It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku masih melajukan si beng beng menuju rumah ragil. Sepanjang perjalanan dia memelukku erat sekali. Untuk pertama kalinya aku tak merasakan dingin saat berangkat sekolah. Ya, rasa bahagia ini telah mampu kalahkan dinginnya kota Garut dipagi hari. Aku belokkan si beng beng dan kususuri jalan Terusan Pembangunan. Sampailah aku di depan rumahnya.
“sebentar ya. Cuma ganti baju doank” katanya sambil turun lalu bergegas masuk.
Aku lantas tersenyum ke arahnya. Dia memang tadi kusuruh mandi di kostanku. Kulihat dia sudah membuka pintu rumahnya. Kutengok ke atas, bayu memandangku kuyu. Aku tatap sebentar lalu refleks pandanganku kualihkan. Aku tak sanggup memandangnya lama-lama. Ada rasa bersalah yang sangat kurasakan. Ya, aku tahu dia pasti merasa kecewa padaku karena aku semakin dekat dengan ragil. Tapi apa aku salah? Aku hanya ingin mengecap bahagia. Itu saja. meski bahagia ini tak wajar.
Tak lebih dari lima menit, ragil sudah kembali dan langsung kulajukan si beng beng ke sekolah tercintaku.
Maaf bay, buat saat ini pikiranku bias akan benar dan salah. Aku tak bisa bedakan antara boleh dan tak boleh. Yang aku tahu aku hanya ingin bahagia. Bahagia yang rumit. Bahagia yang bahkan tuhan sendiri tak pernah restui.
*****
Suasana kelas seperti biasa, hingar bingar oleh anak-anak yang entah sangat antusias menimba ilmu, atau hanya untuk menggugurkan kewajiban. Tapi masa bodohlah dengan itu semua. Toh aku memang menikmati masa-masa duduk di bangku ini. Aku juga bersyukur sempat menimba ilmu disini. Meskipun banyak yang memarginalkan sekolahku, atau mengatakan banhwa sekolahku gersang, tapi tak apa. Buatku sekolah ini tak hanya bangunan yang secara fungsional mengajarkan tentang roda gigi dan licinnya oli. Tapi disini aku menemukan seseuatu yang lebih penting. Disini aku menemukan karakter-karakter manusia. Ya, inilah yang paling penting bagiku karena aku termasuk orang yang senang mengamati tingkah laku dan keunikan manusia di sekitarku. Dan kurasa sekolah ini memiliki hampir semua karakter dasar manusia, bahkan karakter-karakter unik. Dan sebagian akan kukisahkan disini.
Aku masih mencorat-coret belakang bukuku. Menggambar sesuatu yang tak jelas yang muncul di pikiranku. Lalu tiba-tiba si jamal menepak pundakku.
“woy. Meni anteng pisan. Eh, bikin apaan lo?”
Aku lihat dan kuperhatikan gambarku. Apa yang kugambar ini ya? Kuperhatikan gambarku, hanya sebuah daun kering yang penuh dengan tetesan air, seperti keringat dan di kanan-kirinya ada sayap seperti sayap malaikat dan sebuah lingkaran halo diatasnya.
“bob, daun..bersayap? kok kayak malaikat?”
Aku sendiri juga bingung apa yang kugambar. Aku hanya menuangkan apa yang ada diotakku. Lebih tepatnya tanganku hanya mempresentasikan gambaran yang muncul di otak kananku, sedang otak kiriku tak memberi komentar apa-apa.
“mmm..”
“tapi alus oge. Pasti poliosopina dalem tah” katanya lagi dengan nada mengejek.
(alus = bagus)
“filosofi meueun ah”
“hahah. Heeh lah, pilosopi”
“pake F ateuh, ngerakeun urang maneh mah (malu-maluin gua aja lo). Filosofinya ya..malaikat itu di bayangan kita pasti sosok yang rupawan, lucu kayak cupid, atau gagah kayak jibril. Tapi buat gua, ya malaikat itu bisa berupa daun kering yang gak dianggap. Daun kering itu jatuh ketanah. Simpel kan.”
