It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Suara hati Alif…
Mungkin terlalu dini jika aku mulai menganggapnya cinta. Rasa suka dan nyaman ini, begitu indah kurasakan meski juga terasa… aneh. Bayangkan saja, ini kali pertamanya aku pacaran. Dan untuk pertamakalinya, dengan seorang cowok!. Dan cowok ini, bukan sembarang cowok. Dia adalah seorang wakil ketua OSIS yang pastinya namanya terkenal seantero SMA 18.
Sebenarnya, aku tergolong anak rumahan yang lebih banyak tinggal di rumah sehabis pulang sekolah. Aktivitasku di luar rumah selain sekolah, paling-paling cuma sekedar refreshing yang biasanya kunikmati sendiri. Entah itu jalan-jalan, lihat-lihat kota di kala senja, ataupun nonton film.
Dan sekarang, kini malah aku berhubungan dengan seseorang yang notabenenya adalah orang sok sibuk di sekolah; anak OSIS! Tapi, lepas dari itu semua, Antoni adalah seorang pria yang supel dan manly. Yah, awalnya aku juag sedikit bingung kenapa aku bisa menyukainya.
Pertamakali kusadari tentang perasaan ini adalah saat aku mencari tahu tentang `penyimpangan` ini melalui internet. Semuanya terkuak, semuanya terbuka, tentang hal-hal yang membuatku lebih condong dan lebih nyaman dengan seorang… laki-laki!
Gay. Begitulah aku menyimpulkan tentang diriku. Entah sejak kapan aku mengidap `penyakit` ini. Menurut sumber yang kubaca, gay adalah pribadi yang bisa terbentuk dari rasa trauma dan rasa saling membutuhkan antar sesama jenis. Dan mungkin inilah yang membuat perasaanku ‘lain’ terhadap Antoni. Nyaman, aneh, tapi… aku menikmatinya.
Tentang hubungan ini, aku tahu ini adalah rasa yang terlarang. Tapi, aku juga seorang anak manusia yang selalu nyaman mengecap manisnya dosa! Tenang saja, aku tak berpikiran ‘jauh’ tentang status baruku ini. Aku menyimpulkannya hanya sebatas perasaanku saja, belum memikirkan yang ‘macam-macam’.
Dan Antoni, mmmm… entahlah. Sejujurnya aku tidak bisa menyimpulkan bahwa dia juga berstatus gay. Karena, yah… cara kami menyampaikan perasaan saja tidak terlalu romantis. Bahkan terkesan sangat tragedi! Tapi… ah, entahlah.
Tentang perasaan yang tumbuh dalam jiwanya, hanya dia dan Tuhannya yang tahu untuk menyadarinya…
*****
Suara hati Antoni…
Ahhh… rasanya seperti mimpi! Benarkah aku mengatakan bahwa `aku mencintai Alif?`. Rasanya aneh, risih, dan menjijikkan saat aku tersadar siapa diriku dan dirinya. Tapi, pesona wajahnya begitu mengikatku hingga membuatku mabuk dengannya.
Wajahnya, tatapannya, senyumnya. Entahlah, ia layaknya seperti seorang Hawa untukku. Begitu mulus bak pualam, tapi tatapannya begitu jantan hingga meremukkanku! Apakah itu berarti aku mencintainya hanya melihatnya dari fisik saja?.
Padahal aku sadar, jiwanya adalah seorang Adam!
Apakah ini? Cintakah ini?. Aku tahu, sebelumnya aku memang tak pernah tertarik untuk berpacaran. Bahkan, sejuta wanita yang menghampiriku, tak pernah kuhiraukan pemujaan mereka terhadapku.
Namun, dikala sang Romeo itu yang hadir, bahkan ia hanya sepintas lewat dalam ingatanku dengan bermodalkan tatapan elangnya, mengapa seolah ada magnet yang menarikku untuk selalu mengingatnya?
Benarkah aku… Gay?. Aku sebenarnya tak ingin mengakui ini semua. Tapi… rasa ini, nafsu ini, ketertarikan ini, membuatku harus menyadari bahwa aku telah terjebak dalam dunia… homoseksual!
Akkhh!!. Aku masih sulit untuk menerima semuanya. Kenapa rasanya sulit sekali untuk mencintai seseorang yang kita pilih. Alif, dapatkah kau menjawab pertanyaanku? Salahkah aku mencintaimu?. Padahal sebelum ini, belum pernah aku berpikir semelankolis ini. Apakah ini yang dinamakan kegalauan dalam menghadapi resiko asmara terlarang?
Ah… semakin aku berpikir, semakin aku tak bisa menemukan jawabannya.
*****
Di Kamar Alif
Disebuah ruang kamar sederhana namun rapih, tampak Alif sedang bermain-main didalam dunia maya. Ia menganakan kacamata bacanya untuk menghadapi sinar yang dipancarakan monitornya. Matanya terpaku pada layar komputer. Tangannya bermain-main diatas tuts keyboard.
Kegundahan dan rasa bingung sedang menjalar isi kepalanya. Semenjak kejadian ‘penembakan’ itu, ia menjadi sering mencari tentang jatidirinya yang sepertinya agak ‘menyimpang’. Internet adalah salah satu media untuk membantunya mengungkap siapa dirinya.
Jarinya mengklik search engine google. Dan di kotak pencari, ia mengetik kata ‘gay’. Dan segera saja, ribuan informasi yang disediakan internet terkumpul secara cepat di mesin pencari itu. Betapa hebatnya alat yang diciptakan umat manusia yang bernama interenet ini!
Alif mengklik salah satu blog pengetahuan tentang ‘jatidiri’ barunya.
-Pengertian Gay, Lesbian, Homosexual.
Etimologisnya, ‘Homo’ berasal dari bahasa Latin yang artinya ‘sejenis’, sedangkan ‘Seks’ bisa kita temukan dalam bahasa Inggris yang artinya ‘kelamin’. Esensi dari ‘homoseksual’ adalah orientasi terhadap kelamin yang sejenis, baik sebagai ikatan afeksional maupun sebagai orientasi dalam aktivitas seksual. Ketika seseorang mencintai sesama jenisnya dan cenderung melibatkan keinginan akan hubungan seksual di dalam relasi tersebut, maka bisa dikategorikan sebagai homoseksual. Secara spesifik homoseksualitas pada laki-laki disebut ‘Gay’, sedangkan perempuan disebut ‘Lesbian’.
Nah, begitulah kira-kira gambaran sederhana tentang homoseksual. Tidak bisa dipungkiri bahwa nilai filosofis ‘laki-laki ditakdirkan untuk berpasangan dengan perempuan’ adalah sebuah nilai yang masih berpengaruh sangat kuat di belahan dunia manapun. Atas dasar inilah homoseksualitas cenderung masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat.
Suatu penilaian yang melekat kuat apalagi dalam waktu yang lama, biasanya membangkitkan suatu subjektifitas atau stereotype atas hal itu. Homoseksual telah dinilai sebagai perilaku menyimpang selama kurun sejarah yang panjang, dan itu memancing berbagai macam prasangka negatif lainnya. Contohnya, aktivitas homoseksual pernah, bahkan masih sering dituduh sebagai penyebab utama HIV/AIDS karena asumsi bahwa aktifitas seksual pada homoseksual dilakukan secara tidak steril. Homoseksual kerap disebut sebagai pelestari pola freesex yang merusak kesehatan sekaligus nilai-nilai susila. Tidak hanya itu, homoseksual sendiri dianggap sebagai penyakit yang menular. Penjelasan sederhananya, jika seseorang bergaul dengan seorang atau komunitas homoseksual maka dia juga bisa tertular menjadi homoseksual.
Begitulah prasangka yang masih melekat pada banyak orang sampai dengan sekarang ini. Tapi apakah prasangka-prasangka, stereotype tersebut, singkron dengan fakta ilmiah?
Alif menghela nafas sebentar dan memikirkan tentang informasi yang didapatnya. Untunglah penyimpangannya baru sampai tahap ‘perasaan’. Jika sudah sampai ke masalah hubungan badan, entah apa resikonya nanti!
Fakta-Fakta Ilmiah:
Sebenarnya berdasarkan penelitian yang sudah ada, HIV/AIDS bisa ditularkan oleh siapa saja. Bahkan dari jumlah keseluruhan penderita, angka dari penderita yang merupakan homoseksual tidak lebih dari 5%. Sebagian besar penderitanya justru adalah heteroseks. HIV/AIDS menyebar dengan banyak cara dan tidak memandang orientasi seksual penderitanya, jadi sebenarnya terlalu mentah untuk mengatakan homoseksual sebagai penyebab utama HIV/AIDS.
Dunia kedokteran dewasa ini juga telah berhenti menyebut homoseksual sebagai penyakit, karena tak ada bukti klinis yang memenuhi syarat untuk mengategorikan homoseksual sebagai penyakit. Begitu juga tinjauan dari ilmu psikologis (menurut American Psychological Association) menyimpulkan bahwa homoseksual bukan sebuah gangguan mental. Jadi, secara ilmiah tidak ada penyetujuan homoseksual sebagai penyakit baik fisik maupun mental.
Jika homoseksual bukan ‘penyakit’, lalu apakah itu? Apa yang menjadi penyebabnya?
Banyak faktor yang bisa membentuk kepribadian seseorang untuk condong pada homoseksual. Faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi aspek psikis, bisa berupa trauma, dan krisis afeksional. Penelitian ilmiah dewasa ini juga mulai mengarah pada peran aspek genetis sebagai faktor internal yang membawa seseorang pada kecenderungan menjadi homoseksual. Sedangkan faktor eksternalnya, meliputi aspek-aspek sosial seperti kondisi hubungan keluarga, pergaulan, atau bisa juga pengaruh materi-materi dari media seperti film, internet, dan literatur yang dikonsumsi seseorang.
