BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Romeo Black Vow: cinta terlarang dua Adam (sinopsis novel 1)...

13468927

Comments

  • Udah baca cerita mu yg di blog . Hmm disana alurnya terlalu cepat Dan .... Membingungkan --". Tp perkiraan ku bner kayaknya ~ ~ ~(\ ‾o‾)/ .
  • Ada blognya ya?
    Mana link nya?
    @holicmerahputih
  • edited February 2013
    rarasipau wrote: »
    Udah baca cerita mu yg di blog . Hmm disana alurnya terlalu cepat Dan .... Membingungkan --". Tp perkiraan ku bner kayaknya ~ ~ ~(\ ‾o‾)/ .



    --->ahahahaha..... ternyata baca blog ku ya..... :P
    yup, emang masih byk yg kurang disana, makanya blom aq lanjut lagi.... blog itu sepertinya mau aku perbaiki. ada beberapa tokoh yg mau aq hilangkan dan ada beberapa tokoh juga yg sepertinya akan ditambahkan.......

    ya, kalo udah baca blog ku, tokoh seperti Ardhi, Liora, Vira, dan lainnya, bakalan kuhilangkan karena masih rada random sama pengaruh mereka di cerita.....

    dan disini, tokoh seperti Aditya, Kartika, dan lainnya, yg g ada di blog, mau aku tambahin untuk menguatkan cerita.....

    Tokoh Abim dan Valent sifat dan pengaruhnya dlm crita aq ubah dibandingkan didalam blog.......

    belum lagi, yang menjadi sudut pandang kebanyakan cuma Alif sama Antoni. untuk versi perbaikannya, aku juga ngambil sudut pandang dari penulis....



    >Btw, thx for sarannya..... oiya, bagian mana yang menurut kamu `membingungkan? siapa tahu bisa aku buat jadi kritikan pelajaran untukku..... tetep pantengin versi perbaikannya..... lupakan yg di blog... -_-


    > `perkiraan kamu bener`??? `perkiraan `apaan tuh.... ?? :P







  • edited February 2013
    Achan wrote: »
    Ada blognya ya?
    Mana link nya?
    @holicmerahputih





    nanti aja, kalo udah kuperbaiki. blognya mau kuapus karena disitu ada cerita akhirnya.... hehehehe :P

  • edited February 2013
    13. Nightmare in paradise

    Suara hati Alif…

    Malam dirumahku. Waktu menunjukkan puku 9 malam. Astaga!! sudah malam sekali kami pulang!
    Namun untunglah rumahku sedang sepi karena keluargaku sedang berkunjung keruman paman di Tangerang. Aku mengajak Antoni untuk bermalam dirumahku karena hari sangat larut untuk pulang malam.

    Sepertinya kejadian sore tadi akan menjadi sesuatau yang indah dalam mimpiku. :)

    “apa tidak apa-apa aku menginap?” Kata Antoni saat aku mengajaknya untuk masuk kekamarku. Saat aku hendak menyalakan lampu kamar ternyata terjadi pemadaman listrik alias mati lampu!

    Antoni hanya tertawa melihat tingkah konyolku yang kesal karena keadaan rumah sangat gelap.

    “Tentu saja tidak apa-apa, orang tuaku sedang tidak ada dirumah. Lagipula sepertinya akan terjadi badai malam ini.” kataku sembari memandang keluar jendela melihat awan hitam bergulung-gulung disertai angin yang mulai bertiup di angkasa. Puncak musim hujan yang ekstrem, mungkin akan terjadi malam ini! mungkin itu sebabnya terjadi pemadaman listrik.

    “Sepertinya terjadi pemadaman listrik. Kau lebih baik mandi terlebih dahulu, aku akan ambilkan lilin.” kataku kepada Antoni. Antoni mengangguk. Aku memberitahukan letak kamar mandi dalam kamarku dan ia langsung berjalan menuju kamar mandi dengan meraba-raba sekitar karena keadaan sangat gelap.

    Setelah ia masuk kamar mandi aku menyiapkan handuk untuknya dan aku langsung mencari lilin di dekat dapur.
    Susah payah aku mencarinya. Hanya dengan mengandalkan lampu dari layar HP yang temaram. Aku meraba mencari batang lilin dan korek api. Suara sangat sunyi dan berdesing malam itu. Hanya suara Antoni yang sedang mandi dengan selaksa airnya yang besar.

    Aku menaruh lilin diatas meja kecil dekat tempat tidur dan sesaat kemudian aku mulai menyalakannya dengan korek api. Untuk sementara ruangan kamarku mendapati cahaya dari lilin tersebut.

    Sementara itu angin diluar bertiup kencang pertanda akan turun hujan. Dan benar saja, secara tiba-tiba gerimis turun perlahan bersamaan dengan gemuruh petir! Malam yag lumayan mencekam!

    Aku segera menutup jendela kamar agar angin dan tempias hujan tidak mematikan lilin yang sedari tadi bergoyang-goyang tertiup angin. Sangat sulit untuk menutup jendela karena malam ini sepertinya akan ada badai sehingga angin amat begitu kencang dan menyibakkan gorden hingga keluar kamar.

    Setelah berhasil menutup jendela, aku mengeringkan tubuhku yang setengahnya basah terkena tempias hujan. Petir bergemuruh dan kilatan-kilatan menyambar.

    Aku menghela nafas, begitu banyak peristiwa hari ini. Aku melepas jaket abu-abuku sehingga yang tersisa hanyalah kaos oblong pendek dengan celana pendek yang telah kuganti. Aku merapikan barang-barangku diatas keranjang dengan ditemani temaram lilin.

    Tanpa kusadari, sebuah siluet telah berdiri dibelakangku…

    “Alif…” aku terkesiap mendapati suara memanggil namaku, saat aku menoleh, aku melihat Antoni dengan tubuh setengah telanjang dan bagian bawah ditutupi handuk yang panjangnya selutut. :\">

    “Antoni! kau mengejutkanku! Kupikir kau penampakan yang muncul tiba-tiba!” Kataku menggerutu. Antoni tersenyum simpul.

    Aku terpana sesaat melihat tubuhnya yang ditimpali cahaya temaram lilin, terlihat berwarna coklat indah dan basah karena selesai mandi.

    “cepat sekali kau mandi…” kataku mencoba menutupi debaran jantungku karna melihat dirinya. Antoni seksi sekali.

    “Yaa, lampu padam dan aku tidak bisa melihat sekitar. Jadi aku hanya mengguyur badanku sekenanya saja” katanya kemudian.

    “kau punya baju tidur, boleh aku pinjam?” kata Antoni.

    “tentu saja…” kataku kemudian, aku segera menuju lemari kayu disudut Kamar dan mengambilkan sebuah baju tidur berwarna biru laut. Segera aku menyerahkan bajuku kearahnya.

    “ini…” kataku menyodorkannya kearah Antoni.

    Namun Antoni tidak langsung mengambilnya. Ia malah menatapku diantara temaramnya cahaya lilin. Bagaikan terhipnotis aku membalas tatapannya yang hangat. Perlahan ia menurunkan baju tidurku dan memegang pergelangan tanganku dengan lembut dan mendekat kearahku.

    Aku hanya terdiam terhipnotis atas semua tingkah lakunya. Ia mendekat hingga kulit dadanya yang bidang menempel dibahuku. Ia memegang lembut pinggangku dengan lengannya yang kekar dan mendekatkan wajahnya di wajahku hingga aku dapat merasakan deru nafasnya di telingaku. Begitu hangat dan membuatku nyaman. Jantungku berdetak hebat. Namun kubiarkan semuanya terjadi. Tatapannya sayu.

    ‘Antoni… jangan lakukan ini!!` hatiku berbisik namun tak dapat terucap. Dapatkah kau membaca situasi apa yang akan terjadi?

    “cukup dirimu, yang menjadi penghangatku malam ini…” katanya berbisik di telingaku. Aku hanya terdiam mendengar ucapannya.

