It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Lanjut...
maybe.... contohnya?
aku butuh saran....
nanti ditambahin. selo ajh....
Thx for you support! and, salam kenal juga....
hehehehe..... banyak ngambil dari kisah tragisnya Romeo and Juliet.....
ahahaha..... I like your advice. but, who is going to invite me to play sex?
"> )
tetap semangat ya bang.... ditunggu kelanjutan kisahnya :x
penuh dengan perasaan........
ramalam elisse bakalan terjadi ya kumpul di panti
Suara hati Antoni…
Aku berlari ke sebuah pantai yang cukup jauh jika ditempuh dengan cara berlari. Aku terlalu bersemangat untuk bertemu dengan Alif hingga aku tak peduli dengan nafas ku yang tersengal-sengal. Seragam ku tampak sembab akibat peluhku yang terus bercucuran. Mendung kembali mengawan dilangit Jakarta namun aku tak peduli. Memang puncak musim hujan tengah mengawan dilangit ibukota.
Sesampainya aku di sebuah dermaga kecil tempat aku dan Alif pertama kalinya berciuman, aku langsung mencari-cari sosok bertubuh jangkung Alif!
Pandanganku langsung terfokus kepada seorang pria berjaket abu-abu dengan rambut ikal yang sedang memandang awan kelabu, membelakangiku! Matahari tak terlihat saat itu, hanya mendung, seolah siang telah berubah menjadi malam kala itu
.
`Itu pasti Alif!` pikirku dengan segurat senyum diantara peluh yang menetes.
Aku mendekatinya dengan berlari dan nyaris terpeleset karena dermaga kayu itu cukup licin akibat terkena deburan ombak. Aku berdiri di belakang pemuda itu dengan nafas tersengal-sengal.
“Alif…?” panggilku dengan suara yang lelah bercampur debaran. Lelaki itu menoleh, ya itu Alif! Aku bersorak dalam hati.
Aku langsung berlari dan memeluk tubuhnya. Betapa aku rindu padanya. Kurasakan Alif menahan sakit saat aku memeluk tubuhnya dengan erat! Seolah, ada luka yang disembunyikannya dibalik bajunya!
Perlahan aku melepas pelukanku. Kulihat Alif menatapku dengan dingin dan nyaris tanpa ekspresi! Matanya selalu berusaha untuk menghindari kontak mata denganku! Ia melepas rangkulan tanganku!
“Kemana saja kau selama ini?” kataku senang dan tak sabar karena telah bertemu dengannya. Seminggu tanpanya telah menyiksaku. “Apa yang terjadi setelah hari itu? Alif kau tau, aku sangat merindukanmu!” kataku tanpa menghilangkan senyumku. Kuharapa Alif akan merespon kata-kata kerinduan dari bibirku. Namun ia hanya menatapku dingin! Kenapa?
“Ada apa denganmu?” kataku gelisah melihat tatapannya. Ia hanya terdiam, tatapannya terlihat sedih. Sesekali ia menunduk, seolah ada yang ia sembunyikan dan sulit ia katakan padaku. Sesuatu telah terjadi padanya!
Aku tak lagi memerdulikan suara burung camar dan bau asin laut. Alif kemudian membalikkan tubuhnya seolah ia tak mau aku melihat ekspresi kesedihan di wajahnya. Seketika suasana hening dan hanya suara deburan ombak serta gemuruh guntur yang terdengar. Aku menunggu kata-kata selanjutnya.
“Antoni…” Alif membuka suaranya. Suaranya begitu parau dan berat. Aku menjadi berdebar.
“mungkin lebih baik, kita berpisah…”
PLTARR!!!!!
Bagaikan suara petir, kata-kata Alif membuat hatiku runtuh seketika! Aku tak percaya apa yang dia katakan!
“Apa maksudmu?” tanyaku pasrah mencoba tegar dan memaksa Alif untuk mengulang kata-katanya. Alif hanya tertunduk membuatku yakin kalau yang kudengar itu benar!
