It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
like this story
jangan ampe digantung iya ceritanya =}
semangat,,heeeeeee
makasih iya
siap menunggu kok ^^
“Untung semalem gak ujan ya jadi gak dingin-dingin amat.”
Kata Karen yang sedang asik menikmati snack paginya yang sudah dia persiapkan dengan baik dari rumah. Memang perempuan lebih handal dalam mempersiapkan kegiatan semacam ini. April, Karen, dan Nadia sempat berbelanja bersama sebelum kami berangkat untuk acara ini. Alhasil, perlengakapan mereka sangat lengkap untuk medan seperti ini. Mulai dari selimut tebal, makanan enak, sampai peralatan mandi super lengkap yang memenuhi karier mereka. Berbeda sekali dengan aku, Daniel dan Marko yang hanya membawa perlengkapan seadanya. Tapi untunglah kami bersahabat, sehingga kami bertiga tetap dapat menikmati buah manis dari persiapan lengkap mereka.
Marko :“Iya bener mana cowo kan tidur di luar dingin banget, apalagi kalo ujan bisa mati kedinginan kita.”
Aku :”Iya Ko bener bangetlah, dinginnya setengah idup.”
Karin : “Eh kalian mau aku pinjemin selimut tebel nggak aku bawa dua.”
Aku :”Eh boleh Rin gw ga bawa selimut soalnya, semalem nebeng ama Daniel. Kan gak enak nebeng terus.”
Nadia :”Haha, jadi semalem kalian tidur seselimut berdua ya. Kasian amat.”
Marko :”Tapi romantis kan.” Dan merekapun tertawa puas mendengar gurauan Marko.
Aku :”Ah dasar, sialan lo Ko.”
April :”Yodah ntar aku bawain sebelum tidur ya, tapi ingetin jangan lupa.”
Nadia :”Eh BTW si Daniel mana kok nggak keliatan?”
Aku :”Lagi mandi kayanya.”
April :”Tuh dia.”
Kami semua memandang ke arah samping danau, tepat dimana kamar mandi umum tempat ini berada. Dari kejauhan terlihat Daniel sedang berjalan santai, mukanya yang sangat segar dan rambutnya yang masih basah menandakan dia baru saja selesai mandi. Dengan suara nyaringnya April langsung memanggil Daniel. Setelah beberapa detik bingung mencari arah datangnya suara, sekarang Daniel tersenyum ke arah kami, sepertinya dia menyadari keberadaan kami dan setengah berlari menghampiri kami.
Daniel :”Wah dah pada sarapan nih.”
Karin :”Cie yang abis tidur satu selimut ama Jo, langsung mandinya lama.”
Daniel :”Hah, enak aja lo. Orang gw baru aja mandi cuman 10 menit bahkan.”
Karin :”Haha iya becanda kali.”
Aku :”Emang ngantrinya lama Dan?”
Daniel :”Iya soalnya tadi gw jalan-jalan dulu, jadi telat ngantri.”
Marko :”Hah jalan-jalan, ama sapa?”
Daniel :”Sendirian.”
Marko :”Ah lo mah gak ajak-ajak jalan-jalannya.”
Daniel :”Tadi tiba-tiba kepikiran aja pengen jalan-jalan. Enak juga tempatnya tenang.”
April :”Ya udah ni Makan dulu Dan ntar keburu mulai loh, kegiatan pertama kita kan jam 8. Sekarang tinggal lima belas menit lagi loh.”
Daniel :”Iya-iya.”
Marko :”Hari ini acaranya ngapain sih?”
April :”Katanya pos-posan gitu keliling-keliling per kelompok.”
Daniel :”Wah seru tuh.”
April :”Asik pak ketuanya semangat.”
Marko :”Oh si Daniel ketua kalian?”
Daniel :”Iya dipilih sama teman-teman secara sepihak, terutama dua orang ini nih.”
Tangan Daniel menunjuk ke arah aku dan April. Aku dan April saling berpandangan sejenak dan kemudian tertawa kecil. Memang kemarin sewaktu pemilihan ketua kelompok kami berdua sukses menghasut teman-teman untuk memilih Daniel sebagai ketua kelompok kami, dan karena suara terbanyak memutuskan Daniel ketuanya maka dia tidak bisa menolak.
.......................................................................................
“Sekarang semuanya berkumpul per kelompok, buat banjar berurut tinggi di depan saya 20 detik.”
