It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
pokoknya cincai lah, harga boleh bersaing ama toko sebelah.. Ayo cepat sebelum kehabisan ~
*nunggu Agung beli blenderku
@habiebie : Afwan Bro. Ane lupa bilang, jazakumullah khairan katsir.(eh di Kuwait pake bhs Arab kan?) alias Thank u soooo much atas pujian n waktunya.
Lam kenal jg Bro!
asal bukan keliatan belangnya aja
@marobmar : thanks udah mampir ya?
@goldenjazz87 :kumaoooo
@aryaP :ok!
Aku terbaring dg mata nyalang. Bagaimana aku sampai dikamarku pun aku belum ingat jelas. Yg ada dipikiranku adalah kenyataan yg aku sadari semalam.
Kembali semua ingatan dan peristiwa yg pernah terjadi dan aku alami bersama dg Agung,melintas. Seharusnya aku tahu kenapa aku merasa begitu nyaman bersama Agung. Saat aku begitu kesal dia selalu menyebut Rico,seharusnya aku sadar bahwa itu cemburu. Saat aku merasa hariku belum lengkap tanpa melihatnya,harusnya aku tahu itu. . . .cinta.
Aku kembali menutup mataku dg lengan. Dan sekarang sudah terlambat!
Sial!
Sial!
SIAAAAAALLLLL!!!!!
Mungkin selama ini aku telah menyadari akan perasaanku. Hanya saja aku lebih memilih untuk menyangkalnya. Jatuh cinta pd seorang pria. . . .
Memikirkannya pun aku belum pernah! Tapi itulah kenyataannya. Mungkin sekarang sudah ada tulisan gay di jidatku.
"Gimana perasaan lo?"
Aku terjingkat kaget karena tak mendengar suara orang masuk. Randy! Dg cepat aku mengusap mataku yg sempat basah dan duduk.
"Maaf bikin kaget!"katanya lagi dan duduk disebelahku.
Aku hanya mencoba tersenyum untuk memberitahunya aku tak apa. Tapi mana mungkin aku bisa kembali menipunya.Randy sudah mengetahui apa yg kurasakan dg jelas."Oh ya,bagaimana lo bisa tahu gw tinggal disini?" tanyaku baru inget. Malam itu,setelah insiden dipantai Randy langsung membawaku ke kostan tanpa sekalipun bertanya dimana lokasinya.
"Gw pernah ngebuntutin elo," jelasnya,kembali dg senyum meminta maaf.
"Sepertinya sudah ga ada lagi yg bisa gw sembunyiin dari lo. Bahkan lo bisa tau kalo gw ga. . . .," Bahkan untuk mengatakannya pun aku sulit, "kalo gw 'seperti itu' sebelum gw bisa menyadarinya," kataku getir.
"Kenapa lo harus meributkan label sih?" tanya Randy membuatku mengangkat alis."Gay,str8t,bi . . . . . , lo tetep Dava. Lo ga akan berubah jadi a freak yg bakalan mangsa orang. So you like men,but then what? Itu kan ga merubah siapa elo?"
"A man dude!" potongku ngeri. "Gw cuma suka ma satu orang. Dan gw ga ada niat untuk menambahnya dalam waktu dekat!" protesku. Randy enak saja menyebut kata itu sementara aku masih mengernyit hanya dg mendengarnya saja. Menyadari bahwa aku menyukai Agung. . . .
"The point is,kamu adalah kamu.Dava.Sohib gw!"
"Meski gw . . . . . gay?"
There! I said it! pikirku ngeri.
"Gw udah lama kok mempersiapkan diri buat moment kayak gini," sahutnya enteng, dan lagi2 tersenyum saat aku bengong gak ngerti. "Udah lama gw sama Wina ngeliat en sadar gimana perasaan lo ke Agung. Kita sering ngebahasnya. Wina jg yg ngeyakinin gw kalo apapun kenyataannya ntar, lo tetep sohib gw. Pernah bbrp kali gw coba buat kasih tau elo. Tp Wina pikir itu bukan ide yg baik. Pertama mungkin elo bakal nyangkal abis2an. And worst, lo bakal menjauh dari gw. Atau musuhin gw. Jadi kita putusin buat nunggu lo sadar dg sendirinya. Yg jelas, gw selalu sobib lo Bro. Apapun kenyataannya," jelas Randy. Dan sekali lg aku dibuat malu oleh fakta bahwa dia, jauh mengerti aku dibandingkan aku sendiri.
