It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Tapi kamu hebat Yo, kata Mas Yudi, dari tadi anak anak nguber orang nawarin kartu kredit, el elo diem doang dapat nasabah, udah lah lo gabung team gw aja" kata Mas Yudi
"Ah tadi kan kebetulan doang mas" kata ku
"Ya udah, kamu pikir pikir dulu ya, siapa tahu hoki kamu di sini" kata mas Yudi "Semua, gw cabut dulu ya" kata mas Yudi lagi
"Mau kemana sih mas Buru buru amat" kata Dewi
"Biasa mau ke rumah mertua, anak sama bini gw di sana, kata nya sih ada selamatan"
"Sip, Yo cabut duluan ya" kata mas Yudi, kemudian menyalami ku
"Ya mas" kata ku
Tidak lama ia sudah menghilang di tengah keramaian pengunjung mall
Setelah Mas Yudi pergi, aku di suruh sama Jimi buat nungguin counter sedang di dan kedua teman nya itu bergentayangan di sekitar counter untuk mencari mangsa
Lumayan lah, waktu terasa cepat berlalu, sekarang sudah jam sembilan malam, dan dari tadi yang paling banyak closing ya gw, dapat 11
tawaranku masih berlaku kalo masih mau...
mau nga yah, kalo mau ntar aku di bilang cowo matre, cowo matre kelaut aje, kan aku nga bisa berenang wkwkwk
ntar jam 12 malam lanjutan nya, secara menurut abang cerita ini gimana ?
et dah nunggu jam 12? sekarang ajah napah
:!!
sabar ya, kalau jam segini lagi sibuk sms an, jadi nga fokus, bentar2 ada sms masuk
Mungkin karena Jimi nga enak sama Dewi dan Lukman, jadi kedua teman nya di kasih masing masing dua aplikasi nasabah
Dan itu saja sudah membuat kedua teman nya senang bukan kepalang, aku bisa mengerti karena mereka baru di dunia marketing kartu kredit, baru seminggu, jadi belum banyak pengalaman nya
Lukman dan Dewi pamit lebih dulu, sedang aku masih menemani Jimi yang masih membereskan mesin fotocopy
"Dah yuk, cabut" kata Jimi
"Iya lah, emang mau gimana" kata jimi sambil melangkah di samping ku
"Nga hilang mesin nya"
"Nga lah, kan udah gw kunci meja nya" jawab Jimi
Saat mendekati pintu keluar Mall, Jimi menarik tangan ku, lalu kami berhenti sebentar
"Priyo itu bukan nya Mas Rudy yah" kata Jimi sambil menunjuk seseorang dengan wajah nya
"Ah bukan kali, gw tadi juga mikir seperti itu, tapi kalau Mas Rudy masa nga negor kita" kata ku setengah tidak percaya
"Iya juga ya, lagian cowok itu mesra banget"
Ia benar kata Jimi, orang itu mirip banget sama mas Rudy, dan tas kecil itu seperti mirip sekali dengan kepunyaan mas Rudy, tapi dia seperti nga kenal dengan aku
Hiii, mana rangkulan nya itu bikin kesel aja, memang sih berondong itu kelihatan lebih segala nya di banding aku, lebih tinggi, putih, ganteng malah seperti indo, badan nya lebih kekar dan kuat, nga seperti aku yang loyo dan sedikit membungkuk, kaya orang sudah jompo
"Ya ampun kenapa nga kepikiran ya" aku lalu mengeluarkan hp ku dari dalam kantong, dan mulai mencari no hp mas Rudy di buku telpon ku
Saat Itu posisi kedua cowo itu lumayan jauh, seperti nya mereka sedang menuju pintu keluar
Terdengar nada sambung di hp ku, aku lihat pria yang mirip mas Rudy itu,
Sempat di lihat sebentar, lalu panggilan ku di rejeck nya
"Benar kan Yo, itu mas Rudy" kata jimi, seakan akan puas dengan analisa nya
Aku coba menelpon lagi
"Lah sekarang malah mail box, Jim" kata ku
"Kenapa ya Yo" tanya Jimi
"Nga tau, udah yuk biarin aja, toh bukan siapa siapa kita juga" kata ku sambil menarik tangan Jimi, atau bisa di bilang menyeret Jimi
"Udah nga usah tapi tapi, sekarang kita pulang aja, udah malam, perut gw udah keroncongan nih" kata ku "Lo anterin gw pulang kan"
"Iya, bawel luh ah" kata Jimi, sewot tangan nya aku tarik tarik kaya anak kecil
Pada hal kan seharus nya aku yang sewot, pujaan hati ku seperti nya sudah melupakan aku
"Iya gw anterin lo Yo, sampe ke pintu kosan, dari pada lo kenapa napa, ntar gw yang di gampar sama Mas Elang"
"Udah lo nginep aja" kata ku
"Boleh, asal lo nga keberatan saja" kata Jimi
"Tapi loe kaga ngapel ke rumah bokin" tanya ku
"Kaga, bokin gw lagi nginep di rumah saudara nya di Bandung"
Akhir nya kami sampai di tempat Jimi memarkir sepedah motor nya secara ilegal, yaitu di jalur pejalan kaki
Jimi kemudian memberi kan ku sebuah helm, segera aku pakai, Jimi kemudian membayar abang abang tukang parkir
Setelah aku naik di boncengan motor Jimi, iya langsung tancap gas, sampai berapa orang sedikit terkejut di buat nya
"Jim pelan pelan"