Suara kakak senior sudah terdengar tepat pukul delapan pagi ini. Kali ini semakin keras saja tekanan yang mereka berikan buat kami. Potongan waktu 10 detik untuk kami mempersiapkan barisan kami. Yah, tapi walau bagaimanapun memang beginilah situasi ospek. Penuh dengan tekanan, tapi pastinya sangat berkesan.
“Yah, sekarang kita akan segera melaksanakan kegiatan pertama kita hari ini, kegiatan kita adalah mencari jejak. Dalam kegiatan ini, tiap-tiap kelompok harus melewati 10 pos yang tersebar di tempat berbeda. Masing-masing kelompok akan mulai dengan waktu yang sama, namun dengan jalur yang berbeda. Kalian akan diberi beberapa petunjuk untuk menyelesaikan jalur kalian. Ingat medan di sini adalah medan alam, jadi tolong saling menjaga dan mengingatkan dalam kelompok.”
Wah asik aku paling senang dengan permainan semacam ini. Terakhir aku bermain mencari jejak adalah sewaktu aku duduk di bangku SMA. Waktu itu aku sedang mengikuti perkemahan PRAMUKA dari sekolahku.
Informasi pentingnya adalah aku selalu menang dalam game semacam ini, karena memacahkan teka-teki adalah keahlianku yang aku dapat dari hobiku menonton film detektif.
“Selain itu, tiap kelompok silakan mengirim dua perwakilannya untuk tetap tinggal di sini mempersiapkan makan siang buat teman kelompoknya. Satu cowo dan satu cewe.” Hah kenapa harus ada cowo, padahal menurutku dua orang cewe lebih baik untuk mempersiapkan makanan.
“Sekarang silakan berunding dengan kelompok kalian dalam waktu 10 menit. Jangan lupa keluarkan bekal yang kalian persiapkan untuk dimasak oleh teman kalian. Dimulai dari sekarang!”
Semua teman-temanku bubar dari barisannya dan langsung berkumpul melingkar dengan kelompoknya masing-masing, begitu pula dengan kelompokku. Kami mendiskusikan siapa yang akan tinggal di tenda untuk memasak. Tidak butuh waktu lama bagi anggota cewe untuk mengajukan dirinya sebagai juru masak kami siang ini. Tapi lain halnya dengan anggota cowo, karena kami semua ingin ikut dalam permainan mencari jejak ini.
“Ya udah gw aja gimana?” Kata Daniel menawarkan diri
“Gak bisa lah kan lo ketuanya.” Kata Agus salah seorang anggota kami.
“Ya udah gw aja lah.” Akhirnya dengan berat hati aku menawarkan diri.
Sebab jika tidak ada yang mau mengalah kami akan kehabisan waktu hanya untuk memutuskan hal ini.
“Bener ga apa Jo?”
“Iya ga apa Dan, lagian gw kan jago masak.” Kataku menghibur diri untuk menutupi kekecewaanku tidak bisa ikut mencari jejak kali ini.
“Tapi awas aja ya kalo lo pada kalah.”
“Hahaha iye. Lo juga awas aja kalo makanannya ga enak.”
“Hoh tenang aja Jam, gw jagonya.”
“Ya udah, berarti udah diputusin Jonathan ama Remi, bakal di tenda buat masak ya. Yang lain yuk kita balik ke barisan.” Mendengar instruksi Daniel tersebut semua anggota kelompok berdiri dan bergerak ke tengah lapangan untuk mengikuti pengarahan selanjutnya.
“Dan, ati-ati lo.”
“Iya sip, lo juga ati-ati n masaknya yang enak.”
“Hahaha pastilah.”
Huh kecewa berat rasanya. Padahal aku sudah membayangkan untuk berpartisipasi dalam mencari jejak kali ini. Entah kenapa aku selalu tertantang dengan game-game semacam ini. Hah tapi ya sudahlah, lagipula ini keputusan bersama juga.
.......................................................................................
Hah akhirnya selesai juga persiapan kami memasak makan siang buat teman-teman sekelompok. Walaupun aku banyak membantu tapi sebenernya, Remi lebih banyak berperan dalam menyiapkan makanan ini. Alhasil kami berhasil menghidangkan tumis wrtel buncis dan nasi goreng spesial buatan kami. Aku yakin teman-temanku pasti akan terkesima dengan hasil maskan kami kali ini.
“Sip dah beres Jo.”
“Iya Rem, lo jago masak ya. Sekarang masih jam 10 tapi kita dah beres. Cepet banget lo masaknya.”
“Hahaha, ya cewe harus bisa masak lah.”
