It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kukabarkan dia kabar baik yang langsung membuat wajahnya berbinar.
“Yank mamah mau ketemu kamu.”
Dalam sekejap dia membangunkan tubuhnya. “Yang bener Miki?” Tanyanya penuh pengharapan.
“Iya,” Aku memberikannya senyum terbaikku.
“Bagaimana bisa?”
“Tadi aku enggak kuliah, tapi pulang kerumah. Pas pulang sempet bingung sih mau masuk atau enggak, terus kebetulan bi Uneh abis dari warung jadi ketemuan di depan rumah. Sama bi Uneh aku dibantu masuk dan untungnya si mamah sama si papah lagi ada diruang tivi. Miki langsung mohon maaf sama si mamah. Awalnya sih si mamah gak terima, tapi lama kelamaan mamah mulai bisa diajak ngobrol.”
“Terus keadaan si mamah gimana Mik?” Matanya mulai berkaca-kaca.
“Yah gitu yank badannya si mamah jadi kurusan dan pucat banget.” Dia tak bisa membendung tangisnya lagi. Aku hanya bisa memeluknya erat. “Udah yank sekarang kamu jangan banyak pikiran lagi. Si mamah udah bisa diajak ngobrol, walaupun si mamah masih belum terima soal kita. Lebih baik sekarang kamu mandi terus pulang. Minta maaf ke si mamah dan ikhlasin kalau mamah marah-marah sama kamu.”
Tak ada kata yang terlontar dari bibirnya hanya isak tangis yang mengisi kamar kami.
Aku bahagia melihat wajahnya yang mulai berseri. Bisa kurasakan energi mengalir ditubuhnya.
Kusiapkan tas dan pakaian untuknya bermalam. Kulipat dan kurapihkan pakaiannya satu persatu. Sempat kuciumi wangi parfum yang melekat dibajunya. Wanginya sangat khas sekali. Aku suka wangi ini. Setiap kali kami bercinta wangi parfumnya berbaur dengan wangi tubuhnya yang berkeringat. Sangat menggoda.
Dia sudah rapih dan siap untuk berangkat. Kuperhatikan lamat-lamat tiap detail dan tiap lekuk tubuhnya.
Wajah yang tampan namun kekanakkan tak pernah bosan kupandangi. Matanya yang besar selalu membuat hatiku berdetak tak karuan. Bibir tebal nan merah itu selalu mencumbuku lembut dan terkadang liar. Dadanya yang bidang membuatku aman saat berada didekapannya. Jemarinya yang panjang telah menelusuri tubuhku tiap incinya dan akan selalu kuingat hangat jemarinya saat menyentuh kulitku.
Kumenghela nafas panjang. Aku sangat mencintainya dan bangga telah mencintainya.
“Yank,” Bisikku manja ditelinganya.
“Hmm?”
“Kiss me,” Dia menatapku lewat cermin. “Udah lama aku gak dicium kamu jadinya kangen,” Aku tersenyum nakal padanya. Dia tersenyum balik padaku.
Dia balikkan tubuhnya untuk menghadapku. Dia mencumbuku lembut lalu kulingkarkan tanganku dilehernya dan kututup jarak antara tubuh kami. Aku benar-benar merindukan ciumannya.
Kutatap matanya, “Aku cinta kamu.”
Dia tersenyum, “Aku juga cinta kamu.”
Lagi bibir kami berpaut, tapi kali ini lebih mesra, lebih menyatu seperti biasanya kami berciuman.
Kupandangi punggung mobilnya yang meninggalkanku sendirian. Ini waktunya.
Kuambil koper yang teronggok diatas lemari dan membaringkannya diatas tempat tidur. Kubuka lemari pakaian dan kupilah-pilah pakaianku dari pakaiannya. Kumasukkan semua pakaianku dan barang-barangku. Butuh sedikit waktu untuk membereskan, tapi akhirnya selesai juga.