Seketika itu aku menitikkan airmata!
“Tapi… kenapa?” Tanyaku lemah.
“Kita sudah tahu hubungan ini terlarang! Tak seharusnya ini terjadi… aku…aku tak bisa meneruskannya…” Katanya tanpa membalikkan tubuhnya.
“tapi bukankah kau dulu pernah bilang bahwa…”
“Lupakan masa lalu, anggap saja itu hanya omong kosong belaka…!” Ia membalikkan tubuhnya dan berbicara dengan tegas serta memotong pembicaraanku.
Kulihat airmatanya terlihat jelas menetes! Pandanganku langsung tertuju pada bekas luka di pelipis dan lengannya! Aku terkejut menatapnya! Mungkinkah…
“Apa ayahmu yang memaksamu mengatakan semua itu?” Kataku tenggelam dalam tangisan. Alif hanya terdiam dan memalingkan wajahnya.
“Alif, jawablah, apakah ayahmu yang melakukan semua itu?” kataku memaksa sambil menunjuk luka di pelipis dan lengannya.
“Ini semua tak ada hubungannya dengan Ayahku…” kata Alif sambil memejamkan mata seolah merasakan dinginnya hembusan angin laut yang membuat hatiku beku.
Aku tersenyum kecut. Hambar! Aku mencoba tegar akan sebuah akhir cinta karena aku seorang pria yang tak mau dibilang cengeng dengan cinta!
Tapi, keadaan tiba-tiba yang membuatku runtuh, seolah ada sesuatu yang hilang dalam hatiku. Yah, sang Apollo mungkin sudah kembali ke singgasananya di Olympus. Tapi, apakah dia peduli dengan hatiku yang sudah terlanjur mempercayainya. Hati Hyakinthos yang sudah mati?
Tentang perkenalan itu, penembakan itu, ciuman itu, malam itu, tidakkah dia cukup egois untuk melupakan semuanya dan secara tiba-tiba mengatakan semuanya harus berakhir.
“Alif… aku menyesal telah mempercayaimu! Kupikir kau kuat, kupikir kau tegas, bahkan kau yang selalu menyemangatiku agar aku mampu menerima keadaan ini! tapi ternyata, omonganmu hanya bualan belaka! Bahkan dengan entengnya kau mengakhiri cinta ini tanpa ada inisiatif untuk mempertahankannya!!” Aku mengeluarkan semua rasa kecewaku padanya!.
Alif hanya terdiam. Tak memandangku. Wajah dengan seribu topeng beban tampak menghiasi wajah khas melayunya. Pria tampan itu, kini tampak dingin dihadapanku!!
“Jadi, apakah semuanya selesai…” Aku menegaskan dan mempertanyakan status hubungan kami. Aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk belaka dan aku dapat terjaga kembali dengan Alif yang memeluk erat tubuhku, seperti sebelum-sebelumnya! Namun ternyata harapanku hanya sebuah mimpi!
“Pergilah dari hidupku, aku tak akan mengganggu hidupmu lagi…” kata Alif menegaskan semuanya bahwa hubungan kami telah berakhir… mungkin… selamanya!
Aku menundukkan kepala dan membiarkan airmata ini jatuh ke dermaga. Bersama gerimis yang perlahan turun dari cakrawala!
“Alif…” Aku menegakkan kepala mencoba tegar dan berjalan mendekatinya hingga aku sampai di hadapannya. Alif menatapku dingin.
“Sebelum semuanya benar-benar berakhir, maukah kau menciumku untuk… sebuah masa lalu kita ?” tanyaku padanya. Alif masih menatap dingin.
Aku perlahan menggenggam tangannya yang rapuh karena sebuah luka! Perlahan aku mendekatkan bibirku ke bibirnya. Saat sudah beberapa senti, ia langsung memalingkan wajahnya menolak ciumanku!
Aku hanya terpejam pasrah melihat tingkahnya! Remuk rasanya saat dia menolak ciumanku! Hatiku teriris saat dia menolak untuk memberikan harapan terakhir padaku!