Latar belakang yang membentuk kecenderungan pada seseorang untuk menjadi homoseksual bisa sangat kompleks dan bersifat kasus. Maka pendekatannya tidak bisa dengan cara menggeneralisir. Tapi masalahnya, nampaknya hingga dewasa ini masih banyak orang yang terjebak pada homophobia. Homophobia sendiri ditimbulkan karena stigma-stigma yang telanjur melekat sangat lama pada homoseksual, seperti anggapan bahwa kaum homoseks identik dengan pola freesex, hedonis, tidak steril, dan menentang kodrat. Dengan modernnya jaman yang memampukan berbagai pendekatan ilmiah, seharusnya generalisasi yang berdasarkan stigma-stigma lama itu sudah saatnya ditinggalkan.
Oke, ini cukup membingungkan. Gay, bukanlah penyakit, melainkan suatu kepribadian! Jadi Alif dapat menyimpulkan bahwa gay adalah kepribadian dari dirinya!. Jika memang sudah menjadi kerpibadian, apakah bisa dirubah? Seperti halnya penyakit yang bisa disembuhkan?
Suatu pertanyaan baru bagi Alif untuk menjawabnya.
*****
School again!
Antoni berjalan disebuah koridor dengan langkah gontai. Dari wajahnya, orang-orang bisa menduga bahwa ia sedang ada masalah. Namun, masalah Antoni adalah bahwa ia tidak memiliki masalah dalam pikirannya!.
Lalu… ya, Antoni cukup bingung untuk menfasirkannya. Bingung sekaligus berat!
“ Hai Antoni.”
Sebuah suara menghentikan langkah gontai Antoni. Antoni mengangkat wajahnya. Alif! Dengan wajah khas melayunya. Hari ini, Alif tampak mengenakan kacamata. Namun sepertinya, wajahnya tak jauh beda dengan Antoni; dalam kebimbangan.
“Alif.” Gumam Antoni datar. Alif mendekati Antoni. Antoni hanya menunduk.
“Kau kenapa?” tanya Alif. Antoni tak menjawab. “Apakah ini soal kemarin?”. Tanya Alif lagi. Antoni tak menjawab. Alif menghembuskan nafasnya berat.
“dengar, aku tahu memang kenyataan itu sulit diterima olehmu. Dan mungkin saja, saat mengatakan rasa sukamu padaku, kau dalam penekanan dan keterpaksaan. Jadi, maafkan aku telah membuatmu galau dengan kelakuanku yang menekanmu.” Kata Alif.
“Tidak! Aku tidak merasa tertekan!. Semua ucapanku itu memang mengalir begitu saja tanpa paksaan!. Malah menurutku, kau yang membantuku untuk menyadarinya. Hanya saja…” Antoni tampak ragu melanjutkan kata-katanya. Alif menunggu. Antoni tampak melirik kesekelilingnya yang tampak ramai.
“Ada tempat yang lebih privasi?” Tanya Antoni. Alif mengerti maksud Antoni.
“Ikut aku.” Kata Alif.
Alif mengajak Antoni kekantin yang cukup lengang. Hanya ada beberapa murid yang sedang mengobrol santai disana. Alif dan Antoni memilih kursi disudut ruangan yang tampak lebih privasi dan jauh dari keramaian. Untuk beberapa saat Antoni menatap berkeliling kearah kantin. Mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu dikantin ini saat sedang sepi.
Saat mereka duduk, untuk beberapa saat, Antoni masih terdiam.
“Kau mau memesan minum dulu?” tanya Alif yang sebenarnya menyindir Antoni yang terlalu banyak diam.
“Hmmm, tidak usah.” Kata Antoni datar.
“Baiklah, aku menunggu.” Kata Alif sambil melepas kacamata bacanya dan menaruhnya kedalam tasnya. Dan Antoni mulai merasa kenyamanan saat melihat Alif tanpa kacamata. Begitu polos, halus, dan pesona yang begitu berkilau. Seperti biasanya.
“Aku…” Antoni mulai mengeluarkan suaranya. Alif memperhatikan. “Semenjak kejadian itu, ada sesuatu yang mengganjal hatiku. Ini semua salah, tapi… kurasa, aku sangat menginginkannya. Apa kau tahu maksudku?” Antoni tergugup.
“Tidak! Bisa kau perjelas?!” Kata Alif. Antoni mendesah.
“Oh ayolah! Tak bisakan kau rasakan bahwa semuanya terlihat salah! Aku merasakan bahwa hubungan antara kau dan aku, terlihat canggung dan ringkih, karena… memang seharusnya semua ini tidak terjadi.” Kata Antoni. untuk beberapa saat Alif terdiam.
“Jadi… kau tidak mencintaiku?” Tanya Alif pelan dan hati-hati.
“Aku tidak mengatakan seperti itu! Hanya saja… akh! Perasaan ini membingungkan! Cinta ini, kenapa harus jatuh kepadamu?! Padahal pertemuan kita hanya diawali dengan tatapan sekilas yang tidak disengaja. Pertemanan kita terlalu singkat! Tapi kenapa begitu mudahnya aku mengatakan ‘cinta kepadamu’?! dan sekarang, berpacaran denganmu saja rasanya masih berada didalam mimpi!” Kata Antoni akhirnya mengeluarkan semua yang mengganjal dihatinya.
Alif menatap lekat mata Antoni yang menyiratkan sejuta kebimbangan.
“Aku tahu perasaanmu. Waktu begitu cepat berlalu.” Kata Alif. “aku juga tidak begitu saja langsung mempercayai rasa cintaku padamu. Tapi… semua tentang dirimu, wajahmu, seolah… telah menghipnotisku. Aku tahu ini terlarang! Sangat konyol jika mengingat kau dan aku bisa jadian! Tapi, itulah kenyataannya.
Perasaan manusia tidak bisa ditebak. Saat cinta itu tumbuh, manusia hanya bisa menerimanya. Aku tahu kau dalam kebimbangan dan keraguan dalam mengambil langkah selanjutnya. Tapi…” Alif tak melanjutkan kata-katanya. Untuk sesaat diam menyeruak diantara mereka. Antoni menunggu kata-kata Alif untuk diteruskan.
“Lebih baik hubungan ini tidak diteruskan!” Gumam Alif tajam.
“Apa?!, Kenapa?!” Antoni terkejut.
“Daripada menjadi bebanmu.” Kata Alif datar.
“Tapi…” Antoni mau protes.
“Sudahlah. Aku tahu ini membingungkan. Aku ini seorang pria, dan tidak pantas memiliki dirimu yang juga seorang pria! Begitu kan maksudmu?” Kata Alif sambil beranjak hendak pergi.
“Tunggu!” Antoni menahan lengan Alif yang mau pergi.
“Apa?” tanya Alif datar. Untuk sesaat Antoni terdiam.
“Jangan… tinggalkan aku.” Kata Antoni sedikit sendu. Alif terdiam. “Aku… hanya bingung dengan langkahku selanjutnya. Aku sudah masuk dalam dosa meski aku menyukainya. Aku hanya takut, aku tak bisa kembali! Ke diriku, disaat aku belum bertemu denganmu. Disaat aku… belum sadar bahwa aku menyukai sesama jenis.” Kata Antoni.
Alif terdiam menatap datar kearah Antoni yang tertunduk.
“Kenapa harus takut? Bukankah ada aku yang menemanimu?” kata Alif lirih. Antoni terdiam. Alif kemudian kembali duduk di kursi di hadapan Antoni.
“Suatu saat kau dan aku akan menikah dan mempunyai kehidupan masing-masing. Dengan seorang wanita tentunya. Sesuatu yang mengganjalku adalah, apakah disaat kelak itu terjadi, bisakah aku melupakanmu?” Kata Antoni datar. Alif serasa tertampar. Baru sehari mereka jadian, tapi Antoni sudah berpikir sejauh itu. Untuk sesaat merek terdiam.
“Dengar! ini bukan soal apakah kau laki-laki ataupun perempuan. Kau mencintai seorang wanita, bukan karena dia wanita, kan? Begitulah rasaku padamu. Aku mencintaimu, bukan karena kau laki-laki, ataupun perempuan. Tapi karena KAMU!
Aku tak peduli mereka menyebut gay atau semacamnya! Yang jelas, rasa sayang ini, rasa cinta ini, mengalir alami dalam hatiku.” Kata Alif. Antoni terdiam.
“Antoni, jangan jadikan ini beban! Jika masalahmu karena takut dengan resikonya, maka dengan berpura-pura tidak menyukaiku pun kau akan dianggap munafik oleh perasaanmu sendiri!” Kata Alif. “Tenang saja, aku akan mengiringi langkahmu koq. Karena aku, menyukaimu…” kata Alif sambil tersenyum. Antoni seolah mendapat dorongan untuk menatap Alif secara yakin. Dan untuk sesaat, tatapan mereka bertemu.
“Dan soal masa depan kita… biarkan itu menjadi misteri. Yang terpenting sekarang, aku merasa beruntung telah mendapatkanmu.” Kata Alif pelan. Antoni tersenyum.
“Terimakasih. Sekarang aku yakin dengan perasaan ini. Aku… juga menyukaimu.” Kata Antoni tersenyum. Alif semakin tersenyum.
Dan inilah awal dari keyakinan hati mereka untuk bisa saling mencinta tanpa ada kebimbangan lagi. Awal dari segalanya… benar-benar sebuah awal…
“Ngomong-ngomong, hari ini kau ada waktu?” Tanya Alif mencoba mencairkan suasana.
“Memangnya kenapa?” tanya Antoni.
“Jalan-jalan yuk.” Ajak Alif.
“Haha. Aku ingin sekali. Tapi, aku sudah punya janji.” Kata Antoni. Alif tampak sedikit kecewa.
“Janji, dengan siapa?” Tanya Alif.
“Dengan… mmm, Rani.” Kata Antoni. sekilas ia mendapati tatapan Alif yang sepertinya… cemburu!
“Apa kau… tak apa-apa?” tanya Antoni khawatir.