Jam tanganku menunjukkan sudah hampir 30 menit dia pergi. Kutarik napas dalam lalu mengeluarkannya. Kududuk diatas karpet dan kuraih handphone yang tergeletak diatas meja bundar di depanku. Tanpa lama kutekan tombol no 1 cukup lama. Nada sambung pun berdengung ditelingaku.
Hanya butuh beberapa saat hingga dia menjawab teleponku. “Halo Miki? Ada apa?”
“Kamu udah ada dimana?”
“Udah mau deket rumah, emang kenapa?”
“Kamu lagi nyetir?”
“Iya.”
“Tolong berhenti sebentar.”
“Kenapa?”
“Tolong sebentar ada yang mau aku omongin. Aku tutup dulu teleponnya nanti kalau kamu udah berhenti telepon balik aku,” Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menutup handphoneku.
Hanya perlu satu menit untukku menunggu. Segera kutekan tombol hijau.
“Hallo yank,” Jawabku.
“Ada apa Miki?”
“Yank aku minta kamu cukup mendengarkan saja dan jangan potong pembicaraanku.”
Tak ada jawaban dari dia.
“Kamu tahukan betapa aku sayang dan cinta sama kamu? Dan aku juga tahu kalau rasa sayang dan cinta kamu ke aku sama besarnya seperti aku. Sampai detik ini aku sama sekali tidak menyesali rasa cinta aku kekamu, semua yang sudah kita lakukan berdua dan meski dunia mengutuk kita berdua rasa cinta aku takkan pernah pudar.”
Sejenak kumenghela nafas, “Tapi aku sadar saat ini dunia masih belum siap untuk menerima hubungan kita. Aku sebenarnya ingin menutup mata lalu berteriak Peduli setan dengan mereka!!!” dan bersama kamu kita pergi ketempat jauh. Ketempat kita bisa bebas bercinta.”
Aku tertawa perih, “Hahaha…, tapi itu semua hanya fatamorgana. Fatamorgana yang kuciptakan untuk mengurangi rasa sakit yang kurasakan sekarang. Setiap malam aku berdoa kepada Tuhan memintanya untuk tidak membangunkanku dari mimpi indah ini. Tapi sayang, Tuhan berkata lain. Sekarang aku terbangun dan terjaga sepenuhnya.”
Airmata yang terus kutahan akhirnya meluap juga. “Kenyataan benar-benar pahit yah yank dan kejam. Setelah kita dibuat berdarah karena kenyataan, sekarang kita dimintanya untuk memilih. Aku benar-benar gak mau memilih siapapun atau apapun. Buat aku. kamu hanya satu-satunya yang aku cintai, sedangkan mamah dan papah adalah orang-orang yang sudah tulus membesarkanku. Tapi sekali lagi aku disadarkan. Aku disadarkan aku tidak bisa memiliki kedua-duanya dan juga aku tidak bisa membuat kamu memilih karena hanya akan jadi beban berat buat kamu. Dan aku gak mau kamu sedih lagi karena dilema untuk memilih.”
“Bi Uneh bilang buatlah pilihan terbaik. Berulang kali aku memikirkan apa yang terbaik dan semuanya hanya bermuara pada satu titik. Yank, aku selalu akan mencintai kamu meski kita berpisah. Biarpun di masa depan ada banyak yang datang padaku menawariku cinta mereka. Buatku kamu tetaplah satu-satunya. Aku cinta kamu yank dan maafkan aku sudah menyusahi kamu hingga detik ini. Aku akan pergi sekarang dan tolong jangan mencariku.”
“Aku hanya ada dua permintaan terakhir kepada kamu sebelum aku pergi. Tetaplah tersenyum seperti biasanya kamu tersenyum untukku dan carilah kebahagiaan yang akan membahagiakanmu. Aku cinta kamu selamanya,” Kumatikan handphoneku dan menenggelamkan diriku dalam pilu ini.
Setelah puas kulangkahkan kakiku untuk keluar dari hidupnya. Selamat tinggal cintaku.
I will remember you, will you remember me?
Don't let your life pass you by,
Weep not for the memories
Remember the good times that we had?
