BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Complicated Love Story ___ End Part (Coming Soon)

13468913

Comments

  • edited February 2012
    ***
    Jam 7 malam, raffa sudah rapi dengan kemeja kotak-kotak warna biru muda, celana jeans pensil warna hitam di padu sebuah rompi batik warna senada yang tersusun di atas kemejanya. Ramput tebal berponinya yang baru di potong kemarin di sisirnya ke belakang setelah di lapis wax yang membuat rambut itu terlihat agak mengkilat. Ia sangat tampan malam ini. Tentu saja, ia pasti ingin terlihat sempurna di ulang tahun cheryl malam ini, hari ini juga ia akan mendengar jawaban dari cheryl. Dadaku sesak membayangkan hari-hariku bersamanya setelah malam ini. Ia pasti akan jauh lebih banyak menghabiskan waktu bersama cheryl.

    Susah payah ku yakinkan raffa kalau aku tak enak badan malam ini, ia sudah memohon-mohon agar aku mau ikut menemaninya di pesta ulang tahun cheryl sebentar. Setelah berdebat sekian lama, raffa akhirnya menyerah. Ia pun bergegas pergi ke acara itu sendirian, setelah sebelumnya mengulangi janjinya tadi, kalau aku akan menjadi orang pertama yang mengetahui jawaban dari cheryl padanya .

    1 jam.. 2 jam.. 3 jam berlalu, belum ada kabar dari raffa. Aku merasa begitu jahat saat ini, walaupun tersirat, aku sangat ingin cheryl menolak raffa, aku tak rela raffa di miliki siapapun. Untuk sesaat keegoisan ini menguasai diriku, aku menyesal mengenalkan cheryl pada raffa dulu.

    Kenapa harus cheryl yang dipilih raffa ? cheryl dan aku sudah bersahabat cukup lama, aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Namun entah kenapa rasa benci padanya menyeruak begitu saja di benakku setelah pengakuan raffa. Aku semakin merasa bersalah pada raffa, aku betul-betul mengkhianatinya dengan rasa cintaku ini. Aku egois, ya ! dan aku ingin sedikit lebih lama lagi menikmati keegoisan ini.

    Jam 12 kurang, mata ini masihenggan terpejam, ku pandangi terus layar ponselku ini, menunggu sesuatu yang sangat tak ku harapkan.

    ***
    ‘drrrtttt...drrrrrtttt...drrrttttt..’ getar ponselku menghentikan sejenak lagu ini. Telepon dari raffa, ya tuhan.. aku tak berani mengangkatnya.. 10 detik..15 detik..30 detik..1 menit.. getar ponselku berhenti.

    Tak sampai 10 detik kemudian benda itu bergetar lagi drrrtttt...drrrrrttt...drrrrttt... dan aku pun mengangkatnya.

    “halo..”

    “halo do ! kok lama banget sih angkatnya..” raffa terdengar penuh semangat

    “oh..eh.. aku ketiduran tadi, a..ada apa raff ?” tanyaku gugup, tak berani mendengar jawabannya.

    “aku di terima do, cheryl terima aku !” sahutnya berapi-api.

    Langit serasa runtuh di dadaku mendengar kata-kata raffa barusan, dada yang sudah sesak tadi sesak menanti kabar ini kian bertambah berat. Susah payah kutahan tangis ini agar jangan terdengar. Aku ingin terlihat dan terdengar kuat di hadapan raffa. Aku tak mau merusak kebahagiaan yang baru saja ia rengkuh ini. Airmata sudah jatuh terurai di kedua mataku, namun aku usahakan mulut ini tak bersuara, rasanya sesak sekali.

    “se..selamat yah raff, aku ikut senang dengan berita ini”

    “makasih do, aku ingin kamu yang pertama tahu berita bahagia ini, aku ganggu tidur kamu yah ?”

    “hah ? eh.. enggak kok, kamu.. kamu jangan telepon dari motor, bahaya”

    “hehe.. tahu aja kamu.. yaudah selamat tidur do, sampe ketemu besok”

    “iya.. sekali lagi selamat ya..”

    “iya makasih do.. sampai besok ya..”

    “iya..”