“Tidak.”
“Kau yakin?”
“Ya.” Alif menjawab datar. Antoni terdiam. Ia tahu Alif sedikit cemburu pada kedekatannya dengan Rani.
“Alif, maafkan aku. Jika kau mau aku bisa membatalkan janjiku pada Rani.” Kata Antoni.
“Ti… tidak perlu. Kau kan sudah berjanji dengannya.” Kata Alif.
“Tapi kau cemburu.” Kata Antoni.
“Aku tidak cemburu!.” Alif membela diri.
“Jangan berdusta denganku! Apa kau masih tega membohongiku!” Kata Antoni sedikit keras. Alif terdiam.
“Ya, benar. Aku cemburu! Aku baru menyadari bahwa berpacaran dengan sesama jenis memiliki banyak resiko dan rahasia yang disembunyikan. Dan ini baru pertama dalam hubungan kita. Tapi aku harus menahan perasaanku saat kau… dekat dengan cewek lain yang sepertinya… suka denganmu…” Kata Alif sambil menunduk. Kini, giliran Antoni yang tampak `ditampar` dengan ucapan Alif. Untuk beberapa saat mereka terdiam.
“Maaf, aku tak bisa memberikanmu jalan keluar atas kegundahan hatimu. Tapi…” Antoni sejenak menghentikan kata-katanya. “Selama kau percaya dengan rasa cintaku.
Selama kau yakin dengan langkahmu dalam mengiringiku. Maka yakinlah, aku tak akan meninggalkanmu.” Kata Antoni. Alif menatap dalam ke mata Antoni.
“Kau yakin dengan ucapanmu?” Tanya Alif. Antoni tersenyum.
“Hei, bukankah sebelumnya aku pernah mengaku bahwa aku tak bisa jauh darimu bahkan untuk waktu yang singkat.” Kata Antoni sambil tersenyum. Alif juga ikutan tersenyum. Dan kemudian tawa meledak diantara mereka.
“Baiklah. Aku mengizinkanmu untuk menemui Rani hari ini. memangnya kalian ada janji apaan, sih?” Tanya Alif.
“Nggak tahu juga. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan Rani.” Kata Antoni.
“Mmm, baiklah kalau begitu. Selamat bersenang-senang ya.” Kata Alif. Mereka akhirnya tertawa lagi.
Jam sekolah akhirnya usai. Semua siswa-siswi berbondong-bondong keluar gerbang untuk merileksasikan otak mereka dari pelajaran-pelajaran menjenuhkan didalam kelas.
Begitupula dengan Antoni. ia ikut berbaur dalam kesenangan para murid yang bersuka ria dalam menyambut jam pulang. Namun kali ini, tampaknya ia akan pulang telat lagi. Ya, karena dia ada janji dengan seseorang.
Drrrt…. Tiba-tiba HPnya bergetar.
Alif: Hr ini mau plg br? Jk y, q tggu kmu d wrg dpn skull.
Dari Alif. Antoni tersenyum dan mengetik SMS balasan untuknya.
Antoni: G usah. Nnti ngrepotin kmu lg. aq bsa plg sndri koq. ^_^
Dan beberapa saat kemudian, SMS balasan kembali masuk.
Alif:Kmu yakin?
Antoni: iya.
Alif: Ok. Klo bgitu, aq plg dulu y. Love u
Antoni: Love u too
Antoni langsung mengklik send. Ia menyunggingkan senyum. Alif memang perhatian dengannya. Tapi semoga saja tidak overprotektif. Karna ia paling tidak suka dengan orang yang over protektif.
Antoni lalu mengetik sebuah SMS. Kali ini untuk Rani.
Antoni: Dmn?
Tak lama kemudian, sebuah balasan muncul.
Rani: qta ktemuan di dpn lapangan sekolah…
Antoni: OK…
Antoni langsung mengklik send dan meluncur ke pinggir lapangan sekolah. Benar saja, di bangku di pinggir lapangan, terdapat seorang wanita manis sedang duduk tertunduk disana. Itu pasti Rani! Karna memang murid lainnya sudah banyak yang pulang sehingga lapangan kala sore itu sangat lengang dan sepi.
Antoni mendekati Rani.
“Hai…” Sapa Antoni santai. Rani terkesiap.
“A…Antoni… Ha…Hai…” Rani tergugup. Sedari tadi matanya terlihat mencoba menyembunyikan sesuatu.
“Ada apa?” Tanya Antoni.
“Tidak ada apa-apa.” Kata Rani cepat.
“Maksudku, ada apa kau mengajakku ketemuan?” Tanya Antoni. Rani tampak kikuk.
“Aku… aku… mmm…” Rani tampak gugup dan tergagap. Antoni jadi sedikit prihatin.
“Mmm… lebih baik kita ke kantin dulu. Sekalian makan dan untuk menghilangkan rasa gugupmu. Bagaimana?” Tawar Antoni. sebenarnya ia mengajak makan untuk mencairkan suasana.
“Mmm… ide bagus!” Kata Rani terlihat lega dengan tawaran tersebut. Antoni tersenyum. Rani akhirnya bangkir berdiri dan mengikuti Antoni menuju kekantin.
Antoni menatap cakrawala yang tampak menghitam dan merasakan angin yang mulai mendingin. `sepertinya akan hujan`, pikirnya.
*****
Suara hati Antoni…
Saat itu, tampak hujan turun lebat. Disebuah lapangan sekolah yang sepi dan gelap mencekam. Aku sedang berdiri berhadapan dengan seorang wanita yang tampak mengguratkan raut kekecawaan. Aku hanya tertunduk lesu.
Membiarkan jutaan kubik air mengeroyokiku beribu-ribu kali.
“maaf…” Itulah kata yang terucap dari bibirku saat itu.Maaf.
“Kenapa?, apa kamu sudah punya kekasih, atau kamu mencintai gadis lain selain aku?” Kata Rani sambil menangis diantara tempias hujan yang semakin deras mengguyur. Ya, Rani baru saja bilang suka padaku, dan aku menolaknya! Dan tentu saja dia menangis karna kutau dia sudah mencintaiku sejak dulu.Tapi…aku takut tidak bisa mencintainya. Aku hanya tertegun menatapnya lirih.
“Karna aku… tidak bisa…” Kataku dingin sambil memejamkan mata berharap agar dia dapat mendengar suara hatiku. Tapi sepertinya sia-sia.
“Tapi kenapa?Apa kamu suka sama orang lain? Siapa? Riska? Martha? Dhilla? Irma?...” Rani bertanya dengan suara bergetar dan sambil satu persatu nama wanita yang dekat dan kenal denganku disebutnya, tapi tak satupun nama seorang yang benar-benar singgah dihidupku disebutnya, aku hanya memejamkan mata. Berbisik dalam hati diantara hembusan angin dingin.
“Kenapa, Ton? Apa alasannya?” Rani mulai memaksaku. Aku hanya terdiam menunduk memejamkan mata.
“ Ton? Jawab aku, lihat mataku!!!” Rani semakin memaksa, suaranya berteriak mengalahkan suara derasnya hujan.
“Antoni, jangan jadi pecundang! kenapa kau menolak aku yang bahkan sudah lama mengenalmu. Tolong jujur sama aku!!!” Aku masih memejamkan mata. Mendengar tangisan Rani diantara hujan.
“ANTONIII!!!”
“KARNA AKU GAY!!!” Entah suara darimana, tiba-tiba aku meneriakkannya. Tiba-tiba terlepas begitu saja. Nafasku terengah-engah emosi karna terus-terusan didesak. Aku kelelahan karna berteriak sekeras-kerasnya. Tanganku terkepal, rahangku menggertak. Aku menangis tapi egois untuk mengeluarkan airmata. Tiba-tiba lututku lemas yang membuatku terjatuh tertunduk. Aku menenggelamkan kepalaku.
Kurasakan tangisan Rani terhenti karena kaget mendengar pernyataanku. Ia tak berkutik, syok dan hanya bisa ternganga mendengar ucapanku barusan.
“Aku seorang gay, Ran! Dan aku hanya tidak mau, orang baik sepertimu mendapatkan laki-laki hina macam aku…” Kataku memastikan pendengarannya. Rani hanya tertunduk pasrah. Membiarkan hujan menyadarkannya namun baginya sangat sulit untuk sadar dari sesuatu yang bahkan tidak dipercayainya.
“Siapa…?” kata Rani yang kutahu maksud dari pertanyaannya. Aku hanya tertunduk semakin dalam. “Siapa..?” Tanyanya lagi.
“Alif… Alif Rahman” Kataku tak berani menatap matanya. Menyebutkan nama orang yang paling berharga dalam hidupku. “Namanya akan selalu tersulam emas dalam hatiku” Kataku seraya menjelaskan siapa gerangan sosok yang telah mengisi hatiku, yang telah menolak orang secantik dan sebaik Rani.
Aku masih berlutut saat tiba-tiba Rani melangkah gontai keaarahku. Ia berjongkok dan menatap ubun-ubunku lama sementara aku hanya berani menatap ujung sepatunya yang basah. Tak kuasa menatapnya langsung.
Perlahan ia menyentuhkan ujung jemarinya kebawah daguku, mencoba mengangkat wajahku agar menatap matanya langsung. Namun aku langsung menepisnya dan memalingkan wajahku.
“Aku menjijikan Ran, aku sampah, orang sebaikmu tidak pantas bergaul denganku!” kataku mengaku. Ya, aku kotor dan selamanya akan berdosa!
Rani memaksaku menoleh kearahnya sambil memegang pipiku. Aku pasrah dan menatap matanya yang nanar. Aku ingin menghapus airmatanya tapi tanganku membeku. Untuk beberapa saat kami hanya beradu pandang dalam hujan. Lalu seketika ia memelukku, aku tertegun merasakan desah nafasnya yang kedinginan berhembus cepat di telingaku. Lengan kanannya memeluk erat bahu dan punggungku sementara tangan kirinya memeluk erat kepala dan leherku. Aku hanya menatap kosong ke angkasa yang mendung dan legam.