“Tapi gak semuanya kali.”
“Eh tuh dah pada balik tuh.”
“Hah, masa?” Aku sedikit heran mendengar Remi bilang teman sekelompok kami sudah datang. Karena menurut jadwal seharusnya mereka baru akan datang setelah jam 11 siang. Dengan perasaan penasaran aku melihat ke arah yang ditunjuk Remi. Benar memang ternyata mereka sudah datang. Tapi, sepertinya hanya tiga orang dan salah satunya sepertinya cidera karena temanku yang lain perlu membantunya berjalan. Astaga, itu Daniel. Daniel dengan payah berjalan dibantu oleh dua orang teman kelompokku dan satu orang panitia. Aku dan Remi pun langsung beranjak dari tenda kami dan berlari menghampiri mereka. Selain kami beberapa panitia juga terlihat menghampiri mereka.
“Dan lo kenapa?” Kataku sambil mengambil alih posisi temanku untuk merangkul Daniel dan membantunya berjalan.
“Ga apa kok cuma keseleo dikit.”
“Tadi si Daniel kepleset Jo pas lagi ada turunan.”
“Ya sudah sekarang Daniel, biar diurus temannya yang di tenda kalian berdua balik ke pos ya!”
Dengan terseok-seok, aku dan Remi membantu Daniel berjalan menuju tenda kami. Walaupun dia bilang tidak apa, namun keringat yang membasahi wajahnya meyakinkanku kalau Daniel sedang menahan sakit. Sesampainya di tenda, Daniel langsung ditangani oleh dokter yang sudah dipersiapkan oleh panitia untuk mengantisipasi kejadian semacam ini. Aku hanya terdiam di sebelah Daniel sambil memperhatikan Daniel yang menjawab pertanyaan dokter yang memeriksanya dengan setengah menahan sakit. Setelah hampir satu jam memeriksa dan membalut kaki Daniel akhirnya, dokter tersebut keluar dari tenda. Sekarang sepertinya Daniel sudah terlihat lebih tenang.
“Gimana Dan?”
“Udah mendingan kok, lagian cuma keseleo doang kok.”
“Ya keseleo tetep aja kan sakit.”
“Iya kok malah lo yang marah sih.”
“Hehehe, bukan marah Dan. Gw tu khawatir ama lo.”
“Iya-iya pak Jonathan yang cerewet, gw ga apa kok.”
“Kenapa bisa jatuh sih?”
“Tadi tuh ada petunjuk yang mesti diambil di tanjakan gitu. Sebenernya gak terlalu curam sih. Cuma gw ga ati-ati trus kepeleset. Nah jatuhnya berdiri sebenernya, Cuma karena posisi kakinya ka stabil jadi keseleo deh.”
“Ohh, lo sih udah gw bilang ati-ati.”
“Iya kan namanya juga musibah.”
“Iya sih, lagian mestinya lo cocoknya emang masak di rumah. Biar Jonathan si petualang yang mencari jejak.”
“Ah sialan lo ah, temenya sakit malah diledekin.”
“Haha abis lo nya sih....”
“Jo udah pada dateng tuh kita nyiapin makanan dulu yuk.” Panggilan Remi dari arah luar tenda mengagetkanku.
“Jo ntar ya mau nyiapin makan buat anak2, sekalian gw ambilin makan siang terenak sedunia buat lo. Hehehe.”
“Iya sip-sip sono.”
..................................................................
“Lo kenapa ga mau sih disuruh tidur di tenda utama? Kan kaki lo lagi sakit, mana ujan lagi sekarang.”
“Nggak ah males, lagian kalo di tenda utama gw tidur bareng cewe-cewe donk. Malu lah.”
“Ya elah, kan lonya lagi sakit. Lagian bukannya asik sekalian cuci mata.”
“Hahha, itu mah lo pikiran jorok.”
“Yodah gini deh sekarang lo tuker tempat ma gw kalo gitu, biar gw yang di pinggir.”
“Tapi dingin banget di sini Jo.”
“Iya gw tau, makanya gw suruh lo tidur di tengah. Lagian gantian lah semalam kan lo dah kedinginan.”
“Masalahnya hari ini ujan gini, jauh lebih dingin dari kemarin. Lagian kan lo gak ada selimut.”
Mendengar Daniel menyinggung selimut aku baru teringat bahwa seharusnya aku meminjam selimut pada April malam ini. Karena terlalu memikirkan keadaan Daniel aku sampai lupa. Sekarang nampaknya susah kalau aku harus keluar dan mendatangi April. Selain hujan, kami diharuskan tidur setelah jam 11, sedangkan sekarang sudah jam 12.