    “Kau yakin dengan semuanya? Tidakkah kau menyesal nantinya…” Kataku. Tapi tetap enggan menjauhkan diriku dari rangsangan sensitifnya! Kubiarkan dia meciumi rambut ikalku yang basah.

    Dia tak menjawab! Nafsu sepertinya telah menguasai dirinya!

    Begitupula dengan diriku! Haruskah aku menghentikannya disaat aku benar-benar menginginkan ini semua darinya?!

    Persetan dengan dosa! Persetan dengan takdir! Sekarang, biarkanlah aku melakukannya malam ini!! dengan seseorang yang telah membuatku tergiur dengan aroma tubuhnya.

    Jantungku berdegup kencang saat tubuh kekarnya memelukku erat. Aku membalas pelukannya tak kalah hangat. Bibirnya dengan nakal memberikan setruman nikmat dileherku! Perlahan ia membuka bajuku dan kini ia berhasil menguasai tubuhku yang mulus bak pualam yang belum tercoreng! Dan malam ini, kubiarkan dia menyempurnakan cintanya padaku! Kuserahkan sesuatu yang menjadi pelengkap dari segala yang telah kuberikan padanya!! Dan ia pun juga memberikan sesuatu yang kini akan menggenapi pengabdian cintanya padaku!!

    Menyesal? Ah… masa bodoh…!!

    Dan…waktu begitu cepat berlalu saat kami telah terjatuh dan telah terbaring berdua di atas ranjang. Dia kembali mengecup bibirku dan aku tak ragu untuk membalasnya lebih liar dan agresif!






    Jendela kamar terjerembab terbuka memasukkan angin kencang yang meniup tirai putih kedalam kamar. Lilin bergoyang dan padam tertiup angin badai yang sebegitu kencangnya dan asapnya tertiup pelan dan hilang!
    Suara petir dan kilatan cahayanya seolah-olah menjadi pengiring bayang dua Adam yang dimabuk asmara dan percumbuan. Suara hujan deras dan mencekam megiringi alunan desahan dan rintihan duniawi sedangkan tempiasnya tak mampu mengalahkan peluh hangat yang terpompa dari kedua tubuh yang saling bersatu! Dinginnya badai, dapat dikalahkan oleh bara asmara vulgar mereka!

    ~Cinta malam ini….
    Akankah selamanya akan terasa indah?...
    ini seperti dosa yang kita lakukan dihadapan sang raja semesta. Seperti sebuah mimpi buruk yang kita rasakan dalam pelukan surgawi….~

    *****

    ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Sebuah temaram api, lemah menyala di tepi hatiku
    tanpa mengetahui hasratku yang menyebar ke pembakaran gairah.
    Kupu-kupu mengepakkan sayap tanpa tujuan,
    meninggalkan kepalsuan warnanya di tanganmu.

    Menarik dan takkan terpisah! jari-jari kita saling terkait!
    bergerak dari bibir kita sampai lidah kita,
    apa yang kita lakukan tidak mungkin dimaafkan!
    dan itu sebabnya mengapa kita begitu tak peduli pada dunia

    Aku ingin kau memelukku erat dan mengukur batasku!
    Silahkan membuatku percaya bahwa ini bukanlah sebuah dosa.
    Aku ingin kau menciumku dan menjelajahi setiap warna pada tubuhku.
    Aku ingin mabuk dan tenggelam dalam pesonamu.

    Mungkin perlu bagimu untuk mengikatku
    jika kau mencintaiku, maka tunjukkan kesetiaanmu!
    Aku tidak bisa menolak hal "aneh" darimu
    jadi mari kita pergi sejauh yang kita bisa lari…

    . Dengan hati yang sesat,
    kita akan mencair dengan mudah,
    bahwa tidak ada waktu luang untuk kita
    bahkan untuk merasakan kelembutan masing-masing.

    Apa yang telah berulang bukan mimpi kami,
    tetapi salah lagi realita tentang "kita."
    kutahu begitu kita melakukannya, kita tidak bisa kembali!
    tapi itu bagus,hanya untuk memberikan sebuah sentuhan dan kasih saja…

    Seperti temaram fajar, aku menjadi tidak nyaman,
    dan akhirnya menangis karena telah melakukannya!
    kau berbisik "Tidak apa-apa" untukku,
    tetapi mengapa kau juga meneteskan airmata?

    Aku ingin kau memelukku erat dan mengukur batasku.
    Silahkan membuatku percaya bahwa ini bukan sebuah dosa.
    Aku ingin kau menciumku dan menjelajahi warna dalam tubuhku.
    Aku ingin mabuk dan tenggelam dalam pesonamu.

    Tariklah aku lebih dekat, seolah-olah kita adalah dua magnet!
    bahwa ‘bahkan jika kita berpisah,suatu saat kita akan bersatu kembali’!
    tidak apa-apa jika tidak dapat kembali.
    aku tidak akan menyesal telah melakukannya bersamamu… Romeo…

    Magnet-Vocaloid (romeo black vow inspirated)

    ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

    *****


    Suara hati Antoni…

    Matahari bersinar menembus jendela yang terbuka lebar. Embun pagi bekas badai semalam masih menyisakan bau basah yang diberikan oleh Maha Raja pagi ini. Suara burung sayup-sayup terdengar dari dahan diluar sana. Menemani pagi yang semalaman diguyur hujan.

    Didalam kamar yang cukup berantakan, aku terbaring lelah dengan tubuh yang masih terbalut selimut. Perlahan aku membuka kelopak mataku yang terasa berat. Dan begitu aku tersadar, aku medapati diriku tertidur… di dada Alif ?! Alif masih tertidur lelap dalam mimpi indahnya semalam.

    Ya tuhan, apa yang terjadi?

    Aku terduduk di tempat tidur dan mendapati tubuhku tanpa sehelai benang pun?! Aku mengingat-ingat kejadian semalam. Kenapa bisa terjadi?

    Aku bertanya dalam hatiku sambil menopang kepalaku yang terasa berat. Aku telah melakukan dosa yang pernah dilakukan kaum Luth! Apakah ini sungguh terjadi?. Aku menatap Alif yang masih terlelap. Aku tersenyum berat dan perlahan mendekatinya dan mengecup ubun-ubunnya. Maafkan Aku Alif, aku tak sengaja!

    Airmataku menetes kembali. Apakah ini yang dinamakan sesal?! Kenapa aku tak bisa berhenti saat aku melakukannya?! Desahan itu, rintihan itu, terdengar jelas seperti setan yang sedang menertawaiku! Dosa? Ya, aku berdosa sekarang! Dan inilah puncak dosaku terhadap Tuhan! Oh, apakah yang harus kulakukan sekarang?! Aku bingung, kesal, marah, tapi tak tahu pada siapa? Kenapa aku bisa melakukannya sejauh ini?]

    Aku langsung turun tempat tidur perlahan agar Alif tak menyadari kepergianku.

    Aku memungut pakaianku yang berserakan dan masuk kamar mandi. Menyalakan shower dan mengguyur sekujur tubuhku berharap dosaku akan tanggal bersama air ini. aku memejamkan mata, tapi sulit untuk melihat kenyataan. Kubiarkan air membuat tubuhku dingin. Tak apa, kuharap aku mati kedinginan! Daripada aku harus menghadapi kebingungan didunia ini!! Bukankah sebelumnya aku yang tidak menginginkan ini semua?! Lalu kenapa aku yang mengajak Alif untuk melakukannya?!


    “AAAAAKKKKHHHHH!!!!!!!!!” Aku berteriak sekencang-kencangnya!

    *****

    Suara hati Alif…

    Aku membuka mata perlahan dan mengerjap-ngerjapkannya karna cahaya matahari yang mengganggu penglihatanku. Menguap sesaat dan menyadari kalau ternyata tubuhku rasanya lelah dan pegal.

