BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

The Night, and The Day - END - page 111

15859616364117

Comments

  • terharu... @silverrain akhirx ngupdate. padahal kemarin bilangx bakal agak lambat updatex...

    lagi ya silvy...
  • @silverrain aku diakalin anak2 mulu kalo main. Libur libur...
  • Wuahhhh keren .
  • Brader @marvinglory main game apa sih @silverrain ? Ajarin ogud dong, ogud gak pernah sukses game nih. Terakhir kali main Play Station one haha
  • Chris = pontif ? ? ?
  • penipuuuuuu.......
    mana adegan RioxAlvin...???
    lama2 ane bikin sendiri ini..
    ahh..bikin fanfic ahh....
    KevinxKenny, RioxAlvin, ChristxKenny
    khukhukhu~~~ >:)

    #nyolong start baca
    PERTAMAX!
    =))
  • Kenny's View

    "Iya, kamu gatau rasanya gimana! Sakit banget tau! Rasanya masih ada sampe sekarang nih. Harusnya reseptornya ga usah terlalu peka ya, sakit banget soalnya! Kalian pasti nangis kalo ngerasain itu..."
    "Uhhum, uhumm... Slurp~!"
    Aku mengangguk angguk paham sambil menyeruput popmie ku, sementara Kak Marco bercerita dengan panjang lebar saat karakternya terbunuh di North Wall.
    "Terus, pas kemarin, aku berhasil bunuh banyak banget orang, yah, kayaknya aku lumayan suka sih sama gamenya..."
    Kak Marco meneruskan celotehannya.
    Aku mengangguk dengan serius, kemudian mengangkat tanganku memanggil penjaga kantin.
    "Pak! Aku mau teh botolnya dua! Yang dingin ya paaaak!"
    Penjaga kantin langsung mengacungkan kedua jempolnya sambil nyengir selebar lebarnya.
    Aku mengangguk, kemudian kembali menatap Kak Marco.
    "Terus..."
    "Marco, cukup, kamu udah cerita itu lima kali di kostku, dan sekarang aku mesti dengar lagi untuk yang keenam kalinya?!"
    Kak Yujii menghardik sahabatnya dengan jengah, yang segera terdiam dan menatap takut ke arahnya.
    Kak Yujii menghela nafas sambil menatap sebal Kak Marco, dan dia segera membuka obrolan lain denganku.
    "Jadi, Ken, gimana? Kalian berhasil selamat ya? Gimana ceritanya? Oia, itu Kevin dibangunin."
    Kulirik Kevin yang daritadi hanya diam saja disampingku.
    Dia menyilangkan kedua tangannya di atas meja, dan menggunakannya untuk alas kepalanya tidur diatas meja.
    "............"
    Kok bisa dia tidur di tempat kayak gini!
    Aku tau cerita Kak Marco tadi memang benar benar membosankan dan diulang ulang!
    Ups
    Maaf Kak
    >,<
    Lanjut
    Tapi, masa sih dia sampe ketiduran gara gara dengar cerita dari Kak Marco?
    Aku menjentikkan jariku, kemudian segera aku mengangkat tanganku lagi memanggil penjaga kantin sekolah.
    "Paak! Aku mau esbatu dua!"
    Penjaga kantinku cuma menatap dengan bingung, tapi akhirnya dia memberikan dua buah es batu padaku bersama dengan teh botol pesananku.
    "Hehehehe...."
    "Kenny, jangan dehh...."
    Kak Yujii mencoba mencegahku, tapi terlambat.
