BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

A Change

1111214161719

Comments

  • Mumpung saya lagi nganggur, ngetik lanjutannya aja lah...

    ~~~~~~

    Sambil turun menuju parkiran, aku mencoba menghubungi Anggri. Dia kenal Rio, meskipun tidak seakrab aku. Dia tahu bagaimana persahabatanku dgn Rio dulu, bagaimana aku menerima kekurangannya, dan bagaimana dia mencoba menjerumuskanku ke jalan yg sama dengannya. Dia menerimaku tanpa peduli mungkin saja aku telah sedikit terkontaminasi pengaruh Rio.

    "Halo...," dia menjawab panggilanku.
    "Menurutmu, lebih baik aku lanjut atau stop di sini?" tanyaku to the point. Anggri tahu aku sedang menguntit Rio, dan aku yakin dia tau apa maksudku. Anggri termenung agak lama. Kemudian terdengar suaranya menghela nafas.

    "Secara logika, apa yg kamu lakukan salah. Kamu sendiri yg memutuskan pertemanan dgn dia. Dan sekarang apa yg kamu lakukan? Ingin tahu urusan dia? Kamu mau ikut campur dgn jalan hidup dia? Untuk apa? Memangnya apa yg akan kamu lakukan dgn kebenaran itu? Kamu mau tiba-tiba datang kembali dan bilang 'Yo yg kamu lakukan sekarang tu gak bener', gitu? Kamu yakin dia bakal dengerin nasehat kamu?"

    Aku termenung, bingung dgn semua pertanyaan Anggri. Bingung karena tidak tahu harus menjawab apa. Semua pertanyaan Anggri itu memang layak ditujukan untukku. Dan sayangnya aku tidak punya jawaban yg tepat utk semua pertanyaan itu.

    "Itu kalau dari sudut pandangku ya. Kalau dari sudut pandangmu... Ya, dia sahabatmu. Dulu ataupun sekarang. Mungkin cuma kamu yg kenal betul seluk beluk dia. Meskipun apa yg kamu lakukan saat ini diluar logika orang-orang, kamu punya hak utk melewati batas logika orang lain. Yg penting, apapun keputusanmu nantinya, aku sih dukung!"

    "I love you," ungkapku langsung. Dia tertawa lepas.

    "Aku emang punya sejuta alasan untuk membuat orang cinta padaku!"

    "Sayang..."

    "Ya?"

    "Maaf." kudengar Anggri menghela nafas lagi.

    "Gak papa."

    tak kusadari aku sudah sampai di samping motorku. Mungkin Anggri sadar kalau aku sudah tidak berjalan lagi.

    "Terus gimana ceritanya, sekarang Rio dimana?" Anggri bertanya lagi.

    "I dunno. Kayaknya cabut ama pelanggannya. Aku nggak mau ribet-ribet nyari yg mana mobilnya. Jadi mending aku pulang aja."

    "Yakin?"

    "Iya"

    "Ya udah, ati-ati ya!"

    "Oke!"

    Aku mematikan panggilan telepon. Ya mending aku pulang saja. Aku capek. Padahal cuma jalan-jalan. Kepalaku sedikit nyut-nyutan, mungkin masuk angin. Nggak papa lah, sampe rumah mau langsung istirahat.
  • Mumpung saya lagi nganggur, ngetik lanjutannya aja lah...

    ~~~~~~

    Sambil turun menuju parkiran, aku mencoba menghubungi Anggri. Dia kenal Rio, meskipun tidak seakrab aku. Dia tahu bagaimana persahabatanku dgn Rio dulu, bagaimana aku menerima kekurangannya, dan bagaimana dia mencoba menjerumuskanku ke jalan yg sama dengannya. Dia menerimaku tanpa peduli mungkin saja aku telah sedikit terkontaminasi pengaruh Rio.

    "Halo...," dia menjawab panggilanku.
    "Menurutmu, lebih baik aku lanjut atau stop di sini?" tanyaku to the point. Anggri tahu aku sedang menguntit Rio, dan aku yakin dia tau apa maksudku. Anggri termenung agak lama. Kemudian terdengar suaranya menghela nafas.

    "Secara logika, apa yg kamu lakukan salah. Kamu sendiri yg memutuskan pertemanan dgn dia. Dan sekarang apa yg kamu lakukan? Ingin tahu urusan dia? Kamu mau ikut campur dgn jalan hidup dia? Untuk apa? Memangnya apa yg akan kamu lakukan dgn kebenaran itu? Kamu mau tiba-tiba datang kembali dan bilang 'Yo yg kamu lakukan sekarang tu gak bener', gitu? Kamu yakin dia bakal dengerin nasehat kamu?"

    Aku termenung, bingung dgn semua pertanyaan Anggri. Bingung karena tidak tahu harus menjawab apa. Semua pertanyaan Anggri itu memang layak ditujukan untukku. Dan sayangnya aku tidak punya jawaban yg tepat utk semua pertanyaan itu.