“hahah. Bisaaan maneh euy. Tapi kok bet daun, gak ranting atau akar gitu?”
“yang meranggas waktu kemarau siapa? Daun kan menggugurkan dirinya buat ngurangin penguapan. Terus kalau jatuh ke bumi, dia biarin dirinya sendiri dimakan hewan-hewan kecil, apa teh, mikroorganisme mun ga salah mah. Pan ntar teh diubah jadi zat hara terus diserap lagi sama akar, disalurin lagi ke daun lewat pembuluh xilem”
“lauk nilem?”
“haha. Sia bel. Pembuluh xilem, pembuluh floem, piraku gak apal?”
“halah. Urang mah biologi teh ngan apal bab reproduksi we, eta ge nu ngajarna teh ceu pamela andersen”
“Haha. Maneh mah anger we akur jeung ceu asum teh (mesum)”
“eh, bob, Jigana mah, maneh keur kena ku eceng nya?”
(kayaknya lo lagi jatuh cintrong ya?)
“hahah. Sok tau tau ah.”
“iteuh. Tumben atuda maneh jadi poliosopis”
“pokokna mah persib nu aing weh. Hahah”
“teu nyambung ah maneh mah. Hahah”
Suasana kelas masih hingar bingar seperti biasa. Di depanku Geng Smart n Biuti, atau lebih pendeknya SNB, yang terdiri dari MD, Guru, Ge, sama Ujang masih sibuk membicarakan tugas fisika.
Yang pertama, Muhammad David, atau dikenal dengan sebutan MD. Nama yang unik menurutku. Muhammad, rosulnya umat Muslim, sedangkan David, atau Daud dalam islam, adalah Raja Yahudi nenek moyangnya Yesus. MD adalah dedengkot Rohis di kelasku. Hafal beberapa juz (juz ama udah pasti) dan ngomongnya teh lekoh pisan tajwidnya. Hobinya basket dan renang, jadi kalo lagi basket dia pake celana panjang, tapi atasannya gak pake baju koko. Sportif tapi tetap jaga aurot. Alhamdu...lillah..
Sedangkan sosok berkacamata yang duduk di sampingnya MD adalah Riki Setiadi. Nick namenya Riset. Tak salah emang, karena dia kalau ngomong pasti harus by data yang valid, survey dan kata-katanya kadang disisipkan ‘riset membuktikan’. Yap, dia adalah siswa paling nyata yang nyasar ke sekolahku. Karena otaknya yang cemerlang, tentu saja untuk normatif-adaptif, kami lebih sering manggil dia guru. Karena dia pelabuhan terakhir soal-soal sulit. Wajahnya tipikal kutu buku, tapi kalau sudah debat dengannya, orang-orang pasti merengut.
Di sampingnya lagi George Washington. Nama yang tak lazim di tatar sunda. Katanya ibunya sangat fanatik sama presiden amerika yang pertama itu. Kami memang bingung manggil apa. Aku masih ingat waktu mos. Dari mulai kakak pembimbing, guru pembina dan tentu saja kami kebingungan memanggil namanya. Ada yang dengan terbata-bata seperti mengingat sesuatu dengan memandang terus ke name tag-nya waktu memanggilnya, GEORGE, benar-benar melafalkan sesuai EYD, GEORGE. Ada yang manggil ‘JOS’ dengan logat sunda, ada yang manggil ‘JORJCH’ dengan lafal sok british. Tapi karena aku gak mau ribet, aku panggil saja ‘GEGE’. Toh nama suku kata depan dan belakang sama-sama ‘GE’. Dia seorang organisator sejati, karena selain Paskib, dia juga Pramuka dan PMR sebelum disuruh milih salah satu Karena waktu latihan itu hampir barengan. Dan karena jiwa paskibra-pramuka telah melekat dalam dirinya, kalau duduk di kelaspun dia tetap duduk siap. Pandangan lurus ke depan, punggung tegap-tanpa menyentuh senderan kursi, tangan mengepal diatas paha dan kaki tegap membentuk huruf V. Dan kalau dipanggil oleh guru atau kami sekalipun, dia langsung menyahut, “siap”. Kadang kalau ditanya guru, hanya menjawab, “siap, iya” atau “siap tidak” dan hidupnya sangat mengacu pada Dasa Dharma pramuka.
