BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

The Night, and The Day - END - page 111

1959698100101117

Comments

  • Rex's View

    "Sudah semuanya...?"
    Aku melirik ke arah Greg yang membalas pertanyaanku dengan anggukan, ia menyarungkan kembali pedangnya yang berlumuran darah.
    "Sudah semuanya, memang lebih mudah karena sebagian sudah dibereskan per grup..."
    Arvyn menggunakan Wind Rune miliknya untuk meniup darah dari bajunya hingga bersih, kemudian merapikan letak rambutnya.
    "Memang lebih mudah merobohkan rumah kalau pilarnya sudah dihancurkan satu persatu..."
    Aku menjilat sabitku, sambil melirik ke arah sosok wanita yang duduk ketakutan di hadapan kami.
    "Jadi, apa pengakuanmu... Mayor Anabelle...?"
    Aku menatapnya dengan wajah sesenang mungkin, membuatnya meringkuk ketakutan di lantai.
    "Bagaimana... Bagaimana bisa kalian membunuh semua anak buahku...?"
    "Apa ini? Jelaskan semua ini!"
    Yue berteriak kebingungan, dia sedari tadi hanya terdiam membisu menyaksikan kami habis membantai semua pasukan Jowston.
    "Yeah, jelaskan padaku!"
    Pixel berteriak dari arah lain kerumunan, tapi tampaknya ujung toyanya sudah basah oleh darah.
    Dasar IQ jongkok, tidak tahu apa apa tapi ikut menyerang.
    "Alvin! Apa apaan ini!"
    Aku melirik ke arah Arsais, tampak sama kebingungannya, begitu juga dengan pasukanku, dan Anabelle yang hanya bisa meringkuk ketakutan.
    "Aku hanya melakukan pembersihan... Aku tidak mau ada pengkhianat di dalam pasukanku..."
    "M...Maksudmu apa Vin?"
    Arsais tampak semakin kebingungan.
    "Kau tanyakan pada wanita itu, apa yang dilakukannya selama ini!"
    Kanna menunjuk pada Anabelle yang menunduk, tubuhnya tampak gemetaran.
    "Kenapa?"
    Aku maju ke arahnya, menarik sabitku kembali.
    Sabit hitam itu berkilap memantulkan cahaya ke lantai, membuat Anabelle terjembab mundur karena terkejut.
    "Kamu ga bisa bicara?"
    "mmm... MMh..."
    Anabelle hanya bisa bergetar hebat, dia menatapku dengan mata berair.
    "Ahh, menangis? Apa aku harus membuka kedokmu, mata mata Harmonia...?"
    Sierra maju, menarik rambut Anabelle dengan keras, memaksanya berdiri dengan kepala tengadah.
    "Selama ini, ada mata mata diantara kita, kalian tidak merasa kebingungan kenapa selama ini pergerakan kita seakan sudah direncanakan oleh Harmonia? Kalian tidak sadar kalau selama ini semua informasi kita bocor?"
    Kanna berteriak dengan lantang.
    Aku maju kembali, memegang dagu Anabelle dengan lembut, kemudian menyeringai padanya.
    "Orang ini adalah mata mata Harmonia, atau tepatnya, dia bekerja sama dengan Yuber, untuk mencari informasi Harmonia. Aku masih belum tahu, siapa sebenarnya yang memimpin mereka, tapi aku yakin, Yuber, Anabelle, Joshua bekerja dalam satu tim, dan Anabelle bertugas sebagai mata mata di antara kita. Serangan malam di North Wall pun, aku yakin adalah saran dari Anabelle, karena dia menyadari keadaan markas kita yang kosong pada malam hari."
    Aku menatap ke arah Anabelle yang masih terdiam
    "Apa itu benar, Mayor?"
    Aku kembali menatap ke arah pasukanku.
    "Dia malam itu online bukan karena tanpa sebab, dia dan Jowston malam itu memang sengaja Online, mereka berencana menyerang pasukan Wyatt dan Leknaat dari belakang untuk mengepung mereka, dan begitu North Wall jatuh, otomatis kita juga akan kalah, dan walaupun itu melanggar aturan, tapi kalau malam itu kita dihabisi, maka Harmonia akan tetap dianggap tidak bersalah..."