Kemudian aku hanya mencium pipinya yang dingin. Cukup lama agar aku dapat mengingat kenanganku saat bersamanya sejak dulu. Hingga aku melepas ciumanku dari pipinya yang mulus.
“Kau pembohong, dan aku membencimu! Tapi anehnya aku selalu rindu padamu! Aku akan mencintaimu selamanya meski ternyata… kau tak bisa kumiliki…” bisikku di telinganya.
Perlahan aku melepas genggamannya dan berjalan pergi menjauh darinya. Alif tak menatap kepergianku. Ia hanya menoleh kebelakang, kearah laut!
Gerimis mengiringi kepergianku dari Alif. Aku hanya berjalan lesu meninggalkan dermaga kayu yang dulu menjadi saksi janji cintaku dengan Alif. Kini dermaga itu menjadi saksi bisu saat aku kecup pipi Alif dan menjadi saksi perpisahanku dengan Alif.
Saat aku telah jauh melangkah dengan langkah gontai, aku tak dapat membendung airmataku yang menetes sedih! Aku kembali menatap kebelakang melihat Alif yang masih terpaku menatap laut. Aku berharap ia akan mengejarku namun sepertinya harapanku pupus! Inikah yang harus kuterima dari semua dosa yang telah kulakukan? Atau tuhan telah menyelamatkanku dari dosa dengan memisahkan kami berdua?
Apapun itu, tetap saja menyakitkan!
Aku membencimu Alif, sangat! Tapi tak bisa kupungkiri rasa cinta yang telah kau berikan. Dulu kau berjanji kau yang akan bertahan untuk mempertahankan cinta ini. Namun kini malah kau yang menghianati semuanya!
Hujan mulai turun lebat dan langit begitu kelam. Seiring dengan airmataku yang terus berjatuhan. Aku menatap kosong tak peduli kemana aku melangkah. Semuanya, telah selesai…
*****
~Apapun kisah cintamu…
Tak peduli bagaimana kau bertemu…
Patah hati itu sama saja…
Seperti bumi yang dirundung cakrawala kelabu…
Tampak kelam, dan bertetesan peluh kesedihan…~
*****
Suara hati Alif…
Hujan mulai turun saat aku menatap kepergiannya di dermaga pagi itu. Pagi yang sangat dingin dan anginnya sangat tajam menusuk kulitku. Aku menatapnya dengan nafas berat dan dada sesak! Inikah sakitnya perpisahan? Antoni, maafkan aku.
Sejujurnya aku masih cinta sama kamu! Aku mulai menyesali perkataanku barusan. Aku bahkan menolaknya saat dia hendak mencium bibirku untuk yang terakhir kalinya! Kuharap Tuhan akan satukan kita lagi ditempat yang lebih baik.
Aku mulai beranjak enggan meninggalkan dermaga sejuta kenangan itu!
Aku berjalan menyusuri gang-gang kecil diantara hujan yang terus mengguyur. Kubiarkan tubuh ini basah! Aku hanya berjalan tertunduk menyusuri jalan-jalan. Hilir mudik orang-orang berlarian mencoba untuk menghindari basahnya terkena hujan!
Hari ini, aku baru saja berbohong, yang menurutku lebih menyakitkan daripada sebuah dosa! Aku memutuskan hubunganku dengan seseorang yang paling aku sayangi hanya untuk keegoisan orang tua! Aku memang lemah untuk menyangkal ibu dan ayahku daripada memenangkan hatiku! Mungkin ini sudah ditakdirkan tuhan bahwa memang aku tak berhak bersatu dengannya.
Aku menatap langit dan terpejam. Membiarkan guyuran hujan membasahi wajahku yang seolah menantang Tuhan! Hujan ini, menjadi saksi berpisahnya dua Adam yang merindukan hangatnya kasih sayang.
Saat aku sampai dirumah, aku membuka pagar rumah dengan terpaksa dan membuka pintu rumah dengan lemas.