    Aku terkejut mendapati tubuh polosku dan mencoba mengingat kejadian yang telah terjadi: Pulang malam-mati lampu-ada badai-mengambil lilin-Antoni datang dan…

    terjadi begitu saja! Aku menghela nafas, mataku terasa berkunang-kunang dan hendak mengeluarkan airmata. Namun aku tahan karena tak ada gunanya menangis, toh semua sudah terjadi! Aku menundukkan kepalaku dan meremasnya. Tuhan, maafkan aku! Aku sudah menjadi salah satu bagian dari kaum Sadum terdahulu! Dan maafkan aku Antoni, aku tak bisa mencegahnya. Kumohon jangan membenciku hanya karena ini semua tak dapat kutahan! Ini… terjadi begitu saja…

    Tidak! Ini salahku! Untuk beberapa sesaat, sebelum aku melakukannya, aku sempat menyadari apa yang akan terjadi! Tapi, aku tak mencegahnya! Malah membiarkan Antoni meneruskannya! Inikah yang dinamakan bahwa nafsu dapat menguasai hati manusia?

    Bagian tubuh bawahku terasa sakit dan seluruh kamarku begitu berantakan! Namun aku tidak terlalu peduli dengan semua itu. Setelah semua ini terjadi, apakah Antoni dan aku akan menjauh karena kami telah melewati batas? Tak ada yang tahu…

    Aku meremas kepalaku sekuat-kuatnya. Membiarkan kulit kepalaku terlukan dan sebagian kecil kukuku patah! Aku stress! Membiarkan diriku menangis! Semua ini salahku!!

    *****
    Suara hati Antoni…

    Aku memakai pakaianku didalam kamar mandi karena aku malu terlihat Alif. Namun aku perlahan keluar kamar Mandi dengan tanpa ekspresi. Alif sedang terduduk menundukan kepala di atas ranjang. Aku melirik sedikit, ia meneteskan airmata! Aku menjadi merasa bersalah padanya namun aku tak bisa mengeluarkan kata-kata.

    Maaf Alif, aku malu padamu! Kuharap kejadian semalam hanya mimpi indah sementara. Atau mungkin, mimpi buruk dalam dunia nyata! Aku hanya menunduk dan berlalu keluar kamar meninggalkan Alif yang masih tertunduk lemah. Sambil membawa rasa sesal ini!

    Saat aku telah menutup perlahan kamarnya, aku bersandar di daun pintu dan terjatuh lemas. Aku meneteskan airmata untuk kesekian kalinya. Menangisi dosa terindah yang telah aku lakukan!! Sebuah dosa yang takkan terampuni olehNya!!

    *****

    Minggu…

    Minggu sore di sebuah taman kota di bilangan Jakarta. Muda-mudi menggunakan waktu sore Jakarta dengan berjalan-jalan santai atau bersepeda ria. Jelas sekali, tampak taman umum itu begitu ramai dengan berbagai macam aktivitas kala senja menyapa di Minggu sore Jakarta.

    Di sebuah lapangan basket, Antoni tampak bermain sendirian disana. Tatapannya serius, dan seolah tak peduli pada mereka yang melihatnya kagum, atau yang sekedar menoleh saja. Sebuah masalah tengah ia luapkan kepada permainan bola keranjang ini! ia biarkan peluh keluar bersama emosi kesalnya saat ia berlari secara agresif dan melempar secara brutal!

    Dan saat ia mencapai langkah yang keseribu kalinya, ia melempar bola tersebut dari jarak three point dan…

    hap!

    Dengan mudahnya bola tersebut masuk ke keranjang! Untuk kesekian kalinya. Tapi, Antoni tampak biasa saja.

    PROK PROK PROK!!!

    Suara tepuk tangan tampak terdengar dibelakangnya. Antoni menoleh, dan ia melihat seseorang yang familiar sedang tersenyum di tepi lapangan. Pratama!

    Antoni mengalihkan pandangannya lagi dari Pratama, tak peduli! Pratama mendekati Antoni di bawah ring basket itu…

    “Hai Ton…” Sapa Pratama. Antoni tak menjawab.

    “Apa kabar?” Sapa Pratama lagi. Antoni masih tak menjawab.

    “Ngapain disini?!” Tanya Antoni tanpa melihat Pratama.

    “Ini kan taman umum. setiap sore minggu aku selalu disini. Ya, kalo kamu gak ada.” Kata Pratama. Antoni mengernyitkan dahi dan menatap Pratama.

    “Kalo gak ada aku?” ulang Antoni.

    “Tiap Minggu kan aku selalu diajak kamu buat ke gym!” Kata Pratama tersenyum. Antoni tersenyum simpul.

    “Kamu kemana? Tumben banget gak nyamperin aku buat ke gym.” Tanya Pratama.

    “Aku… lagi males aja…” Kata Antoni. terlihat sebuah tatapan getir dimatanya. Pratama dapat membaca itu.

    “Ada masalah?” Tanya Pratama.

    “Tidak.” Kilah Antoni. Tapi Pratama tahu Antoni sedang berdusta.

    “Ayolah Antoni! sudah berapa tahun memangnya kita bersahabat? Aku sudah tahu tabiatmu saat kau berbohong padaku!” Kata Pratama. Antoni mendesah. Dan untuk sesaat mereka terdiam.

    “Kita duduk dulu yuk.” Ajak Antoni. Pratama mengiyakan.
    Mereka menuju kesebuah kursi di pinggir lapangan basket. Tempat tas gym Antoni berada. Mereka duduk santai menikmati udara sore Jakarta. Antoni mengeluarkan sebotol air mineral dan menengguknya. Setelah itu, ia mengelap wajahnya dengan handuk kecil dan menyangkutkannya dileher kokohnya.

    Antoni menghela nafas panjang sebelum berkata.

    “Aku ingin bertanya padamu, bagaimana rasanya saat kau tidak menginginkan sesuatu terjadi, tetapi malah kebablasan hingga membuatmu merasa menyesal?” Tanya Antoni. Pratama terdiam.

    “Apakah pertanyaanmu itu ada hubungannya dengan orang kedua?” tanya Pratama. Antoni sedikit mengangguk.

    “Apa yang telah kau lakukan padanya?” tanya Pratama.

    “Yang jelas itu adalah sebuah dosa!” Kata Antoni.

    “Dan kau menyesal telah melakukannya?”

    “Ya…” Kata Antoni. Pratama terdiam sesaat.

    “Jika aku menjadi kau, aku takkan seberat ini memikirkannya. Apakah kau melakukan sebuah kejahatan padanya?” Tanya Pratama lgi.

    “Entahlah…”

    “Jika itu bukanlah sebuah kejahatan, lantas apa yang kau takutkan?”

    “Dirinya…” Kata Antoni mengingat wajah Alif. Pratama terdiam menunggu. “Aku takut dia menjauhiku karena kami melakukan kesalahan yang kami sepakati untuk tidak melakukannya!” Kata Anoni.

    “Maaf, aku tak bisa memberikan solusi untukmu. Aku bukan pemberi saran yang baik.” Kata Pratama. Antoni tersenyum simpul.

    “Tak mengapa. Menjadi pendengarku saja sudah membantu masalahku…” Kata Antoni.

    “Tapi, satu hal yang aku ketahui. Jika ini berhubungan dengan masalah asmara, aku yakin dia akan memaafkan atas ketidaksengajaan yang kau lakukan. Toh, jika dia benar-benar pasangan yang baik bagimu, maka selalu ada ruang dihatinya untukmu. Tapi jika ini masalah lain selain cinta, aku tak punya jawabannya…” Kata Pratama.

    “Tak apa, itu sudah cukup membantuku…” Kata Antoni tersenyum. Ya, sangat membantu.

    *****

    Sore Jakarta.

    Alif menatap kembali kasur yang masih berantakan itu. Kasur tempat mereka pertamakali bercinta. Sedikit rasa sesal menghinggapi selaksa sudut hatinya. Tapi…

    Alif tersenyum simpul saat mengingat kembali kejadian malam itu. Sesungguhnya, ia menikmati hubungan sensual itu! Rasa sakit itu, rasa nikmat itu, rasa gugup saat pertama kali melakukannya, membuat kenangan tersendiri dalam benak Alif. Ia merasa puas dan sejujurnya bangga telah menjelejahi tubuh orang terseksi dalam hidupnya itu dalam semalam!