    Habis sudah semuanya, hilang sudah harapanku bahkan untuk mengharapkannya. Raffa betul-betul sudah menjadi milik orang lain, sahabatku sendiri. Kenapa dunia selalu terasa tak adil untukku, kenapa aku harus di lahirkan sebagai lelaki jika pada akhirnya aku juga harus menyukai lelaki ? kenapa pula aku harus menyukai raffa ? sahabatku yang sudah menganggapku sebagai saudaranya sendiri ? kenapa aku harus di paksa terus berusaha mengekuh mimpi yang sama sekali tak akan bisa ku raih ?. sejumlah tanda tanya itu memenuhi benakku, aku terus menitikan airmata.

    Sakit hati dan rasa bersalah, keduanya campur aduk memenuhi benakku. Hati ini sakit karena raffa akan semakin jauh dariku, dan suatu saat mungkin melupakanku. Harus ku apakan rasa ini ? menghilangkannya sampai mati mungkin takkan ku bisa, memendamnya akan meyiksa batinku seumur hidup, mengungkapkannya ? rasanya tak mungkin ku lakukan, ingin ? tentu saja, tapi kembali aku berpikir akan muncul terlalu banyak masalah setelahnya, aku takut raffa kan jijik dan menjauhiku setelah tahu semuanya, sebagaimana saat kedok arga dan raffi terbuka.

    Aku pun tak ingin merusak kebahagiaan yang baru saja di rengkuhnya.
    Menit demi menit terus berlalu, dan tangisku masih saja tak terhenti, aku terus terpuruk dalam ratapan yang entah kapan akan berakhir. Di luar hujan, sangat deras bersanding dengan gemuruh petir, tubuhku gemetar mendengar suara petir yang bersahut-sahutan, keringat dingin mengalir di sekujur tubuh dan wajahku. dalam tangisan aku teringat peristiwa waktu itu, petir menggelegar saat aku dan raffa tengah di taman. Aku memeluknya, ia membalas pelukanku, tapi kini, tak ada lagi yang bisa ku peluk dan memelukku saat petir datang, aku tak punya hak lagi untuk itu. Raffa.. andai kau tahu rasa ini begitu menyiksa.

    ##################################################################################################################################################################################################################


  • someone like you ^_^

    Sung Ha Jung handsome ^_^
  • Waah...untuk pov aldo selanjutnya,,,aku harus siapin ember ma tisu banyak banyak neh...coz feeling gw kyake cerita aldo selanjutnya bnyak adegan meweknya,,,, huwaaa :'(

    @renlyRain.....ayo gan..lanjut....lanjut....lanjut......
  • @renlyRain: Dari semua tokoh, Aldo yg paling dilema dan nyesek. Trims udah diupdate
  • @Prahara_sweet @Adam08 huhuhu, iya iya aldo yang paling kasihan disini... gatau kenapa gw kejam banget sama dia di cerita ini hihi ^^
  • edited February 2012
    aldo aldo kenapa nasibmu begitu malang :(
  • kurokuro wrote:
    aldo aldo kenapa nasibmu begitu malang :(

    tanyakan pada sutradaranya ^^ siapa sih ??????? wkwkwkwkwk
  • @renlyRain ren...tega yeee si Aldo di beginiin... jd ngerasa gw... hahaha... btw jgn2 tampang Aldo mirip lagi ma gw? tp jgn mpe nasibnya mirip jg *eh..tp kyknya nasibnya mirip deh ma gw T,T

    gara2 Between You and Him lama updatenya nih jd baca crita ini, pdhl pengennya ntar abis baca yg BYH.. tp dua2nya sama2 bagus, selalu mengena di hati crita2nya... emang ren berbakat nulis niy.. salut deh pokoknya,,, smangat terus ya ren nulisnya.. ;)
  • @aldo_graci0 hohoho, bisa di bilang stlh liat wajah kk jdi makin terinspirasi sih ^^, moga kk nasibnya ga seburuk aldo yaa wkwkwk...
    makasih kak aldo, *eh... hihi, ribet manggilnnya di crita ni ^^
  • edited February 2012
    @renlyRain wah...hebat juga gw bisa jd inspirasi *eh eh eh...mulai melayang niy* O:-)