"Ga ngaruh meski lo gay," lanjutnya lg. "Asal lo ga suka ngebantai orang kaya si Ryan aja!" selorohnya membuatku merengut.
"Sial lo!"rungutku,"Lo. . . .ga jijik?" tanyaku lg dg nada ragu.
"Gw ga perduli lo gay atau str8t. Jgn terlalu memusingkan label. You're just a human. Lagian ga semua gay itu gak bener/jahat. N ga semua str8t itu baik. Mereka sama2 manusia," kata Randy lg dan tersenyum."Yg harus lo pikirin skrng,gimana lo bisa ngedapetin Agung lagi."
Aku mendengus keras mendengarnya. Dg kesal aku menjatuhkan tubuhku kembali ke kasurku."Bersaing dg Chris?! Lo gila ya? Lo ga inget gimana wujud dari orang itu? Orang kaya dia biasanya cuman ada dalam imajinasi liar wanita. Dan dia nyata! Siapa yg bisa menolaknya."
"Well. . . .seksi abis sih. Gw yakin,si Wina juga ga bakal mikir dua kali kalo seandainya dia disuruh milih. Gw atau Chris. Dia pasti milih Chris!"
Dengan kesal aku melempar bantalku pdnya. Randy hanya tertawa."Makasih buat dukungannya!" gerutuku. Aku berbaring telentang memandangi atap kamarku yg gak ada bagus2nya."Gw juga ga yakin kalo gw mau jd. . ." aku kembali tak bisa menyebut kata itu.
"Gay?" sahut Randy. "Bukan gw yg kudu mutusin hal itu. Tapi elo. Lo yg kudu tau apa yg lo mau lakukan di hidup lo. Tp kalo gw bisa bantu,lo jawab ini!" Randy mendekat pdku dan menatapku lekat. "Apa lo sayang Agung? Apa lo rela kehilangan Agung? Dan terakhir. . .apa lo bisa sendiri tanpa Agung? Setelah lo jawab semua pertanyaan itu,mungkin lo bisa ngerti apa yg lo mau. Tp apapun keputusan lo,kita tetep sohib."
Aku tersenyum mendengarnya,"Thanks!"
Randy membalas senyumku, "Gw harap lo cepet mengambil keputusan. Sebelum terlambat. Kalo saja lo jadi gw. Gw bisa ngeliat dg jelas gimana lo bisa begitu. . . .berantakan tanpa Agung. Lo kacau tanpa dia. Dan gw ga bisa ngebayangin kalo lo. . .kehilangan dia selamanya. Jangan ragu Va. Beranilah demi kebahagiaan lo. Ga usah peduliin komentar orang lain," Randy tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya, "Gw ga percaya kalo sekarang gw memberi semangat sohib cowok gw buat ngejar cowok lain. Tp ngeliat lo kemaren2, gw sadar kalo Agung,telah jadi bagian penting dalam hidup lo," katanya.
Aku menatapnya tanpa kata.
"Gw pergi dulu. Ada janji sama Wina. Call me if you need anything. And please,pikirka baik2 yg gw katakan tadi," pamit Randy yg kembali kujawab dg senyum.
Sepeninggal Randy,aku tak henti2nya memikirkan pertanyaan2 Randy tadi. Apakah aku sudah benar2 siap kehilangan Agung? Bisakah aku melewati hari2ku seperti kemarin? Selalu sepi, suram dan menyesakkan. . .selamanya. Agung akan bersama Chris. Berada dalam pelukannya. Menciumnya. . . .
Dan aku akan sendiri menyesali diri.
Selamanya. . . .
Aku bangkit dengan cepat dan meraih kunci sepeda motorku!
Satpam yg menjaga rumah Agung mengatakan kalau Agung keluar dan hanya ada Tante Niken dirumah. Dia sudah mengenalku jadi dia membiarkanku masuk.
"Dava sayang!Apa kabar?!" sapa Tante Niken dan memelukku. Diciumnya kedua pipiku. "Sudah lama kamu tidak main kesini,dan. . ."