    Tapi, apakah Antoni demikian? Rasa takut menghinggapinya, membayangkan Antoni jikalau ia marah padanya dan menjauhinya akibat kejadian malam itu! Apakah Antoni marah padanya! Benarkah? Tapi kejadian malam itu, kejadian saat saat mereka berciuman pertamakali di tepi dermaga sore itu, seolah Antoni tak membebankannya.

    Tapi tadi pagi, wajah Antoni tampak dingin saat melewati Alif sebelum keluar kamar. Apakah, ada sedikit rasa marah pada Antoni. Ah, entahlah. Alif hanya bisa menduganya.

    Yang jelas, semua pemikiran dan praduganya itu terus terbawa dalam memori otaknya semalaman. Sampai ia tak bisa memejamkan mata saat tidur bahkan hingga pagi menjelang. Membuat sebuah kantung mata dan rasa lelah terlihat diwajahnya.

    Senin pagi adalah saatnya Alif bersiap-siap ke sekolah.

    Tapi entah mengapa semangat itu rasanya hilang dari dalam dirinya. Ia jadi tak semangat dalam melakukan aktivitasnya. Bahkan sarapannya pun tak habis.

    “Alif, kau kenapa?” Tanya Widia khawatir melihat anaknya.
    Alif menggeleng. Ibunya tampak mengkhawatirkannya pagi itu.

    “Kau sakit?” tanya ibunya lagi.
    “Tidak bu.” Kilah Alif.

    “Koq kelihatanya kamu murung banget sih?” Tanya Widia lagi.
    “Aku nggak kenapa-kenapa koq bu, tenang aja.” Kata Alif. Namun sebesar apapun Alif berbohong, sebagai seorang ibu, Widia tetap saja bisa membaca kejanggalan pada anak semata wayangnya.

    “Kalau begitu Alif berangkat dulu ya bu.” Kata Alif mengalihkan kekhawatiran ibunya. Ibunya hanya merelakan anaknya pergi. Namun, kekhawatiran masih menghinggapinya.
    Sekonyong-konyong ia mengambil telepon seluler dan menelepon suaminya…

    *****

    Suara hati Antoni…

    Senin, disekolah.

    Aku kembali berjumpa dengan Alif. Aku mencoba untuk menyapanya namun kejadian malam itu menghantui hubunganku dengan Alif. Kulihat senyum Alif tidak seperti biasanya hari itu. Entah apa yang dia pikirkan, aku tak tau!
    Kukira dia marah padaku atau benci padaku. Tapi dapat kubaca dari gelagatnya sepertinya ia juga mau bicara sesuatu denganku namun bibirnya terkunci sama sepertiku. Alhasil, hari itu kami lalui dalam diam, mencoba untuk saling menghindar, tapi juga ingin saling berbicara… hffh…

    *****

    Suara Hati Alif…

    Antoni, maafkan aku. Itu yang sebenarnya ingin aku ucapkan. Namun bibirku seolah membeku tak dapat mengatakan apapun sepanjang hari itu. Aku tak dapat fokus pada pelajaran pak Ridwan dikelasku. Aku hanya terpaku.
    Bahkan untuk menatap Antoni pun aku terlalu malu! Astaga, mengapa kejadiannya jadi seperti ini.

    Dan sebenarnya dari feelingku, aku merasakan ada seseorang yang memperhatikan ketidakdekatan kami. Dan dia ketahuan saat tak sengaja aku menangkap basah gerak-gerik tatapannya yang menguntit jarak diantara aku dan Antoni! dan orang itu adalah….

    *****

    Suara hati Rani…

    Aku melihat keanehan hari itu, mengapa Antoni dan Alif tidak terlihat mesra seperti biasanya? Tidak terlihat dekat seperti yang terjadi satu bulan belakangan ini? Apakah telah terjadi masalah diantara mereka?. Ya, mungkin mereka berdua putus! tapi jikapun begitu, apa alasannya? Antoni hari itu terlihat bimbang sementara Alif terlihat dingin dari biasanya.

    Aku langsung memalingkan pandanganku karena sepertinya Alif telah menyadari aku memperhatikan mereka berdua sepanjang hari ini…!

    *****
    Suara hati Pratama…

    Walaupun aku tidak terlalu dekat dengan Alif teman satu kelasku, tapi sepertinya aku melihat perubahannya hari ini. sama seperti Antoni saat kutemui dia kemarin. Ada apakah gerangan? Apakah ada hubungannya? Padahal baru kemarin aku berakrab ria dengan Alif dan Antoni di rumah Alif beberapa hari yang lalu.

    Namun pagi ini aku melihat wajahnya penuh dengan kegalauan dan kebimbangan. Alif.., meskipun aku tidak dekat dengannya, namun sepertinya ada yang berubah dengannya!
    Dan anehnya lagi, kudapati Rani sedang memperhatikan Alif!. Seolah juga merasakan keanehannya hari ini! Yah, mungkin sebaiknya kutanyakan langsung saja ke Antoni nanti…

    *****

    Suara hati Antoni…

    Bel tanda pulang berbunyi. Cepat sekali waktu berakhir, jika kau tidak memikirkannya. Sepanjang hari ini, apa yang kudapat? Kosong! Pelajaranku hari ini payah! Cintaku pada Alif juga tak tahu bagaimana kelanjutannya! Hari ini, payah! Lebih baik aku tak usah masuk saja hari ini!

    Aku keluar dari kelas dengan melangkah berat. Berebutan dengan anak-anak lainnya yang juga ingin keluar ruang kelas itu.
    “Hey, kalian tidak apa-apa?” aku terkejut mendapati suara tersebut disampingku. Pratama tiba-tiba saja muncul dihadapanku!

    “Maksudmu?” kataku masih terkejut karena Pratama mengagetkanku dengan kehadirannya.

    “kau pasti tau maksudku, kau dan Alif, apakah kalian baik-baik saja? Sepertinya ada masalah diantara kalian berdua? Kau mau berbagi cerita padaku? Siapa tau aku dapat membantu persahabatanmu dengan Alif.” kata Pratama seraya mencoba menghiburku. Tanpa basa-basi ia mempertanyakan masalah yang sedang terjadi padaku! Huh!

    `Ini lebih dari sekedar masalah persahabatan. Katakau dalam hati sambil menunduk dalam. “Kau sedari tadi pagi memperhatikanku dengan Alif?!” Tanyaku kesal karena aku tak suka dengan sikapnya.

    “Beberapa orang memperhatikan perubahanmu hari ini.” Kata Pratama nyantai. Aku mendesah kesal.

    “Semua orang sok memperhatikanku!” Kataku.

    “Bukan sok memperhatikan, tapi peduli denganmu!” Pratama berkilah. Aku tetap merutuk dalam hati karena tak ada gunanya aku memikirkannya. Yang jelas saat ini otakku hanya sedang mempertanyakan tentang hubunganku dengan Alif…

    “Baiklah, terimakasih telah mengkhawatirkanku.” kataku kali ini tanpa nada sinis. Pratama hanya mengangguk pelan. Ia tahu sebenarnya aku butuh waktu dengan diriku dan pikiranku sendiri. Jadi untuk sesaat dia membiarkanku dengan pikiranku.

    Tapi, aku jadi tidak enak dengannya yang sudah berbaik hati memerdulikanku…

    “bagaimana denganmu? Kau tidak ekskul band?” tanyaku mencoba mengubah topik pembicaraan. Pratama menoleh kearahku.

    “Sekarang hari senin! Ekskul Band kan hari jum`at! Kau anak OSIS tapi tidak tahu jadwal latihan ekskul!!” katanya yang membuatku tersadar kalau aku hanya asal ngomong untuk mengalihkan pikiranku dari masalahku.

    “maaf…” kataku kemudian dan kali ini lebih memilih diam.