Satu lagi personil Smart n Biuti. Namanya Ujang. Nama paling standar di tatar sunda. Orangnya cenderung text book. Artinya kalau menjawad selalu definitif. Misal ketika ditanya tentang sistem pelumasan, pengereman dan lain-lain, pasti kata-katanya akan sama persis dengan yang dicetak dibuku. Dia anak paling rajin di kelasku. Datang paling pagi, langsung nyapu dan beres-beres tanpa banyak mengeluh. Dia juga siswayang paling antusias dan hanya satu-satunya siswa yang mengacungkan jari ketika diminta mengambil buku paket-potokopian-alat praktek, dan tentu saja dia juru tulis, tukang pengumpul sumbangan dan banyak lagi. Dan satu yang tak pernah hilang dari wajahnya, dia selalu tersenyum meski keringatan.
Aku masih mendengar mereka berdiskusi soal tugas fisika. Lalu tiba-tiba dari belakang ada yang melempar kepala si Gege dengan batu kecil dan si gege tampak kesakitan sambil mengusap-usap kepalanya.
Wah, ngajak ribut nih genk Doma.
“hahaha.” Genk Doma pada tertawa.
Kulihat semua personil SNB (Smart n Biuti) menoleh ke belakang dan tampak melotot. Inilah yang paling kutunggu. Perseteruan antara Geng doma dan geng Smart en Biuti. Genk Doma emang paling suka menjaihili SNB. Kadang mereka nempelin permen karet di bawah kursi, atau mencoret-coret kursi pake kapur atau penghapus bekas menghapus papan tulis. SND tak tinggal diam. Mereka menyadari bahwa keunggulan otot atas otak itu mutlak. Mereka membalasnya lewat no cheating alias tak ada contekan. Alhasil, semua personil Genk Doma harus remedi. Kalau sudah remedi, genk Doma hanya memasang raut memelas sedang SND tertawa penuh kemenangan. Tapi ujung-ujungnya SND yang baik hati itu ngasih contekan juga, dengan senyum bersahabat si Ujang tentunya.
“hey, si Gege kesakitan tau”
“jaelah..ditimpuk pake batu kecil wungkul ge, meni jiga ditimpuk pake naon. Timpuk we tah pake penghapus nu na meja. Lebih gede penghapus kan?” kata obos enteng.
Kulihat si guru berdiri. Nah loh, siap-siap lah genk Doma mendengar ceramah panjang by data yang dibawakan oleh calon guru besar UI.
“heh, kawan-kawanku yang durjana, ini bukan masalah dimensi volume. Tapi hubungannya sama berat jenis. Kerapatan dan massa jenis batu yang lo lempar sama penghapus ini jauh beda. Kalau massa jenis air itu satu kilogram per liter, batu bisa dua kilo perliter, sedang penghapus dari bahan dasar karet sintetis itu pasti gak nyampe nol koma tiga kilo perliter. Lagipula jarak dari kita ke elo bos, sama ke si geulis yang nimpukin batu tadi ada selisih. Dilihat dari sini selisih jaraknya sekitar enam puluh lima sentimeter. Lagipula arah angin bergerak kesini dan itu menambah friksi atau gesekan antara benda dan angin dan itu akan menahan laju benda...apa perlu gua jelasin berapa kecepatannya dan berapa detik penghapus ini akan sampai ke elo, dan berapa gaya yang akan lo rasain?”
Krik krik krik. Suasana kelas jadi hening. Nah loh, beginilah kalau si guru sudah ngomel. Tapi itu masih omelan standar, artinya statusnya belum ngamuk. Kalau lagi ngamuk bisa lebih parah lagi. Yang mendengarkan bisa ngerasa jadi mahluk paling bodoh di bumi dan menyesal karena tidak belajar dengan serius.
“tapi kan..”