"Tante, Agung kemana?" potongku cepat.
Tante Niken tersenyum seolah mengerti kenapa aku datang mendadak kerumahnya dg keadaan kacau dan terburu-buru. "Dia ada di hotel Bali lnternasional(samaran) ,bersama temannya.Chris!" katanya.
Aku mengetatkan geraham mendengarnya, "Saya permisi dulu Tante!" pamitku cepat!
"Dava!"panggil beliau membuat langkahku terhenti, "Kau sudah membuat keputusan?" tanya beliau.
"Saya akan bicara dg Tante lagi nanti. Setelah saya bertemu Agung!" jawabku dan segera kembali melangkah.
Menemukan Chris ternyata bukan hal yg sulit. Karena begitu sampai didepan gedung hotel, aku melihatnya berdiri disamping sebuah mobil jeep. Sepertinya dia hendak pergi. Dg tergesa-gesa kuparkir motorku.
"Chris!!" panggilku dan mendekatinya.
"Hei,you. . ."
"Where is he?" potongku cepat. Jelas dia masih ingat denganku.
Chris tidak langsung menjawab tapi malah memandangku, "In my room. What do you want?" tanyanya ringan.
"I wanna talk to him."
"What for? You didn't want him and you might be too late!" katanya lagi, masih dg nada yg ringan.
"I don't care. I just wanna talk. I'll accept his decision. Whatever that is. But I need to talk to him. Now!" tegasku lagi. Chris sepertinya tahu sejarahku dg Agung. Jelas sekali dia tahu alasanku kesini.
"Room 27. Just walk straight ahead through the door," jelas Chris dan menunjuk pintu hotel. "My room is the last one."
"Thanks!" kataku dan berlalu dg cepat.
Kamar no 27 memang berada ujung dari deretan kamar dilantai satu. Pintunya tak dikunci. Dan kulihat Agung sedang berdiri di balkon kamar,menghadap kelaut dg tangan terlipat didada. Memunggungiku.
"Have you got the rent car?" tanya Agung tanpa melihatku. "Like l said,l'll take you wherever you want to, but I'm not gonna take you to Dava!"
Aku sedikit tertegun. Jadi tadi Chris meminta Agung untuk membawanya menemuiku?!
"He doesn't want me Chris. And that's final. It might be the best. I'll have to accept his decision. I'll leave him in peace coz that's what he wants. So don't ask me again!" katanya dg tegas meski aku bisa menangkap kegetiran dlm suaranya.
Aku mendekatinya hingga kemudian aku berdiri tepat dibelakangnya. Dg sedikit gemetar, kuangkat tanganku. Kulingkarkan lenganku di pinggangnya dan menariknya untuk mendekat. Menempelkan punggungnya ke dadaku. Agung mengeluarkan suara terkesiap kaget. Tp aku langsung menyurukkan wajahku dalam2 dilekuk lehernya.
"Va. . . .?" desis Agung.
"Jangan tinggalin aku," pintaku lirih.Baru sekarang,saat aku bisa memeluk tubuhnya,merapatkan tubuh kami,aku menyadarinya. Bahwa aku benar2 membutuhkan Agung. Aku tak ingin kehilangan dia. Aku ingin bisa terus mendekapnya seperti ini. Dan saat ini,hal itu terasa begitu tepat. Dan aku tak ingin melepasnya. Kurasakan tubuhnya begitu pas dalam pelukanku.
"Va. . .,"
"Jangan pergi," pintaku dg suara pecah. Aku tak bisa menahan diri. Pertahananku hampir bobol dalam hitungan detik. Aku hanya mampu menahan selembar kesadaran tipis yg membuatku tidak menangis keras skrng. Belum pernah aku merasa rapuh seperti ini. Belum pernah aku merasa takut seperti saat ini. Takut kalau apa yg telah kulakukan kemarin2 akan membuat Agung tetap pergi,meski aku telah memintanya dg cara seperti ini. Rapuh karena aku yakin, krn kalau dia berontak lepas dan pergi dariku sekarang,aku akan hancur. "Please. . . .," pintaku serak.
"Va. . ."