    “Sudahlah, sepertinya masalah itu tengah mempengaruhi pikiranmu!!” kata Pratama pasrah melihat tingkahku. Ya, dia benar, masalah ini tengah meguasai pikiranku.

    Aku menunduk menyesal sementara Pratama hanya diam disampingku. Untuk beberapa saat kami terdiam dalam jalan.

    Anak-anak mulai ramai di koridor sekolah. Ada yang bercengkrama dan ada yang langsung pulang atau duduk-duduk dahulu di taman sekolah. Aku tidak terlalu memerhatikan situasi sekitar. Pikiranku hanya melayang-layang seputar masalahku dengan Alif. Aku menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ada apa denganmu Alif?
    “Saranku, segera selesaikan masalahmu…” Gumam Pratama. Aku tak menjawab.

    “Alif, pulang bareng yuk…” tiba-tiba sebuah nama yang disebutkan dengan ganjennya langsung hinggap di telingaku dan membuatku mencari-cari asal suara tersebut.

    Benar saja, kulihat beberapa meter didepanku, Riska sedang menarik-narik lengan Alif dengan manjanya! Senyumnya yang menjijikkan tersungging mencoba menggoda Alif. Namun aku tak bisa melihat wajah Alif karena ia memunggungiku! Aku mencoba untuk memfokuskan pembicaraan mereka karena koridor saat itu sangat ramai. Sedikit rasa cemburu menghinggapiku!

    “Maaf, aku… nggak bisa…” kudengar suara Alif yang agak berat dari biasanya! Suara murid di koridor yang ramai memang membuat telingaku bising. Tapi pendengaranku cukup tajam untuk mendengarkannya.

    Aku menghentikan langkahku untuk sekedar mencuri-dengar pembicaraan mereka.

    “Alif kenapa? Sakit ya?” kata Riska dengan manjanya sambil memegang-megang dahi Alif. Tapi anehnya Alif tak mudah untuk mengelak dari sentuhan tangan Riska!. Aku mulai geram!

    “Kamu kenapa Ton?” suara Pratama yang mencoba menyadarkanku tidak kugubris meskipun ia telah menepuk-nepuk bahuku. “Ton, kok melamun?” Tanya Pratama lagi. Aku masih terdiam melihat tingkah Riska dan Alif. Cemburu? Benarkah aku tengah cemburu saat kekasihku didekati orang lain? Atau lebih tepatnya, digoda?!

    “Maaf Riska, jangan disini, nggak enak…” kata Alif yang kulihat hanya punggunnya. Ia mencoba menepis tangan Riska pelan.

    “Kamu kenapa sih Lif?. Antoni boleh-boleh aja megang kamu? Koq aku malah dibatasi, sih? Aku kan cewek terpopuler disini! Bukannya bersyukur kamu udah dideketin sama aku!” kata riska menyombongkan diri sambil menggamit tangan Alif secara paksa. Riska membanding-bandingkan dirinya denganku dihadapan Alif!

    “Maaf Ris, Antoni itu… berbeda dengan kamu…” kata Alif.

    “Siapa sih Antoni itu!? Cuman anak yatim yang numpang sekolah disini!?” Kata-kata `mutiara` itu keluar dari bibir Riska!

    Kata-kata riska semakin membuatku geram! Tidak! Malah membuatku marah dan seolah ingin mengamuk dan menghajarnya! Aku memang anak yatim, tapi bukan berarti untuk dibeberkan dan dihina!!

    ‘Ris, hati-hati kalo ngomong!!...” Alif masih mencoba membela nama baikku. Riska hanya ngedumel nggak jelas!

    Aku menggertakan gigi! Entah pikiran darimana, aku berjalan mendekati mereka berdua dengan emosi! Meski agak gugup karena teringat masalahku dengan Alif, aku memberanikan diri untuk mendekati Alif dan memberikan pelajaran pada Riska karena dia mendekati kekasihku! Biar tahu rasa dia!!

    “Antoni, mau kemana?” suara Pratama yang memanggil-manggil namaku tidak aku hiraukan. Aku terus berjalan mendekati Alif dengan perasaan berdebar-debar!

    Tiba-tiba semuanya kurasakan sangat lambat. Semua suara yang begitu ramai terdengar, tidak lagi bisa kudengar. Yang kudengar hanya suara hatiku. Seakan semuanya adalah adegan slow motion!

    `Alif, maaf aku harus melakukan ini. Maaf aku membuka semuanya...`

    Aku berjalan hingga sampai di balik punggung Alif! Aku menengguk ludah dengan takut dan kurasakan aku berkeringat. Aku menepuk pundak Alif dengan lembut!

    “Alif…” Suaraku tenggelam namun Alif dapat mendengarnya! Ia menoleh kebelakang dan terkejut! Kemudian sedikit mengguratkan senyum dengan mata bersinar melihat kehadiranku!

    “Antoni.. kau…Mpphh!!” semuanya terjadi begitu cepat. Belum selesai Alif berbicara, aku sudah menutup mulutnya dengan mulutku!

    Ya, kami berciuman, didepan umum!

    “Astaga!!” jerit Riska melihat adegan yang terjadi! Ia menutup mulutnya tak percaya! Pratama terbelalak melihat kejadian yang tak disangka itu. Semua murid yang ada di koridor terdiam sesaat dan ikut terkejut menyaksikan kami berdua. Tak percaya, histeris, kaget, jijik, semua campur aduk dalam atmosfir di suasana koridor ini…

    “Antoni, apa yang sebenarnya terjadi disini?!” Suara keterkejutan Pratama masih bisa kudengar dibelakangku.

    “Tak bisa kupercaya…!” Suara yang kudengar familiar. Ya, suara Abim terdengar tak jauh dibelakang Riska.

    Tapi, masa bodoh dengan semuanya. Aku hanya ingin mereka tahu bahwa Alif adalah milikku! Dan siapapun yang mencoba merebutnya, harus berhadapan denganku! Alif, maaf… kuharap ini tak menambah rasa kesalmu padaku…!!

    Aku melepas ciumanku dari bibir Alif dengan lembut. Alif masih terkejut, tapi tatapannya tajam tanpa amarah padaku! Untuk sesaat kami hanya memandang satu sama lain. Tak peduli pada sekitar kami yang sepertinya masih syok.

    “Antoni…” gumam Alif. Aku membalas tatapannya dengan hangat.

    “kukira… kau marah padaku karena kejadian malam itu.” bisik Alif kepadaku.

    Aku terheran mendengar ucapannya!

    “Lho? kupikir kau yang benci padaku karena kejadian malam itu juga!” bisikku mengutarakan semua masalah yang mengganjal dalam otakku.

    Ternyata… kami berdua salah paham atas diri kami masing-masing! Ternyata kami merasa takut satu sama lain karena kami sama-sama `kebablasan` dalam kejadian malam itu! Tapi… tampaknya itu hanya praduga kekanakan kami.
    Alif tersenyum.

    “Aku tidak akan marah ataupun benci padamu sampai kapanpun! Malam itu adalah malam yang paling indah, aku hanya khawatir kau akan membenciku karena aku telah membawamu kedalam dosa!” Kata Alif menjelaskan masalah yang terjadi. Aku hanya tersenyum, pemikiran yang sama denganku!

    “Jadi… sekarang kenapa kau tiba-tiba menciumku??” tanyanya lagi jahil.

    “Aku hanya ingin dunia tahu… bahwa kau adalah milikku!” kataku kemudian. Sedikit melirik kearah Riska yang tak berkutik. Aku tersenyum menang!

    Alif tercengang, sesaat kemudian tersenyum mengerti maksudku. Lalu kemudian ia menciumku! Aku terkejut namun aku membalas ciumannya yang lembut.

    Semua yang ada di koridor itu bergemuruh terkejut melihat tingkah kami yang tak lazim! Biarlah, biar semuanya tau bahwa kami ini adalah sepasang kekasih. Riska melihat tak percaya sementara Pratama tak dapat berkata-kata.!
    Hingga…

    “ALIF!!! ANTONI!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN?! MEMALUKAN!!!” Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan kami seisi koridor.

