It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Assiiikkk..makin lama makin mesra nich..yoohooo..!!
Mudh2n Sabtu beneran bs ∂ï update..
Tapi ceritanya makin seru, gaya penulisannya jg gk bikin boseen..
Keep wrtng yaaa..!! (ง'̀⌣'́)ง
@pokemon: makasihh... :-)
@rulli arto : oh iya ya.. hr kartini ya? ya dah makin mantab aku buat update tgl 21 :-)
@adam08 : makasihh... :-)
@yuriz_rizky: wah makasih buat comment n dukungannya...
apakah dia akan jadi orang ke 3?
andai saja jordan ikut pindah ke malang kayaknya akan seru hee..:)
sabtu ya dilanjutnya... jadi gk sabar ni nunggunya..
buat @zalanonymouz semangat ya buat lanjutin ceritanya....
kita lht aja next time hehehhe
@advantage: hehe.. itu lah yang penulis ingin pastikan, bisa tidaknya masih menggantung pada akhir cerita. kita tunggu aja :-)
sedikit dulu, selamat hari kartini
(part 7)
Rama berjalan agak tergEsa menuju sebuah bangunan kecil dan sederhana. Di depannya terdapat 2 buah meja dan kursi panjang. Disana juga tampak rak yang di tutupi dengan kaca yang berisi beerapa piring berisi lauk pauk. Terlihat beberapa orang sedang makan disana.
Rama berjalan dan melihat seorang ibu paruh baya sedang melayani pelanggan warung.
“assalamualaikum..”sapanya.
ibu itu menoleh,”waalaikumsalam..eh, nak? Kok sore pulangnya”tanya ibu itu sambil berjalan mendekati Rama.
Rama agak menundukkan badannya dan menjulurkan tangan pada si ibu, ibu itu pun menyambut tangannya yang kemudian dicium oleh Rama.
”iya maaf bu, tadi diajak teman main kerumahnya”terang Rama, ia mencoba untuk membuat lukanya tidak terlihat oleh ibunya.
“oh.. gitu.. lain kali.. eh? Bibir kamu kenapa?? Kamu habis berantem..?!”tanya ibu Rama panik sambil memeriksa luka Rama.
”nggak bu.. tadi jatuh aja kok..”kilah Rama sambil tersenyum.
Ibu Rama hanya diam sambil menatap wajah Rama.
”nak.. mending kamu jujur.. siapa yang mukul kamu? Apa si indro?”
mendengar pertanyaan sekaligus tebakan dari ibunya, Rama hanya menundukkan wajahnya.
“dia malak kamu lagi..?”tanya ibu Rama.
Rama hanya mengangguk pelan. Melihat respon Rama, ibu Rama menghembuskan nafas berat, “ya sudah.. kamu istirahat dulu. Ibu masih ada pembeli..”ujar ibu Rama yang meninggalkan Rama dan melayani pembeli yang baru datang.
Rama pun membuka pintu rumah dan membuka sepatunya. Hatinya benar-benar sedih dan berat. Dia merasa kasihan pada ibunya, uang jajan yang diambil si indro merupakan sebagian dari hasil warung ibunya. Dengan untung yang pas-pasan itu, ibu Rama senantiasa menyisihkan sedikit untuk uang saku Rama di sekolah untuk satu minggu, dan kini uang yang sehausnya untuk 5 hari kedepan sudah raib.
‘brengsek!’ umpat Rama dalam hati begitu sampai di kamarnya.
Ia sebenarnya ingin sekali menonjok wajah indro bajingan itu, tapi ia tak bisa melakukannya. Ia tak bisa membayangkan jika anak buah indro marah dan beralih merusak warung, satu-satunya sumber penghasilan ibunya, dan satu-satunya peninggalan ayahnya.
Rama pun membantingkan tubuhnya di ranjangnya. Bayangan kunjungannya di rumah Esa sungguh kontras dengan yang ia alami sekarang. Ranjangnya yang jelek dan tua, kasurnya yang tipis dan keras, dinding kamarnya yang retak-retak dan atap yang seringkali bocor.
Jika bisa, sebenarnya Rama ingin sekali menangis menyesali nasib, namun perjuangan ibunya selama ini, yang membuat Rama hidup sampai saat ini membuat Rama mengusir jauh-jauh sesal itu. Bagaimanapun, ini adalah hasil jerih payah ibunya, Rama selalu menghargai itu semua. Yang bisa Rama lakukan adalah bersyukur dan berusaha.