“Lagipula ikhwanul muslimin semua, telah dijabarkan dalam al-Qur’anul karim, bahwa segggala sesuatu itu ada hukum Qisos. Kalau enttte nimpuk kepala orang pake batu, enttte harus ditimpuk pake batu juga. dan sesungguhnya, menjahili orang yang sedang menimba ilmu itu hukumnya dosa. Lebih berat dosanya dari mengintip nenek-nenek mandi di kali” timpal MD dengan logat MZ.
Nah lo, kok nyangkut-nyangkut sama ngintipin nenek-nenek mandi di kali?
“dan kalian akan menyesal karena kata Pak Dadang, sebentar lagi kita akan ulangan Fisika. No remedi. Yang nilainya di bawah garis kemiskinan, meski bikin alat peraga.” Tambah Ujang, masih dengan senyumnya, tapi dengan senyum kecut tentunya.” Betul Ge?”
Si George langsung berdiri siap.
“siap betul, jang”
Kulihat semua raut muka Genk Doma tampak syok. Semua saling pandang dan kini mereka memasang muka memelas.
“bos, sono minta maap..”
“ogah ah. Si geulis pan yang ngabaledog teh” (ngabaledog = nimpuk)
“geulis, sia burukeun”
Dengan ogah-ogahan si geulis berjalan ke arah mereka.
“atulah guru..pelis lah, jangan galak-gaaalak aaatuuuh sama kitaaa teeeh. Kita kan turun ke dunia ini teeeeh untuk saling kenal mengenaaaalll. Lita’arofu, betul kan MD?”
Si MD hanya diam seperti menimang sesuatu.
“ya Jang yah. Nolongin temen teh da dapat pahaala, lebih gede dari motokopi siah pahalana teh”
Hadeh, bisaan lah ngerayunya si geulis teh. Pake kata-kata motokopi yang paling sering dilakuin si Ujang.
“Ge, dasa dharma point ke lima kan, bentar, TA CI PA PA RE RA, (sambil menjentikan jari menghitung sampai lima) kalima teh Rela Menolong dan Tabah. Tuh kan, kita teh harus rela menolong teman, dan kalau dijahilin teh harus tabah. Betul kan Ge?”
“siap betul” jawab Gege dengan tegas secara spontan. Tapi selanjutnya dia malah seperti mikir.
Kulihat semau personil SNB alias Smart n Biuti saling pandang sambil menimang-nimang sesuatu.
“yaudah. Tapi ingat, awas siah mun sakali-sakali deui. Gada contekan pas U-JI-AN akhir SE-MES-TER. Dan sekarang, kita laper. Kita mau makan gorengan simbok”
“hadeh..itu mah pemerasan..”
“mau gak ini teh? Seterah, mau jajanin gorengan atau ntar pusing bikin alat peraga? Mangkaning (apalagi) alat peraganya teh gak gampang”
“alah siah. sia boz ah yang beliin..”
“anjir. Naha bet aing? (kok gua sih?). Aing teu gaduh ncicis bel. Patungan sia ah. Cebu (serebu) pertama.” Katanya sambil mengeluarkan uang seribu dan saku celananya dan yang lain juga tampak mengeluarkan uang sambil misuh-misuh dan dengan raut tak rela.
Sumpah aku ketawa dalam hati melihat proses negosiasi antara dua genk yang berseteru. Si geulis yang play boy emang paling jago kalau masalah rayu merayu. Pantas saja banyak cewek klepek-klepek sama dia. Selain wajahnya yang cantik, lidahnya juga manis (nah lo)
Dan akhirnya perseteruan dimenangkan oleh SNB dengan harta rampasan perang berupa bala-bala sekantong keresek. Dan aku biasanya kebagian beberapa biji bala-bala. Lumayan, untung aja aku ada di pihak netral. Ckckck, otak emang jauh lebih penting.
******
Aku masih merapikan sarung dan kulipat lalu kusimpan di rak yang ada di mushola resto. Dan ketika aku hendak keluar, kulihat ucup masih membereskan piring kotor di saung. Hari ini dia terlihat pucat sekali. Dan dari gerakannya yang tak seperti biasanya, dia kelihatan sangat lesu. Kayaknya dia kurang tidur dan sudah mulai nampak tanda-tanda orang mau sakit. Lalu kuhampiri dia untuk membantunya.