    Aku menoleh ke arah Anabelle.
    "Betul begitu bukan Mayor Anabelle? Dan kemunculan Mayor Gustav malam itu di North Wall pun, itu diluar perhitunganmu kan? Kau berusaha mengalihkan perhatianku darinya malam itu..."
    Anabelle semakin berguncang.
    Aku mengait lehernya dengan pangkal sabitku, mengangkatnya ke udara.
    "Dan kalian akan menerima akibatnya..."
    Anabelle berpegang kuat pada sabitku, kakinya mengejang di udara.
    "K...Kupikir kau adalah orang yang tidak suka menambah korban tewas, kupikir..."
    "Kaupikir aku akan diam saja setelah mengetahuinya? Aku hanya akan memenjarakan kalian? Benar...?"
    Aku menyeringai lebar, Anabelle memandangku dengan wajah penuh kengerian.
    "Aku memang suka menghindari korban di medan perang, tetapi, aku juga suka keadilan, Mayor..."
    Aku mengangkat sabitku semakin tinggi, wajah Anabelle semakin berkerut menahan sakit.
    "A..Apa maksudmu? Apa yang kulakukan?"
    "Jangan bertingkah bodoh..."
    Aku menyeringai.
    "Winger, ingat? Clan mu? Clan Winger? Mereka menentangmu bukan? Makanya kau menyingkirkan mereka dengan bantuan Joshua saat di North Wall? Kau memang picik..."
    Anabelle menatapku dari matanya yang tinggal segaris, ia menahan dirinya sekuat tenaga.
    "Apa... Aku tidak mungkin melakukannya!"
    "HA, General Susu, General Ridley, anda boleh keluar sekarang."
    Dua orang Sindarin bergerak maju, menarik jubah mereka, dan dibaliknya, seorang wanita Winger berambut putih, dan seekor Kobold berbulu coklat menampakkan dirinya.
    "Susu?! Kamu seharusnya terbunuh saat perang dengan Joshua...!"
    General Susu hanya tersenyum masam.
    "Yah, andaikan saat itu Pontiff Marty datang sedikit lebih terlambat pasti aku sudah mati, sayangnya kau kurang memperhatikan sekelilingmu, Lady Anabelle..."
    Susu menatapnya dengan tajam, disampingnya General Ridley hanya menatap datar (Aku ga begitu bisa membaca raut muka anjing).
    "A..."
    Anabelle hanya bisa melongo kaget, melihat dua saksi yang masih hidup di depannya.
    "Beruntung sekali, aku mengetahui semua ini, dan sekarang, berkat kebodohanmu, Harmonia pasti sudah termakan rencanaku, dan menyebarkan pasukannya ke seluruh distrik samping."
    Aku menyeringai padanya.
    "A... Ampuni aku... AGH...!"
    Tepat pada saat Anabelle membuka mulutnya, aku melontarkannya ke udara, dan mengayunkan sabitku berkali kali di udara.
    "Argh, Rex, bisa pakai cara yang sedikit lebih terhormat untuk membunuh...?"
    Wyatt dengan risih menghapus noda darah yang bercipratan ke wajahnya, mengelapnya dengan lengan pakaiannya, kemudian menatap jijik pada lengan bajunya yang bernoda darah.
    Sial, padahal bajunya jauh lebih kotor daripada itu!
    Flamboyan sial!
    Aku menghapus noda darah di wajahku, kemudian menyeringai sambil menatap lapangan berlumur darah di sekelilingku.
    "Tidak ada pemakaman terhormat untuk orang hina...."
    Aku menyarungkan sabitku, dan menatap sekelilingku.
    "TANPA JOWSTON KITA MASIH BISA MENANG! PERSIAPKAN DIRI KALIAN! KITA MAJU!"
    "WOOOO!!!"
    Cardinal berteriak, mengawali semua orang untuk melolong bersahutan, dan memberikan aba aba untuk segera merapatkan kembali pasukannya.