Ibunya menyekolahkan dia di sebuah sekolah unggulan yang mahal bukan untuk sekedar gengsi semata atau bahkan bukan ide gila mengingat biayanya yang mahal, namun itu adalah sebuah harapan yang bEsar dari ibu Rama supaya Rama bisa mengenyam pendidikan yang layak dan kelak bisa memperbaiki nasibnya. Rama mengerti hal itu dan belajar setekun mungkin sehingga ia bisa mendapatkan beasiswa. Sejauh ini hanya itu yang bisa ia lakukan untuk ibunya. Ia ingin membuat ibunya bangga dan membuat beliau yakin bahwa kerja kerasnya tidak sia-sia.
Tapi.. apa yang bisa Rama lakukan selain itu? Rama ingin sekali membantu keuangan ibunya, ia sudah biasa membantu ibunya di warung, namun sebenarnya itu tidak juga membantu meningkatkan penghasilannya. Ia harus mencoba bekerja di tempat lain. Sehingga gajinya bisa untuk kebutuhannya di sekolah dan ibu Rama bisa fokus pada warungnya. Tapi dimana? Apa yang bisa Rama kerjakan..?
Ditengah-tengah Rama berpikir, tiba-tiba hapenya bergetar, di rogohnya saku celananya.
“nomer siapa nih”tanyanya heran melihat nomer yang tidak dikenal, ia pun membuka pEsan itu. “oh.. Esa.. “katanya setelah membaca isi pEsan dari Esa itu.
Tiba-tiba ide muncul di kepalanya. Tadi Esa bercerita bahwa tantenya yang tinggal di malang punya usaha toko roti dan kue, jadi kadang beliau memberi brownies pada Esa karena tahu jika Esa sangat menyukai brownies.
Timbul niat Rama untuk bekerja disana, tapi apakah tante Esa mau menerimanya? Haruskah ia meminta pada Esa? Rama memejamkan matanya rapat-rapat.
‘tidak.. aku sudah banyak ngerepotin dia..’gumam Rama dalam hati.
Ramapun segera menghapus niatan itu dalam reycicle bin di hatinya. Tiba-tiba terdengar suara dari luar,”Rama.. tolong bantu ibu beresin warung...”.
Rama pun bangkit dan segera melepaskan seragamnya, ia lupa kalau sekarang sudah waktunya warung tutup.”iya bu.. sebentar..”
begitu Rama selEsai berganti pakaian, iapun berlari kecil menuju teras rumah membantu ibunya membereskan warung.
***
Esoknya, Esa menggantikan posisi melani yang selama ini selalu duduk di bangku Rama. Melani pun dengan sedikit sewot duduk di bangkunya bersama nara, nara hanya nyengir dan mengedipkan matanya pada Esa, Esa pun membalas kedipan itu dengan ekspresi nakal.
Selama di kelas, Esa dan Rama tampak berbincang dengan hangat bahkan kadang tertawa cekikikan. Hal ini melahirkan tanda tanya di pikiran siswa kelas XI ipa2. Apa yang terjadi di antara mereka sehingga bisa seakrab itu? Atau apa yang telah Esa lakukan hingga bisa membuat Rama yang dingin dan cuek bisa tertawa selepas itu? Apakah Esa menggunakan pelet? Wkwkwkwk... pemikiran yang konyol. Yang jelas, hal ini menjadi pembicaraan yang hangat di kalangan siswa SMA X.
Kadang sandi melambai ke arah Esa, namun Esa pura-pura tak melihatnya dan kembali mengalihkan padangannya pada Rama. Duduk dengan orang ganteng dan cool tentu saja beda rasanya dengan duduk dengan makhluk luar angkasa yang banyak bicara itu, hehehe.. kejam memang, tapi Esa sama sekali tak bermaksud untuk melupakan temannya yang satu itu, hanya saja kali ini dia benar-benar ingin bersama dengan Rama selaaaammmaaa mungkin, dan tak akan ia biarkan siapapun menganggu.
Namun tampaknya keinginan Esa harus pupus ketika sandi, juna,dika dan melani menghampiri bangku Rama dan menarik kursi ke dekat bangku itu lalu mendudukinya.
“eh, seru banget? Gabung donk”ujar dika sambil cengengEsan ke arah Esa dan Rama.
Rama yang dari tadi nyengir sedikit demi sedikit mulai diam. Begitu juga Esa, dia sedikit terganggu dengan kedatangan teman-temannya itu.