"Aku salah. Aku bodoh. Aku jahat. Tapi. . . . aku takut. Maaf," kataku.
Yeah! Betapa bodohnya aku tidak menyadari arti Agung sebelumnya.
Aku terus memeluknya erat tanpa mengangkat wajahku yg tersembunyi dilehernya. Hingga kemudian,kurasakan tangan Agung mengusap lembut tanganku yg melingkar dipinggangnya. Perlahan dia melepas tanganku lalu dg cepat berbalik memelukku. Mendekap erat kepalaku sambil mencium sisi wajahku dg bibirnya. Dan aku bisa melihat pipinya pun basah.
Dan pertahanan terakhirku runtuh.
Aku terisak keras dalam pelukannya.
XX
Entah berapa lama aku berada dalam pelukannya. Saat aku sudah bisa menguasai diri, saat pikiranku telah mulai jernih, aku jadi malu setengah mati. Aku tak habis pikir kenapa aku jadi lemah didepannya. Dan kali ini entah keberapa kalinya aku menangis karena Agung. Seingatku sudah 2 kali aku melakukan ini dihadapannya. Yg pertama adalah saat kami bertemu pertama kali. Kalau dipikir,dalam bulan2 terakhir ini, aku menangis lebih banyak dari yg aku ingat sepanjang hidupku.
Aku menyusut hidung dan melepaskan diri. "Sial!" desahku kesal dan masuk. Langsung merebahkan diri diranjang. Kupejamkan mataku rapat2. Mencoba mengumpulkan harga diriku yg rasanya mulai runtuh didepan Agung.
"Kenapa?" tanya Agung yg menyusulku. Kurasakan ranjang bergerak sedikit saat dia ikutan naik.
"Aku kesal! Kenapa aku selalu lemah didepanmu," kataku pelan. "Menangis hanya dilakukan oleh anak kecil, atau cewek. Tapi aku jadi sering nangis karenamu. Cowok macam apa coba yg lembek gini?" gerutuku.
Sesaat kemudian kurasakan usapan lembut Agung dikepalaku. Kubuka mataku, dan kutemukan dia berbaring, bertumpu pada sikunya di sebelahku. Dia tersenyum.
"Bukankah itu bagus? Hal itu menunjukkan kau masih punya hati. Manusia apa yg tidak pernah menangis?"
"Aku cowok."
"And a human," imbuh Agung. "And I think it's sweet!"
Aku mengerang kesal. "Tapi aku nggak suka! Aku ingin jadi orang yang kuat," gerutuku lagi. Mendengarnya Agung hanya tertawa kecil. Dia maju dan mencium keningku lembut.
"I love you,just the way you are," bisiknya.
Aku menatapnya lekat. Mematri wajah cute nya di ingatanku.Tanganku terangkat dengan sendirinya, dan mengusap sisi wajahnya. "Aku sayang kamu jg, "bisikku, ". . . tapi aku tak tahu apa yg harus aku lakukan atau harapkan."
"Maksudnya?" tanya Agung.
"Aku tak pernah tahu akan membawa hubungan ini kemana. Ketika aku menjalin hubungan serius dg seorang cewek ,aku tahu apa yg harus aku lakukan nantinya. Kami akan menikah, memiliki anak dan tua bersama," kataku lirih. "Tp denganmu. . . . . . ."
Agung tersenyum sedih, "Kau ingat pertemuan pertama kita? Kau bilang,kami para gay beruntung, krn kami tak mungkin merasakan sakitnya dikhianati saat istri kita selingkuh. Ingat yg kukatakan, being gay dinegara ini jg membuat kami tak bisa bersama dg pasangan kami. No matter how big our love is. Sekarang kau tau bgmn rasanya kan?"
Aku bisa melihat ironinya sekarang. Dan aku jg tak tahu harus mengatakan apa. "Aku sayang kamu. Aku ingin bersamamu. Aku nggak mau melihatmu bersama dg cowok lain. Tp aku tak bisa mengatakan masa depan apa yg bisa kuberikan padamu. Apa yg bisa kujanjikan padamu?" tanya ku dg nada bingung.
"Just tell me again you love me!"
Aku menarik kepalanya dan mencium bibirnya. Merasakan kuluman lembutnya yg membalas ciumanku. Merasakan lidahnya yg menelusuri bibir dan mengusap lidahku. "I love you," bisikku lirih.