    "Ridley, Susu, Kalian akan jadi General untuk sisa Kobold dan Winger yang ada, untuk sementara, kalian akan jadi Jowston kecil untuk kami..."
    Cardinal berbicara dengan nada lembut pada Ridley, sementara anjing cokelat itu mengangguk, dan mengambil senapan panjang dari punggungnya.
    "Kami tidak akan mengecewakan, Wuff!"
    Ridley mengumpulkan sisa Winger dan Kobold, kemudian memberikan aba aba pada mereka untuk bergabung dalam formasi kami.
    "Soul Stealers! KITA SELESAIKAN PERANG TERAKHIR KITA~!!"
    Yue berteriak keras, memberikan semangat pada pasukanku.
    "MENAAAAANG!"
    Arsais berteriak keras, mengangkat bilah pisaunya tinggi diudara. Semua orang mengikutinya, dan mengangkat pisaunya dengan mantap.
    "MAJU!"
    "WOOOO!!!"
    Semua orang bersorak membalas teriakanku, kami bergegas maju.
    Ya, waktu perang ini hanya tersisa 5 jam, dan kami akan menghabiskan cukup banyak waktu untuk bisa mencapai Great Shrine.
    "Arvyn, cast!"
    Arvyn mengangguk paham, kemudian segera meletakkan genggaman tangannya di dadanya.
    "Wind, Lift us on your top, hasten our speed to surpass the light! Gust of Haste!"
    Tubuhku segera terasa meringan, dan dengan cepat kami segera berderap maju, menembus padang luas Raqques menuju Great Temple.
    ***
    Raqques Endpoint, Central Distric

    "Tahan..."
    Aku memperlambat langkahku saat melihat Yue mengusung lengannya, menahan kami untuk maju lebih jauh.
    "......................"
    Keadaan mendadak segera hening,Yue menatap ke sekeliling batuan raksasa yang mengelilingi kami.
    Aku memutar tubuhku melihat sekeliling, dan mengangguk padanya.
    "Mereka datang..."
    Greg bergumam pelan, menarik pedangnya keluar.
    "Pasukan bersiap, kita dikepung..."
    Ujarku sambil mengawasi sekelilingku dengan awas.
    "Yeah kita dikepung..."
    Pixel menarik keluar tongkatnya, menatap ke balik batu.
    "Sierra, kembali ke tanah, semua anak buahmu, turunkan semuanya, para Wingers, hindari udara..."
    Para kelelawar yang tadinya memenuhi udara segera berubah kembali menjadi manusia, mereka ikut merasakan ketegangan di sekitar kami.
    Udara dingin dan langit kemerahan menambah suasana tegang di antara kami.
    Angin dingin menyapu tubuhku, membuatku bergidig dan merasakan bulu kudukku meremang.
    "Mereka menunggu gerakan kita..."
    Arvyn berbisik.
    Sekelebat aku melihat sosok besar berwarna emas melintasi salah satu batu, membuatku mematung dalam kekuatiran.
    "Pasukan, formasi lingkaran, kita dikepung. para Commander, jangan di tengah, Cover pasukanmu, mereka terlalu kuat untuk karakter level bawah..."
    Yue kembali memberikan perintah, membuat Lazlo, Viktor, Bishops, dan para pemimpin negara lainnya berbaris membentuk lapisan tepat di depan pasukan mereka.
    "Wyatt, ada berapa semuanya?"
    Wyatt mengangkat bahunya
    "Puluhan, mungkin lebih dari seratus..."
    "Mereka mendekat...
    Aku bergumam, samar aku melihat mata kuning bercahaya, satu, dua, dan semakin bertambah, muncul dan berkilat seiring berjalannya waktu.
    "Rex, apa itu, bisa kamu jelaskan...?"
    Lazlo memegang lengan pakaianku, tampak panik dengan yang terjadi.
    "Anak buah dari Silver Wolf, Inkarnasi fisik dari the Beast Rune, The Golden Wolves...."
    "Elemental Bishops, enchant serangan rune kalian ke serangan fisik..."