“Aku akan menunggu, suatu saat kau pasti akan mencintaiku. Itu sudah digariskan semenjak Hawa dan Adam jatuh dari firdaus. Tuhan akan memaafkanmu… Tuhan akan menyatukan hati kita…” Kata-kata Rani terngiang selamanya dalam pikiranku. Benarkan ini sudah digaris takdirkan? Manusia sudah ditakdirkan berpasang-pasang sejak dulu, bahkan sebelum mereka diciptakan. Tapi mengapa perasaanku berbeda? Tak ada yang mampu menjawabnya, sampai detik ini aku masih bertanya-tanya!
Aku membalas pelukan Rani, memberikannya kehangatan dalam pelukku. Kami semakin mengeratkan pelukan. Memberi kehangatan satu sama lain dalam hujan dan hawa dingin. Jantung kami berlomba dalam tempias. Mata kami terpejam merasakan hangat diantara kebekuan. Sinar lampu terkilat di wajah kami yang tersiram air langit.
“Terima kasih…” Kata Rani yang kutau karna aku telah memeluknya…
“Terimakasih…untuk semuanya” kataku lirih…
~Dalam Dingin aku berkata…
Dalam Tangis aku merasa…
Dalam Hujan aku meraba…~
*****
Disebuah mall didaerah buaran.
Hujan menyapa deras wajah Jakarta kala itu. Tampak sekali kehitaman diatas sana yang memurungkan wajah bumi. Orang-orang hilir mudik mencari tempat perlindungan di mall yang bersebelahan dengan bioskop teater itu. Beberapa bocah kurus dan dekil tampak sesekali mengais rejeki dengan menjadikan hujan sebagai pekerjaan ojek payung mereka. Ah… wajah Jakarta yang penuh warna kelabu.
“”Elise, Jane, tunggu aku!!” Teriak Fabian dibelakang mereka sambil menenteng barang belanjaan yang begitu banyaknya. Elise dan Janetta tak peduli. Mereka malah terkekeh melihat kakak angkatnya begitu menderita menenteng barang belanjaan mereka berdua.
Memang, yang namanya cewek suka sekali memanfaatkan tenaga cowok dalam situasi belanja!
“Cepatlah Abi! Disana ada diskon besar-besaran pakaian tuh.” Kata Jane.
“Hei, kau pikir aku ini babumu?!” Teriak Fabian kesal. Janetta terkikik.
“Apa kau tidak kasihan padanya?” Bisik Elise yang berdiri disamping Janetta.
“Fabian? Hoho, justru inilah saatnya aku balas dendam padanya. Anggap saja ini balasan karena dia sering mengerjaiku!” Kata Janetta bangga. Elise hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Setidaknya tunjukanlah sisi malaikatmu! Sedari siang, dia sudah mondar-mandir membawakan barang belanjaanmu.” Kata Elise masih mencoba membela Fabian.
“Barang belanjaanmu juga, kan?” Kata Janetta jahil.
“Iya sih… hehehe…” -_- kata Elise tengsin.
“Yeee…” kata Janetta meremehkan.
Sesaat kemudian tatapannya menangkap sebuah tulisan yang membuat matanya terbelalak.
“KYAAA!!! DISKON!!” Pekiknya.
Mereka berjalan kesebuah toko pakaian yang memajang iklan diskon 50% didepannya. Sontak `radar cewek` Janetta bekerja dan membuatnya langsung berlari kegirangan menuju kearah toko tersebut tanpa memerdulikan Elise dan… Fabian tentunya. -_-
“Jane… tunggu…” Teriak Elise. Namun Janetta tak memerdulikannya. Ia malah memekik kesenangan hingga…
BUKK!!...
“Aduh…” Pekik Janetta karena ia baru saja menabrak seseorang didepan toko pakaian!
“Auch…!!” Pekik orang yang ditabrak Janetta yang ternyata seorang pria!
Mereka berdua jatuh terduduk. Janetta mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya yang ternyata menabrak dada pria jangkung itu!
“Hati-hati dong kalo jalan…!!” pekik Janetta. Namun sesaat ia terdiam sambil memelototkan matanya. Darahnya berdesir.
`Ganteng!` batin Janetta saat melihat pria itu secara langsung. Pria itu tampak meringis kesakitan sambil memegangi tulang duduknya. Namun ekspresi meringisnya membuat Janetta tampak tergiur. Sontak libido normalnya sebagai seorang cewek membayangkan hal yang macam-macam dengan pria itu!!
Oops! Janetta langsung tersadar dengan pikirannya. Masak langsung mikir `gituan` sih gara-gara ngeliat mukanya yang rada ngeres itu.
“Sori-sori, gua nggak sengaja ngeliat lu…” Kata Janetta meminta maaf. Padahal sebelumnya dia mau marah-marah. -_-
Pemuda itu hanya melirik Janetta dengan mata elangnya dan tatapan dinginnya. Namun, mampu membuat hati janetta tertusuk rapuh… akhhh!!
Pemuda itu langsung berdiri dan tanpa mengatakan satu patah kata pun. Bahkan dia tidak membantu Janetta berdiri!
Janetta jadi kesal sendiri karna sempat mengaguminya. Ia kemudian bangkit berdiri dengan perasaan dongkol!
`Sombong!` pikir Janetta. Dan untuk sesaat, dia langsung membelalakan matanya! Bukan karena terpesona lagi, tapi karena…
“ANAK SEKOLAHAN?!” Kata Janetta reflek melihat seragam pemuda itu; putih abu-abu! Pemuda pendiam itu jadi salah tingkah karena diteriaki `anak sekolahan`. Bisa berabe kalau ketahuan sama satpam, ada anak pake seragam masuk mall! Bisa diusir tuh!!
“Berisik lo!” Gumam anak sekolahan itu kesal pada Janetta.
“Eh, iya-iya sori…” Kata Janetta salah tingkah lagi. Pemuda itu melirik kanan-kiri takut kalau ada satpam lewat. Saat pemuda itu melirik waspada, Janetta membaca nametag yang ada dibaju seragam pemuda itu…
“Alif… Rahman…” Kata Janetta.
“Hah, tau dari mana lo nama gua?!” Kata Alif.
“Nametag.” Kata Janetta polos.
“Iseng banget lo…!!” kata Alif sinis. Dari situ Janetta bisa menafsirkan tentang sifat pemuda itu; introvert! Huh!
“Yeee… cuman baca doang juga!! Adanya juga lu yang iseng!! Ngapain lu ke mall pake seragam?! Mau cari masalah sama satpam, lu?!” Kata Janetta balik membalas cibiran Alif.
“Cuman numpang neduh doang! Diluar ujan!!. “Kata Alif.
“Udah ah! Siapa lu jadi nanya-nanyain gua gitu!!” kata Alif. Ia langsung berlalu tanpa pamit pada Janetta.
“Huh! Cakep-cakep tapi sombongnya selangit!” Rutuk Janetta setelah Alif pergi. Tak jauh dari Janetta, Elise dan Fabian cekikikan melihat tingkahnya tadi. Janetta kesal.
“Ngapain ketawa?! Bukannya nolongin…!” Kata Janetta galak. Elise malah semakin tertawa lepas melihat Janetta cemberut.
“Karma…” Gumam Fabian jahil. Janetta semakin cemberut.
“Gimana menurut kamu tentang cowok sekolahan tadi?” Tanya Elise jahil sambil mendekati Janetta.
“Biasa aja…” Kata Janetta berdusta.
“Apaan?! Wong kamu juga terpesona sama dia. iya, kan? Dah, ngaku aja…” Kata Elise bisa membaca kebohongan Janetta. Janetta tak menjawab, juga tak bisa mengelak.
“But… sepertinya kamu harus kecewa kalo kamu suka sama dia…” Kata Elise lagi. Janetta mengernyitkan dahi.
“Why?” Tanya Janetta.
“He is gay!!” Gumam Elise. Janetta terpekik.
“What?! Are you seriously?! Tampang cool kayak gitu dibilang gay?! Darimana keliatannya. Jangan sok tahu kamu…!” Kata Janetta.
“Aku udah bisa melihatnya koq. Kalo nggak percaya, suatu saat kita bakal ketemu lagi sama dia. dan kamu akan terkejut melihat apa yang akan terjadi padanya!” Kata Elise menunjukkan kemampuan cenayangnya.
“Ah, jangan sok tahu deh. Tahu apa kamu tentang pribadi orang lain. Ramalan tentang kedatangan seseorang yang bernama `Elisha-Elijah` aja belum tentu kepastiannya!” Kata Janetta.
“Benar.” Gumam Elise.
“Apanya yang `benar`?” tanya Janetta bingung.
“Orang itu ada hubungannya dengan `Elisha-Elijah`.” Gumam Elise yakin. Janetta hanya terdiam sambil menatap aneh pada adik angkatnya itu. Dan untuk sesaat…
“KYAAA!! DISKONN!!!” Pekik Janetta. Dan dia pun langsung berlari menuju toko pakaian didepannya.
Elise menggeleng-gelengkan kepala… pasrah…
Suara hati Alif…
Aku menjatuhkan diri diatas ranjang dan menghepaskan semua penatku. Aku memejamkan mata berharap semua dapat kulupakan. Aku terlalu cemburu untuk melihat orang yang aku sayangi lebih mementingkan janjinya dengan orang lain. Namun apa dayaku, aku terbatas oleh statusku yang memaksaku untuk menempatkan diri di dunia yang membasmi orang-orang sepertiku!
Jam menunjukkan 19:30. Sesaat aku mengingat kembali kejadian saat aku haru berteduh di mall Buaran plaza. Bagaimana aku bisa lolos dari penjagaan pihak keamanan, dan bagaimana aku bertabrakan dengan seorang perempuan! Cewek sombong!! Huh, cewek memang selalu merepotkan!! Maunya selalu menang dan laki-laki yang menjadi korban emansipasi cewek yang berlebihan!