Aku tak peduli dengan apapun. Aku tak peduli dengan hujan diluar sana dan aku tak peduli dengan diriku sendiri!
Ayah sedang duduk di sofa saat aku masuk. Aku sengaja ingin lewat begitu saja dari hadapannya berharap tak terlibat percakapan dengannya. Lantai bekas jalanku basah tergenang air dari tubuhku namun aku membiarkannya.
“Alif, bagaimana selanjutnya?” Ayah tiba-tiba bertanya yang membuatku menghentikan langkahku yang lemah. Aku hanya menatap dingin padanya kemudian aku mengangguk lemah.
Aku tahu maksud dari pertanyaannya. Ia menanyakan apakah aku sudah memutuskan hubunganku dengan Antoni!
Melihat anggukanku ayah tersenyum yang menurutku seperti sebuah cibiran!
“Baguslah kalau begitu. Setidaknya kau telah membuktikan padaku bahwa kau tidak memalukan nama keluarga ini. Begitulah seharusnya anakku…” kata ayahku dengan santainya.
Anak? Mungkinkan seorang ayah yang baik memukuli anaknya hanya karena masalah cinta? Apakah seorang ayah yang baik harus meninggalkan luka sakit hati dalam diri anaknya?
Aku bertanya dalam hati. Namun kurasakan mataku mulai menajam menatap ayah! Ayah merasakan tatapan yang ditujukan olehku!
“Ada apa? Kenapa kau menatap ayah seperti itu?” ayah bertanya padaku. Entah mengapa tiba-tiba aku mulai berani pada ayah! Untuk semuanya, untuk hatiku, dan untuk Antoni! Jika ini salah, biarlah! Yang jelas, ayah harus tahu bagaimana perasaanku lebih tersakiti daripada tubuhku!!
“Benarkah kau ayahku?” tanyaku tiba-tiba dengan tatapan tajam dan dingin.
“Apa maksudmu!?” kata ayah heran dan mengernyitkan dahi.
“Kau ayah yang psycho!! Jika kau ayahku, kau tidak akan menyiksa batinku seperti ini…!” kataku berani! Kurasakan cairan hangat keluar dari mataku yang sembab dan merah. Tangisan lagi?! Ayah terperangah!
“Apa maksudmu? Tentu aku ayahmu! Mengapa tiba-tiba kau menanyakannya?” ayah berdiri dari duduknya!
Aku terdiam sesaat. Mataku serasa panas sementara dadaku serasa sesak. Seolah ada `sesuatu` yang ingin kukeluarkan…
“JIKA KAU MEMANG AYAHKU!! UNTUK APA KAU MENGHUKUMKU SEPERTI INI!!! Aku tersakiti olehmu ayah!!! Kulakukan semuanya demimu dan aku seolah-olah tak pernah kau sayang!!!” kataku tegas! Airmata menetes di pelupuk mataku. Ayah mengerjapkan keheranannya.
“Alif, kau kenapa!? Apa kau sudah tak sayang ayah lagi!? Apa kau…”
“AYAH YANG SUDAH TAK MENYAYANGIKU!!!” aku memotong perkataannya. Aku mendekat dan langsung menarik kerah baju ayah dan berteriak dihadapannya!!
Mungkin aku sudah durhaka pada ayah, namun seolah aku tak peduli!
“Ayah pikir, aku akan bahagia dengan semua kelakuanmu yang memaksaku!? Tidak pernahkan ayah memikirkan apakah aku akan bahagia!?” Kataku dihadapannya!
PLAKK!!!,
Ayah masih sempat menamparku untuk yang kesekian kalinya! Namun aku mencoba untuk menahan tamparannya. Wajah ayah mengeras menahan emosi!
“Bukankah ayah telah memberikan semuanya padamu!? Semenjak kau dalam buaian hingga kau sebesar ini!? Ayah hanya minta satu permintaan, apakah itu salah!? Seharusnya kau berterimakasih padaku karena aku melarang kau menjadi seorang manusia Homo!!” ia balas membentakku!