    "Itu kalau dari sudut pandangku ya. Kalau dari sudut pandangmu... Ya, dia sahabatmu. Dulu ataupun sekarang. Mungkin cuma kamu yg kenal betul seluk beluk dia. Meskipun apa yg kamu lakukan saat ini diluar logika orang-orang, kamu punya hak utk melewati batas logika orang lain. Yg penting, apapun keputusanmu nantinya, aku sih dukung!"

    "I love you," ungkapku langsung. Dia tertawa lepas.

    "Aku emang punya sejuta alasan untuk membuat orang cinta padaku!"

    "Sayang..."

    "Ya?"

    "Maaf." kudengar Anggri menghela nafas lagi.

    "Gak papa."

    tak kusadari aku sudah sampai di samping motorku. Mungkin Anggri sadar kalau aku sudah tidak berjalan lagi.

    "Terus gimana ceritanya, sekarang Rio dimana?" Anggri bertanya lagi.

    "I dunno. Kayaknya cabut ama pelanggannya. Aku nggak mau ribet-ribet nyari yg mana mobilnya. Jadi mending aku pulang aja."

    "Yakin?"

    "Iya"

    "Ya udah, ati-ati ya!"

    "Oke!"

    Aku mematikan panggilan telepon. Ya mending aku pulang saja. Aku capek. Padahal cuma jalan-jalan. Kepalaku sedikit nyut-nyutan, mungkin masuk angin. Nggak papa lah, sampe rumah mau langsung istirahat.
  • @Yirly makasih udak berbagi semangatnya. Saya terharu lho :')
    @Riyand sudah diupdate
    @KangBajay dikit-dikit gitu, sampe senewen lho mikirin lanjutannya
    @lulu_75 kenapa nggak ada yg penasaran ama Arka sih. :3
  • Biar dikit yg penting update, lama-lama jadi ending*ngarep*, wkwk. Makin seru nih, kyknya masih lama ya mbak critanya, blum ada tanda2 2nd klimaks, hehe. Keep spirit mbak !
  • haha. lebay ah. lnjut jeung
  • ya udah ... kenapa Arka penasaran sama Rio nih ...? jadi beneran Rio gigolo ...
  • Hari ini aku libur memata-matai Rio. Moodku lagi jatuh. Dan kalau moodku jatuh gini, aku jadi males mau aktifitas. Sebenarnya pulang sekolah aku ingin langsung ke rumah. Tapi karena Anggri ngotot ketemuan, alhasil aku mampir dulu ke sekolahnya, sekalian jemput dia. Sudah hampir seminggu aku gak ketemu dia. Mungkin itu juga alasan moodku turun, selain fakta Rio mungkin beneran jadi tunasusila. Anggri masih dgn style yg biasanya. Jaket hitam dgn lengan digulung hingga siku, rambut panjang tergerai lurus, dan kemeja putihnya yg sedikit berantakan karena terlihat keluar dari sela bawah jaket. Matanya yg tajam melirik kesana kemari, mencari keberadaanku. Begitu melihatku, dia cepet-cepat menghampiriku. Saat jalan itulah, aku sadar ada banyak pasang mata yg memperhatikannya, sebagian besar cowok-cowok dari sekolah lain yg sedang menjemput pacarnya, sama sepertiku. Heran deh, padahal udah punya pacar sendiri-sendiri masih aja nglirik punya orang. Anggri memang nggak cantik, tapi dia punya sesuatu yg bisa membuat orang tertarik padanya. Aku akui itu. Dia tinggi, bodynya lumayan. Istimewanya tu di mata. Tajam. Pandangannya selalu fokus ke depan, bahkan meskipun ada cowok ganteng yg dilewatinya. Bukannya pura-pura cuek, tapi memang dia nggak mau tau soal cowok lain. Paling juga gak bakalan ada cowok ganteng yg naksir dia. Nah aku kok bisa? Mungkin cupidnya pas lagi mabok, waktu mau nyomblangin dia ama cowok. Yaah, tapi walaupun gitu, aku tetep waswas juga sih.

    Dari sekolahnya Anggri, aku meluncur ke sebuah kafe. Kedai es krim. Aku menemukan kedai ini waktu dalam misi mata-mata kemarin. Anggri tersenyum begitu aku menurunkannya di sini. Sedari tadi di jalan dia terus bertanya mau dibawa kemana. Tempat ini memang sedikit jauh, dan biasanya aku selalu bilang dulu kalau mau main jauh. Nggak pake ba-bi-bu aku dan Anggri memasuki gerbang kayu di depan kedai. Tempatnya cukup luas. Di depan cafe, ada bangku-bangku dan sofa untuk pengunjung, pas bgt buat yg bukber. Di dalam bangku standart, dgn meja bulat. Agak belakang lagi, ada semacam bale-bale, ada beberapa. Tempatnya pun outdoor, jadi nggak mungkin kepanasan. Begitu melihat di belakang ada spot nyaman, Anggri segera menyeretku. Dan seperti biasa, kami menarik perhatian orang. Dua remaja, masih pakai seragam sekolah, dgn antusias memilih bale-bale yg ada di pojokan dari sekian banyak pilihan, pasti ujung-ujungnya mesum. Tapi terserah lah apa kata orang, toh aku dan Anggri tidak berbuat yg aneh-aneh. Aku terlalu menyayangi dia, dan aku gak mau menghancurkan masa depannya. Meskipun aku berharap dialah yg akan mendampingiku hingga nanti, tapi jodoh siapa yg tau?