    Aku berbisik pada para Bishops, yang segera mengangguk, dan tak lama kemudian lima warna cahaya redup bersinar, tanda mereka berhasil mengubah serangan Rune mereka menjadi serangan fisik.
    "Ha? Kok kalau The Beast Runenya Silver, kok anak buahnya Golden sih? di Timezone aja kartu silver dulu baru Golden! Harusnya The Beast Rune berubahnya jadi Platinum Wolf dong ya? Kayak kartu Timezone..."
    Aku melotot menatap Axel yang segera menutup mulutnya dan membentuk tanda silang di atas tangannya yang menutup mulut.
    Aku menghela nafasku.
    Anak gila, bisa bisanya dia melucu di saat seperti ini!
    "Mereka semakin berdatangan..."
    "Sekarang tampaknya benar benar diatas seratus... Tidak heran daritadi semua desa yang kita lewati tidak berpenghuni, tampaknya semua sudah habis dimangsa..."
    Aku mengangguk getir menyetujui apa yang dikatakan Wyatt.
    "Kalian sudah pernah menghadapi mereka sebelumnya?"
    Yue bertanya pada kami dengan nada kuatir.
    "Ya, sudah, saat kami menyegel The Beast Rune dulu, tapi, saat itu jumlah mereka tidak sebanyak ini, hanya beberapa belas saat itu, dan aku hampir mati dalam prosesnya. Kali ini tampaknya dia diberikan tumbal yang sangat banyak. Entah sebesar apa Silver Wolfnya kalau anak buahnya sebanyak ini..."
    Wyatt memperhatikan sekeliling, pasang mata yang mengelilingi kami semakin mendekat.
    "Mereka akan datang, Bishops! Bersiap!"
    Pasangan mata itu akhirnya menerjang maju, seekor singa setinggi 2 meter dengan tubuh emas dan gigi tajam menerjang maju.
    Wyatt dengan sigap segera menebaskan tangannya ke udara, membangun es dari udara kosong, dan membekukan serigala itu di udara.
    "Lebih banyak lagi datang! Life and Death Rune, Lend me the power of the Death God! Stealer's Schyte!"
    Seekor serigala yang datang padaku kutebas dengan sabitku, dan dengan segera menarik nyawanya dari dalam tubuhnya.
    Serigala itu menggelepar, kemudian terbujur kaku di tanah.
    "Perhatikan sekeliling! Mereka berdatangan! Pasti aktivasi senjata Rune tadi menarik perhatian mereka!"
    Yue mengganti panahnya dengan Glaive dan Perisai, kemudian menggunakan keduanya layaknya pedang.
    ""Sword! I summon the sword of eternity to this mortal world, bring down the judgement against all the sinner! Ward of Judgement!"
    Lambang Beginning Rune muncul di atas kami, dan dengan segera menjatuhkan ribuan pedang ke sekeliling kami, menghujani serigala yang mendekat.
    "Setidaknya itu bisa mengurangi serangan mereka sedikit!"
    Yue terus mengayunkan Glaivenya ke serigala besar yang ada di hadapannya.
    "Para Bishop! Cast pertahanan pada para kepala negara! Wizard! Archer! Serang serigalanya, tapi jangan sampai menarik perhatiannya! Warrior yang merasa cukup kuat silahkan maju, tapi bila tidak yakin jangan! Jangan ada yang mati sia sia! Priest perhatikan setiap orang!"
    Kanna berteriak dari tengah pasukan.
    "Water! Freze! Morph the kind water into penetrable ice! Protect us with your barrier! Ice Wall!"
    Aku segera menarik tanganku saat udara dingin menyentuh pergelangan tanganku. Dan benar saja, segera sebuah tiang es berjatuhan dari langit, membentuk jeruji es tebal yang mencegah serigala itu masuk.
    "Awas! Mereka melompat! Atas!"
    Aku melihat ke atasku, serigala besar melolong dan menerjang ke arahku.
    "Argh.."
    Tanganku bagai tertusuk sembilu saat Serigala itu menanamkan giginya ditanganku.
    Ia menyeretku, mengangkatnya ke atas, membuatku tergantung di udara.
