It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Udah ngga tahan lagi sekarang gua, udah ribuan pasir yang gua itung. Tetep aja dia
kagak pergi-pergi."
Kebayang, gokil bgt, btw kayaknya makin kelam nih ceritanya, di part2 awal masih nyantei, mangga dilajengkeun
“Lo mau pulang?” tanyanya.
“Iyalah, udah malem!”
“Bagus-bagus!”
Aku memutar bola mataku, kemudian aku berjalan menuju pintu lagi.
“Eh, bentar!”
“Apa lagi, Kak?”
“Inget lo jangan lari dari tanggung jawab. Jadi sewaktu-waktu gue perlu lo, lo musti dateng!” ancamnya sambil beberapa kali tangannya menunjuk-nunjuk mukaku. “Soal laptop, lo nggak perlu ganti, gue masih bisa beli sendiri.”
“Maksud kakak, aku jadi pembantu, gitu?” tanyaku tidak yakin.
“Bisa dibilang begitu!”
Aku menghela nafasku.
“Bagaimana bisa!” protesku. “Mendingan aku beliin laptop yang baru, lagi pula aku sudah minta maaf”
“Ya, Tuhan! Apakah kau mau gue tonjok lagi!”
Aku menggeleng.
“Sudah gue bilang, laptop gua itu nggak akan bisa lo ganti dengan apapun! Dan permintaan maaf lo belum gue terima! Kurang tulus!”
Aku tersenyum sinis kepadanya.
“Tenang, gue nggak akan jadiin lo pembantu seperti yang elo tonton di film Cinderella. Gue nggak akan siksa lo!”
Aku mencerna perkataannya, dia bilang ‘nggak akan nyiksa’. Apaan, gue baru ketemu dia aja, udah disiksa abis-abisan. Apalagi kalau gue jadi pembantunya. Siapa tau dia bohong soal laptopnya, dia Cuma ngarang cerita biar gue mau jadi pembantunya.
“Lo mau kan? Eh, nggak, lo harus mau!”
Aku hanya bisa mengangguk. Kemudian aku berjalan keluar rumahnya. Kini tidak ada panggilan lagi darinya, tapi hanya suara orang tertawa yang terdengar dari dalam rumahnya.
@lockerA sebenernya yg ketawa itu, si Kunti. akhirnya lo ngaku juga
"maaf mas, laptopnya masih belom selese. lagi banyak orderan. minggu depan aja diambilnya"
*Waktu itu dateng ke service laptop tempat gw part-time* kwkwk
Ayooo lanjut mang......
Drtt...drtt...drtt
HP-ku bergetar, kuambil HP-ku yang tergeletak di ranjang. 1 pesan diterima, kubuka pesannya,
// Gue ada di dpn kostan lo! Cpt kluar! //
Aku berjalan menuju jendela yang ada di dekat pintu. Kulihat ada mobil balleno bewarna putih, tepat di depan kostanku, lalu dengan segera kubuka pintunya.
“Kak Dirga, ngapain kesini?”
“Gue... gue mau pinjem laptop lo hari ini aja, besok gue pulangin,” jawbanya terbata-bata.
“Ya, udah, masuk dulu gih,” tawarku lalu aku kembali masuk kedalam kostanku diikuti langgkah kaki Kak Dirga. Aku segera mengambil Laptopku yang ada di laci lemari bajuku, sementara Kak Dirga sedang duduk di ranjangku sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
“Nih, Kak!” kataku sambil meyodorkan laptopku tepat didepan
wajahnya.
“Thank’s!” jawabnya singkat. Sial! Aku terpana lagi melihat senyumnya. Aku menarik kursi dan menghempaskan pantatku di sana, berhadapan dengan Kak Dirga. Kak Dirga mencondongkan wajahnya ke arahku. Semakin dekat...lebih dekat... dan...
“Ini punyamu?” kata Kak Dirga sambil mengambil gitar yang bersender di lemari, tepat di belakangku.
“I..Iya Kak!” jawabku terbata.
“Lo sakit? muka lo merah, tapi ada biru-birunya juga!” katanya sambil nyegir.
“Sialan lo!” gerutuku.
“Gitar bagus, nih! Yamaha silent!” gumamnya.
TRENGG! Kak Dirga mencoba memetik senar-senar gitar perlahan.
“STOP, itu sangat buruk!” kataku sambil menutup kedua telingaku.
“HAHAHA, coba lo yang maen, gue mau denger!”
“Wani Piro?” kataku sambil merebut gitarku dari pelukannya. Perlahan aku memainkannya.
“Wo ming bai Wo yao de ai Hui ba wo chong huai Xiang yi ge xiao hai Zhi dong zai ni huai li huai Ni yao de ai Bu zhi she yi lai Yao xiang ge da nan hai Feng chui you ri sai Sheng huo zi you zi zai,” senandungku sambil memetik gitar.
“Bagus!” ujarnya singkat.
Aku tersenyum kecut.
“Lo emang punya band, ya?”
“Nggak, aku cuma hobi aja.”
“Ini apa?” kata kak Dirga. Sepertinya dia menyenggol sesuatu di bawah ranjangku. Kak Dirga bangkit dari ranjang lalu menarik sebuah kardus.
“WAHHHH! Anjir! Lo koleksi gundam juga, ya!” katanya. Matanya berbinar menatap beberapa robot-robotan yang hampir kubuang
“Itu dikasih temen semua!” jawabku agak ketus. Ya, semua itu pemberian dari Marcel. Ada sebagian dari beberapa koleksinya yang dikasih kegue.
“MG STRIKE dengan unicorn, gue belum punya!” katanya. “Bagi, dong!”
“Ambil yang lo mau!”
“Thankkk youu, Grey!” secepat kilat Kak Dirga memelukku. Walau hanya beberapa detik, kehangatan tubuhnya masih terasa. “Eh, inget! Bukan berarti lo udah gue maafin!”
Aku memutar bola mataku. “Terserah!”
“Gue ambil yang unicorn, aja!”
“Basing!”
“Ya, sudah gue mau ke kampus sekarang! Laptopnya gue pulangin besok!”
“He’eh!”
Kemudian Kak Dirga masuk kedalam mobilnya lalu raib dalam pandanganku.
“kenapa dia juga harus punya hobi yang sama seperti Marcel!”gumamku. "Arggghh! sial!" aku mengerang sendiri.
@hikaru