    sebenernya nasib gw beda2 tipis siy ma Aldo yg di crita walopun ga tau akhirnya, tp gw jg pernah ngerasain diposisi dia, bahkan jd tempat curhat shbt yg gw sayang, mpe buat mereka balikan lagi n akhirnya ditinggal nikah T,T *yah malah jd curcol deh :p

    hahaha...ribet yah gara2 sama2 Aldo :))
  • @renlyrain: setia menanti update-an
  • @renlyRain wah...hebat juga gw bisa jd inspirasi *eh eh eh...mulai melayang niy* O:-)

    sebenernya nasib gw beda2 tipis siy ma Aldo yg di crita walopun ga tau akhirnya, tp gw jg pernah ngerasain diposisi dia, bahkan jd tempat curhat shbt yg gw sayang, mpe buat mereka balikan lagi n akhirnya ditinggal nikah T,T *yah malah jd curcol deh :p

    hahaha...ribet yah gara2 sama2 Aldo :))

    gyaaa sediiiih >_<
    endingnya aldo juga kuranglebih gitu di cerita ini, hiks...
    sabar ya mas ^^

  • Adam08 wrote:
    @renlyrain: setia menanti update-an

    panantianmu akhirnya terjawab :)
    silahkan... ^_^
  • >> SIDE RAFFA

    “assalamualaikum tante, aldonya udah siap ?”

    “nak raffa, udah lagi sarapan tuh.. masuk gih.. duh jadi mngerepotin nih selama aldo sakit”

    “ah tante, nggak ngerepotin kok, aldo kan sahabat raffa”

    Aku langsung menuju ruang makan bersama tante maria, terlihat aldo sedang sarapan bersama selly.

    “hai do..”

    “hai raff..” sahutnya sambil tersenyum.

    “eh kak raffa, sini gabung makan kak, selly baru abis demo nih bikin nasgor ajaran kak raffi, kata kak aldo enak loo..” sahut selly dengan bangga.

    “wihh..udah di ajarin kak raffi rupanya, kayaknya enak nih.. kakak makan yah..”

    “iya nak raffa, ambil aja nggak usah sungkan” timbrung tante maria.
    Sejak awal makan tadi ku lihat aldo makan dengan wajah murung, aku tahu sekali sahabatku yang satu ini, walau tiap kali ku tatap ia selalu tersenyum, naluriku tak mungkin di bohongi, sepertinya ada yang salah dengan aldo pagi ini.

    “gimana kak, enak kan ?” tanya selly memecah keheningan.

    “hmm.. iya sel, enak.. jago juga kak raffi ngajarin kamu yah..”

    “hehe iya dong kak, tapi selly juga jago kok bikinnya he..”

    “yee.. ya deh.. hahaha”

    Hening lagi, aldo tak merespon. Aku semakin yakin ada yang tak beres dengannya, biasanya ia paling rajin nimbrung saat aku sedang bercanda atau memuji selly, aku kenal dia sejak kecil, bahkan tak mustahil lebih mengenalnya dari ayahnya sendiri, walau ia sembunyikan di mataku sangat jelas.

    ***

    “kamu ada apa sih do?” tanyaku hati-hati.

    “hah ? aku.. aku nggak kenapa-napa kok raff..” sahutnya gugup.

    “...” aku mendengus kesal mendengar reaksi aldo.

    Sejak tadi dia seperti mendiamkanku, hanya menjawab bila ku tanya, itupun sekenanya. Wajahnya terlihat lesu menatap nanar rerimbunan bunga mawar dihadapannya, seakan bunga itu bersalah padanya. Tadi saat di kelas pun ia banyak diam, pelajaran komputer yang biasanya paling membosankan buatnya ia ikuti dengan serius, seolah menghindari banyak ngobrol denganku. Aku jadi khawatir, apa aku sudah melakukan kesalahan padanya ? tapi apa ? sejak dulu ia memang tertutup, sangat jarang ia membagi masalahnya denganku kalau tak kutanya.

    “aldo !!! tolong katakan ada apa dengan kamu ! kenapa kamu diamin aku dari tadi ?” desakku kesal, aku tak tau lagi harus bagaimana mendapatkan penjelasananya.