"That's a start," bisik Agung dan kembali menciumku. Kali ini dg lebih intens dan bergairah. Aku bisa merasakan hasratku bangkit,apalagi saat dia bergeser keatas tubuhku. Tubuhnya bergerak pelan,menggesek tubuhku yg langsung bereaksi. Tanpa sadar aku mengeluarkan suara lenguhan pelan.
Tanganku bergerak masuk kedalam t-shirtnya. Mengusap lembut punggungnya. Bergerak ke dadanya,dan berlama-lama disana. Bermain dg dua tonjolan kecil yg mengeras disana.
Tp saat Agung menggesekkan pinggulnya pd ku, aku merasakan tonjolan lain yg lebih besar yg mendesak dan serta merta aku tersentak, melepas pagutanku. Sadar bahwa yg bergerak diatasku adalah Agung yg notabene adalah cowok dan punya onderdil yg sama dg ku.
"Apa?" tanyanya bingung diantara nafasnya yg memburu.
"Bisakah kita melakukannya. . . .selangkah demi selangkah saja?" pintaku. "Jujur aku sedikit. . . .terintimidasi. Juga takut." kataku dg wajah memanas.
Alis Agung terangkat mendengarnya.
Aku berpikir sejenak. Mencoba menyampaikan apa yg ada dipikiranku dg bahasa yg halus pd Agung. "It's new for me. Aku tak tahu apa yg harus aku lakukan. Dan yg jelas,aku tak yakin aku bisa menerima ada. . . sesuatu yg masuk ketubuhku. Please jangan salah menerimanya. I love you, tp aku gak mampu untuk melakukan itu. Not now. Never" jelasku.
Agung tersenyum, "I don't mind being a bottom."
"Bottom maksudmu. . . .?"
Agung hanya tersenyum.
Aku bisa merasakan kembali wajahku memanas. "Meski hal itu sedikit menenangkan, bisakah kita membahasnya lain kali?" pintaku lagi yg benar2 jengah harus membahas hal itu.
Lagi2 Agung hanya tersenyum dan mengangkat tubuhnya dariku.
"Kita akan membahasnya kapanpun kau mau,"katanya.
Aku tak suka saat tubuh kami terpisah, tapi aku tahu kalau aku belum siap untuk melakukan lebih dari apa yg kami lakukan tadi. Sumpah ngeri!
"Chris!" sergah Agung tiba-tiba.
Aku yg telah duduk dan membetulkan bajuku yg kusut berpaling mendengar Agung menyebut nama itu.
"Kenapa? Tadi dia ada didepan," kataku dg sedikit nada tak suka.
"Come on! Let's out. Mungkin dia masih menungguku!" ajak Agung.
"Kalian. . . .?" aku tak meneruskan pertanyaanku. Agung tersenyum lebar melihat kecemasanku.
"Aku memilihmu," katanya singkat dan mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambutnya.
Saat kami menitipkan kunci di resepsionis, kami mendapat pesan dari Chris yg mengatakan bahwa dia akan kembali menelepon Agung nanti. Pengertian juga kunyuk itu. Aku jadi teringat akan janjiku dg seseorang. Aku segera mengajak Agung pulang.
Perjalanan pulang ke rumah Agung memakan waktu yg sedikit agak lama dibandingkan berangkatku ke Legian. Aku hanya membawa satu helm, Agung tidak membawa mobil, jd kami boncengan dan harus menghindar dari polisi dg melewati jalan2 tikus.
Tante Niken menyambut kami dg senyum ramahnya. Dia melihat tangan kami yg bergandengan tanpa gurat heran yg kuduga akan muncul.
"Tante. . .," kataku memulai saat kami telah duduk diruang tengah bertiga, "Dava meminta ijin Tante untuk bisa bersama dg Agung," pintaku sedikit gugup. "Dava sayang Agung Tan. Dan Dava ingin. . .bersama Agung."
"Dava sudah memikirkannya dg baik?" tanya Tante Niken.