    Aku dan Alif sontak berheti dan merinding melihat siapa yang menatap kami. Ayahnya Alif tiba-tiba muncul disaat yang tidak mendukung! Ia menatap kami satu persatu dengan tatapan yang penuh kebencian dan kegeraman! Astaga, kenapa ia bisa ada disini? Seluruh siswa yang ada disana terpaku. Aku dan Alif saling bertatapan khawatir dan takut.

    Semuanya, baru akan dimulai….

    *****
  • lanjut kang! :D
  • Itu loh . Bahwa si Elise / Alice ya ? Yg anak baru panti dalam ramalan itu adalah renkarnasi Antoni . -,-"
  • Ye.....
    Ketahuan...
    Berani bgt ciuman di public gt...
  • from all: i just need coment.... please....
  • edited February 2013
    14. Voice of Hearts (special scene)


    Suara Hati Pratama...

    Astaga!!! Jadi slama ini mereka gay?! Kenapa mereka berani melakukan hal tersebut didepan umum?!

    Aku syok, tak bisa berkata apapun!. Aku tak mengerti dunia homoseks! Namun, ouh… aku tak mengerti apa yang harus aku katakan! Tuhan, tolong aku!!! Astaga Antoni! Padahal kau terlalu Macho untuk seorang Homo! Namun aku cukup iba saat ayah Alif tiba-tiba datang! Apa yang akan terjadi selanjutnya? Maaf Antoni, sepertinya masalahmu memang sulit untuk dipecahkan…

    Sebagai seorang sahabat dekat, aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu masalahmu! Kali ini, aku benar-benar bingung dengan semuanya! Jika boleh berharap, kuharap ini mimpi…

    Antoni, sadarlah!!

    *****

    Suara Hati Riska…

    Iyuwh… menjijikkan!!! Jadi slama ini aku menyukai seorang banci!? Tak kusangka, Alif yang selama ini menjadi idola kelas, seorang Maho!!!.

    Oh Tuhan! menjijikkan sekali mereka! Jika tau jadinya harus begini, lebih baik aku tak usah mengenal Alif dan Antoni. Menjijikkan sekali jika kuingat kejadian saat mereka berciuman. Memang benar kata pepatah, hanya ada dua tipe laki-laki tampan didunia ini: kalo nggak homo ya, bajingan. Dan Alif adalah kedua-duanya!

    Padahal aku cukup kagum dengan fisik mereka berdua! Tapi kalo ujung-ujungnya maen `pedang-pedangan`, mending gak usah punya bodi bagus aja sekalian!!

    *****

    Suara Hati Rani…

    Aku melihatnya, dari balik loker, Antoni akhirnya membuka kedok nya dengan Alif! Ada perasaan panas dihatiku, mungkinkah Aku cemburu?

    Memang aku sudah mengetahui bahwa Antoni adalah gay, namun tak kusangka ia sampai segitu beraninya, maksudku, melakukan `itu` di depan umum! Namun yang aku khawatirkan adalah, ayah Alif telah mengetahui segalanya! Dan kurasa ia sangat marah saat itu. Maklum, tak ada orang tua yang menginginkan anaknya terlahir menjadi pecinta sesama jenis!

    Ah, Antoni… seandainya kau dapat menciumku dengan lembut seperti yang kau lakukan pada Alif. Aku masih menunggu suatu saat kau akan mencintaiku!
    Tapi aku juga bersyukur, orang itu mendapatkan ganjaran yang setimpal karena telah merebutmu dariku!!!!....

    *****

    Suara Hati Antoni…
    Semua ini salahku, salahku!!!. Kenapa aku harus mencium Alif didepan semua orang? Dan kenapa ayahnya Alif harus muncul disaat yang tidak tepat?!

    Aku melihat matanya yang berkilat marah!
    Maaf Om (ayah Alif) bukan maksudku menghianati kepercayaanmu. Namun… ah, sudahlah, sulit untuk mengatakan semuanya jika kau memang jatuh cinta! Alif, maafkan aku, aku sangat bersalah kepadamu!

    Kau hanya tersenyum meninggalkanku meskipun ayahmu menyeretmu untuk pulang. Kau mengatakan “tidak apa-apa…” padaku agar aku tidak menangis. Tapi entah mengapa, airmata mu juga ikut menetes! Aku ingin ikut denganmu, menyelesaikan semuanya. Tapi kau berkata pada ayahmu agar tidak menarik ku kedalam masalahmu, masalah kita!!

    Om, tolong jangan pisahkan cinta kami berdua. Aku tau ini terlarang, namun jika sudah cinta tak ada yang dapat lari darinya… Alif, kuharap kau tegar…

    *****

    Suara hati Alif…

    Akhirnya, semuanya terbongkar. Hubunganku dengan Antoni akhirnya terkuak! Dan lebih parahnya lagi, oleh ayahku! oleh satu sekolah!! Namun, aku tak menyalahkan Antoni karena telah menciumku. Salahku mengapa membalasnya. Aku lega ternyata aku hanya salah paham pada Antoni tentang kejadian malam itu.

    Namun ternyata masalah lain telah muncul! Ayahku menarikku dengan Antoni untuk diadili. Namun aku memohon pada ayahku agar Antoni tak ikut campur!
    Antoni menangis melihatku pergi. Aku mengatakan padanya bahwa aku tidak akan apa-apa, walau aku tak bisa menutupi kesedihan hatiku…

    Ayahku menarikku secara paksa hingga lenganku memar karena tarikan kasarnya!!

    Kau tahu kenapa ayahku datang kesekolah? Itu karena sejak pagi wajahku pucat seperti sakit. Padahal aku hanya sedang memikirkan masalahku dengan Antoni tentang kejadian malam itu. Namun ibuku menganggap ada yang tak beres dengan kesehatan tubuhku dan menyuruhku untuk beristirahat dirumah. Namun aku menolaknya dan memaksa diri untuk masuk sekolah hari ini!

    Kemudian saat jam pulang, ibu menelepon ayah untuk menyusulku kesekolah karena mengkhawatirkan kesehatanku! Ayah langsung meninggalkan pekerjaannya dan pergi menuju sekolahku untuk menjemputku pulang. Dan…disanalah peristiwa itu dimulai…,

    Aku hanya takut, aku akan dijauhkan dari Antoni…
    *****



  • edited February 2013
    15. Luka untuk sebuah keputusan.

    Suara hati Alif…

    Awan mendung dan hitam kelam disertai dengan suara gemuruh petir mengawan dilangit Jakarta yang akhir-akhir ini sering dilanda hujan. Angin dingin menyeruak masuk ke setiap sumsum umat manusia di muka bumi. Cuaca yang saat itu sangat pekat seakan-akan menjadi latar backsound kisah cintaku dengan Antoni.

    Sebuah ruangan yang temaram karena alasan cuaca yang kelam seakan-akan mendukung suasana hatiku yang sedang takut. Aku terduduk di atas sofa menunggu `pengadilan` sambil menunduk menelan ludah, dalam hatiku terdapat kebimbangan dan rasa gusar. Apakah yang akan terjadi setelah ini?.

    Disudut lain, ayahku membelakangiku sementara aku hanya bisa menatap punggungnya dengan keringat dingin. Ia mengepalkan jemarinya sementara aku hanya berdiam diri takut! Mengingatkanku pada kejadian pahit saat ayah naik pitam dulu!

    Waktu aku berumur 7 tahun, punggungku pernah dipukul dengan gagang sapu karena aku mencoret-coret mobil nya, hingga gagangnya patah jadi 2 bagian! Sampai sekarang aku masih takut jika ayah sedang marah. Luka bekas pukulannya masih terlihat jelas di balik punggungku!

    “Jadi, benarkah semua kejadian yang ayah lihat itu nyata?” Tanya ayahku. Terdengar nada kemarahan dalam suaranya!