    Aldo tersentak kaget, sesaat kemudian ia menunduk, tak berani menatapku. Aku terpekur melihatnya, menyesal membentaknya tadi.

    “maaf do.. aku nggak bermaksud bentak kamu, tapi kalo kamu ada masalah di omongin dong do.. jangan diamin aku seperti ini” ujarku lebih lembut, ia masih diam, sesaat kemudian ia bangkit, meraih tongkat kayunya di samping bangku taman lalu menopang tubuhnya untuk berdiri.

    Mungkin karena licin dan tak seimbang, tongkat itu tergelincir hingga membuat aldo hampir terjerembab, namun dengan sigap ku raih tubuhnya agar tak terjatuh. Kami bertatapan, terlihat jelas olehku mata sayu yang agak bengkak dari aldo. Mata itu kini berkaca-kaca, cairan bening itu sepertinya sudah mendesak keluar. Tiba-tiba tangisnya pecah, sejurus ia melingkarkan kedua tangannya memelukku. Ia menagis tersedu-sedu, ku balas pelukannya lebih erat lagi, semoga bisa membuatnya sedikit lebih tenang. Saat kurasa ia sudah cukup tenang, ku lepaskan pelan pelukanku, dan kembali kutatapnya dengan rasa ingin tahu yang besar.

    “kamu ada masalah apa do ? ceritalah padaku, aku ini sahabatmu, nggak baik itu kau pendam sendiri” tanyaku halus.

    “...aku...aku...orang yang aku sukai kini sudah di miliki orang lain raff, hatiku betul-betul sakit mendengar itu raff, aku merasa betul-betul di pecundangi sekarang”

    Aku terpekur mendengar pengakuannya, rupanya masalah wanita, tak ku sangka ia sampai segini hancurnya jika patah hati. Sungguh ironis, di saat aku ingin membagi kebahagiaanku yang baru jadian dengan cheryl, aku harus mendengar aldo seperti ini. Hilang sudah asaku mengajaknya makan malam bersama cheryl dan aku nanti malam, sesuai permintaan cheryl. Mana tega aku bermesraan di hadapannya sementara ia tengah menahan pedih tak bisa memiliki pujaan hatinya itu. Aneh, aldo berwajah cukup tampan, postur tubuh yang sangat ideal untuk pria seusianya, ia juga sangat di gilai wanita sekampus, tak hanya karena ketampanannya, tapi juga kegemilangan prestasi akademiknya. Rasanya tak mungkin sulit mendapatkan pengganti untuk wanita itu di hatinya. Namun aku sadar, cinta itu datang dari hati, walau mata memandang indah, belum tentu hati sejalan dengan mata kita.

    “hmm.. aku tahu perasaan kamu do. Tapi kamu nggak perlu sehancur ini meratapi semua itu, terlalu banyak cinta di luar sana yang menanti untuk kamu sambut, jangan stuck di sini, mungkin dia bukan jodohmu, untuk urusan ini yang di atas sudah menggariskan, kita hanya bisa berusaha, dan mengikuti semua yang sudah di gariskan tuhan itu”

    “...makasih do, maaf aku dingin padamu hari ini”

    “yaudah, kalo gitu senyum dong, kali ini giliran mukamu yang mirip panci tompek tahu.. hehe..” candaku garing, ia tak tertawa, hanya senyum kecil yang tergurat dari wajahnya, aku harus bisa menyemangatinya.

    “huh.. dasar kamu..” sahutnya setengah tersipu.

    “hehe.. gitu dong senyum, yaudah masuk yuk, udah jamnya pak herman
    nih, bisa kena penghapusnya lagi kalo telat” jawabku sambil terkekeh kecil, hanya di responnya dengan anggukan.

    “hmm.. ayo naik !” aku mengambil tongkatnya yang jatuh ke rumput, lalu berjongkok membelakanginya.

    “hah !”

    “ayo naik aku gendong..”

    “ah jangan aneh-aneh kamu deh raff !”

    “udah naik aja sekarang, aku maksa !” segera kulingkarkan kebelakang kedua lenganku di kedua betis nya.