    Aku memasukkan dua buah es ke baju Kevin, satu di punggung, dan satu di dadanya.
    Setelah selesai aku segera membetulkan posisi dudukku, dan memasang muka polos.
    Sedetik.
    Dua detik.
    Tiga detik.
    Sepuluh detik...
    =___=
    Indra perasanya mati ya.
    Apa jangan jangan tombol turn offnya kepencet ya?
    30 detik
    "WAA! DINGINNN!!!!!!!!"
    =___=
    Udah basi ahh...
    Kevin dengan panik mencoba menggapai gapai bajunya, sedangkan kami bertiga hanya menatapnya datar.
    Yah, kalo dua tiga detik dia bangun pasti kami ketawa deh.
    Ini, setengah menit...
    Basi deh...
    =_=
    Kevin emang lemot kronis orangnya...
    PLAK!
    Kevin tanpa sadar membentur botol teh yang sedang kupegang, membuatnya melayang diudara, kemudian masuk ke dalam bajuku dan
    Byurr!
    Dengan sukses semua isinya tertuang ke dalam bajuku, meninggalkan noda kecoklatan di bajuku.
    "Wahahahahahahaha!"
    Yujii dan Marco langsung meledak dalam tawa, sambil menunjukku yang hanya bisa melongo sambil melihat ke arah bajuku.
    Kok...
    Jadi aku yang kena
    =3=
    kan harusnya Kevin...
    "Wahahahah! Makanya lain kali jangan usil! Kan udah diingetin Yujii tadi!"
    Marco masih tertawa sambil memegangi perutnya, bulir airmata tampak keluar dari samping matanya, sementara Yujii hanya menatapku sambil nyengir dengan senyuman supermanisnya yang khas.
    "Kenny! Sorry! Aku minta maaf! Aduh, basah ya!"
    Kevin tampaknya baru menyadari perbuatannya, dia dengan panik menepuk nepuk bajuku, yang membuat noda tehnya semakin sukses menyebar hingga ke celanaku.
    "Ngapain minta maaf! Itu juga gara gara si Kenny usil tau! Dia yang masukin es ke dalam bajumu!"
    =_=
    Dasar Marco ember! Malah dikasih tau, kan jadi ketauan kalo aku yg kerjain Kevin...
    "Eh? bener? Kamu yang ngerjain aku...?"
    Tuhh kan, ketahuann
    T_T
    Aku mengangguk pasrah sambil melirik ke arah Kevin
    Dia meninggikan alisnya, menatapku dengan penuh tanya.
    "Iya... Hehehehe..."
    Kevin semakin meninggikan alisnya.
    "Terus, kamu bilang apa dong harusnya...?"
    Kevin menatapku dengan alis setinggi atap, sambil terus melirikku, sampai matanya hampir juling karena menatapku dengan melirik ke bawah padahal dia mendongakkan dagunya.
    "Maaf Kev..."
    Hufh.
    Kevin ngapain sih, dagunya malah tambah ditinggi tinggiin gitu
    Nanti malah gabisa balik
    Trus nyetir sambil ndongak ndongak gitu.
    mending aku pulang naik angkot deh
    =_=
    "Makanya lain kali ga boleh nakal!"
    Kevin menjitak lembut kepalaku.
    Aku cuma meringis, sementara Marco dan Yujii hanya berpandang pandangan sambil tersenyum.
    "Iyah, maaf Kev..."
    Kevin hanya mendengus, tampaknya masih sebal dengan keusilanku tadi, tapi akhirnya segera mengambil tasnya kemudian memberikan jaketnya padaku.
    "Yaudah kamu pake itu dulu, nanti mandi di rumahku, nanti kamu pake bajuku aja."