“eh kalian ini gangguin orang pacaran aja”canda Esa, mereka pun tertawa (kecuali Rama yang hanya tersenyum kecut).
“yee.. pantEsan mojok”seru juna.
“iya nih! Tega kamu, temen lama ditinggalkan”tambah sandi sambil memanyunkan bibirnya.
“iya, aku sumpek ma kamu.. auramu ga baik buat kesehatanku”ledek Esa.
“waa.. sialan.. emang aku apaan?”ujar sandi tidak terima.
“genderuwo kali! Hahahah”ledek juna, merekapun tertawa melihat sandi yang hanya diam dengan ekspresi sewot.
“loh.. bibir kamu kenapa Rama?”tanya melani tiba-tiba, membuat yang lainnya diam dan memandang bibir Rama yang sedikit memar.
Rama hanya diam, Esa pun bagaikan jubirnya menjawab pertanyaan melani,”oh.. kemarin kesikut ma sikuku, hehehe.. sekali lagi maaf ya ram..”kilah Esa
Rama yang hanya tersenyum tipis.
“ih Esa sembrono banget si?!”gerutu melani dengan centil pada Esa yang cengengEsan.
Ia pun kembali mengalihkan pandangannya pada Rama“Rama... kok Rama jadi diem.. tadi ketawa-ktawa, kok sekarang diem..?”rajuk melani, Rama hanya menundukkan wajahnya.
”hehe.. dia maunya sama aku tauk! Kalian mah ga se-level ma dia..”ujar Esa bangga.
“eh... sombong banget kamu sa..?! enggak.. dia pasti Cuma grogi soalnya ada melani yang cantik disini..”ujar melani genit yang langsung diikuti suara protes yang lain.
”hueeek.... iya, kalo aku jadi Rama sih, bukan diem karena grogi, tapi enek ma kamu!”ujar juna pada melani yang langsung direspon gelak tawa oleh Esa, sandi, dan dika.
“ya nggak dong..?! ga mungkin Rama mikir kayak gitu.. ya kan ram..?”tanya melani sambil mencolek dagu Rama.
Mata Esa melebar melihatnya. Berani benar dia melakukannya?!
“eh eh.. si melani berani colek-colek sekarang”celetuk dika.
Melani hanya senyum-senyum dengan centilnya sementara Rama bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa, namun Esa tidak bisa menerima hal itu, diliatnya ke arah bangku nara.
Esa terkejut, ternyata nara mengawasinya. Nara-pun memalingkan wajahnya. Esa tahu, dia pasti tidak menyukai kejadian tadi, begitu juga Esa.
Esa pun bangkit dari duduknya,”ram, ke kantin yok!”
Tampaknya Rama tidak punya pilihan selain menuruti Esa, karena dia tak mungkin sendirian diantara serombongan makluk yang asing baginya. Rama pun bangkit dari kursinya.
“eh, mau kemana? Kok ninggalin kita si?”protes dika.
“iya nih.. melani ikut ya...?!”kata melani yang bangkit juga dari kursinya.
“eh, ga usa kali. Kalo mau nitip, ntar aku beliin”ujar Esa dengan buru-buru, dia berinisiatif membawa Rama keluar justru karena ingin menghindarkan ia dari melani, apa jadinya kalo dia ikut?!
“aku ga mau nitip kok.. aku mau makan disana..”ujar melani membuat Esa jadi kelabakan, hingga akhirnya suara malaikat penolong terdengar dari arah belakang Esa.
”mel.. katanya kamu mau ngerjakan tugas fisika..? ini aku sudah kelar..”ujar nara kalem, melani sontak memukul jidatnya.
”oh iya.. ntar ada fisika ya?! Bisa mampus aku kalo ga ngerjain “ucapnya yang segera berlari menuju bangku nara, tak lupa ia meng-kiss bye Rama saat berpapasan dengannya.
Esa jadi geregetan melihatnya dan bergegas meninggalkan ruangan diikuti oleh Rama. Sungguh pemandangan yang langka saat melihat Esa dan Rama berjalan berdampingan. Dua cowok paling keren se SMA X sedang berjalan layaknya artis menuju kantin.
Banyak cewek yang melirik ketika berpapasan dengan mereka. Saat Esa dan Rama duduk di bangku kantinpun, kantin yang semula sepi tau-tau ramai oleh beberapa kelompok siswi-siswi yang berbisik dan mencuri-curi pandang.
Beberapa ada juga yang menyapa,”kak Esa.. ka Rama... mau makan nih..?”