    Aku tertunduk gelisah! Di sudut ruangan lain, tak henti-hentinya ibuku menangis! Wajar, tak ada orang tua yang tak kecewa saat anaknya menjadi seorang gay!

    “yaa…” kataku pasrah. Ayah menggertakan giginya marah! “aku mencintainya ayah…,tolong jangan pisahkan kami.” kataku membela.

    “Tahu apa kau tentang cinta !?, kau masih labil diusiamu yang masih muda, tapi yang kau lakukan telah melampaui batas!” Aku tertunduk dan berdebar-debar.

    Mungkinkah ini konsekuensi yang harus kutanggung?
    “Apapun itu, ayah memintamu dengan sangat…
    putuskan hubunganmu dengan Antoni… Selamanya!!!” Kata ayahku tegas.

    Suara petir menggelegar seakan-akan mendukung suasana hatiku yang terkejut. Memang aku telah menyadari akan terjadi hal seperti ini, namun aku tetap tidak kuasa menahan keterkejutanku.

    “A… apa…?” aku masih meminta kejelasan atas keterkejutan.

    “Jangan lagi kau bertemu dengan Antoni! jika perlu, ayah akan pindahkan sekolahmu! Dan mungkin kau butuh rehabilitasi atas `penyimpanganmu`. Jika kau menolak… jangan akui aku sebagai ayahmu…” Kata-kata ayah begitu terasa menohok dadaku! Sesak!

    “Tidak ayah, aku sudah terlanjur mencintainya. Jangan pisahkan aku dengannya…” kataku pilu.

    “Sadar Alif, kau sudah dilaknat!! Jika kau masih meneruskan keinginanmu untuk mencintai sesama lelaki, maka aku akan menyesal telah menjadi ayahmu!!!” kata ayah yang membuat ku miris.

    “Aku juga tidak ingin menjadi seperti ini…” Kataku berdiri seolah-olah menentang ayah. “Namun aku tak bisa menyangkal perasaanku pada Antoni…!” Kataku mulai meneteskan airmata!

    “Alif, sadarlah nak, apakah kau sudah tidak sayang lagi pada ibu?” kataku ibu sambil menangis tersedu-sedu. Aku miris melihatnya.

    “Ibu, bukan aku durhaka padamu atau tak sayang lagi padamu, namun ini soal perasaan… Tanpa dirinya, aku sulit untuk hidup…” kataku miris.

    “OMONG KOSONG!!!” ayahku berteriak memotong pembicaraan ku. Aku tediam. Terlihat sisi `kejam` ayahku terlihat diwajah nya yang tegas! “Kau telah mencoreng nama baik keluarga ini, kau telah mengkhianati kepercayaan ayah. Ayah malu denganmu!!!” kata ayah marah dan ,mengeluarkan semua kekesalannya.

    Wajar saja, aku anak semata wayang di keluarga ini. satu-satunya harapan keluarga!!

    “Tapi ayah, aku telah mencintai…”

    PLAKKK!!!.

    Omonganku terpotong oleh tamparan keras dari ayah! Aku hanya bisa tertunduk lesu sambil memegangi pipiku yang terasa panas. Tangis ibu semakin menjadi!

    Untuk beberapa saat aku meneteskan airmata kesakitan. Menunduk dalam dengan rasa sakit hati yang ayahku berikan. Namun, cintaku sebisa mungkin takkan kubuat goyah!
    Ayahku melihat kekerasan kepalaku dalam menghadapi keputusannya. Untuk sesaat dia terdiam memikirkan keputusan selanjutnya. Dia membalikkan badannya seolah enggan melihat anaknya tersungkur hina dibelakangnya!

    “Kau telah membuktikan….” Kata ayah perlahan namun kasar.

    “bahwa kau…bukanlah anakku!!” kata ayah.

    Hatiku mencelos.

    Aku menoleh kepada ayah berharap ada keibaan dimata nya. Namun hanya sebuah tatapan angkuh yang seolah tak mau menatapku. Ibu menangis sesenggukan!

    “Tidak ayah. Aku masih anak ayah! aku tidak mau jadi durhaka! Kumohon ayah, kumohon…!” kataku sambil terjatuh dan bersujud memeluk kaki ayah yang angkuh! Aku menangis sejadinya, sangat sakit saat kau sudah tak dianggap sebagai anak orang tuamu hanya karena harus memilih kekasih atau keluarga!

    “KALAU BEGITU, BUKTIKAN PADAKU KALAU KAU MEMANG ANAKKU!!!” kata ayah membentak!!

    “Pergi dari hidup Antoni!! Pikirkanlah perasaan ayah dan ibumu ini, Alif..!!!” kata ayah lagi-lagi mencoba untuk memisahkan ku dengan Antoni!

    “Entahlah, sulit untukku berpisah dengannya….” Kataku ragu. Ayah langsung naik pitam! Ia sudah kehabisan akal untuk merubah keputusanku!

    “Kalau begitu, pergi kau dari rumah ini!!! Terkutuklah kau!!!” kata ayahku mengusirku darinya!

    Ia bahkan sempat mengutuk ku! Aku menangis memohon bahkan bersujud! Tapi sepertinya ayah sudah tak peduli lagi dengan keberadaanku. “Pergi kau!!! Durhaka kau pada ayah!? Inikah balasanmu pada ayah!?” kata ayahku membentak ku dengan kerasnya!

    Ia mulai kesal denganku yang keras kepala dan hanya mengharap belas kasih tanpa mau merubah keputusan!

    Ia mengambil tongkat kayu yang ada di dekatnya. Aku sudah mengetahui apa yang akan terjadi!

    “Tinggalkan hubunganmu dengan Antoni atau pergi dari rumah ini!!!” kata ayah tegas sambil mengancam dengan sebuah tongkat kayu di genggaman nya! Aku menggeleng keras, tak satu pun akan kulakukan dari dua pilihannya!!

    BUG BUG BUG !!!

    Tiga pukulan telak mengenai rusuk dan pundak ku! Rasanya terasa sakit sekali! Dadaku sesak hingga aku terjatuh! Akh!!!

    “Ayah, hentikan!!!” Ibuku mencoba menghentikan kelakuan ayah dengan suara tangis! Seorang ibu mana yang tak tega melihat anaknya dipukuli oleh ayahnya sendiri. Namun tubuh mungil ibu tak bisa menghentikan kelakuan ayahku!

    “Masih berani kah kau pada ayah!? Masih bertahan dengan pendapatmu!?” Kata ayah menatap tajam padaku yang tersungkur, tak peduli pada ibu yang telah meraung-raung untuk menghentikan kelakuan suaminya!

    “Aku…takkan pernah meninggalkannya ayah… maaf…” meski sesak dan sulit untuk bicara, aku masih bertahan terhadap pendirianku untuk mempertahankan cintaku pada Antoni.

    Alhasil pukulan bertubi-tubi dari kemarahan ayah kembali menghujani tubuhku!!

    BUK BUK BUK!!!!

    Begitulah seterusnya hingga ibu lelah menangis dan ayah puas memukuliku!!

    Hingga…

    PRAKK!!!...

    Tongkat kayu itu patah menjadi dua bagian dengan ceceran darah di salah satunya menetes ke lantai!

    Aku tersungkur lemah tak kuat menahan sakit dan lebam. Kurasakan sepertinya pelipis ku berdarah dan rusuk ku patah! Luka yang paling kurasakan adalah di belakang punggungku! Rasanya seperti dihujani jarum yang menusuk langsung ke tulang belakangmu!

    “Hentikan!!!” ibu langsung menghalangi dan berdiri diantara aku yang tersungkur dan ayah yang memegang tongkat yang sudah patah! Sambil menangis, ia berjongkok dan memeluk ku erat. Ia menenggelamkan kepalaku didada nya yang membuatku merasa nyaman. Ia membelai kepalaku sementara mataku sudah mulai setengah terpejam lelah. Lelah dengan perlakuan ayah yang keterlaluan! Lelah memegang kendali atas keputusanku yang meski harus diakhiri dengan sebuah luka yang diberikan oleh ayah kandung ku sendiri!!

