It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Reva ayo main PS,aku bosan", "Memangnya Kaka gak ada PR", "adasih tapi aku ga bisa ngerjainnya", "kaka harus mengerjakannya, kita sekarang Sekolah, tidak seperti biasanya tanpa mengerjakan PRpun tidak akan dihukum","dihukum", mendengar kata hukuman membuatku takut, siapa yang mau dicambuk apalagi dimasukan kekerangkeng menyeramkan sekali, dengan cepat aku membawa buku matematika dan fisika di depanku sekarang terdapat 20 soal untuk matematika padahal pilihan ganda
"sudah" jawabku bangga, secepat kilat Refany menghampiriku dengan mata berbinar dan menengadahkan tangannya "mana?mana?mana", setelah duduk dibangkuku aku serahkan buku tugasku kepada Refany yang langsung diserbu oleh
untungnya mereka telah selesai menyalin semuanya sebelum bel tanda masuk berbunyi, Karena selang beberapa menit bel berbunyi bu Emy datang tepat waktu siap memberikan pelajaran metematika setetalah memberi salam,
sekarang yang kuperiksa adalah bukunya Andi, kamipun mendapat giliran satu-persatu untuk maju kedepan menuliskan jawabannya dan dibahas bersama, setelah selesai ternyata Andi memang pintar dari 20 soal hanya 2 saja yang salah, bu Emypun puas dengan kemampuan kami, tentu saja karena seluruh siswa nilainya antara 9 dan 10,
Waktu istirahatpun tiba seperti biasa Refany dan Rea pergi kekantin sedangkan Rena tetap setia dengan novel tebalnya, kalau aku pergi ke toilet setelah dari sana ketika melewati kelas Reva kulihat dari kaca jendela ka Rein sedang berbicara serius dengannya, sepertinya ka Rein sedang menjelaskan sesuatu sedangkan Reva hanya menggelengkan kepalanya, "ada apa ya"gumamku,
Bel istirahat berbunyi nyaring memecah kesunyian belajar, bu Elyapun keluar kelas diikuti oleh sebagian teman-temanku, kemana lagi tujuannya kalau bukan ke perpustakaan, yang tersisa hanya beberapa siswa yang masih sibuk dengan buku didepannya, kelasku memang selalu sepi tetapi bisa sangat ramai ketika sedang membahas pelajaran untuk mempertahankan argumen dalam berdebat, kami menganggap bahwa teman adalah saingan yang harus dilampaui sehingga menjadi yang terbaik.
"itu memang benar ayah menikah dengan ibumu setelah ibuku meninggal katika melahirkanku", "tidak mungkin kau pasti berbohong apa maksudmu sebenarnya, apa yang kau inginkan" entahlah apa yang membuatku emosi seperti ini, "hmmm....mungkin sekarang kau belum mengakuinya, suatu saat kita akan bersama kembali karena hanya kaulah saudaraku yang masih ada" ucapannya terdengar tulus
Aku tersadar ketika Revian sudah berdiri didepanku, tangannya dikibaskan ke padaku, dia tampak menghawatirkanku, ada raut penasaran diwajahnya dia menanyakan mengenai kedatangan ka Rein tadi, kucoba untuk mengalihkan perhatiannya dengan mengingatkannya akan bel masuk untunglah dia mengerti