    "REX! LORD REX! ARCHER PANAH MATA SERIGALANYA! WIZARD! BEKUKAN KAKINYA! JANGAN SAMPAI DIA MEMBAWA REX KELUAR!"
    KRAKK!
    Aku terperanjat.
    Serigala yang menggigitku berubah menjadi patung es.
    "Axel?"
    "Serigala jahat! Beraninya gigit Alvin!"
    Axel mengangkat tangan kanannya, membentuk palu di atas tangan kirinya yang membuka lebar.
    Ah tidak, skill itu.
    "Ax, Jang-"
    "Blazing Thunder!"
    Terlambat.
    Petir besar muncul dari langit, menghantam serigala itu.
    Bersamaku.
    Ya
    Kilatan petir itu membuat tubuhku mati rasa.
    Sedikit kedutan dan sengatan di sekujur tubuhku, aku merasakan tubuhku kehilangan kekuatannya.
    "Axell! Harusnya kamu turunkan dulu Rex!"
    "Ah, iya maaf! Kindness Drop!"
    Tetesan air bercahaya muncul, menghilangkan lukaku.
    Aku segera berdiri, menegakkan tubuhku dengan mantap, dan menatap tajam pada Axel.
    "E...Ehehehehehe..."
    Dia menggaruk rambutnya dengan gugup sambil memamerkan deretan giginya padaku.
    Anak sialan
    Aku menghela nafas, dan kembali mengangkat sabit besarku.
    "Lebih banyak lagi datang! Awas!"
    "Punishment Rune! Serve my blood that you had drank and destroy the enemies! Double Edge! Akhh..."
    Lazlo terpekik pelan, memuntahkan banyak darah, dan menulis dengan darahnya di lantai.
    "Sial, Priest heal aku!"
    Dari darah yang dituliskannya di lantai, sulur sulur berwarna hitam muncul, mengikat beberapa serigala, dan membawanya ke langit.
    "Wow..."
    Viktor menggumam dengan kagum sambil melihat saat sulur itu meremas serigala itu hingga hancur menjadi kepingan kepingan batu.
    "Ahh, hujan batuu!"
    Axel ikut bersorak senang, entah apa yang mengisi otaknya saat dia dibuat.
    Mungkin permen lolipop?
    Atau Gummy bears?
    "Moon! Queen of the night! Grant me the power over the corpse, rebirth them in my service! Forbidden Pact!"
    Beberapa serigala dan pasukan kami yang jatuh mendadak berdiri, dan bertingkah layaknya Zombie.
    "Okey anak anak, serang mereka!"
    Anak anak?
    Mayat mayat itu bergerak, lebih lamban, tapi pasti, mulai mengayunkan senjatanya, dan menerkam serigala lain yang terus berdatangan.
    "Aduh Kok Ga abis abis! Wizard! Ikuti aku! Cast Dancing Flames! Sekarang!"
    Axel melayang di atas lingkaran formasi kami, ia membuka kesepuluh tongkatnya dan menaruhnya di lantai.
    "Cast ke tongkat tongkatku! Arahkan targetnya kesana!"
    "Kalo ga punya Fire rune gimana Commander?"
    "Yaudah apa aja boleh!"
    Para Wizard kemudian mulai membacakan mantranya, dan menatap ke arah Axel yang duduk melayang di langit.
    "Sudah, apa yang harus kami lakukan sekarang?"
    "Tunggu, aku belum selesai bersiap..."
    Axel masih menutup matanya.
    "Oke, serang tongkatku!"
    Ribuan kilatan api segera muncul, menghujani sepuluh titik di luar benteng es kami, berbagai naga api dan sambaran kilat menyerang titik dimana tongkat Axel tertanam.
    "U...Uakh..."
    Axel tampak bergetar, segaris darah muncul dari mulutnya.
    "Axel? Kamu ga apa apa?"
    Arsais tampak dengan panik mencoba menggapai Axel yang melayang di langit.
    Axel menggeleng, kemudian membuka matanya.
    Ia menunggu, menatap ke sekeliling, dengan nafas memburu
    "Oke, ini saatnya..."