    “Kau terlalu lemah dan terlalu memanjakan
    nya, Widia!” Kata ayahku pada ibu dengan nada dingin tanpa belas kasihan! Namun ibu tak menggubris kata-kata suaminya. Ia masih tetap membelaiku seolah aku masih balita.

    Namun raut kesedihan dan ketakutan terdapat jelas di wajah tua ibuku. Ayah langsung pergi meninggalkan kami dan melempar tongkatnya yang patah ke sembarang arah!
    Aku menggigil takut karena trauma dengan perlakuan ayahku. Ibuku menghibur ku dengan pelukan nya yang hangat.

    “Ibu mohon padamu…” Kata ibu berbisik padaku dengan lembut. Aku hanya dapat mendengar suaranya samar-samar.

    “turuti kemauan ayahmu…” kata ibuku sambil memeluk ku erat.

    Aku tak dapat berkata-kata lagi karena sulit. Bibirku membeku. Rambut ibu yang panjang menyentuh dan menggelitik pipiku.

    Namun, sebuah dorongan telah masuk perlahan kedalam hatiku dan merobohkan kemauan kerasku! Menatap wajah tua ibu, menatap air mata ibu, membuatku tak ingin mengecewakan nya!! Tapi, haruskah aku merelakan kepergian cintaku yang sebenarnya tak dapat kulupakan…????

    Sesaat kemudian semuanya gelap….

    *****

    Suara Hati Antoni…

    Keesokan harinya di sekolah.

    Setelah kejadian itu, aku belum melihat Alif pagi ini. Aku menunggunya di depan gerbang sekolah namun ia tak menampakkan diri. Apakah hari ini ia tak masuk? Apa yang telah terjadi padanya? Semalaman aku mencoba menghubunginya bahkan mengirimkan berjuta-juta SMS namun tak ada jawaban darinya.

    Aku mencoba menanyakan ke teman-teman sekitar. Namun jawaban dari mereka hanyalah cacian dan hinaan bahwa aku seorang gay!

    ‘pergi kau, dasar banci!’ begitulah kata mereka. Aku hanya menghela nafas terhadap perlakuan mereka. Bagaimana pun ini semua salahku! Namun aku tak terlalu menggubris perkataan mereka. Yang aku pikirkan saat ini hanyalah Alif.

    Sepanjang hari aku tak bisa berkonsentrasi dengan mata pelajaran. Pikiranku melayang keluar sana. Sepanjang hari aku hanya menatap langit kelabu diluar sana. Hitam dan gelap. Alif dimana kau?

    Hari kedua kembali kulewati tanpa kehadiran Alif. Rupanya berita tentang hubunganku dengan Alif telah menyebar luas ke seantero sekolah, bahkan menjadi gosip hangat dikalangan adik kelas dan kakak kelas! Kini semuanya memandangku hina! Riska yang dulu memuja Alif kini berbalik melecehkannya! Bahkan ia sempat meludah saat aku berjalan didepannya! ‘Menjijikan!...’ umpatnya.

    Pratama kini tak lagi menyapaku atau bercengkerama denganku. Bahkan saat kami berdua berpapasan, ia malah memalingkan wajahnya seolah-olah tak mau melihatku! Wajahnya seolah bingung harus bagaimana menghadapiku! Tak apa, aku cukup maklum, setidaknya ia tak mengumpat di belakangku seperti yang dilakukan lainnya!

    Rani…, aku tak menghiraukan nya akhir-akhir ini. Ia bersikap biasa saja namun sama seperti Pratama, ia juga menganggapku tak ada! Aku merasa sendiri namun aku tak peduli! Pikiranku terus-terusan terbayang tentang Alif.

    Hari ketiga berita itu telah sampai di telinga kalangan guru! Aku dan Alif menjadi bahan gunjingan. Bahkan sesekali para guru menyindirku dengan menerangkan tentang dunia gay dalam setiap pelajarannya di depan kelas! Ini membuatku sedikit risih, karena saat itu beberapa murid langsung menatap aneh kearahku!

    Pak Ridwan yang mendengar kejadian itu langsung memanggilku ke ruangannya. Aku meminta maaf atas kesalahanku dan Pak Ridwan hanya menegurku di ruang BP. Jika aku sampai melakukannya lagi dan nama sekolah SMA 18 menjadi tercoreng maka kemungkinan aku akan diskors atau dikeluarkan dari sekolah! Oh, Tuhan, mengapa semuanya harus menjadi masalah yang tiada hentinya seperti ini?

    Hari keempat, kesengangan terjadi di OSIS! Aku dituduh telah mencoreng nama OSIS! Oleh Yusuf aku diancam akan diturunkan dari tanggung jawabku sebagai wakil ketua OSIS! Bahkan saat rapat Classmeet pun aku merasa risih dan terpojokkan! Sehingga dalam rapat tersebut, aku hanya terdiam tanpa memberikan pendapat.

    Seminggu telah terlewati dan aku hanya menerima gunjingan-gunjingan menaykitkan ditelingaku! Aku seolah berjalan di tengah bisikan-bisikan mimpi buruk dan aku hanya mencoba bertahan untuk melaluinya sendirian! Dan seminggu itulah Alif tak pernah masuk sekolah lagi! Aku masih mencari tahu apa yang terjadi padanya setelah ayahnya menariknya keluar sekolah. Tanganku tak henti-hentinya mengirimi SMS untuknya dan aku tak lelah untuk meneleponnya meski HP nya tak pernah aktif.

    Aku masih terlalu takut untuk mendatangi rumahnya jika aku mengingat betapa marah nya ayah Alif itu. Dan alhasil, seminggu lagi kulewati dengan tanpa mood dan tanpa jawaban dari Alif. Total keseluruhan hari aku menunggu; dua minggu!

    Hfffh… bayangkan saja bagaimana rasanya di posisiku sekarang! Bingung, kesal, tapi tak tahu harus berbuat apa. Dan rasanya… sendirian…

    Hingga pada Senin pagi. Sebuah SMS dari Alif mampir di HP ku dan aku langsung tersenyum bahagia!

    Alif: Knp kw mncr q trz? Aq baik2 sja...

    Katanya singkat. Aku langsung menulis balasan untuknya!

    Antoni: Kw tak ap2 ?! kmn sj kw, aq mncrmu, ap yg trjd stlh hr itu?

    Aku menunggu SMS dengan harap-harap cemas. Sangat lama kurasakan ia membalas SMS ku. Semenit, dua menit, oh ayolah Alif! Tak cukupkah kau membuatku menunggu sampai dua minggu??

    Hingga SMSnya sampai.

    Alif: Temui aq, d dermaga tanjung priok… yg wktu itu...

    SMS nya membuat hatiku senang sekaligus bertanya-tanya. Aku langsung pergi keluar gerbang sekolah tak peduli bahwa hari ini aku harus mengikuti pelajaran. Aku terlalu merindukan Alif sehingga aku tak peduli aku telah bolos sekolah!

    *****


  • maaf, untuk saat ini aku lagi jenuh... lagi butuh suntikkan motivasi untuk melanjutkan cerita. yah, sekedar memberikan komen, kritik, dan saran tak apa-apa. setidaknya membuatku tahu bahwa tulisanku tidak sia-sia dan tidak dijadikan hiburan semata. melainkan, juga bisa diambil hikmahnya....

    Trims yg udah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini. dan terimakasih yang teramat banyaaaakkk!! buat kalian yang sudah menyempatkan diri untuk memberikan komentarnya... ;)


    ;)) :-$
  • edited February 2013
    /\
    | |
    | |
    | |
    | |
    | | go to the lanjut!!!.... scene 14 dan 15



    @fansnya_dionwiyoko @boyzfath, @rarasipau, @yeltz, @achan

    =D> =D> :-SS
  • mgkin kamu lg butuh penyegaran ato suasana baru. :)
Sign In or Register to comment.