It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
#goyang dulu deh
sekalian mengajak goyang @marmoet99 @bi_ngung @adacerita @gray_side @jerk_am
dan buat semua yang membaca ini mari goyang pinggulnya
Gue menatap perih tubuh Miki yang kaku terbaring.
Malam itu gue sama sekali tidak bisa menutup mata. Ketakutan melanda gue. Apa yang akan dilakukan Miki? Apa maksud Miki dengan mengakhiri segalanya?
Bayangan-bayangan mengerikan berkelabatan dibenak gue. Gue mengacuhkannya semuanya, tapi tetap tidak bisa menyangkal firasat itu.
Tepat jam 12 malam suara telepon dari lantai bawah berdering, menggema memecahkan keheningan. Gue melonjak turun dari tempat tidur dan berlari secepatnya ke lantai bawah.
Gue berdoa semoga telepon itu hanyalah telepon biasa.
Gue mengangkat telepon dan menyapa siapapun orang yang ada diseberang sana. Bukannya gue disapa balik dengan kata halo justru isak tangis seorang perempuan sebagai jawabannya.
Hati gue melesak jauh kedalam karena gue mengenali suara perempuan itu. Dengan terbata-bata perempuan itu menjelaskan segalanya.
Dingin..., perih....................................................................................
Lemas, lunglai gue terduduk disebelah Miki. 2 tahun gue gak ketemu dan sekarang gue harus melihat Miki seperti ini.
Miki yang lucu terhias dengan memar-memar biru disekujur tubuhnya dan balutan kain dikepalanya. Lehernya yang kecil harus terbungkus penyangga, begitu juga tangan dan kakinya.
Mata gue memanas dan melelehlah airmata gue. Kenapa? Kenapa Miki?
Gue melirik kesebuah mesin tepat disebelah Miki. Mesin yang sedari tadi berkedip itu hanyalah satu-satunya alat yang memberi tahu gue kalau Miki masih hidup. Dokter mengatakan Miki sudah melewati masa krisisnya, tapi hati gue masih belum bisa tenang.
Bagaimana gue bisa tenang saat gue mendengarkan perkataan dari para saksi yang melihat Miki berdiri seperti orang linglung ditengah jalan.
Semuanya ini salah gue, karena gue Miki seperti ini. Haruskah gue menghilang sepenuhnya?
Gak..., gak bisa gue gak boleh lari lagi dari kenyataan. Gue bertahan untuk merasakan segalanya. Ini adalah hukuman buat gue. Gue harus tetap disini, disamping Miki dan saat dia membuka matanya gue berjanji akan mencintai dan menjaganya sepenuh jiwa.
hayuk ahh sehh
sik asik
Dua hari ini Miki masih belum juga siuman. Tanpa daya gue hanya berharap agar waktu berjalan lambat.
Malam ini rintikkan hujan menambah pekatnya dingin malam. Gue rapatkan selimut ketubuh Miki dan menambahnya dengan satu selimut tebal. Tidak bosannya gue tatap lekang wajah Miki yang damai.
Meskipun wajah Miki dipenuhi lebam biru tidak sedikitpun mengurangi ketampanannya. Memang masih ada sisa-sisa wajah imut khas Miki, tapi bentuk rahangnya semakin tegas mengurangi ketembeman Miki dan hidungnya yang mancung semakin tajam benar-benar membuat Miki terlihat lebih dewasa.
Gue raih tangan kiri Miki yang bebas. Ah..., betapa gue merindukan tangan ini dan kehangatan yang terpancar dari pori-pori kulit Miki. Lagi gue hanya bisa menitikkan airmata. Gue kecup lembut tangan Miki dan membiarkannya lama terpaut disana.
"Miki ayo bangun sayang, apa yang membuat kamu betah tertidur? Aku ada disini sebelah kamu, apakah kamu merasakannya? Bangun ya sayang, bangun supaya aku bisa memeluk kamu lagi, mencium kamu dan mencintai kamu." Hanya keheningan yang menjawab.
"Tolong bangun Miki," suara gue semakin serak. "Kamu bilang kamu mencintaiku, kalau begitu bangun dan mari kita bercinta. Kalau kamu gak bangun juga mungkin ada bagusnya aa mengikuti kamu?"
Telunjuk Miki bergerak.
Gue jauhkan wajah gue dari tangan Miki untuk memastikannya. Tidak ada gerakan. Gue melirik kewajahnya, "Miki kamu bangun sayang? Aa disini." Masih tidak ada gerakan. Gue gigit bibir gue untuk menimbang apa yang harus gue lakukan sekarang. Tiba-tiba gue mempunyai ide.
Gue dekatkan bibir gue ketelinga Miki dan berbisik, "Aa cinta Miki." Lalu gue cium lembut bibir Miki.
"A," suara bening Miki berdengung bagai melodi indah ditelinga gue.
Gue tatap mata Miki yang jernih sedang menatapku kembali. Gue tersenyum lebar, "Udah sayang tidurnya?"
Miki tak berkata apapun.
"Aku udah bosen nungguin kamu. Sekarang kamu bangun supaya kita bisa jalan-jalan. Dan..., aku mencintaimu," Sekali lagi gue mencium lembut bibir Miki.