    Saat kerumunan serigala lainnya datang, Axel berdiri di udara.
    "STAFF OF REFLECTOR!"
    Axel membentangkan tangannya dengan mantap, Sepuluh tongkat itu mendadak menyala, dan menyemburkan kembali berbagai serangan yang tadinya disimpan, dalam sekejap menghancurkan rombongan serigala yang baru saja datang.
    "A...Ahh, aku hebat..."
    Axel bergumam pelan, sebelum akhirnya terjatuh dari tempatnya melayang, tepat ke atas Arsais.
    "Axel? Kamu ga kenapa kenapa?"
    Aku segera masuk ke tengah barisan mendatangi Axel.
    "Ga, ga kenapa kenapa, Mienya tadi udah dibayar kok..."
    Aku menjitak kepalanya kencang.
    "Aw!"
    "Maksudku Badanmu bodoh!"
    Aku menatapnya tajam, Axel hanya menggeleng sambil tersenyum.
    "Aku cuma perlu istirahat sebentar, itu tadi menghabiskan semua kekuatan sihir yang aku punya... Hebat kan??"
    "Iya, hebat, hebat banget..."
    Arsais memeluknya dengan kencang, seakan ada tangan tak terlihat yang mencoba merebutnya
    "Ha...Hahahaha..."
    Axel tertawa lemah, kemudian jatuh tertidur.
    "Ahh, biarkan dia istirahat disini, aku akan menjaganya..."
    Kanna muncul dan membelai rambut Axel.
    "Pergilah! Serigala itu semakin banyak berdatangan!"
    ".....Ok..."
    Dengan berat hati Arsais melepaskan Axel dari pelukannya, dan masih dengan pandangan tidak rela ia memberikan Axel pada Kanna.
    "Sergeant Joe! Apa yang Duck Clan lakukan? Kenapa kalian ga melakukan apapun daritadi?"
    Aku berteriak pada duck clan yang sedaritadi tampak bingung
    dengan sebuah mesin di tangan mereka.
    "Ini Inter Continental Ballistic Missile Launcher, kami perlu waktu untuk menyelesaikannya."
    Sergeant Joe dengan kunci pas di tangannya mengelap peluhnya, kemudian kembali membetulkan beberapa perkakas yang ada di hadapannya.
    Inter Continental Ballistic Missile?
    Mereka pikir ini apa?
    Perang Dunia Ketiga?
    "Okay! 12 Missile! 11656.11785!"
    Kudengar Sergeant Joe berteriak lantang, disusul terbangnya 12 missile dari belakangku.
    BLAAARRR!!!
    Sebuah ledakan api berbentuk jamur muncul di tumpukan batu, menghancurkan batu itu dalam sekejap.
    Samar puluhan pasang mata lagi muncul dari balik batu.
    "Bagus! Missile mu menarik mereka kemari! Kenapa ga sekalian Rudal? Atau Nuklir? Kalian punya Nuklir?"
    Arsais berseru dengan berang ke arah Sergeant Joe.
    "Sebenarnya kami punya, tapi kami takut radiasinya akan mempengaruhi kita juga!"
    "WHATEVER!"
    Arsais berseru berang, kemudian menghantamkan sebuah tiang batu raksasa ke arah seekor serigala.
    "Mereka kuat! Aku perlu 2 sampai 3 skill true rune untuk membunuh mereka artinya aku perlu waktu sampai 15 menit untuk membunuh satu ekor!"
    Pixel berseru dengan panik, sembari menjentikkan jarinya, memunculkan ratusan naga api yang menyerbu maju ke arah kerumunan serigala.
    "Tinggal 56 ekor! Tinggal 56 ekor lagi!"
    Sierra berseru dari tengah kerumunan.
    "TINGGAL KATAMU? AKU SUDAH MENGHABISKAN 3/4 NYAWAKU UNTUK MENGHABISI MEREKA DAN KAU BILANG MASIH SEBANYAK ITU?"
    Lazlo berseru dengan berang, sambil menorehkan luka ke tangannya.
    "Sial, karena rune ini aku jadi Masochist!"