    “waaa.. adu adu.. iya-iya aku naik” perlahan badannya condong kearahku, di lingkarkannya kedua lengannya di leherku, akupun mengangkatnya sembari tangan kananku menggenggam tongkatnya, badannya yang cenderung kurus membuatku tak kesulitan mengangkatnya.

    “buset dah ! berat amat sih kamu do !” godaku asal.

    “hah ! masa sih, nggak ah..” sahutnya semakin tersipu, aku sengaja menggodanya, membuatnya sedikit melupakan masalahnya yang menyiksa itu.

    “hehe.. becanda kok do.. yaudah yuk.”

    ###

    >> SIDE ALDO
    Rasanya seperti mimpi berada dalam posisi ini, aku merangkul raffa dari belakang, menyandarkan kepalaku di baku kirinya, ia menggendongku. Tak ia hiraukan gunjingan teman-teman yang melihat kami, semuanya hanya di balas dengan senyuman dan beberapa cibiran balasan darinya. Rasanya jarak ke ruang kelas kamu semakin dekat saja, aku tak ingin rangkulan ini berakhir, aku ingin lebih lama lagi, lebih lama lagi berada dalam peluknya. Namun semuanya kembali harus berakhir. Perlahan raffa menurunkanku saat kami sudah tiba di depan ruang kelas, ia berikan tongkatku untuk menopang. Tiba di kelas aku langsung di sambut cheryl, ia membantu memapahku ke kursi. Aku seperti orang cacat saja, asal dengan tongkat ini sendiri pun aku bisa jalan, masih saja di perlakukan seperti orang sakit begini.

    “aku bisa sendiri kok raff, cher, nggak usah di perlakuin kayak orang sakit gini..”

    “hehe.. tapi kamu jaga kesehatan dong do, ujian semester tinggal 2 minggu lagi, nggak lucu kalo kamu sampe sakit, liat nih, ni pipi makin tirus aja perasaan, makin kurus kamu do” ujar cheryl perhatian, entah mengapa begitu terasa tawar untukku.

    “he.. makasih cher, mungkin lagi banyak pikiran aja..” ujarku sembari tersenyum hambar.

    Tak lama kemudian pak herman masuk, langsung memulai dengan memeriksa tugas yang ia berikan minggu lalu, setelahnya mulai mengajarkan materi baru, bab terakhir di semester ini. Pikiranku benar-benar kusut, mata kuliah ini biasanya menjadi favoritku, kini aku jalani bengan malas-malasan. Raffa bahkan jauh lebih serius dariku, ia berkali-kali memintaku menjelaskan beberapa rumus yang pak herman ajarkan, walau dengan malas ku jelaskan juga dengan detail-detailnya.
    2 jam berlalu, kuliah pun selesai, masih ada 1 mata kuliah lagi sebelum pulang, dosennya agak misterius, kadang 15 terakhir sebelum jam selesai baru lah ia masuk, jadi para mahasiswa tak mau mengambil resiko pulang lebih dulu. Aku jengah lama-lama di dalam kelas, menyaksikan raffa dan cheryl yang terus saja bermesraan. Dengan alasan ke kamar kecil aku meninggalkan mereka berduaan dalam kelas, biarlah, dari pada hati ini sesak memperhatikannya.

    #######################################################################################################################################################################################################
  • >> SIDE ARGA

    Wajahku rasanya panas sekali, baru saja aku di suguhkan pemandangan memuakan di hadapanku. Kenapa kak raffi setega itu. Aku terus berharap aku salah lihat, tapi setiap teringat kembali aku makin yakin aku tak salah, oh tuhan, cobaan apa lagi ini.

    ***

    “ay, mau nggak, nih aku beli es krim 2..” kak raffi menghampiriku menawarkan se-cup es krim yang baru saja ia beli.

    “nggak..” sahutku ketus.

    “hmm.. yaudah.. aku makan sendiri..” dengan santainya ia memakan kedua cup es krim itu bergantian.

    BRUK ! ku tepis kedua es krim itu hingga jatuh meluber ke tanah.

    “arga..” desisnya bingung.

    Aku melangkah menjauhinya, meninggalkannya yang masih terpekur bingung dengan tingkahku. Sepuluh meter berjalan tanganku di tarik, aku terhenti.