    "UHUK UHUK UHUK AWW!"
    Marco tampaknya sedang minum, saat dia tiba tiba terbatuk mendengar pembicaraan kami, dan Yujii segera menyikutnya dengan ganas.
    "Yujii sakit!"
    Marco mendengus sebal, tapi segera memalingkan mukanya saat Yujii menatapnya dengan tatapan tajam dan berbahaya.
    Seakan menyiratkan
    =Bicara lagi, kamu mati...=
    "Yaudah, kami pulang dulu, kasian si Kenny, nanti malah lengket semua bajunya..."
    Kevin segera berdiri setelah berpamitan dengan Yujii dan Marco yang tampaknya masih saling memandang dengan penuh peringatan
    (Sebenarnya sih, Kak Marco memandang Yujii dengan takut, sementara Kak Yujii memandang Marco dengan tatapan ramah tapi penuh peringatan)
    =_=a
    Mereka hanya memberikan jawaban
    "Hmm"
    Pelan, tanpa mengalihkan pandangannya.
    Kami pun tanpa tunggu waktu lagi segera pergi ke mobil Kevin dan segera meninggalkan area sekolah.
    "Hmm, Kev, itu dokter Rio bukan...?"
    Kutunjuk sesosok orang dengan jaket hitam dan helm merah tua yang sedang duduk menunggu di depan rumah Alvin.
    "Iya, itu dokter Rio, memangnya ada apa ya...?"
    Tak lama kemudian Alvin terlihat keluar dari rumahnya dengan pakaian santainya.
    Alvin memang sudah lebih dulu pulang, karena tadi setelah pulang sekolah aku dan Kevin harus tugas piket membersihkan kelas, dan bertemu dengan Kak Yujii dan Marco di jalan keluar.
    Karena lama ga ketemu, akhirnya kami memutuskan untuk duduk dan mengobrol di kantin.
    "Hmm, kok kayaknya mereka bicara serius banget, ngomong ngomong kenapa mobilnya kamu setop Kev...?"
    "Iya, serius banget, ya aku setop soalnya kamu ngehalangin tanganku buat nyetir, bukannya aku yang harusnya nanya ya...?"
    >,<
    Benar juga!
    Tanpa sadar tanganku sudah menarik tangan Kevin dari setir mobil, sehingga Kevin terpaksa menepikan mobilnya.
    "Hmm, Dokter Rio kok kayaknya narik narik Alvin gitu ya Kev? Ada apa sih...?"
    "Gatau deh..."
    Tak lama kemudian, Alvin pergi meninggalkan Rio, yang tak menunggu lama segera turun dari motornya dan mengikuti Alvin masuk ke dalam rumah.
    Aku dan Kevin hanya berpandangan, kemudian menyeringai pelan.
    "Urusan rumah tangga..."
    Ujar kami dengan geli, kemudian segera pergi.
    Aku masih tertawa tawa sendiri kalau membayangkan kejadian tadi
    Seakan Alvin dan Rio adalah sepasang kekasih, dan tadi Alvin jadi kayak istri yang ngambek trus segera dikejar sama suaminya
    "Hahahahaha!"
    Kevin memandangku bingung.
    "Kenapa kamu Kenn?"
    "Gak, cuma tadi, lucu aja kalo ngebayangin, Alvin jadian ama Dokter Rio!"
    Kevin ikut tertawa tawa, tapi kemudian dia tertegun sejenak.
    "Ya, siapa tahu..."
    Ujarnya sekilas.
    Tanpa bicara lagi Kevin segera membawa mobilnya.
    Hmm
    Apa ya maksudnya Kevin tadi
    ==?
    =======================================
    Alvin's View