    "Dinding Es kita jebol! Wyatt?"
    "Aku masih perlu waktu sejenak sebelum bisa membangunnya lagi!"
    SIAL!
    =hei, hei aku ada disini lho...=
    +Apa lagi maumu?!+
    =Bocah, jangan galakbegitu, aku mau menawarimu kekuatan...=
    +Lagi?+
    =Ya... tapi taruhannya nyawa, bagaimana?=
    +Dasar licik!+
    =Hei! Dengar dulu! Aku cuma mau nyawa semua serigala itu! Mereka enak! Gimana? Aku beri kau kekuatan, serap semua nyawa mereka?=
    +Hmm, kenapa ga bilang daritadi?+
    =Kau yang marah marah duluan!=
    +Ya sudah cepat!+
    =Jangan Memerintahku!=
    +Cerewet!+
    Aku memejamkan mataku, merasakan sesuatu masuk menembus tubuhku.
    "Rex, kamu kenapa?"
    "Hmm..."
    Aku menyeringai, entah kenapa nafsu membunuhku menjadi sangat besar saat ini.
    Aku melirik temanku.
    +HEI KAU BILANG BUKAN NYAWA TEMAN TEMANKU!+
    =Iya iya, cuma becanda...=
    Aku kembali bisa mengendalikan diriku, menatap sekelilingku.
    Kupejamkan mataku, kedua tanganku kubentangkan lebar, aku merasakan tubuhku terangkat ke udara.
    "AH SIAL! SEKARANG REX JUGA BISA TERBANG! KENAPA AKU GA BISA!"
    Aku mendengar samar samar Arsais mengumpat, tapi tidak bisa mendengar perkataan selanjutnya, karena deru angin memenuhi telingaku, mengepakkan rambut dan ikat kepalaku.
    "Death, Overpower the shadow, cover the universe, Bring the apocalypse on the moving earth! RUNES OF DEATH!"
    Aku merasakan tubuhku diambil alih, mengucapkan berbagai kata yang aku sendiri tidak paham apa artinya.
    Setiap kata yang kuucapkan berubah menjadi bayangan hitam, mematri dirinya di lantai, membentuk sebuah tulisan raksasa dalam sebuah bintang segi enam.
    "Lindungi Rex! Dia perlu waktu untuk menyelesaikan incantationnya!"
    huruf demi huruf muncul dari mulutku dan menempelkan dirinya, membentuk ukiran lingkaran raksasa denganberbagai ukiran Rune, dan sebuah bintang segi enam di sisi luarnya, dan aku sebagai pusatnya.
    KRAKK!
    Aku mendengar retakan besar terjadi entah dimana.
    Kubuka mataku, melihat apa yang terjadi.
    Enam dewa kematian bersayap muncul dari bawah tanah, seiring dengan meretaknya tanah yang dihinggapi tulisan, membuatnya melesak masuk ke dalam tanah, menciptakan lobang bersinar.
    "Berpindah ke sisi tengah! Disini aman! Serigalanya berdatangan lagi!"
    Yue berteriak lantang, memberikan perintahnya, dan benar saja, tak lama kemudian suara lolongan diikuti dengan munculnya ratusan serigala emas, tampak tertarik karena keributan yang terjadi.
    =Bocah, sudah siap semuanya, kau hanya perlu mengaktifkannya.=
    Aku melirik ke sekelilingku, semua ukiran sudah melesak masuk, membentuk relief bernyala di dalam tanah dengan jari jari puluhan meter, dan semua serigala tampaknya berdiri di atasnya.
    +Apa begini?+
    =Yo'i=
    +Sok Gaul+
    Aku memutar telapak tanganku yang tadinya menengadah ke atas, menjadi menghadap bumi.
    "SCRAMBLE!"
    Keenam dewa kematian itu mengibaskan sabitnya, kemudian berdiri di setiap sisi pentagram.
    Serigala serigala itu tampak membeku, saat bumi mendadak meretak, dan pentagram yang tadinya hanya berisi ukiran mendadak membuka, memunculkan sinar hitam kemerahan dengan ribuan roh terbang di sekelilingnya.