Esa hanya mengangguk sambil tersenyum sementara Rama hanya cuek tanpa ekspresi.
“Esa.. tumben makan dikantin?”tanya salah seorang cewek yang bahkan Esa tak mengenalnya.
“iya, lagi pingin nyari angin”ujar Esa cengengEsan membuat si cewek itu jadi geregetan.
“loh.. Rama.. bibir kamu kenapa?”tanya salah seorang cewek lagi yang baru datang, Esa pun dengan sigap menjawab,”oh, kemarin habis kesikut ma sikuku, hehe.. accident”jawabnya sambil tersenyum manis pada cewek itu supaya klepek-klepek.
Cewek itu hanya bisa berkata ‘oo’dengan nada prihatin.
“sebentar aku pesen makan dulu ya..”ujarnya pada si cewek sambil bangkit dari tempat duduknya.
“udah, biar aku yang pesen, kamu pesen apa?”tanya Rama yang tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya.
Esa hanya mengeryitkan alisnya,”err.. empek-empek ma es teh..”
Mendengar jawaban Esa, Ramapun segera berjalan menuju etalase kantin. Rama tampak sedang berbincang agak lama dengan ibu Kantin, pembicaraan itu tampaknya tidak sekedar memEsan makanan. Tampak ibu kantin yang menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum sopan, dan Rama pun mengangguk lalu berbalik meninggalkan tempat itu.
Begitu ia sampai di bangku tempat ia duduk tadi, segera Esa menanyainya.
”eh ram, tadi kamu bicara apa ma Bu kantin? Serius amat kayaknya?”selidik Esa.
“bukan apa-apa kok”ujar Rama santai, meski tampak kegetiran dalam wajahnya.
‘apa sih, yang dibicarain Rama? Apa Rama mau ngelamar putrinya bu kantin (kebetulan orangnya cantik banget dan masih seumuran ma mereka), ato malah pengen ngelamar bu kantin?!’ Esa segera menyingkirkan pikiran ngaco itu.
Tak lama kemudia pEsanan mereka pun datang. Esa bingung ketika yang datang hanya 2 es teh dengan sepiring mpek-mpek.
“loh.. punya mu mana, ram? Kamu kok ga makan?”tanya Esa heran.
Rama hanya menghirup es tehnya dengan santai. “aku ga laper”. Esa memanyunkan bibirnya dan melambaikan tangan pada bu kantin,”bu, empek-mpeknya satu lagi!”ujarnya.
ibu kantin pun mengangguk sambil tersenyum sementara Rama melongo. “buat apa sa?”
“ya buat kamu lah! Masak aku makan, kamu ga makan? Ga fair lah.. tenang hari ini kutraktir. Lagi baik aku sekarang”ujar Esa santai.
Rama hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,”Esa.. Esa... aku temenan ma kamu kerjaannya makan mulu”ujarnya sambil meraih gelas es tehnya, Esa hanya cengengEsan.
Tak lama kemudia pEsanan kedua Esa datang.
“ayok, makan!”ajak Esa pada Rama. Mereka pun makan di kantin yang dipenuhi dengan cewek itu. Ga sedikit cewek yang datang menghampiri mereka, duduk disamping mereka, mengobrol dan mengambil foto. Esa hanya tersenyum geli ketika melihat Rama yang canggung ketika beberapa cewek mengajaknya ngobrol bahkan beberapa diantaranya meminta foto bareng.
sebenarnya Esa merasa terganggu juga sih, dia kan ingin ngobrol dengan tenang bersama Rama, bukan dikeroyok kayak gini. Begitu mpek-mpek di piring dan es teh di gelas mereka habis, Esa pun berjalan menuju bu kantin dan membayar pEsanan miliknya dan Rama. Begitu selEsai, dia pun melambaikan tangannya pada Rama yang duduk kaku ditengah-tengah cewek-cewek yang sedang berpose. Melihat lambaian tangan Esa, Ramapun beranjak dari tempat itu, meninggalkan gerombolan cewek-cewek itu yang tersenyum kecut karena belum puas berfoto ria dengan sang pujaan. Jarang-jarang mereka bisa mengambil foto bersama dengan Rama yang terkenal dingin dan cuek. Esa hanya tersenyum dengan rasa penuh kemenangan sambil merangkul pundak Rama dan berjalan menuju kelas.
***
jadi pengen nambah, satu piring lagi ;D
ni intinya rama n esa gay y kak ?