    1 Message Received
    Hmm?
    Sms?
    Dari siapa ya?"
    Aku menggeliat malas, rasanya masih lelah karena aku tadi barusaja pulang dari sekolah.

    From: 087xxxxxxxxx

    Alvin, aku ada diluar, kita jalan yuk?
    Jyo

    Aku menghela nafas.
    Hmm
    Dia lagi.
    Mau mengajakku jalan?
    Apa yang diinginkannya?
    Tidak cukup dia memanfaatkanku di game, sekarang dia ingin memanfaatkanku di dunia nyata?
    Hmph!
    Aku segera berdiri, dan merapikan pakaianku, kemudian berjalan keluar untuk menemuinya.
    Jyo tampaknya tidak berani memasuki rumahku, karena dia hanya duduk diam di motornya yang diparkirkan di depan pagar rumahku.
    Senyumnya segera merekah dari wajahnya yang sudah memerah karena kepanasan.
    Dia melambaikan tangannya kepadaku, berusaha membuatnya mudah dilihat, walaupun aku sudah melihatnya dari lama.
    Kukenakan sandalku, dan berjalan santai menuju pagar rumahku.
    "Hai! Untung kamu ada dirumah, aku pikir kamu lagi ga ada! Aku tadi minta nomor HPmu sama Christ, untungnya dia punya!"
    Jyo berbicara dengan riang, berusaha mengakrabkan dirinya, dan mencairkan suasana karena pandangan dinginku yang seakan membuat tempat ini menjadi padang salju dalam sekejap.
    "Mau apa...?"
    Aku menanyainya dengan telak, membuatnya terkejut dan terdiam.
    "Emm, enggak, hari ini aku libur, kupikir kita bisa pergi makan bareng atau gimana..."
    "Ga ada orang dirumah, aku jaga rumah."
    "Kan ada pembantumu kan? bisa kamu kunci juga rumahnya..."
    "Aku malas pergi keluar..."
    "Alvin, please..."
    "Apa...?"
    Jyo menatap nanar kearahku, wajahnya jelas benar benar tampak sedih.
    Aku sebenarnya tidak tega melihat wajahnya, tapi aku lebih memilih membentengi diriku sendiri sekarang, daripada aku harus sakit hati lagi.
    Di game pun, aku selalu berusaha menjaga jarakku dengannya.
    Entah dengan menyibukkan diriku berburu atau berkumpul dengan teman temanku, pokonya kegiatan apapun yang membuatnya sulit untuk mendekatiku.
    "Please, buka hatimu, aku bakal jelasin semuanya, ga kayak yang kamu pikirkan, please, ayo kita bicara berdua..."
    "Hari ini aku sibuk..."
    "Aku tahu kamu cuma mau menghindar kan? Menghindariku. Aku tahu, please, sekali lagi, izinkan aku yang mengejarmu, bisakah? Aku tidak pernah memanfaatkanmu seperti yang kamu pikirkan..."
    Aku menundukkan wajahku, agar aku tidak perlu melihat wajah sedihnya yang akan melemahkan pertahananku.
    "Tidak, perasaanku sudah mati, mati bersama Arsais di Valerie..."
    Jyo terdiam mendengar perkataanku.
    "Alvin, bisakah kita bicara...?"
    "Enggak. Aku agak lelah, bisa aku istirahat sekarang? Permisi..."
    Aku baru berbalik, saat Jyo menarik tanganku dan menahanku agar tetap di dekatnya.
    "Jangan pergi. Aku tahu, kamu masih ada perasaan untukku, bisakah aku tetap memilikinya walaupun sedikit?"
    Aku menatapnya tajam, dia membalas tatapanku tanpa ragu, menatapku dengan tatapan penuh harap, tanpa sedikitpun merasa ragu atau takut karena peringatan yang aku sampaikan lewat mataku.
    "Tidak ada! Sedikitpun, Aku sudah menguburnya dalam!"
    Aku melepaskan pegangan tangannya, dan segera berjalan masuk ke dalam.
    Aku bergegas masuk, dan merebahkan kembali tubuhku ke atas kasur, dan memejamkan mataku.
    Ya Tuhan, nyaris saja aku melemah saat aku menatap matanya.
    Begitu penuh dengan kesedihan saat aku menolaknya, tapi dia terus berbicara dengan yakin.
    Semua yang dilakukannya membuatnya tampak seperti seorang anak yang tahu bahwa dia tidak mungkin bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi dia terus berharap dan yakin.