    Suara ledakan besar terdengar di sekeliling kami, seakan berdiri di samping sebuah pesawat.
    "AKU MAU TULIII!!"
    Lazlo berteriak panik, hingga sekitar satu menit kemudian cahaya itu memudar, meniggalkan serigala yang berubah menjadi batu, dan tanah yang habis terbakar dengan ukiran relief di seluruh permukaannya.
    "Rex, ini gila...."
    Viktor menyentuh salah satu serigala itu, dan segera sosoknya runtuh menjadi tumpukan pasir.
    "Ew!"
    Viktor berseru kaget dan menarik kembali tangannya.
    Semua orang menapakkan kakinya dengan takut, karena beberapa tanah tampak melesak menjadi abu saat diinjak.
    "Benar benar destruktif!"
    Leknaat menatap dengan tak percaya dengan kedua mata tertutupnya.
    Baru saja aku bernafas lega, saat lolongan nyaring terdengar.
    "Lolongan lagi? masih ada?"
    Lazlo segera berlari dan memeluk tangan Greg, saat lolongan kedua menyahuti lolongan yang pertama.
    "Bukan, bukan Golden Wolf..."
    Arvyn bergumam, diikuti dengan anggukan Pixel.
    "Suara ini, sudah lama aku tak mendengarnya..."
    Wyatt menarik tombaknya.
    "Ya, dan dia sudah datang..."
    Arsais menatap ke arah belakangku.
    Aku membalik tubuhku, dan menghadap langsung pada seekor serigala berkepala setinggi 15 meter.
    "Itu, jauh lebih besar dari sebelumnya...!"
    Pixel menatap ngeri ke arah serigala perak itu, dan dia menatap dengan lapar ke arah kami.
    Liurnya menetes saat menatapku, ia seakan tersenyum, memamerkan deretan taringnya padaku.
    Salah satu kepalanya melolong, diikuti kepala keduanya, dan tak lama kemudian, sebuah bola berwarna merah dengan lambang perak di tengahnya muncul di antara kedua kepala itu.
    "Bersiap, dia menganggap kita sebagai musuhnya!"
    Wyatt memasang kuda kudanya.
    Aku hanya menatap datar monster itu, dan memutar sabitku.
    "The Beast Rune....."
    =======================================
  • ihh @Silverrain nongolnya tengah malm gini.... brrrrrr mana abis nonton final dinastion lg ahhh... mrinding.. #apasih.
  • ntar siang deh bacanya..uyeahh...
  • WOW . Keren keren ƪ(ˇ▼ˇ)¬
  • Menjelang akhir cerita peperanganx semakin sengit..ayo Rex habisi harminia...
  • wauuww......
    kerennn...
    #mata menyipit melihat si penunggang serigala
  • tumben @silverrain jd rajin update., itu wktu lazlo meluk tangan greg lucu jg. ketahuan unyu nya! haha
  • @masdabudd nyolong pertamax!!!
    @sigantengbeud auhhh
    wkwkwkwk
    apaan tuh final dinastion?
    @rarasipau raraaa peluknya mana
    #raramania
    @just_pj wakakakak
    aku bikin rexnya kalah aja gimana?
    @yuzz samar terdengar lagu
    aksion kameen
    sigili kamenn
    gogogo let's go~~~
    #ngerusaksuasana
    @nero_dante1 eaaa berpindah haluan deh
    jadi lazlomania?
    :p
  • katanya pitnes.. malah komen2..ckckck...
    ntar ketauan lo sm member yg laen..wkwk
  • Cium aja ya (˘.̮˘)ε˘`) #muacchh
  • @yuzz gajadi pitnes say
    teler deh ama yg tadi siang
    kamu hebat deh
    #eh
  • haghaghag..
    kan aku cm bantuin megang galah nya..
    eh aku udah nyobain indomi lombok ijo.. rasanya aneh..
    baunya jg aneh..ckckck #malah ngomongin mie *efek kenny*
  • @yuzz emang kenny ngapaen
    -.-
    apa hubungannya ama indomi tjabe idjo
    #mendadakvintage
Sign In or Register to comment.