“Untuk apa aku berterima kasih kepada manusia yang tidak mengerti hati manusia!?” kataku menusuk langsung ke hati ayah!
Ayah tertegun dan tak percaya akan ucapanku! Emosi sudah sampai di puncak ubun-ubunku hingga aku dengan keras dan~entah sadar atau tidak~ aku mendorong ayah hingga ia terjatuh!
“Alif, kau…”
“Ayah tak pernah mengerti apa itu sebuah cinta. Cinta itu tak memandang siapapun dan apapun!!! Jikapun ayah menghalangi jasadku, hatiku akan selalu untuk Antoni!!! Setidaknya pahamilah perasaanku sejenak, ayah!!
Masihkah kau sudi aku memanggilmu `ayah`!?, jikapun aku sudah tak dianggap putramu, aku ikhlas!!! Karena aku mencintai Antoni, ayah!”
Wusssh, seperti angin, hatiku lega telah mengungkapkan semuanya.
Namun dada ini masih terasa sesak! Ayah hanya tertegun! Tampang tegasnya berubah menjadi sebuah kebimbangan. Ia menunduk dalam duduk sehingga aku tak dapat melihat ekspresi wajahnya.
Hening melingkupi ruangan rumahku kala itu. Hanya suara hujan yang deras dari luar sana dan sesekali suara guntur menggelegar.
“terserah apa maumu Alif…ayah tak peduli…”Gumam ayah tegas namun aku masih belum bisa melihat ekspresinya kala itu. Aku hanya tertunduk lesu dan berjalan mundur beberapa langkah.
“Maaf, ayah…aku mencintainya… Kuharapa kau mengerti keadaanku!” Kataku.
Entah mengapa pikiranku langsung dipenuhi oleh Antoni! Aku teringat senyumnya, tawanya, bahkan tangisnya! Semua kenangan indah itu menyadarkanku akan kekhilafanku!
`Astaga, apa yang sudah kulakukan?`
Aku teringat ucapanku beberapa saat yang lalu. Saat aku memutuskan hubunganku dengan Antoni di dermaga waktu tadi!
`Antoni…maaf…`
Aku mengambil langkah bersiap untuk pergi. Saat aku baru memegang handel pintu, aku menoleh sesaat pada ayah yang masih terduduk dalam tundukannya.
“Ayah, maafkan aku. Aku melakukan ini semua agar kau tahu betapa aku sangat hancur karena keputusanmu. Mungkin menurutmu aku durhaka! Tapi, aku akan tetap menyayangimu! Meskipun rasa sayangku beriringan dengan rasa takutku! Aku hanya ingin melihatmu sebagai seorang ayah, bukan monster yang tiap kali menakutiku!” Kataku berbisik lirih pada ayah. Ayah hanya tertunduk bahkan tak merespon. Semoga ayah mendengar dan mengerti maksud ucapanku.
Aku langsung memalingkan wajahku dan tertunduk sesaat. Tidak, ini sudah pilihanku! Sekejam apapun ayahku, kelak ia pasti akan menerimaku lagi. Aku yakin tindakanku kali ini benar!
Aku menghela nafas panjang dan membuangnya dengan berat. Kutarik handel pintu dan tempias hujan langsung menyambut wajahku!
`Antoni, tunggu aku…aku akan kembali, untukmu…!`
Aku langsung berlari menembus hujan. Untuk menjelaskan semuanya pada Antoni bahwa aku masih mencintainya! Kuakui aku takut kehilangannya! Aku menyesal telah mengatakannya pada Antoni tadi. Aku berlari, tak peduli pada hujan atau angin yang menusuk paru-paruku. Cipratan air mengotori punggung dan celana pakaianku. Aku terus berlari untuk mengejar Antoni. Perkiraanku, ia takkan jauh dari
dermaga.
Semoga…
*****
lanjutt.... hehehe....