    “sayang kenapa sih ? ada masalah apa ?”

    “nggak ada ! aku mau pulang sekarang..”

    “kok ? kita kan baru sampai, kok balik lagi.. kamu kenapa sih ? cerita kalo ada masalah.. jangan diamin aku kayak gini..”

    “terserah, aku mau pulang sekarang..” aku menjauh, tapi sekali lagi tanganku di cegat.

    “aku antar..” tanpa menunggu jawabanku ia menarik tanganku, menggiringku ke mobil.

    ***

    “kita mau kemana ? ini bukan jalan ke rumah, aku mau pulang kak..”

    “aku nggak akan bawa kamu ulang sebelum tahu masalah kamu ! sebelum aku tahu apa salahku” sergahnya tanpa menatapku, terus berkonsentrasi menyetir dengan terus menambah kecepatan mobilnya.
    Benar saja, dia ta membawaku ke rumah, mobilnya seperti menuju tempat yang aku kenal. Bukit, ya.. jalan ini memang menuju bukit, tempat ini adalah daratan tertinggi di daerah kami yang berlokasi di pinggir pantai. Tempat ini favorit kami selain di pantai, tapi rasanya tak untuk hari ini.

    Kak raffi turun dari mobil bersamaan denganku, tanpa ba-bi-bu lagi ia menyeretku ke saung yang ada di salah satu sudut tempat itu.

    “kakak apa-apaan sih ? anter aku pulang sekarang kak, lepasin !” aku terus berontak, tapi genggamannya makin kuat saja.

    +++

    “mmmhhh” pertanyaanku tadi mendapat jawaban yang tak terduga
    darinya...

    Satu ciumannya yang ganas mendarat di bibirku, di lumatnya dengan ganas dan serampangan, seraya tubuh kekarnya menindih tubuhku, aku menggeliat berontak karena kaget dengan aksinya namun sia-sia, ia betul-betul mengunci pergerakanku. Makin lama ciumannya kian menggila, aku semakin tak karuan di buainya. Pagutan-pagutan nakalnya muai turun dan bergreliya di sejunlah titik-titik gairahku, telinga, tengguk, leher, tak luput dari lidahnya. sejurus dengan itu tangan-tangan nakalnya mulai beraksi di sekujur tubuhku, menelusup ke dalam kaos tipis yang ku kenakan, mulai memburu bagian-bagian sensitif di dalamnya.

    “aahhh..” aku mendesah begitu terasa jari-jari nakalnya menemukan kedua pentilku, menarik ulur dan meremas-remasnya dengan lembut, membuatku menggelinjang menahan nikmat luar biasa. Sepertinya ia makin tak sabaran, serampangan di loloskannya kaos oblong yang ku kenakan juga yang ia kenakan, kini kami berdua bertelanjang dada dan saling berhadapan. Ia menatapku dengan wajah penuh nafsu, sejurus kemudian bibirnya sudah kembali melumat bibirku, sembari tangannya meremas-remas tonjolan yang sudah sejak tadi sesak di balik celana jeansku. “mmhhh..” desisku sembari menggigit bibir bawahku saat ia mulai melumat kedua putingku, tak ubahnya permen loli ia memperlakukannya, menjilatnya, mengulumnya, menghisap dan sesekali menggigitnya, aku betul-betul melayang dibuatnya. “ah.. geli kak.. mhhh...”.

    Kami terus bergumul dalam cumbuan-cumbuan ganas dalam merengkuh kenikmatan. Hanya saung ini dan langit senjalah yang menjadi saksi bisu tentang apa saja yang terjadi sore itu.

    ***

    Kami melakukan semuanya di saung itu, entah kenapa tapi tak biasanya kak raffi seliar hari ini, bagai kuda jantan ia tak henti-hentinya minta di puaskan, cumbuan-cumbuannya begitu dahsyat dan membuatku gila. Tubuhku betul-betul letih seusai permainan itu. Menguap sudah kemarahanku padanya tadi oleh kepuasan tiada tara yang baru ia berikan. Kami kini terbaring hanya berbalutkan jaket kulit kak raffi menutupi tubuh kami. kak raffi seperti melamun, matanya menerawang ke angkasa seolah berusaha menemukan titik terjauhnya. Ku baringkan tubuhku di atas dada bidangnya, Ku dekap erat tubuh kekarnya.
    “kak, arga nggak suka kakak deket sama selly !” ujarku dalam pelukannya, pandangannya yang menengadah ke ke langit beralih ke arahku, menatapku dengan senyuman terindahnya.