Drrrt…drrrt…drrrt…
Sebuah SMS masuk. Dari Antoni. Untuk sesaat melupakan kekesalanku pada cewek berambut ikal yang membuatku jengkel di mall tadi.
Antoni: Kmu Dh plg?
Aku membaca SMS tersebut. Sedikit rasa senang menghinggapi hatiku karna sadar bahwa aku masih diperhatikan. Namun rasa cemburu dan kesal masih mengalahkan semuanya sehingga aku enggan untuk membalasnya. Aku kembali menenggelamkan kepalaku kedalam bantal dengan perasaan bimbang. Yah, sedikit pelajaran untuk pacarku! Hehehe…
Drrrt…Drrrt…Drrrt… HP-ku kembali bergetar. Antoni lagi.
Antoni: Alif? Msh cmburu y?.kmu gpp kn? Kmu dmn? .bls.
Aku tersenyum. Aku mengetik SMS balasan untuknya.
Alif: Aq di rmh. Tng aj, aq gpp, gmn kncn’a? :P
Aku mengklik tombol send dan SMS langsung terkirim kepada Antoni. 5 menit, 6 menit, lama sekali aku menunggu. Apa dia sudah tidak mau SMS lagi atau perilakuku terlalu menyindir. Oh, Tuhan, ampuni aku… T_T
Drrrt… drrrt… drrrt… Aku segera mengambil HP dan langsung kubuka SMS dengan tidak sabar dan berdebar.
Antoni: Mav bru blz! oh, skr deh kalo dh plg. Kncn? Sma rani? Gx jg, ah. Biasa2 aj…cmn ngmng doang.
Aku tersenyum mendapati SMSnya. Baru saja aku mau mengetik SMS balasan. SMS darinya menyusul lagi untuk kedua kalinya.
Antoni: Bgmn kbrmu dgn Riska? :P, kau tau? Rani td memelukku. *ops… hehehe... :P
Sedikit rasa cemburu merasuk kedalam hatiku. Namun sesaat kemudian aku hanya tersenyum mendapati SMSnya. Karna kutau dia hanya memanas-manasiku… hahaha…
Alif: Aq dgn Riska? baik ...hehe. oiya? Bgmn rs`a dipeluk oleh rani? Enak y?
Kutekan tombol send kepadanya. Dan tidak perlu waktu lama hingga dia kembali membalas SMS-ku.
Antoni: Plkn Rani? Pyh... tdk shngt pelukanmu, hehehe :P,
Aku tertegun saat membaca SMSnya. `tak sehangat pelukmu…’ Aku hanya tersenyum membacanya. Sesaat aku hanya berbisik dalam hati ‘terimakasih’ untuknya. Mataku berbinar. Meski hanya satu kata, itu sudah cukup membuatku berarti. Aku kembali mengetik SMS balasan untuknya.
Alif: Gombal!
Aku terkikik geli saat menuliskan SMS ini untuknya. Dan tak lama, balasannya sampai.
Antoni: Bener koq... suer deh!
Haha, btw, aq OTW krmh mu y?
Aku mengernyitkan dahi dan mengirimkan SMS balasan untuknya.
Alif: Ngapain?
Semenit, 2 menit, aku masih menunggu SMS balasan darinya. Hingga HPku bergetar.
Antoni: Maen... hehehe...
Aku masih keheranan. Kukurimkan lagi balasan untuk meminta kejelasan padanya.
Alif: yee, udah malem bknnya plg! Tp gpp dh. Slhkn aj. Pintu rmh q slalu trbka utk kekasih q... hehe.. :P
Semenit kemudian balasan darinya sampai.
Antoni: Lebay ah... -_-‘. Yowes, siapin menyan sama kmbang 7 rupa pas aq nympe ya... *eeehhh...
Aku sedikit terkikik mendapat balasannya.
Alif: haha... genduruwo dong! :P. ysdh, SMS q klo dh nympe...
Aku mengklik send dan langsung meng-non aktifkan HP dan menaruhnya di dekat meja. Lalu setelah itu aku melepas bajuku dan memasang air hangat di bathub.
Ahhh… letihnya tubuhku hari ini. Aku memejamkan mata untuk sesaat menghilangkan penat dalam pikiranku. Cukup lama juga aku berada dalam hangatnya air bathub.
Meringankan otot-ototku yang kejang akibat aktivitas sehari-hari dengan berendam di air hangat.
Busa-busa sabun menjadi aroma terapi tersendiri yang semakin membawa tubuhku ke posisi rileks dan nyaris membuat mataku berat. Akhh…
“Dor!”
Sebuah suara mengejutkanku seketika! Aku membuka mataku dan menatap seseorang yang sedang cengengesan di ambang pintu sambil melihat aku mandi!.
“ANTONI!!” Sontak saja wewangian terapi dari surga dan kehangatan santai hilang seketika dengan kehadirannya yang tidak diundang! Dan parahnya, dia melihatku yang sedang mandi!. Untung saja busa dan air menutupi bagian bawah tubuhku!.
Antoni cengengesan.
“Lho, lagi mandi, tho?” Seseorang dibelakangnya juga mengagetkanku. Pratama?! Ngapain juga dia kesini?!
Kini, mereka berdua menyeruak masuk kedalam kamar mandi dan menonton mandiku di bathub, akh! Seenak jidat mereka menggangu privasiku!
Antoni dengan santainya duduk di tepian bathub sementara Pratama dengan santainya pula berdiri didepanku sambil perlahan menutup pintu kamar mandi dari dalam! Seperti mau memperkosaku!! Huaaa…!!
“Hei! Ngapain kalian kesini?!” Tanyaku rada jengkel.
“Kan aku udah SMS kamu kalau aku mau maen.” Kata Antoni enteng sambil merogoh tasnya dan menyobek selembar kertas dari buku. Mau ngapain lagi nih orang? -_-
“Kupikir kamu masih on the way.” Kataku membela diri.
“Sebenarnya SMS terakhir tadi, aku sudah sampai didepan rumah kamu. Karena ibumu menyuruh kami langsung keatas, yasudah aku langsung nyamperin kamu deh kesini.” Kata Antoni tanpa melihatku karena tatapannya sedang tertuju pada selembar kertas yang sedang dilipatnya dengan konsep origami dan membentuk… perahu kertas?! (?)
Kemudian dengan entengnya dia menaruhnya di atas air yang kupakai berendam! Dan… dia tampak senang main perahu-perahuan?!... ng?? pacarku aneh… -_-
“Lalu, Pratama ngapain disini?” tanyaku mengalihkan pembicaraan. Mencoba untuk tidak membahas kelakuan Antoni yang kurang kerjaan!
“Oh, jadi aku gak boleh disini?” Tanya Pratama nyantai.
“Dia yang nganterin aku kesini naik motor. Dari sekolah.” Kata Antoni sambil tetap main kapal-kapalan.
“Jadi, kalian dari sekolah langsung cabut kesini?” tanyaku.
“He-eh.” Kata Antoni lagi.
“Kamu liat kan kami masih pake seragam lengkap.” Kata Pratama nyantai. Aku ceming.
“So, oke kalian berhasil mengejutkanku. Tapi… bisakah kalian menungguku diluar?!! Aku sedang bugil disini!!” Aku mulai sedikit jengkel dengan kelakuan mereka yang menyerobot kamar privasiku seenaknya.
“Lagian salah siapa pintunya gak dikunci.” Kata Antoni.
“Mana kutahu kalian akan datang lebih cepat!! Kalau begitu, aku tak perlu menunggu kalian datang sambil berendam!!” belaku.
“Tak apa. Pemandangan bagus!” Kata Antoni nyantai.
“Aku hanya mengikuti Antoni untuk mengintip kamu mandi.
Yah…, sebenarnya aku tak terlalu tertarik.” -_- Kata Pratama. Ya, dia kelihatan sedikit jengah juga di tempatnya berdiri. Tapi Antoni, dia tampak biasa saja. Ya iyalah, emang ini pengennya! Dasar modus!.
“Kalau begitu, keluar!!” kataku meninggikan intonasi.
“Tuh, kan Ton. Di usir tuh sama yang punya kamar mandi. Mending kita tunggu Alif dikamar aja yuk!” Kata Pratama menyetujui suruhanku. Antoni akhirnya mengalah dan ia bangkit berdiri. Seandainya tak ada Pratama, pasti aku sudah menahan lengan Antoni, menariknya dan memaksanya untuk ikut berendam bersamaku! Hehehe… Ooops… :P
“Oke-oke, aku keluar. Tapi…” Antoni merogoh sakunya dan…
CKREK!! Ia mengeluarkan HPnya dan mengabadikan fotoku yang sedang mandi. Aku ceming untuk beberapa saat. Antoni cengengesan dan Pratama mengulum senyum.
“Wooii, sialan lu! Anjirr!!” kataku sambil mencipratkan air rendamanku kearah mereka. Bisa-bisanya mereka mengabadikan foto disaat aku sedang melakukan hal yang pribadi. Mereka berdua cengengesan dan langsung kabur!
AKHHH!!!...
*****
Suara hati Alif…
“Apus gak tuh foto!!” Kataku sesaat aku telah memakai baju sehabis berendam. Mereka berdua hanya menatap sambil mengulum senyum.
“Hahay, biarin aja sih, lumayan buat dijual ke para fans fanatik kamu.” Kata Pratama yang duduk di tepi ranjang.
“Lho, bukannya kamu buat masturbasi, ya?” kata Antoni jahil. Pratama nyaris tersedak.
“Sialan lu!!” Kata Pratama. Reflek saja ia melempar Antoni dengan bantal. Antoni cengengesan.
“Ah, bodo ah sama alesan kalian berdua. Yang jelas apus tuh foto!!” kataku masih kesal.
“Kalo kita gak mau gimana?” Tantang Antoni.