“Cup, gua bantuin ya” kataku sambil ikut merapikan piring-piring kotor dan memasukannnya ke baskom trolley.
Dia hanya tersenyum kuyu. Kulihat ada lingkatan hitam di sekitar matanya yang menandakan dia kurang tidur. Jam kerja sampai tengah malam pun sudah sangat menyita waktu istirahatnya, ditambah kang bara yang sering membangunkannya kalau yang lain sudah tidur.
“udah, lo duduk aja. biar gua yang nyimpen ke tempat cuci.” Kataku lalu mendorongnya ke tempat cuci dan langsung ku taruh baskomnya. Aku segera menuju ke tempat jus dan kubuatkan lemon tea hangat.
Aku menuju ke arah saungnya sambil membawa teh manisnya.
“diminum dulu tehnya Cup.” Kataku sambil menyerahkan gelasnya.
Dia memandangku lalu mengambilnya dan dengan ragu meminumnya sambil terus menatapku. kutatap dia yang tampak lesu.
“ada yang mau lo ceritain Cup?” tanyaku dengan nada hampir mendesak.
Dia hanya diam. Dia seperti ragu ketika akan mengatakan sesuatau.
“masalah Kang Bara gua udah tau Cup.”
Dia tampak kaget mendengarnya lalu tertunduk. Dia memainkan jari-jarinya, mungkin dan pasti itu tandanya perasaannya berkecamuk.
“gua liat waktu gua nginep disini. Tapi lo gak usah malu. Gua justru mau nolongin lo”
Dia masih saja diam tanpa berani menatapku.
“gua emang gak ngalamin apa yang lo alamin Cup, tapi gua berusaha ngerasain apa yang sekarang lo rasain. Dan gua pasti itu gak sama. Tapi gua Cuma pengen lo cerita ke gua. Mungkin dengan itu perasaan lo agak sedikit lega.”
Kulihat matanya mulai berkaca-kaca. Lalu dia menatapku dan aku mencoba tersenyum menenangkannya. Kuanggukan kepala dan air matanya jatuh di sudut matanya. Kupegang pundaknya dan dia mulai bercerita.
Katanya dulu ketika ayahnya meninggal sewaktu dia masih duduk di bangku SMP, kehidupannya langsung ambruk. Ibunya yang hanya ibu rumah tangga dan berdagang gorengan keliling tak mampu menghidupi enam anaknya. Jangankan untuk menyekolahkannya sampai tamat SMP, untuk makanpun kondisinya sangat susah. Dia memutuskan untuk merantau. Dia pernah kerja di bandung, bahkan jakarta. Tapi nasib belum berpihak juga padanya. Di perantauan dia perlakukan dengan tidak semestinya. Klasik memang. Kisah yang dialami oleh hampir semua anak kampung yang dikhianati zaman. Aku hanya diam mendengarkan.
“lalu, gimana lo bisa sampai kesini?”
Dia terdiam sesaat. Lalu tersenyum getir.
“dulu waktu sayah masih kerja di bandung, sayah teh ketemu sama rombongan orang yang sedang belanja. Saya sebagai pelayan toko ya berusaha melayani dengan baik. Dan besoknya teh salah seorang dari rombongan itu teh kembali lagi dan pura-pura belanja. Dia membisikkan sama sayah, kalau dia mau ngasih kerjaan di sini. Karena disini teh lebih deket sama rumah, ya udah, saya teh mau.”
“dia itu...kang bara?”
Dia hanya mengangguk. Dia lantas menceritakan bagaimana rayuan yang disertai ancaman kang bara waktu pertama kali kang bara melakukannya. Aku beberapa kali menahan nafas waktu dia menceritaka penderitaannya. Sesekali dia melap mata dan hidungnya. Dadaku panas mendengarnya. Dan lagi-lagi pikiranku kembali ke ragil. Aku selalu saja langsung ingat ragil waktu dia menceritakan kejadian-kejadian itu. Kejadian yang pasti akan selamanya membekas.