    "Sayang, pesenin gih ke kasir," pintaku sambil langsung duduk selonjoran. Anggri batal duduk, mulutnya cemberut.

    "Harusnya lu..."

    "Udah... Kamu aja, biar kamu bisa milih sendiri yg kamu mau."

    "Trus, lu mau apa?"

    "Apa aja, yg penting es krim. Sama cemilan apa kek. Kamu laper? Mau makan berat?"

    "Nggak ah, yg ringan aja. Tadi di rumah masak enak."

    "Apaan?"

    "Bekicot masak kecap. Enak. Pedes!" jawab Anggri antusias. Aku menggeleng-gelengkan kepala. Heran dgn seleranya yg aneh.

    "Ya udah, kamu pesen apa aja terserah kamu. Nih...," aku mengeluarkan 2 lembar uang seratusribuan padanya.

    "Banyak amat? Harganya di sini mahal-mahal?"

    "Nggak tau, udah deh buruan. Panas nih..."

    "Iya-iya" Begitu Anggri pergi, aku langsung merebahkan badan. Nggak peduli meskipun pengunjung lagi banyak. Tempatnya nyaman, santai, dan fresh. Ada begitu banyak pot bunga warna-warni di sini, jadi bikin adem.
  • @Riyand masih perjalanan menuju ke sana. Jangan bosen nunggu ya :)
    @Yirly sudah diupdate
    @lulu_75 Arka nggak tau ya, si Rio gigolo beneran atau bukan. Mood dia masih melayang-layang utk mata-matain Rio lagi :D
  • @Rhein.a iya mbak. Aku gak bkal bosen kok nunggu. Asal tetap uddate ya mbak..
  • msih nunggu klimaks :D
  • Ceritanya keren bgt. Update trus bro, xixixi
  • kenapa tuh Arka ko bete ...?
  • Nitip lagi kalau udah di post
  • #LatePost sorry ;)

    ~~~

    Aku tidak tahu harus bilang apa. Ini benar-benar momen yg pas yg kucari-cari dari kemarin. Dan entah apa yg sebenarnya Tuhan inginkan, kenapa Dia meletakkanku di posisi ini tepat di saat aku berniat tidak melanjutkan misi konyolku. Ini semua gara-gara Reza. Kuda Nil itu secara tdk sengaja membuatku berada di tempat ini. Well, sebenarnya Reza tidak tau apa-apa. Aku saja yg ingin mencari kambing hitam.

    Begini ceritanya, aku main dengan Reza tadi. Ketika perjalanan pulang aku mampir di sebuah pom bensin. Karena antreannya cukup panjang, jadi aku memutuskan mampir dulu ke toilet pom. Kebetulan juga sudah ada mobil yg menepi di dekat toilet. Parkirnya nggak begitu dekat, sekitar 8 meter-an. Waktu aku mengintip ke toilet, banyak yg sudah mengantre di depan kedua bilik toilet. Sekilas lihat sih segerombolan cowok-cowok kuliahan, eh tapi ada juga yg pakai pakaian kayak karyawan tuh. Penumpang mobil yg tadi kayaknya. Alhasil aku cuma berdiri menunggu di depan pintu keluar sambil sok mainan HP. Awalnya aku tdk peduli dgn ocehan gerombolan di dalam, tapi begitu salah satu dari mereka mengucapkan 'brondong bayaran', aku langsung fokus nguping pembicaraan mereka.

    "Menurut lo gimana tadi tu bocah?"

    "Sip lah servisnya... untuk ukuran brondong SMA!"

    "Sekolah mana sih tu anak?"

    "Kalo gak salah adek kelasnya Dewo tuh!"

    "Eh, nggak kenal ya gue! Lagian gue udah lulus dari sana 7th yg lalu!"

    "Tetep aja dia adek kelas lo!"

    "Asem!"

    "Sok-sokan misuh-misuh lu, padahal tadi yg maennya semangat banget..."

    "Hahaha... Iya! Rio sayang, Rio sayang... I'm coming! Wahahaha!"

    "Njiirr! Vangke lu pada!"

    Asli aku shock. Barusan mereka bilang apa? Rio? Rio yg itu bukan?
  • edited August 2016
    @Riyand @Yirly @dewazync @RifRafReis maaf ya, baru diupdate :D
    @lulu_75 Mungkin nggak siap menerima kenyataan kalo si Rio jadi 'kucing' beneran?
Sign In or Register to comment.