    Aku benar benar tidak bisa melihatnya.
    Apa yang kulakukan sudah benar?
    BRAK!
    Aku nyaris melompat dari kasur, saat pintu kamarku mendadak terbuka lebar, dan Jyo dengan nafas terengah masuk dengan ragu ke kamarku, kemudian menutup kembali pintunya.
    Aku segera berdiri, terkejut, takut, bingung, semua bergabung menjadi satu.
    Aku merasa kepalaku benar benar sakit, hingga aku menghardiknya dengan keras
    "Apa yang kamu lakukan?! Keluar!"
    Jyo tampak terkejut, tapi dia tetap diam tak bergeming, walaupun wajahnya menampakkan kekagetan dari bentakanku barusan.
    Astaga
    Apa yang barusaja aku katakan?
    Aku benar benar kehilangan diriku sendiri!
    Kehilangan kendali diriku karena benar benar terkejut dengan kelakuannya.
    Inikah Jyo yang selalu tampak tenang dan selalu bisa menenangkanku dulu?
    Dia selalu mengejutkanku dengan perubahan sikapnya.
    "Tidak..."
    Apa?
    "Aku tidak akan pergi..."
    Jyo maju, aku baru akan berbalik dan menjauh, tetapi dia lebih cepat.
    Jyo memelukku dari belakang.
    Beberapa kali aku memberontak, tapi akhirnya aku membiarkan diriku, karena tahu aku tak akan mampu melawan kekuatan tubuhnya yang jauh lebih besar dariku.
    "Alvin, kumohon..."
    Aku hanya bisa diam, mendengarkan perkataannya.
    "Bila perasaanmu padaku sudah kau kubur, izinkan aku menggalinya kembali...."
    Dia mendekapku dengan kencang.
    Aku bisa merasakan nafasnya di tengkukku.
    Terasa begitu berat, penuh dengan kesedihan.
    begitu juga dengan patah demi patah kata yang muncul.
    "Kalau boleh, bila ada sedikit saja sisa rasa cintamu padaku, izinkan itu menjadi modal bagiku, untuk kembali membuatmu mencintaiku..."
    Jyo melepaskan pelukannya, membiarkanku berbalik menatapnya.
    "Tapi, sudah tidak ada perasaan lagi dariku untukmu..."
    Dalam hatiku, perasaanku sudah berkali kali mengutuki akal sehatku yang terus memerintahkanku untuk menolaknya, untuk terus memasang benteng tak tertembus yang melindungi hatiku.
    Jyo hanya tersenyum, menatapku diam, kemudian kembali memelukku.
    Dia memelukku, dan mendorongku.
    Menjatuhkanku ke kasur, dan masih tetap memelukku sambil menindih tubuhku di kasur.
    Jyo meletakkan dagunya di bahuku, nafasnya terasa jelas menyapu telingaku, membuatku sedikit merinding.
    Tubuh hangatnya terasa begitu jelas mendekapku, membuatku merasa hangat dan nyaman.
    Setelah sekian lama kami sering berpelukan di dalam dunia maya.
    Akhirnya sekarang aku bisa merasakan pelukannya secara nyata.
    Tapi kenapa keadaannya harus seperti ini.
    Saat aku bisa menyentuh dan merasakannya dengan nyata.
    Mengapa harus dalam keadaan seperti ini.
    Aku merasakan mataku mulai memanas.
    Kuangkat sebelah tanganku, dan menutupkannya ke mataku, sebelum buliran keperakan terjatuh dari sisi mataku.
    "Alvin, kamu menangis...?"
    Jyo berbisik pelan dari samping tubuhku, Air mataku pasti mengenainya.
    Aku hanya diam, tidak menjawab pertanyaannya, Jyo pun hanya diam, tidak membuka obrolannya lebih lanjut.
    Dia memelukku cukup lama, terus berdiam dalam posisi menindihku, hingga dia berbisik pelan padaku.
    "Kalau boleh, izinkan aku membuatmu kembali mencintaiku. Izinkan aku berusaha lagi dari awal..."
    Aku terdiam, kuputuskan untuk terus diam dan tidak berbicara apapun, kupandangi langit langit dengan lampu yang bersinar lembut, sesekali cahayanya berpedar, saksi bisu yang melihat apa yang sedang terjadi, yang melihat semuanya, tapi tak bisa mengatakan apapun.
    Ya, lebih baik tidak ada yang melihat situasi ini...
    =======================================
    Kevin's View