“Udah gak apa ntar selimutan berdua aja kaya kemarin.”
“Tapi gw gak apa Jo, lagian sakit kaki kan ga ada hubungannya ma dingin.”
“Udah gw tau lo pasti juga nahan sakit kan soalnya obat penghilang rasa sakitnya dah mulai ilang.”
“Iya sih tapi kan...”
“Udah, minggir-minggir.”
Dengan sedikit memaksa aku membantu Daniel berpindah posisi tidur ke bagian tengah. Perlahan ku angkat kakinya yang sakit sehingga dia tidak perlu menggerakkannya.
“Nah gini kan enak, dah sekarang tidur ya anak manis.”
“Ih dasar lo keras kepala, tapi thanks ya.”
“Iya udah tidur-tidur.”
Akhirnya kami berdua pun tertidur. Dinginya malam ini benar-benar tidak bisa ditandingi oleh selimut yang kami bawa. Ditambah lagi pakaian kami yang basah karena sempat kehujanan di kegiatan malam tidak bisa kering karena dinginya suhu di sini. Seperti kata Daniel, posisi di pinggir ini memang sangat dingin, angin dingin dari luar tenda dengan mudah menelisip masuk ke dalam. Semakin pagi suasana makin dingin. Tengah malam aku terbangun dan menggigil. Dinginya benar-benar tidak tertahankan.
“Jo lo, kedinginan ya.” Nampaknya Daniel terbangun karena aku menggigil.
“Nggak apa kok dah tidur aja.”
“Lo gigil gitu.”
“Udah nggak apa tidur lagi gih.” Sebenarnya aku benar-benar kedinginan saat ini. Tapi tidak mungkin aku menampakkannya di depan Daniel, karena pasti dia akan memaksaku pindah posisi.
“Jo kita tukeran aja ya.”
Aku sengaja tidak menjawab pertanyaan Daniel dan menahan rasa dinginku agar Daniel pikir aku sudah tertidur.
“Jo.”
Sekuat tenaga aku menahan dingin ini, tapi mulut dan badanku terus saja menggigil. Setelah beberapa menit terdiam tiba-tiba saja ada tangan melingkar di pinggangku. Tangan ini menarikku erat ke arah belakang mendekat ke arah Daniel, sehingga tubuhku bergeser beberapa jengkal ke belakang. Sejenak aku terheran dengan keadaan ini. Rasa dingin yang aku rasakan sepertinya dikalahkan oleh perasaan terkejutku. Mungkin juga karena sekarang kehangatan mulai aku rasakan dari belakang tubuhku. Dapat aku rasakan sumbangan panas tubuh yang diberikan ke padaku. Hangat yang memang sangat aku butuhkan sekarang ini. Hangat yang entah kenapa rasanya sudah kutunggu sejak lama. Tersadar dari lamunanku aku menengok ke arah Daniel. Dia pun memandangku dan sekarang kami beradu pandang dalam jarak yang sangat dekat. Rasanya aliran darahku bergerak lebih cepat mengiringi detak jantungku yang semakin berpacu. Hampir saja aku terpaku oleh kondisi seperti ini dan tak bisa berkata-kata. Ku kumpulkan tenaga untuk memberanikan diri memastikan pada Daniel apa maksud pelukannya ini.
“Dan kenapa?”
“Kenapa? ..... Anggep aja ini pelukan sahabat. Udah tidur ya, sekarang lebih anget kan.”
Aku pun mengangguk dan memalingkan kembali wajahku. Dalam hatiku perasaan yang sulit digambarkan bercampur aduk dan memenuhi pikiranku. Kata-kata Daniel terus terngiang dalam pikiranku seiring dengan hangat tubuhnya yang masih terus kurasakan. Bagiku, walaupun Daniel selalu dekat denganku, namun dia selalu abu-abu untukku. Bahkan saat kami sedekat ini, aku tidak bisa mengerti apa maksud Daniel.
kurang setuju klo sama mario..
^_^
kayaknya daniel sengaja tuh jatoh gtu.. hehehe
si Jo ama Daniel aja, jgn ama Mario
@stephen_frans: update-nya jgn lama2 yah, bete nunggu lama -,-
Teruss donk,
kadang emang perhatian2 kecil spt ini yg bener2 bikin kita ngerasain ketulusan seseorang...