I let them slip away from us when things got bad.
How clearly I first saw you smilin' in the sun
Want to feel your warmth upon me
I want to be the one
[Chorus]
I will remember you, will you remember me?
Don't let your life pass you by
Weep not for the memories
I'm so tired but I can't sleep
Standin' on the edge of something much to deep
It's funny how we feel so much but we cannot say a word
We are screaming inside, but we can't be heard
[Chorus]
I'm so afraid to love you
But more afraid to lose
Clinging to a past that doesn't let me choose
Once there was a darkness
Deep and endless night
You gave me everything you had, oh you gave me life
sis @xchoco_monsterx dadaku nyesek, tolong kasih nafas buatan.
Ternyata waktu telah berlalu cepat, tapi aku tak akan menyebutkan bulan, minggu ataupun hari. Aku biarkan hariku lewat tanpa menghitungnya. Karena yang demikian lebih baik untukku melewati rasa sakit ini.
Beruntung aku mempunyai sahabat seperti Gilang. Dia menampungku, mendengarkan curahan hatiku dan rela menjadikan pundaknya untukku bersandar. Pengalamannya yang lalu dibaginya kepadaku untuk saling menguatkan.
Sempat Gilang menyarankan kita berdua untuk bersama bukan hanya sekedar sebagai teman. Dia bilang dua hati yang luka akan menjadi lebih baik bersama karena kita berdua saling memahami satu sama lain. Tapi aku katakan padanya aku tidak mau. Hanya karena kami pernah terluka bukan berarti kebersamaan kami akan menjadi lebih baik.
Bukankah akan lebih menyakitkan saat satu sama lain saling mengetahui bahwa sebenarnya hati kami untuk orang lain? Kukatakan juga kebersamaan yang melebihi pertemanan hanya akan menghancurkan persahabatan yang kami miliki. Dan Gilang pun memahaminya.
Aku sendiri tidak tahu apakah dimasa depan aku bisa membuka hati ini untuk yang lain? Entahlah. Tapi yang jelas aku ingin membiarkan rasa sakit ini pergi dulu barulah aku merunut kisah yang baru.
Berada di kota yang sama dengan dia dan dia yang tak jauh dariku membuat rasa pilu ini berlarut-larut. Bodohnya aku hanya mampu pergi setengah hati begini. Seharusnya aku pergi lebih jauh lagi, ketempat dimana jejak dia tak ada. Aku menghela napas panjang untuk mencari tahu kemana aku harus pergi.
Di saat aku tengah berpikir keras Ibra memberi tahu kalau dia dan teman-temannya yang pecinta alam akan mendaki gunung Semeru. Aku pikir ini kesempatanku untuk pergi jauh dari tempat ini. Kukatakan niatku kepada Ibra.
Sempat Ibra menolakku karena sepengetahuannya aku tak pernah mendaki gunung apalagi jika aku harus tiba-tiba mendaki gunung Semeru, tapi kuyakinkan dia kalau dulu sewaktu aku tinggal di Bogor aku dan teman-temanku suka sekali pergi kebanyak curug di Bogor dan pernah sekali ke gunung Gede dan gunung Salak. Aku juga meyakinkan kalau aku bisa membantu mereka untuk mendokumentasikan kegiatan mereka secara gratis. Ibra yang tahu hobi fotografiku dan kemahiranku memotret langsung memberikanku lampu hijau.
Ini kesempatanku untuk menjelajah dan mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang bisa memberikan harapan baru bagiku.
Sekian dulu untuk malam ini dan buat semua yang baca chapter belakangan maaf yah kalau choco sudah membuat kalian galau, tapi bener deh ini semua memang harus dilewati #alah apa sih bahasa gue #lol
Selamat malam dan selamat bermimpi indah
@masboy sabar yah karena memang begini jln ceritanya @bi_ngung
miki sini buatku aja sini
.
:'(нΰά˚°º:'(нΰά˚°º:'(нΰά˚°º
<:'(>
-(!
<,<,