    "Srutt..."
    Sedotan yang ada dimulutku berbunyi, saat aku menghirup habis sisa minuman kalengku.
    Kutekan tekan tombol remote tvku dengan bosan
    Ga ada siaran rame ya hari ini?
    Sayup sayup bisa kudengar suara air dari kamar mandi.
    Ya, aku saat ini sedang duduk diam di atas kasurku ditemani sekaleng minuman, dan menonton TV
    Sedangkan Kenny?
    Dia sedang mandi dan membersihkan badannya karena tadi kecipratan air teh
    Gimana ceritanya?
    Yah, kecelakaan kalau aku bilang.
    Tapi yang jelas sekarang dia terpaksa mandi di rumahku, karena mamanya baru pulang kerumah nanti sore.
    jadi daripada dia sendirian dirumah, aku memutuskan untuk mengajaknya main di rumahku.
    Lagipula.
    Akhir akhir ini kami jarang berduaan sih.
    (paling di sekolah doang, lalu, paling pulang sekolah makan, atau malam.)
    Hmm, lumayan sering ya
    Tapi yang pasti aku selalu merasa kurang untuk terus bersamanya.
    Mungkin ini namanya cinta?
    Kuhela nafasku.
    Cinta memang aneh
    Padahal beberapa bulan lalu, aku masih bercerita ke Alvin (yang dengan kejam tidak memperhatikanku) tentang cantiknya si A, manisnya cewek dari kelas bawah, dan lain lain.
    Siapa bisa mengira saat ini aku akhirnya dapat pacar cowok.
    Dan apa aku menyesalinya?
    Sama sekali tidak!
    Untuk seorang laki laki, dan sebagai seorang pacar, Kenny benar benar segalanya untukku
    Entah kenapa, aku selalu merasa tenang dan nyaman, aku juga selalu ingin melindunginya dengan apapun yang aku punya.
    Aku juga selalu cemburu kalau dia mulai didekati laki laki lain yang lebih tampan dariku.
    Walaupun Kenny bilang dia ga suka cowok lain selain aku, dan buat dia aku cowok terkeren satu sekolah.
    Pokoknya aku ga perduli!
    Kenny punyaku, dan aku harus melindunginya dari semua pengganggu!
    Hahaha
    Kadang aku berpikir aku aneh
    Kok bisa ya aku bisa cinta mati sama laki laki seperti ini.
    Dan sex?
    Okay.
    We never do it.
    Tubuhku memang seringkali bergerak sendiri, dan aku cuma mengikuti instingku saat aku bermesraan dengannya
    Tapi untuk sex
    aku masih belum berpikir apa yang harus kami lakukan.
    Hmhh.
    Mungkin aku perlu nonton film porno gay ya untuk bisa ngerti apa yang harus aku lakukan.
    Hmm, ngomong ngomong.
    Apa aku bisa nafsu kalau aku ngeliat dia ya?
    Kan aku laki laki.
    Selama ini apa yang aku lakukan murni karena aku menyayanginya.
    Ga ada perasaan lain.
    Tapi, sekali sekali nafsu juga perlu.
    Sebenarnya aku bisa nafsu ga kalau ngeliat dia.
    Hmm...
    "Kevin, Kevin kenapa, kok melamun sendiri?"
    Kenny tampaknya sudah selesai mandi.
    Aku terlalu keras melamun tadi, sehingga tidak mendengar dia keluar dari kamar mandi.
    "Enggak kok Ken, aku cuma umm........."
    Aku tertegun saat melihat ke belakangku.
    Kenny keluar dari kamar mandi hanya dengan sebuah handuk terlilit di pinggangnya, sementara beberapa tetes air masih menetes dari rambut dan tubuhnya.
    "Ehh, Ahh... Umm...."
    Aku hanya melongo menatapnya, kurasakan tubuhku memanas dan nafasku menjadi berat.
    Aku juga merasakan perasaan tidak nyaman di daerah bawah saat aku memandangi tubuhnya.
    Oke, berarti pertanyaanku barusan bisa kujawab dengan
    #ya, aku nafsu kalau melihatnya.
    Gosh, berarti aku sudah siap untuk menjadi gay sejati!
    Kenny menyadari aku ternganga menatapnya, sehingga dia dengan salah tingkah menutupi tubuhnya.
    "Eh, maaf, Kev, tapi dimana baju gantiku...?"
    "Emm, Disini..."
    Kepalaku masih kosong, ditinggal pergi akal sehatku yang maju ke medan untuk berperang melawan nafsuku.