"Sudah Tan," jawabku mengangguk, "Tapi. . . . Dava tidak bisa mengatakan apapun tentang masa depan. Dava. . .tak tahu apa yg bisa Dava janjikan. Yg Dava tahu, Dava sayang Agung dan ingin bersamanya. Dava ingin menghadapi apapun yg ada didepan nanti bersama," kataku jujur. Krn bahkan aku sendiri jg tak tahu akan kemana nantinya hubunganku dan Agung berakhir.
"Gung?" tanya Tante Niken.
"Agung ngerti Mom. Bukan hanya krn Dava tak tahu sama sekali tentang dunia Agung, tp jg krn Agung bisa mengerti apa yg ia bingungkan. Terlebih lagi, Agung sayang Dava Mom," kata Agung pelan.
Tante Niken menghela nafas sejenak, "Kadang Mommy berharap kalau kenyataan tidak seperti ini," desah beliau, "Tapi Agung putra Mommy dan Mommy sayang Agung. Seperti apapun Agung. Dan Agung sudah besar. Sudah tahu apa yg harus Agung lakukan dan akibat apa yg akan Agung tanggung. Jadi. . . Mommy serahkan semua pada Agung," kata Tante Niken.
Agung bangkit memeluk ibunya, "Makasih Mom!"
Tante Niken hanya menepuk bahu Agung dan mencium pipinya. "Va. . . Tante titip Agung ya?" kata beliau dan mengembangkan tangannya padaku.
Aku segera bangkit memeluknya, "Pasti Tante. Terima kasih," kataku.
"Kalau begitu beres. Kalian belum makan malam kan? Mau temani Mommy kan?"
Aku dan Agung hanya tersenyum dan mengagguk.Agung mengulurkan tangannya padaku yg kusambut dg remasan pelan.
"Oh ya!" Tante Niken yg sudah melangkah kembali berhenti da berbalik ke arah kami. "Satu lg pesan Mommy. Va, Agung, inget selalu dg safe sex ya?"
Aku tak bisa berbicara saking kaget dan malunya. Agung mengerang keras dan menutup wajahnya.
"Mom. . . . kami belum sejauh itu," gerundeng Agung dg wajah yg lebih merah dariku.
"Hei,Mommy kan ibumu plus dokter. Jadi harus selalu mengingatkan kalian untuk melakukannya dg cara yg benar.”
"MOOOOMM!!!!"seru Agung yg hanya Tante Niken jawab dg tawa kecil sambil berlalu. ”Mommy emang paling bisa bikin masalah,” gerundengnya lagi.
“Eeehhhmmmm. . . . . tapi kamu ga mungkin hamil kan kalo kita ngelakuin ‘itu’ tanpa pengaman?” tanyaku sedikit heran.
Agung ternganga saking kagetnya, ”Yang Mommy maksud itu bukan hamil Va! Aduh. . . . kamu kudu banyak2 baca buku deh. Tapi seperti yg kamu bilang,akan lebih baik kalau kamu belajarnya selangkah demi selangkah kan?” katanya, ”Udah deh.Yuk. . . ,” ajaknya dan mengulurkan tangannya padaku.
Aku menyambutnya.
Yeah. . . .
Selangkah demi selangkah.
Kami akan menghadapinya bersama.
Aku dan Agung!
Bersama. . . . .
==============The End===================
Guys, kisah Dava dan Agung q selesein disini. Sebenernya sih pengen ngelanjutin sampe mrk lulus kuliah. Tp. . . . l think it would be better this way!
Thanks buat semua yg kasih support selama penulisan (apa? Novelet? cerpen? atau novel ya?) cerita ini. En maaf bangeeet bila2 ada kesalahan. Baik disengaja ato nggak.
Insyaallah ketemu lagi taon depan (bentar lg ganti taon kan?) dg MEMOIRS II (Dimaz' Story). Pengennya segera upload, tp . . . . . AKU MAU KE BALIIIIII!!!!!
Liburan plus ngerayain pergantian taon. Ada yg kesana gak? Kan asyik ngobrol bareng dipantai sambil liat pesta kembang api huhuhu. . . . . Kasih kabar ke email gw ya? [email protected]
btw, gw masih nunggu email2 kalian. Baik berupa komen, kritik, saran, cerita curhat or else. Nambah2 temen en sodara!
Gw tunggu yaaa. . . .?!