“terus kenapa lo gak pindah aja dari sini? Lo kan masih bisa nyari kerjaan di tempat lain.”
“sayah...”
“inget cup. Gak ada yang bisa merubah nasib selain kita sendiri. Lo mesti keluar dari sini. Gua bakal coba bantuin” kataku meyakinkannya.
Dia hanya diam. Dan suara bel mengagetkan kami. Dan kami langsung bubar karena saung yang kami tempati akan diisi oleh tamu.
*******
Aku masih belum bisa memejamkan mata. Kutengok ucup sepertinya sudah tertidur. Aku mencoba tidur karena besok masih harus sekolah. Tapi karena tadi waktu briefing aku dikasih amplop, artinya aku tadi gajian, aku masih belum bisa memejamkan mata. Padahal besok masih harus sekolah. Aku mulai membayangkan apa yang akan kubeli untuk ragil. Tapi aku mau bellikan apa ya? Sepatu, sweeter, topi atau apa? Ahhh..bingung. duit segini cukup buat beli apa? Terus, apa aku harus beli sesuatu untuk bayu? Lagipula dia udah ngasih aku jam tangan yang harganya jauh diatas gajiku sebulan. Aku kembali teringat niat awalku kerja disini. Aku mau ngajak dia ke Bukit Alamanda. Tapi..udahlah. rasanya itu udah gak perlu karena aku sekarang lebih sayang sama ragil.
Aku masih senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana reaksi ragil kalau aku kasih hadiah, dengan kejutan tentunya. Ah..rasanya indah sekali. Mataku mulai terasa berat dan sambil mengkhayalkan ini itu, aku akhirnya tertidur.
*****
Sekitar 02.00 wib
Mataku masih terasa berat dan rasa kantukku ini masih terasa sekali. Tapi bunyi gemerusuk sangat mengganggu sekali. Kupicingkan mata dan kubalik badanku, Ucup? Kemana dia? Aku langsung terbangun dan aku segera keluar kamar. Pikiranku sudah kemana-mana. Apakah sekarang dia bersama kang bara? Aku segera berjalan mengendap-endap dan benar saja, di saung paling ujung, aku mendengar bunyi gemerusuk.
Aku harus bebaskan Ucup dari penderitaan ini. Ya, aku harus nolong ucup. Dia gak boleh disakitin lagi. Mataku mencari-cari alat untuk memukul. Dan disudut dekat saung nomer satu kulihat ada song song dari bambu (alat untuk meniup bara di tungku). Kuambil dan aku berjalan mengendap-endap menuju saung itu.
Benar saja, kulihat si bara brengsek itu sedang menciumi ucup. Dia hanya mengenakan kaos dalam dan masih mengenakan celana. Sedang si ucup sudah terlepas kaos atasnya. Dadaku terasa panas melihatnya. Jantungku berdebar kencang sekali. Dan dengan tangan gemetar kupukulkan song song bambu itu kebelakang kepalanya.
“aduh..”
Dia mengaduh kesakitan sambil memegang kepalanya. Dia menoleh kearahku dengan tatapan marah. Lalu tanpa ampun kupukulkan song song bambu itu ke wajahnya. Kulihat pelipisnya sedikit berdarah dan jujur jantungku semakin berdetak kencang sekali. Seluruh badanku gemetar. Antara takut, marah, semua campur aduk.
Ucup lantas bangun. Kulihat dia mengusap pipinya. Ya, dia habis menangis.
“bob..”
“cup, bangun cup. Lo mesti tinggalin tempat ini” kataku sambil menarik tanganya,
“bob..”
“ayo cup. Jangan biarin dia terus ngelakuin ini sama elo cup”
Dia hanya terdiam. kulihat bara masih meringis kesakitan.
“sayah..sayah teh gabisa bob”
“gak bisa? Kenapa cup?”
Dia kembali terdiam. lalu memandang si bara sialan itu lalu kembali melihatku.