    Aku mengambil sebuah kaos santai dan celana pendek, kemudian berjalan mendatangi Kenny yang masih berdiri di belakangku.
    "Oke, terimakasih..."
    Kenny tak berani menatapku, dia mengambil pakaian yang kuberikan dengan gugup.
    "Umm..."
    Aku melihatnya dengan seksama, Kenny pun akhirnya melihat ke arahku, menatapku dengan wajah semerah udang rebus.
    Aku melingkarkan tanganku di bahunya, dan mengecupnya pelan.
    "Kev, pintunya..."
    "Sudah kukunci..."
    Tak lama kemudian bibir kami sudah bertemu, dan lidah kami bertarung untuk menguasai satu sama lain.
    Semakin lama aku semakin merasakan sebuah tekanan kuat di dadaku,
    Jantungku berdegup luarbiasa kencang, sementara otakku terasa berkabut, tanpa mengerti apa yang menyebabkannya.
    "Mmm... Kev..."
    Kenny mendesah tertahan saat aku meraba tubuhnya perlahan.
    Aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan, kubiarkan tubuhku terus bergerak mengikuti perintah hatiku.
    Kenny memekik pelan saat aku mencubit gundukan yang memerah di dadanya, tubuhnya bergerak dengan panik, tapi tidak melawanku.
    Aku mencium lehernya, Otakku saat ini sudah benar benar tidak bekerja.
    Harum sabun memenuhi rongga hidungku, Kenny hanya diam sambil sesekali mendesah saat aku menyerang lehernya, mencium dan menggigit pelan lehernya sambil memainkan nipplenya.
    "Kev.."
    Hanya itu kata yang sedari tadi muncul dari bibirnya, saat aku meraba tubuhnya semakin ke bawah, dan menyerang bibir serta lehernya semakin kencang.
    Tubuhku terasa begitu panas, aku mendengar degupan jantungnya sama derasnya denganku, aku yakin dia juga sudah kehilangan kontrol saat ini.
    Aku menjilat lembut lehernya, dan mengecup dagunya pelan, saat tanganku kubiarkan menjelajahi tubuhnya.
    Aku meremas pelan gundukan lain di bagian bawah tubuhnya, yang terasa hangat dari balik handuknya.
    Kenny tak bisa menahan desahannya, dan dia memegangi kepalaku dengan kedua tangannya.
    "Ke,,, Kevin....."
    Aku terus memainkan benda itu di tanganku, terasa hangat, lembut, tapi juga begitu keras. Aku menyibakkannya dari handuk, membiarkan kulit tanganku bersentuhan langsung dengan kulit lembutnya sembari menciumi sekujur leher dan dadanya.
    "Uhh..."
    Aku mendorong tubuhku, menahan diriku sekuat mungkin,
    Kenny hanya menatapku dari balik matanya.
    Dia tampak terkulai lemas di atas kasur, dan nafasnya tampak sangat berat.
    Dia melihatku dari bola mata hijaunya.
    "M..Maafkan aku... Kenny, maaf!"
    Aku meutupi wajahku dengan tanganku
    Aku benar benar malu.
    Apa yang barusan kulakukan?
    Aku belum siap untuk melakukan itu!
    Kenny hanya menatapku dalam diam, kemudian segera senyumannya merekah.
    "Yeah, Ga apa apa Kev! Aku juga, tadi lost control..."
    Kenny tersenyum lebar, dan segera mengenakan pakaiannya.
    Astaga.
    Kupandangi tangan kananku dengan mataku.
    Apa yang baru saja aku lakukan?!
  • Huaahhhhh!!!!!
    panasnyaaaa kentaaaannngggg...!!!!!
    udah dipegang kok dilepasin lagi sihhh??!!
    huahuahuahuahuaaaa....!!!!
  • @silverrain aku mimisan...

    @yuzz ken... kenny...lanjut...
    #menciumleheryuzzyangberubahmenjadikenny
  • Kyaaaaaaaaaa (>_<) kentang ϐªηgε† sih...padahal lg hot-hotnya tuh..
    (ˇ_ˇ'!l) ƗƗaaaaaϑeeeeeeƗƗ jd pusing nih kepalaku,,
  • mimisan apanya nih?
    awwhh..ntar ane terangsang ente kelabakan lo @idhe_sama
    #remasrambutidhesamayangberubahjadikevin
  • Baca Chapter ini koq gw jadi deg deg-an ya...
  • wkwkwkwk... baca juga to.. @dewaa91 :))
  • hai juga @dewaa91
    yuzzmanita dari hongkong...sembarangan aja..
    ahh..iya.. dieja ya.. d e de w a wa..wa..ni..ta..
    Oohh... dewanita.. hahaha
Sign In or Register to comment.