“Aku paksa kalian secara kasar!” Kataku.
“Oh iya?? Emang bisa??” Pratama tampak meremehkan. Sepertinya mereka butuh diberi pelajaran!.
Sontak saja aku langsung mengambil ancang-ancang dan…
TUINGG!!, BUK!!.
Aku menindih mereka berdua yang sedang duduk bersampingan di tepi ranjang! Aku memiting leher mereka berdua dengan lenganku hingga mereka kelojotan diatas ranjangku!
“Ampun…!” Pratama meronta. Tapi sambil tertawa terbahak-bahak. Antoni hanya cengengesan dan mencoba melawanku dengan tinju ringannya.
“Kagak mau tahu! Apus dulu tuh foto!!” kataku memaksa tanpa melepas cekikan ku dileher mereka. Mereka malah semakin tertawa seolah aku menggelitik leher mereka!.
“Gak akan… hahaha!! “Kata Antoni tertawa kegelian. Tangannya mencoba membalas cekikanku. Namun aku mengelakkan leherku! Pratama juga tak mau kalah. Ia juga… menggelitikiku!!
“Hahahaha!!! Hentikan!!” kataku kegelian menerima kelitikan Pratama di pinggangku. Sontak saja cekikanku di leher mereka terlepas! Dan dengan begitu… mereka leluasa `memperkosaku!!?`.
Tampang mereka seperti iblis yang siap menerkam jiwa manusia! Senyumnya begitu sadis seolah siap `menyiksaku`.
Oh tidak!! Darurat!! Darurat!! Kelitikan Pratama akan semakin menjadi, apalagi dibantu oleh Antoni!!. Oh tidak!! Aku tak bisa bergerak karena Antoni mengunci tubuhku dan Pratama siap `mencabuli`ku dengan kelitikannya!!
“Haduh, kalian udah besar tapi koq masih maen kelitikan aja sih?! Kayak anak kecil aja.” Tiba-tiba terdengar suara yang sedikit mengagetkan kami. Ibuku! Hffh, untung saja dia datang. dengan begitu aku bisa mengambil kesempatan dengan membebaskan diriku dari cengkraman dua orang `bejat` ini!.
“Eh, tante Widia…” Kata Antoni dengan senyum yang sok diramah-ramahkan. Pratama ikut-ikutan senyum.
Ibuku dengan senyum ramahnya membawakan tiga gelas sirup diatas nampan untuk kami. Antoni dan Pratama cengengesan dan berbasa-basi dengan ibuku. Tampang mereka rada tengsin, gara-gara ketahuan ngerjain anaknya!.
Tapi toh, reaksi ibuku hanya mengulum senyum. Sedangkan aku, mengambil kesempatan untuk menjauhkan diri dari mereka kesudut kamar!
Namun, belum sempat aku menjauh, ibuku sudah kembali keluar kamar setelah menaruh minuman diatas meja kecil didekat ranjangku!
Blam! O-ow!
Hening lagi. Tubuhku kaku karena aku baru seperempat langkah menjauhkan diri dari Antoni dan Pratama. Dan saat aku menatap mereka berdua… mereka balik menatapku dengan SENYUMAN SADIS mereka!!! Glek…!!
Dan…
“Serang!!!”
“Kyaa!!!...”
Dikamarku, kami main kejar-kejaran!
*****
Ditempat lain.
Disebuah kamar yang remang-remang dan gelap, terduduk seorang wanita yang tampak sayu dan dingin. Ia terduduk diatas ranjangnya yang tampak kusut akibat ekspresi depresifnya yang ia keluarkan. Kamarnya berantakan, cermin dimeja tata rias pecah, pot bunga tampak berserakan berkeping-kepng, baju-baju, bantal, kosmetik, gadget, semuanya tampak berserakan. Kamar itu tampak hancur! Sepertinya, wanita itu baru saja… mengamuk!!.
Matanya tampak sembab bekas menangis. Rambutnya kucal dan basah, namun itu belum seberapa dengan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya! Hancur rasanya! Saat ini ia tengah merasakan pahitnya dalam percintaan insan dunia!.
Didepannya terdapat sebuah klise foto potret seorang pria tampan. Namun tampak terkoyak dan tersayat-sayat! Sepertinya rasa hancur dihatinya itu akibat ulah seseorang yang berada didalam klise foto tersebut! Sehingga ia mengekspresikannya dengan menghancurkan foto tersebut! Serta mengeluarkan amarah dan depresinya dengan membanting apa saja yang ada dikamarnya!
Airmata wanita itu telah kering. Jari-jarinya berdarah akibat beberapa kali tertusuk serpihan kaca yang ia pecahkan sendiri. Namun ia tampak belum puas! Dengan perlahan ia mengambil selembar potret foto pria tampan dihadapannya dan mendekatkannya kehadapannya.
Sontak saja, nafasnya kembali tersengal menahan gejolak amarah dan tangannya meremas keras foto tersebut!
“Kelak kau akan menangung semua ini! kelak kau akan merasakan sakitnya hati ini!!”
Gumamnya pada foto itu. Lebih tepatnya pada pria di foto itu.
Penuh dendam…
hehehe... sori bgt... byk ksbkn d OSIS.... :P. mksh dh di maafin. nnti aq usahain koq untuk bsa d selesaikan....
oke, oke. kau yg meminta. ane bth sarannya ye, apalagi d update-an trakhir ane. udh lma vacum jadi lupa deh gaya nulis cerita..... -_-
Klw update mention ya!.
Mention ya klo update
New Story in October
Satu bulan berlalu…
Sebuah kisah selalu terpatri di lorong-lorng tua SMA 18. Setiap kenangan dan cerita-cerita remaja telah terukir banyak di setiap sudut kelas di sebuah generasi abu-abu di SMA bilangan Jakarta itu.
Tawa, tangis, canda, perpisaha, pertemuan, semua terpotret jelas di mata para guru yang telah puluhan tahun mengabdi pada negaranya untuk membuat tangga-tangga pengetahuan pada setiap murid-muridnya. Saat Alumni tertua harus pergi meninggalkan meja-meja mereka yang penuh dengan corat-coret peristiwan kenakalan dan keusilan remaja, para generasi barulah yang akan meneruskan perjalanan kakak-kakak mereka di kelas yang telah menjadi saksi bisu bagi datang dan perginya murid-murid yang menimba ilmu.
Yah, sekolah telah menjadi saksi hadirnya para generasi penerus yang akan mengabdi pada negeri Indonesia. Setiap tawa telah hadir menjadi warna, setiap tangis telah terperas menjadi sebuah pelajaran berharga, dan setiap canda telah gugur menjadi sebuah kenangan. Namun ada satu yang tidak akan dilupakan oleh para remaja di masa pubertasnya… kisah cinta!
Ya, kisah cinta dimasa putih abu-abu pastinya selalu berkesan dan menjadi kuluman senyum bagi mereka yang menginngat kenangannya. Begitu juga dengan kisah cinta Alif dan Antoni. telah satu bulan cinta mereka terjalin. Banyak kisah yang tertulis dengan pena berwarna cerah dalam buku hati mereka. Setiap tawa telah menjadi kenangan bagi kisah cinta mereka. Setiap kata cinta telah menjadi lirik tidur malam mereka.
Dan yang pasti, tak ada yang tahu tentang catatan cinta mereka. Semuanya, biarkan mereka yang tahu tentang isinya, dan biarkan semuanya tersimpan didalam kotak hati mereka masing-masing. Yang jelas, saat mereka bertemu, dunia hanyalah milik mereka. Melalui malam dengan SMS-SMS nakal yang mengantarkan mereka pada mimpi indah. Mengantarkan senja ke peraduan dengan tatapan penuh cinta dalam diamnya mereka. Pria yang cool dan hot yang telah melenakan mata para Hawa.
Namun… seandainya mereka tahu, bahwa diluar sana akan ada yang kecewa dengan kisah cinta mereka! seandainya mereka tahu, bahwa kisah cinta mereka telah membuat para Hawa dimuka bumi menjerit kesakitan! Tidakkah mereka sadar, bahwa Tuhan sedang menatap marah pada mereka! Para malaikat sedang menatap iba pada percumbuan mereka berdua. Dan orang tua mereka, sedang menjerit kesakitan didalam kubur akibat menanggung dosa anak-anak mereka?!
Tapi… siapa yang peduli dengan semua itu? Menjadi gay, juga terkadang harus menjadi egois pada sekitarnya. Bahkan, harus egois pada Tuhannya sendiri. Lalu, siapa yang harus disalahkan? Alif dan Antoni hanyalah sekelumit kisah dari miliaran kisah cinta terlarang yang pernah dibuat insan dari setiap generasinya. Egokah mereka jika mereka hanya bermodalkan rasa ingin saling memiliki meski dari jenis yang sama? Setidaknya mereka masih seorang warga negara yang mematuhi tata tertib, serta masih menjadi umat beragama yang mematuhi akidah dan moralitas. Cinta itu terkadang buta, dia tak peduli dimana ia akan jatuh…
*****
Antoni berjalan di koridor yang sepi. Hanya satu tujuannya; toilet diujung koridor! Yah, sebenarnya ini hanya akal-akalannya saja agar terhindar dari pelajaran PKN yang menurutnya sangat membosankan! Daripada ia ketiduran dikelas dan mendapat sangsi, lebih baik ia jalan-jalan keluar kelas dengan modus `izin ke toilet`.
Di toilet, yang untungnya sedang sepi, ia menuju westafel. Untuk sesaat ia hanya membasuh wajahnya yang tampak ngantuk! Berkali-kali ia membasuh wajahnya dengan air keran agar rasa kantuknya hilang.
“Antoni…” Gumam seseorang dari belakang. Antoni tampak familiar dengan suara itu. Ia tak perlu berbalik untuk melihat siapa gerangan seseorang yang menyapa dibalik punggungnya. Pantulan cermin diatas westafel telah memperlihatkan wajah putih flamboyan yang biasa dilihat Antoni.