“dia udah ngerusak masa dpan lo cup. Dia udah..”
“bob..saya tau. Tapi..saya teh gabisa keluar dari sini” katanya sambil berusaha melepas pegangan tanganku.
“kenapa cup? Lo bisa nyari kerjaan di tempat lain. Apa karena dia udah ngancam elo? dia mau ngancam apa? Mau ganggu keluarga lo?”
“bukan bob, bukan. Saya tetepa ga bisa pergi bob”
“iya, tapi kenapa?”
“karena..karena..”
“...”
“karena saya sayang sama dia..”
Deg. Jantungku serasa dipukul. Ucup sayang sama kang bara? Dia sayang sama bajiangn itu setelah apa yang bara lakukan sama ucup? Logikaku tak menjangkaw kesitu. Bagaimana bisa? Seseorang yang telah menyakiti dengan begitu rupa bisa disayangi?
“saya sayang sama kang bara.” Katanya dengan bibir bergetar.
Kulihat sekilas bara tampak terdiam. Dia menunduk. Kami bertiga terlarut dalam diam. Pikiran ku dan pasti pikiran kami semua berkecamuk.
“tapi cup..”
“bob..saya sayang sama dia.”
“tapi..”
“rasa sayang itu ada yang menumbuhkan bob. Saya gak tau kenapa. Tapi yang saya tahu, saya teh sayang sama kang bara”
Aku seperti tertampar. Entahlah, apa yang ada dipikiran ucup sekarang. apa itu karena dia takut sama bara atau benar-benar perasaannya. Tapi kenapa dia menangis?
“gua gak ngerti cup. Gua..”
“kamu gak ngerti dan saya sendiri lebih gak ngerti. Tapi saya lebih milih tinggal disini bob”
Aku memandangnya mencari pembenaran. Dan sekarang dia menatapku. Meski dengan mata merah, tapi aku melihat ada tekad dimatanya.
“gua bener-bener gak ngerti. Tapi..ya udahlah. Itu pilihan lo. Satu hal cup. Lo masih punya banyak waktu dan kesempatan buat mulai dari nol, lo masih berhak hidup bahagia.” Kataku dan kutatap si bara sialan itu tapi dia membuang muka.
“besok gua kesini, sekalian pamitan sama kalian semua”
“bob..”
“gua brenti cup. Gua..udahlah. Gua balik dulu” kataku tanpa melihat keduanya.
Kuambil tas selemepang dan sweeter biru mudaku di kamar gudang dan segera menuju ke tempat si beng beng di parkirkan. Kubuka rolling door lantas kukeluarkan si bengbeng.
Kutengok ke belakng, ucup tampak kuyu memandangku dan dibelakangnya kang bara tampak serba salah. Tapi tangannya masih memegang pundak ucup. Aku tak tersenyum, dan langsung kuturunkan rolling doornya. Kunaiki si beng beng dan lantas melajukannya ke kostanku dengan pikiran berkecamuk.
******
okeh, segitu dulu lah. masih ditunggu kripiknya. kalo mau temenan sama w, bisa add pesbuk w di [email protected] (abi zaenal).
Seneng juga , si Boby lebih milih Ragil dari pada Bayu. Hehhe..
Maap kang @alabatan, baru baca dan baru bisa koment.
Tengkyu yah kang udah dimantion
ucup bener2 bikin bingung nihhh..
>_<
klo sayang ma knp nangis dianya... hyaaasssshhh..
lanjuuuuutttt....!!!!
Gak tw dy bnr" sayang,atw cma takut,cma dy dan than yg tw.
Tp klaw dy memang bnr" sayang,trlpas dr bnar atw salah,logis atw gak logis,indah atwpun sakit,cinta adlh cinta,manusia tak mamp mnolak ktika tuhan sisipkn rasa itu kdlm hati.
Hihihi
Pesbukna d add ah. )
huaaaa...
love him,so gentle..
impian gw.hahahaha
cinta karna terbiasa di tusuk tu si ucupnya.....
tapi knapa sambil nangis ya pas begituan????
bingung oyy.....