    “oh, jadi in yang bikin kamu marah-marah nggak jelas kayak tadi ?” katanya halus sembari membelai lembut kepalaku, aku tak menjawab, ku eratkan dekapanku, ku benamkan wajahku di dadanya.

    “kamu nggak perlu kuatir sayang, hatiku ini Cuma buat kamu, kakak nggak ada rasa apa-apa sama selly, dan kamu nggak perlu ngeraguin itu” ia mengangkat wajahku, lalu mengecup pelan dahiku, rasanya begitu damai hari ini.

    ###

    Ah.. kenapa sih kak raffi tak pernah bisa menjaga komitmennya, baru saja beberapa hari yang lalu ia meyakinkanku kalau hubungannya dan selly hanya sebatas teman. Hari ini kembali pula aku harus menyaksikan ia terlihat begitu mesra dengan selly, menyebalkan ! perempuan itu juga, makin lama makin ngelunjak juga sepertinya, kenapa sih ganjen sekali ? dasar sial !

    “kak kalo yang ini gimana, aku nggak ngerti..” ujar selly dengan ganjennya, sial aku tak boleh kalah dengannya.

    “kak, kalo yang ini gimana ! aku juga nggak ngerti nih !” timbrungku kesal.

    “hmm... pertanyaan kalian sama, soalnya saja yang berbeda, nih aku kasi contoh lain” kak raffi lalu membuat contoh soal baru yang serupa dengan yang aku dan selly tanyakan, lalu menyesaikannya dengan mudah.

    “nah.. gampang kan, metode yang harus di gunakan sama dengan soal ini, coba kalian bikin soal kalian, ayo ! cepet-cepetan !” serunya meng-adu kami berdua, tanpa babibu lagi langsung ku kerjakan soal ini, aku harus lebih cepat darinya !

    “kak ! ini betul nggak ?” selly menyodorkan notesnya ke kak raffi, ah sial !

    “hmm.. bagus, betul ini.. ayo arga ! kok kamu kalah sih ?” cecar kak raffi, selly menatapku dengan senyum angkuhnya, dasar sial !

    “nih..?” tanpa menoleh ku sodorkan notesku padanya.

    “hmm.. betul juga kok, kakak yakin kalian udah siap buat ujian nantinya” sahutnya mantap.

    +++

    “eh ! lu jadi cewek ganjen banget sih ma kak raffi !”

    “kok ganjen sih ? kan aku cuman minta di ajarin..”

    “hihh, ngeles lagi ! sama kak aldo kan juga bisa, toh pinteran dia di banding kak raffi !”

    “kalo aku sukanya kak raffi mang kenapa ! kamu mau apa ? mang kamu siapanya dia ? siapanya aku ? sok ngelarang-larang aku..” cecarnya angkuh.

    “kamu tu yah ! asal kamu tahu ! aku itu pacarnya ! jadi aku punya hak buat ngebatasin siapapun yang mau dekat sama dia !”

    Ya tuhan, apa yang barusan ku katakan, dasar bodoh kamu arga !. sesaat dia terdiam mencerna kalimat terakhirku tadi, lalu menyeringai mentapku dengan senyuman yang aneh.

    “aku tahu..” bisiknya singkat.

    “a..apa maksud kamu !, tahu apa kamu !” tanyaku gugup.

    “semuanya ! aku tahu semuanya tentang kamu dan kak raffi !” bisiknya lagi.

    “m...maksud kamu apa sih ! ngaco !”

    “udahlah ga, nggak usah ngelak lagi, dan satu hal yang aku pengen kamu tahu...” ujarnya tertahan.

    “...”

    “...”

    “...”

    “aku juga suka sama kak raffi ! dan aku akan lakukan apapun untuk dapetin dia !” bisiknya lagi.