“Alif…” Gumam Antoni. Antoni tersenyum.
Alif mendekati kekasihnya itu…
“Kau sudah hafal dengan kebiasaanku ya?” kata Antoni tanpa membalikkan tubuhnya.
“Ya. Saat pelajaran PKN, kau pasti menyempatkan waktu untuk pergi ke kamar kecil.” Kata Alif. Antoni tersenyum. Alif kini sudah berdiri tepat dibelakang Antoni.
“Ngomong-ngomong, happy anniversary…” Bisik Alif ditelinga Antoni. Antoni merasakan desah nafas yang dihembuskan Alif.
“Untuk apa?” tanya Antoni.
“Satu bulan masa jadian kita…” Kata Alif. Antoni tertawa kecil. Alif tersenyum.
Alif perlahan memeluk pinggang kokoh Antoni dari belakang. Antoni membiarkan tangan mulus Alif melingkarinya. Alif mencium lembut leher kekar milik Antoni.
“nakal…” gumam Antoni. Alif tertawa.
“Jangan menggodaku disini Alif. Nanti kalo `kebablasan`, bisa gawat! Apalagi kita cuma berdua.” Kata Antoni.
“Haha… kau masih takut melakukannya ya…” Goda Alif.
“Bukan takut. Tapi kita sudah sepakat untuk tidak melakukannya, bukan?” Bela Antoni. Alif terdiam.
“Boleh kutanyakan sesuatu…” Kata Alif.
“Apa?”
“Tentang hubungan kita. Dalam pandanganmu itu seperti apa?”
“Biasa saja.” Kata Antoni nyantai.
“Hubungan kita berjalan sebulan, dan kau menganggap semuanya biasa saja?!” Kataku. Antoni tertawa renyah.
“Memang kau ingin aku menjawab apa?” Kata Antoni. Alif hanya diam. Ia merekatkan pelukannya di peruk six-pack Antoni.
“Entahlah.” Jawab Alif singkat. Namun ada sedikit nada yang mengganjal disana. Antoni menghela nafas. Ia kemudian berbalik tanpa membiarkan pelukan Alif di pinggangnya terlepas. Kini, tatapannya menatap mata indah milik Alif, Romeonya. Untuk sesaat mereka berdua terdiam.
“Apa yang kau ragukan?” Selidik Antoni. untuk sesaat Alif hanya terdiam.
“Tak adakah yang spesial dari hubungan kita? Setidaknya menurutmu.” Tanya Alif.
“Setiap momen bersamamu adalah sesuatu yang spesial menurutku.” Kata Antoni.
“Hanya itu?” Alif tampak belum puas.
“Dengar. Dulu aku pernah ragu dengan perasaan ini, aku pernah menghindari rasa ini, bahkan menghindarinya. Tapi kau hadir dan membuatku yakin tentang arti cinta yang diberikan Tuhan kepada seluruh manusia di muka bumi. Tak peduli apa statusmu, tak peduli apa gendermu, yang terpenting adalah, bagaimana kau bisa menerima cinta itu.
Dan beruntungnya diriku, karena cinta itu hadir diantara kita berdua. Kau orang yang telah memberikanku semangat dalam hidup dan telah membuka hatiku untuk mengerti tentang rasa cinta. Jadi, apakah itu tidak cukup untukmu…?” Kata Antoni. Alif terdiam.
“Tapi, mengapa kau menolak untuk aku cium?” Alif bertanya serius. Antoni hanya terdiam.
“Apakah aku masih menjijikan dimatamu?” Lanjut Alif. Antoni terkejut.
“Bu… bukan itu!… hanya saja…” Antoni mencoba mencari alasan.
“Hanya saja apa?” pancing Alif. Untuk sesat Antoni terdiam. Ya, selama mereka pacaran, tak sekalipun Antoni mengizinkan Alif menciumnya di bagian bibir!
“ Aku, hanya belum siap untuk dicium dibagian yang itu…” Kata Antoni. rada jengah. Alif mengernyitkan dahi.
“Oke. Untuk alasan tidak melakukan hubungan seks aku bisa menerimanya. Tapi, berciuman? Bukankah itu wajar bagi seorang yang sedang berpacaran?” Kata Alif. Antoni menunduk. Untuk sesaat dia berbalik lagi menatap cermin dan tidak menatap Alif. Alif melepas lingkaran lengannya dari Antoni.
“Aku dibesarkan dari keluarga yang kental agama.” Gumam Antoni. Alif terdiam. “Dan menurutku, berciuman bibir juga bagian dari hubungan seks!” Kata Antoni. Alif tertunduk.
“Aku mengerti…” Kata Alif. Ya, ia tahu seperti apa pribadi Antoni. saat mereka jadian saja, atau saat menyadari bahwa diri Antoni adalah gay, Antoni menangis sambil meraung-meraung seolah memohon permohonan ampun pada Tuhan akibat menangung dosa seribu tahun!
Jika menyadari dirinya gay saja sudah membuat Antoni menangis seperti itu, apalagi jika ia `kebablasan` melakukan seks sesama jenis?! Bisa-bisa ia selamanya takkan mengampuni dirinya sendiri! Atau parahnya, bunuh diri!
Dan jika Antoni sudah menganggap ciuman bibir adalah bagian dari seks! Ehem!… tak bisa dibayangkan jikalau ia benar-benar tergoda berciuman dengan Alif. Hhh… hubungan yang merepotkan!
Tapi toh, Antoni masih menerima jika hanya mencium dibagian pipi, atau kening. Itu sisi baik bagi Alif.
“Hmm… baiklah. Ngomong-ngomong, besok kau ada acara?” Kata Alif mencoba mengalihkan pembicaraan. Antoni berbalik sambil mengerutkan keningnya.
“Besok hari Sabtu, kan? Sepertinya besok agendaku kosong! Kenapa?” tanya Antoni. Alif tersenyum.
“Jalan-jalan yuk! Dalam rangka satu bulan jadian kita.” Kata Alif. Antoni tersenyum.
“Ada-ada aja kamu. Tapi… boleh deh…” Kata Antoni mengiyakan.
“Baiklah kalau begitu, besok kujemput kamu jam tiga. Ok?”
“OK.” Kata Antoni. dan untuk sesaat mereka berdua tertawa.
“Kekantin yuk?” ajak Alif.
“Kantin? Kan sekarang masih ada jam pelajaran!” Kata Antoni.
“Nyantai aja, 5 menit lagi juga bel istirahat.” Kata Alif. Antoni berpikir sejenak. Dan untuk sesaat akhirnya ia mengiyakan ajakan Alif. Alif tersenyum.
Alif langsung menarik lengan kokoh Antoni dan merangkul bahu lebarnya. Dua sejoli itu, berjalan beriringan diantara koridor dan lorong sekolah. Yang dulu pernah menjadi saksi manis-pahitnya kehidupan kakak-kakak alumni mereka terdahulu…
*****
Suara hati Alif…
Malam minggu yang ditunggu…
Aku memakai kaos bermotif jarang berwarna putih dan melapisinya dengan jaket abu-abu yang berlengan pendek. Memakai celana jeans berwarna hitam, dan untuk menghiasi aksesorisnya aku memakai jam tangan yang senada. Untuk bawaannya yang lebih ringan, aku memakai tas sangkil kecil berwarna biru gelap. Tidak lupa aku memakai parfum netral dan menyisir rambutku yang ikal. Berikutnya aku cuman tinggal memakai sandal bertali khas pendaki gunung.
Oke, persiapan siap! jam sudah setengah 3 dan aku harus menjemput Antoni! Segera aku ke garasi. Menaiki motor dan langsung tancap gas.
Tidak sampai beberapa menit aku sudah sampai di halaman rumah Antoni. Ibunya sedang duduk di beranda rumah.
“sore tante Rini. Antoninya ada?” kataku menyapa ramah ibu Antoni sesopan mungkin. Ibu Antoni tersenyum sebelum menjawabnya.
“Eh Alif! tumben kamu main kesini! Antoni sebentar lagi keluar kok!” kata Ibunya. Aku menunggu Antoni di beranda rumah dan mengetik sebuah SMS untuk Antoni.
Alif: Aku Sdh sampai!!!
Lalu ku-klik send dan pesan terkirim.
Tak berapa lama aku menunggu, Antoni keluar dan telah siap. Dengan setelan kaos hitam ketat yang memperlihatkan lekak-lekuk tubuh indahnya. Dipadu dengan celana cuhdbray berwarna hitam dan jaket berwarna hijau army. Antoni tampak menggoda kali ini. Wow!!
“Sori ngebuat kamu menunggu, berangkat sekarang?” kata Antoni.
"Oke, ayo…” kataku mengajaknya. Setelah kami berpamitan dengan tante Rini, ibunda Antoni. Kami mulai melaju melewati jalanan yang cukup lengang waktu itu menuju Buaran Plaza.
Sesampainya disana, kami makan di KFC untuk mengisi perut sesaat. Di sela-sela kunyahan kami ngobrol banyak hal.
“Kamu bisa secepat itu ramah dengan ibuku. Padahal kan kau itu tipe seorang yang introvert.” Kata Antoni tiba-tiba sambil mengulum senyum. Aku terkikik.
“Aku, kan harus sopan sama calon mertua. hehehe” godaku. Antoni bersemu.
“Dasar iseng! Ngomong-ngomong, apakah hari ini aku sudah bilang bahwa hari ini penampilanmu sangat… WOW!!” Pujinya sekaligus untuk mengalihkan pembicaraan.
“Oh ya? Memang setiap hari aku selalu berpenampilan menarik, kan?” Kataku menyombongkan diri.
“Akh… ge-er…!!” Katanya sebal. Aku terkekeh.
“Tapi kamu juga menarik hari ini. seksi lagi… oopss!! Hehehe…” Kataku jahil.
“Makasih. Dari dulu aku memang seksi kok… hehehe…” Jawabnya. Kali ini dia yang besar kepala.
