobrol tentang keadaan masing masing dan memberikan amplop, Ardy mencak mencak ingin menjauhi keramaian pesta pernikahan ini.
Gue dengan muka merah dan rasa malu plus gak enak pun harus pamit sama temen se Perjuangan dulu.
Gue bawa dia ke daerah Banyumas, Fotografi kan hobynya.
Gue inget waktu sekolah dulu, sehabis hujan, disore atau pagi hari. Di gunung daerah Kalibagor, ada bumi perkemahan. Disana ada sebuah perkebunan karet, hijau, hitam dan kuning. warna warna itu bakal muncul disana bila hijaunya hutan, gelapnya awan mendung dan setitik sinar matahari yang menerangi hutan karet itu
Membawa dengan tangan gembiranya kamera DSLR Merk nikon, bukan kamera kecil merah yang selalu di gantungkannya di leher.
Memencet shutter di sembarang tempat, membuat cahaya blitz menerangi keredupan di kebun karet yang masih menyisakan sedikit kabut walau di sore hari.
tawa jenakanya menggema di antara hijau dan rindangnya pohon karet.
"hati hati Dy, rumputnya masih basah!!"teriakku
walau hati masih agak kesal oleh tingkahnya di tempat temanku tadi. Tempat ini membuat hatiku lebih nyaman, Udara dingin dan hijaunya daun dan rumput membuat suasana hatiku baikan lagi.
"kak, sini deh aku tunjukin tehnik levitasi" Ardy mendekatiku
dia lalu menyetting kameranya, merubah ISO jadi 200, mengubah speed nya jadi cuman beberapa detik per shoot,
"kakak jadi model yah??"
Ardy lalu memasang kamera tepat di wajahnya, mengintip dari lubang pengintip melihatku berdiri kaku di depannya.
"ayo kak, lompat, ntar aku ambil gambarnya waktu kakak lompat. Biar kesan terbangnya kelihatan"
jari jari kecilnya memutar mutar diafragma kamera itu.
"kok gue??? nggak mau ah,, mending gue yang ambil gambar elu aja deh di,, sini"
aku mendekati bocah itu, merebut kamera yang dipegangnya.
"tinggal pencet shutter ini doang kan waktu Ardy lompat??"
"iya kak,,,"
Ardy mulai menjauh beberapa meter, berdiri di samping tepi bukit yang menjorok curam dengan batu batuan gunung dibawahnya.
" satu,,, dua,,, yaaapp!!!!"
lampu blitz dan suara bising kamera membuatku tersentak kaget,
"kakak!!!!"
kulihat dimana Ardy terakhir berdiri, kini kosong. Yang ada cuma teriakan Ardy di bawah sana, di tanah yang menjorok itu. Aku langsung berlari, melihat apa yang dibawah sana.
Ardy dengan wajah ketakutan sedang mencengkeram akar akar pohon Karet, kaki kakinya menginjak pohon karet kecil yang mulai bengkok hingga hampir patah menahan berat tubuhnya.
Pasti saat melompat tadi dia terpeleset rumput basah.
"pegang tangan kakak!!"
aku mengulurkan tanganku, namun tak bisa menjangkaunya.
Ku lepaskan tali pengikat kamera, lalu menautkannya pada pohon didekatku.
mencoba lagi untuk meraih tangan Ardy dengan memperpanjang jangkauan berkat Tali kamera itu.
"dapat!!!" teriak kami bersamaan.
langsung ku sentakkan tangan Ardy dan ku tarik keatas. Dia jatuh tersungkur di sampingku.
tapi tiba tiba, pohon yang bengkok tempat Ardy berpijak tadi melesat karena kehilangan beban yang menindihnya.
Pohon kecil seukuran tiga jari itu menghantam hidungku ketika aku mencoba bangkit menolong Ardy,
"plaaakkkk!!!"
rasanya seperti di tonjok
aku mulai kehilangan keseimbangan.
dan mulai jatuh kearah jurang kecil itu.
yang kuingat aku menggelinding, menabrak pohon pohon kecil dan semak semak pendek berduri. Dan ketika tubuhku berhenti menggelinding. Kepala, tangan dan kakiku terasa menabrak tembok. Lalu aku membuka mata.
tangan kananku berdarah dan banyak batu batu seukuran bola kaki di sekitarku.
teriakan Ardy yang memanggilku mulai terasa menghilang. Badanku tak berasa lagi. Lalu mataku dengan refleksnya kehilangan cahaya perlahan. Lalu gelap Total.
hanya itu yang kuingat
Kurasakan tanganku perih dan sakit, lalu kepalaku pusing. Ingin ku gerakan kakiku. Tapi rasanya berat dan sakit. rasa nyeri diseluruh badan terasa menggangguku. Belum lagi rasa perih di beberapa bagian kulitku.
aku mencoba membuka mataku.
mulanya cuma terlihat gelap, lalu begitu terang hingga membutakan mata.
Tapi setelah beberapa detik mataku mulai membiasakan diri.
Sebuah ruangan bercat putih, dengan Ac di pojokan sana. Tv yang menyala, dan korden putih yang menutupi jendela.
ooh ini pasti ruangan dari neraka dunia, RUMAH SAKIT
bau obat mulai membuatku mual, menyumbat hidungku, bayanganku akan masalalu mulai dihimpit oleh rasa nyeri dan sakit di setiap senti tubuhku.
Aku bersyukur akan hal ini.
tanganku terasa hangat, terasa berat karena digenggam seseorang.
Kulihat Ardy sedang Asik dengan I-podnya, menggenggam erat tangan penuh perban dan plester luka.
tangan kiriku terasa tertusuk.
pasti jarum infus.
Ardy mulai tersenyum ketika melihatku sedang membuka mata dan memperhatikannya.
"are you ok??"
aku cuma mengangguk berat, kepalaku masih pusing dan sakit.
"kakak kemarin jatuh, bergulingan di kebun karet. lalu nabrak batu batu gedhe di bawah sana. Butuh waktu 2 jam buat nyabutin duri duri ditubuh kakak, tapi semua luka dan memar udah diobatin kok. Tinggal kakinya doang yang perlu di gips"
dia mengelus pipiku,
"cepetan sehat ya kak, ntar biar bisa main lagi"
"gue emang ceroboh ya Dy"
suara serat dan beratku keluar. Apa ada maslah dengan leherku??