    “kamu !!!”

    +++

    “arga, selly, udah lama kalian di sini nak ?” suara tante livia memecah ketegangan di antara kami, aku beringsut menjauh dari selly.

    “lumayan tan, udah dari siang” sahut selly dengan sopan seraya menyalami tante livia, akupun ikut menyalaminya.

    “oh, lagi belajar yah ? kak raffa sama raffi kemana ?”

    “iya tan, persiapan buat ujian nanti.. kami ke sini minta di ajarin kak raffi, ini dia lagi ke toilet katanya, kalo kak raffa kayaknya masih di kampus deh tan..”

    “oh, gitu yah..”

    “tuh kak raffinya..”

    “hai tante , kok nggak bilang dulu sih mau datang” kak raffi duduk di
    sampingku.

    “hehe, nggak tahu kenapa tante jadi pengen sering sering ketemu kalian, lagian di rumah tante sendirian, temen ngobrolnya cuman si tina pembantu tante sama si willy”

    “wah, willy itu siapa tante ?” tanyaku sekedar basa-basi.

    “anjing peliharaan tante..”

    “hahahaha, kirain siapa..”

    “kamu nih, lagian kalian tahu sendiri kan anak tante satu-satunya kuliahnya di negeri orang, otomatis tante harus rela hidup menyendiri”

    “hmm.. emang udah nggak pernah kkontak-kontakan sama om ferro ya tan..” tanya kak raffi yang membuat tante livia terdiam.

    Kak raffi pun berubah gundah, ia sadar sudah menanyakan sesuatu yang harusnya tidak ia tanyakan, atau mungkin untuk saat ini adalah sesuatu yang sangat tidak ingin tante livia bahas. Tante livia dan om ferro bercerai 2 tahun yang lalu, dari yang aku dengar dari papa dan mama, om ferro ketahuan berselingkuh oleh tante livia. Langsung saat itu juga tante livia melayangkan gugatan cerai pada om ferro. Selena, anak mereka satu-satunya, kini sudah berusia 19 tahun, seumuran kak raffa dan raffi. Dia sudah berhak memilih akan ikut dengan siapa, dan dia memilih dengan mamanya, tante livia. Om ferro sepertinya tidak terima dan sempat berjanji akan melakukan apa saja agar selena bisa jatuh ke tangannya, karena itulah tante livia menyuruh selena untuk kuliah di USA. Mungkin hal-hal itulah yang membentuk tante livia menjadi sosok yang tegas, dan cenderung tempramen.

    Sejak dulu tante livia sangat memperhatikan kedua ponakannya, raffa dan raffi. Karena adiknya adalah ibu dari mereka. Tante livia sudah menganggap kak raffa dan kak raffi seperti anaknya sendiri, beliaulah yang mengurusi kebutuhan-kebutuhan mereka yang belum sempat terhandle om alvin karena kesibukannya. Tante livia betul-betul menggantikan peran tante andita sebagai ibu dan kedua anak om alvin tersebut. Membayangkan sikap tempramen dan ketegasannya aku jadi takut kalau sewaktu-waktu ia mengetahui hubunganku dengan kak raffi.

    +++

    “maaf tan, nggak seharusnya raffi bahas itu...” sahut kak raffi menyesal.

    “nggak apa-apa nak, tante rasa kamu tahu sendiri gimana parahnya hubungan tante sama om mu itu sekarang, tante belum bisa tenang sampai selena menikah nanti dan terbebas dari bayang bayang tua bangka itu” ujar tante livia terliaht geram.

    “...” ruangan sejenak hening setelah perkataan tante livia tadi.

    “eh, udah siang nih, dari tadi ngobrol terus, kalian dah lapar kan, tadi tante sempet singgah beli coto makassar, kesukaan kamu kan raffi, break bentar lah belajarnya, kita makan sekarang”

    “oke tan..” sahutku girang,berusaha mencairkan suasana.

    “huu... giliran makan aja, semangat !” cecar selly yang sejak tadi diam

    “sudah-sudah, ayo ke dapur, nanti keburu dingin nggak enak”

    >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

    >> SIDE RENLY

    closer n closer to end ^_^
Sign In or Register to comment.