“Dasar eksibisi…” Hinaku. Tapi dia hanya cengengesan.
Ah… Antoni. kau memang seksi. Pacarku yang paling seksi! Tapi, kau juga terkadang bisa-bermanja-manja denganku. Dan beruntungnya diriku bisa memilikimu…
Kami kembali fokus pada makanan yang kami makan. Hingga makanan itu habis tak bersisa. Kami untuk sementara hanya duduk sesaat di kursi. Sambil ngobrol ngalor ngidul dengan sedikit candaan dan godaan.
Dan tiba-tiba, untuk beberapa saat suasana sangat hening! Hanya suara-suara orang yang berlalu-lalang disekitar kami.
“Alif…” Antoni memanggilku dengan nada yang aneh. Aku tertegun karena ia memanggilku dengan tatapan sendu! Aku bertanya-tanya apa yang sedang dipirkannya saat ini hingga tatapannya teramat sendu.
“pernahkan kau berpikir, sampai kapan hubungan ini akan bertahan?” katanya bertanya serius. Aku terkejut akan pertanyaannya. Dan syok untuk beberapa saat.
“Maksudku, hubungan ini, terlarang! Apakah kau pernah berpikir jika mereka semua tau tentang hubungan kita, apakah ini masih bisa bertahan?” lanjut Antoni menatap dalam kedalam relung sukmaku.
Benar sekali, apa yang akan terjadi jika semua tahu? Pasti orang tua kami akan marah dan kecewa. Teman-teman kami akan mengucilkan dan menjauhi kami. Guru-guru akan memandang kami dengan rasa jijik! Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika semuanya tau.
Cepat atau lambat, sebuah rahasia pasti akan terbongkar. Aku hanya menunduk. Antoni memandangku. Ya, Tuhan! Kenapa aku lupa dengan pertanyaanku di awal sebelum aku melangkah sejauh ini?!
“Aku tahu kau bimbang atas pertanyaanku. Tapi mungkinkah cinta kita masih dapat di pertahankan? Aku hanya takut aku akan merusak masa depanmu.” katanya kemudian. Nada getir terdengar jelas disana.
“Alif, apakah sebaiknya kita berpisah…” Kata-kata Antoni aku hentikan dengan menempelkan telunjukku didepan bibirnya! Aku tidak kuasa mendengar kelanjutannya. Aku menggenggam pergelangan tangannya untuk menghibur dirinya. Antoni hanya menundukkan pandangannya ketika aku mencoba menatap wajahnya dan mencoba masuk kedalam matanya.
Kenapa Antoni? kenapa kau malah berpikir demikian? Mana mungkin aku bisa melupakanmu?
“sayang… aku tidak punya jawaban untuk menjawab masa depan…” kataku lirih. Antoni menghela nafas dan hanya tersenyum yang terlihat seperti sebuah tangisan!
“tapi percayalah, aku akan selalu disampingmu selamanya! Pertanyaannya adalah, apakah kau percaya padaku?” kataku kemudian. Antoni terpaku membisu dengan sebuah senyuman yang seakan-akan meremehkanku.
“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak bukan? Tak usah berjanji tentang sesuatu yang tidak bisa kau tepati..” kata Antoni kemudian. Aku menggenggam erat tangannya. Posisi kami duduk tidak terlalu mecolok dari pengunjung lain sehingga aku bisa leluasa memegang jemarinya yang kokoh.
Aku terdiam mendapat pertanyaan yang harusnya aku jawab dikemudian hari. Namun Antoni meminta jawabannya hari ini! tentang semuanya, tentang keluarga, tentang persahabatan, tentang masa depan, dan tentang… cinta!
“Ikut aku…” kataku kemudian. Antoni tampak bertanya-tanya kemana aku akan mengajaknya.
“Kemana?” Tanyanya. Aku hanya terdiam dan menarik lengannya.
Kami berjalan dalam diam dan keluar dari mall Buaran.
Aku mulai menstarter motorku dan melaju kesebuah tempat. Dari keramaian menuju kesengangan.
*****
Wangi asin laut menyeruak masuk kedalam hidung. Angin pantai begitu segar menerpa wajah dan suara burung camar yang hendak pulang terdengar bersaut-sautan. Temaram senja mulai terlihat berbayang jingga menjemput matahari untuk pulang ke peraduan.
Dermaga kayu tanjung priok. Di ujung Jakarta...
Dikejauhan, menampakkan sebuah siluet samar Pulau Seribu. Di tepi Jakarta yang menampilkan senja, pantai mempertemukan laut dan daratan…
Alif mengajak Antoni untuk berjalan kearah dermaga perahu yang menjorong ke laut dan terbuat dari kayu yang biasa dipakai para maniak pancing untuk memancing setiap Minggu pagi atau sore.
Antoni berjalan terlebih dahulu ke tepian pagar yang memisahkan laut dengan pantai. Ia berjalan menuju matahari terbenam dengan tatapan sendu seakan-akan tidak rela kehilangan matahari!
Setelah Alif memarkir motor tak jauh dari dermaga, ia berjalan mendekati Antoni dengan perlahan seolah tahu, disetiap langkah Antoni ada kebimbangan untuk berjalan menuju kedepan.
Kemana setelah ini mereka harus berlanjut? Dihadapan mereka akan ada takdir seperti laut yang memisahkan benua! Setelah tahu resiko begitu jelas! Setelah tahu dengan pertanyaan yang mungkin akan mengecewakan orang-orang disekitar mereka dengan hubungan ini!
Masih terbayang dibenak mereka berdua, senyum ibu-ibu mereka didalam kerut wajahnya yang menua. saat ibu mereka telah mengetahui ini semua, apakah senyum itu masih menghiasi wajah tua mereka?
Alif mendekati Antoni yang sedang termenung memandang matahari terbenam yang sangat indah. Jaket hijaunya tertiup angin laut yang kencang dan menyingkap bentuk tubuhnya yang terbalut kaus hitam. Ia begitu elegan dan indah dalam keaadan ini.
“kenapa kau mengajakku kemari?” tanya Antoni tanpa memalingkan pandangannya kearah matahari. Alif hanya terdiam tak bersuara. Ikut memandang matahari dengan getir.
“Aku merasakan apa yang kau rasakan. Kita berdua sama-sama bimbang atas hubungan ini.” kata Alif memulai pembicaraannya.
“aku tahu. Sekarang kau baru menyadari rasa bimbang yang kurasakan saat pertamakali jadian denganmu, kan?” kata Antoni menundukkan wajahnya kearah laut. Saat itu hanya ada mereka berdua.
“Tapi jika seandainya kita dipisahkan, kurasa itulah pilihan terbaiknya. Percayalah, Tuhan bahkan tidak merestui hubungan ini!” kata Antoni. Alif memejamkan mata sesaat merasakan hembusan angin yang begitu kuat.
“Tetapi…” kata Alif berbisik. Ia membalikkan tubuh Antoni untuk menatap matanya.
Alif melihat Antoni meneteskan airmata saat tertunduk, hanya setitik!. Alif meremas bahu Antoni yang kokoh dan memaksa Antoni untuk menatap matanya. Antoni menatap Alif dengan nanar.
Alif mencoba untuk menghapus kesedihan Antoni. Alif tahu Antoni takut kehilangannya, Alif pun begitu, sangat takut kehilangan Antoni.
“Percayalah, aku akan ada disetiap detik kau bernafas, disetiap kata saat kau bicara, dan disetiap tawa saat kau tersenyum. Aku akan ada disini…” kata Alif sambil menunjuk kearah dada Antoni yang bidang dan kokoh. Lebih tepatnya…
hati!
“Aku tidak peduli tentang hubungan terlarang ini! Yang ada hanya aku telah jatuh cinta padamu! Tuhan mungkin akan marah, tapi dia akan mengerti kenapa kita melakukan dosa! Ini seperti mimpi buruk didalam surga. Aku akan tua dan mati dalam pelukanmu…” kata Alif menatap langsung ke mata Antoni.
Antoni mengguratkan sedikit senyum. Sedikit kelegaan dalam hatinya telah membawa kembali cahaya di matanya. Ia menatap wajah Alif dan Alif memegang kedua pipinya untuk dapat membalas tatapan matanya yang hangat.
“Biarkan sajalah wajah ini saling berdekatan, kalau bisa buatlah kita jadi lebih dekat, karena kita memang sepasang Magnet! Walaupun kita sesama jenis yang seharusnya saling tolak-menolak bagaikan sepasang kutub utara atau kutub selatan magnet yang didekatkan. Tapi... Bukan masalah kan jika kita adalah sepasang kekasih? (*Kata-kata diambil dari lagu `Vocaloid-magnet`)” Kata Antoni dengan senyumnya yang khas.
“Kita sudah seperti sepasang Magnet. Jika kita berpisah, suatu saat kita akan bersatu kembali…*” kata Alif tersenyum.
Antoni membalas senyumnya.
Dan kemudian, ia mengeluarkan sepatah kata yang membuat Alif terkejut, sekaligus merasa bangga. Tentang sebuah ikatan hubungan, dan lambang cinta.
“Alif…cium aku…” kata Antoni lirih dan bersemu, disaat-saat terakhir kesedihan dan kegalauannya hancur bagaikan dinding yang roboh!
Alif hanya tersenyum simpul. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke Antoni sambil memejamkan mata.
Angin berhembus syahdu menerpa tubuh mereka sementara bayang-bayang jingga semakin jatuh ke peraduan. Bibir mereka bersatu dalam kehangatan dan ketentraman. Temaram senja serta kilauan laut yang dibias cahaya mentari senja menyisakan bayang siluet mereka yang sedang berciuman mesra…
~Laut menjadi saksi…
Pertemuan dua sejoli…
Dalam dekapan senja mentari…
Cinta kita seperti magnet…berapapun jauhnya kita terpisah, suatu saat kita akan bersatu kembali….~