It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dunia fashion Indonesia : gak pernah ( dan mungkin gak akan ) berkembang. Dari dulu skalanya teteup aja cuma jadi home industry, gak pernah jadi industri global kayak Louis Vuitton, Gucci, Prada etc etc. Kaciaaann...deh!!!
Kalau dilihat pekerja fashion banyak yang hura hura, difoto dimajalah ini itu, jadi seperti mini-celebrity untuk orang yang ngikutin fashion ya, setimpal dengan seberapa besar pekerjaan yang dilakuin, the harder you work the harder you play lah ya.. dan menurut aku yang paling orang non-fashion pikir tapi salah itu, kita NGGAK dibayar lebih banyak dari pekerja di industri lainnya, cuman mungkin kita gain more, in a way, soalnya kita kerja di bidang yang benar benar kita suka sejujurnya sih kerja di fashion, kalau nggak beneran suka, pasti baru diawal udah give up. It's a tough industry, and people tend to underestimate the working pressure, ditambah sama peer pressure yang kita dapat dari sesama pekerja fashion, bisa dibilang every stylist for themselves lah.
Kalau dibilang fashion di Indonesia nggak akan berkembang, aku bilang sih itu 50/50 lah, soalnya to be honest orang Indonesia masih menganggap fashion itu priviledge, padahal bukan, but then again, kesehatan sama edukasi juga masih jadi priviledge di negara kita, cuman selain dari itu banyak kok designer sama pekerja fashion Indonesia yang berhasil di luar negeri, sbg contoh Didit Hediprasetyo baru saja tampil di Paris Couture Show FallWinter 2011/2012, walaupun dia bukan member Chambre Syndicale de la Haute Couture Parissienne, dia diundang jadi guest member. (penjelasan tentang Haute Couture sama Chambre Syndicale di post selanjutnya ya) dan ada juga brand yang based di New York namanya Raden Roro, owned and designed by Liquica Anggraini, designer kelahiran Indonesia. Jadi jangan pesimis banget lah kita belum bisa dibilang fashion capital, cuman seenggaknya kita masih berkembang.
Banyak orang awam (awam disini diartikan non-fashion-people) dan bahkan fashion people sendiri yang sering menyalah gunakan kalimat "Haute Couture". Haute Couture sendiri berasal dari bahasa perancis yang berarti "high fashion" pertama digunakan pada abad ke 18, 'bapak' dari haute couture sendiri adalah seorang pria inggris bernama Charles Frederick Worth, yang menjadi terkenal di perancis karena dibilang merevolusionerkan dressmaking dijaman itu, dari situ jejaknya dia diikuti oleh Jean Patou, Lanvin, Vionnet (also known as the queen of bias cut nanti kalau sempat aku ceritain juga), Chanel, Mainbocher, Schiaparelli, Dior, dan Balenciaga (harusnya ada 2 lagi tapi aku lupa ) dan beberapa dari nama nama itu sampai sekarang masih sukses dibawah designer designer modern, (cth. Lanvin > Alber Elbaz, Dior > (sampai beberapa bulan yg lalu) John Galliano, Chanel > Karl Lagerfeld (sampe sampe waktu itu line dia sendiri nggak tampil padahal Chanel tampil, I forgot the season, can anyone refresh my mind?)
Habis itu, di taun 1960an beberapa murid dibawah Balenciaga & Dior mengundurkan diri terus bikin fashion house mereka sendiri, diantaranya ada yang sukses kayak Yves Saint Laurent, Pierre Cardin (sebelum jadi brand celana dalem =_= tragis sih ceritanya I'll tell you later) dan Emanuel Ungaro, ada juga kalau nggak salah designer jepang yang sukses juga Hanae siapaa gitu I forgot, you can google this, me thinks..
Terus beberapa puluh tahun kemudian, mereka disusul sama Christian Lacroix (another sad story that I might wanna tell later on) Jean-Paul Gaultier, sama Thierry Mugler (yang baru baru ini made a comeback, with lady gaga!).
Haute Couture sendiri sebenernya nggak boleh sembarang dipake buat designer designer karena mereka yang boleh disebut haute couturier atau bahkan grand couturier sendiri itu harus jadi anggota atau seenggaknya anggota tamu dari La Chambre Syndicale de la Haute Couture. Selain dari mereka yang emang udah jadi member, kalau ada designer yang pingin gabung, mereka HARUS diundang sendiri oleh para anggota dan harus diapprove oleh mereka, kalau sudah lolos, baru dia jadi Guest Member (kayak Didit Hediprasetyo fall winter 2011 kemarin) baru mereka bisa officially (dan legally, di perancis) disebut Couturier untuk fashion house mereka, dan kalau mereka mau maju jadi a full fledged haute couturier, mereka harus diundang lagi selama 2 tahun berturut turut, baru mereka bisa jadi anggota.
Syarat lain untuk jadi anggota adalah, untuk koleksi couture mereka, mereka diharuskan membuat 35 look (diturunin sebelumnya harus 50 look) setiap season (2 kali setahun) khusus untuk private client dengan sizing mereka (very exclusive, nggak bisa sembarang orang), punya workshop atau atelier di paris dengan minimal 15 orang bekerja full time. Nah dan untuk sebuah garmen dianggap couture, SEMUA kerjaan harus dilakukan by hand, oleh penjahit wanita, dan nggak boleh banyak orang yang ngerjain.
Sampai Tahun 2011 anggota official dari La Chambre adalah Adeline Andre, Anne Valerie Hash, Chanel, Christian Dior, Franck Sorbier, Givenchy, Jean Paul Gaultier, Maurizio Galante & Stephane Rolland, selain dari itu ada juga foreign members (soalnya haute couture salah satu syaratnya adalah HARUS berasal dariParis, tapi ada beberapa pengecualian) Azzedine Alaia, Valentino, Elie Saab dan Giorgio Armani. Kalau Guest Member sampai sekarang ada Alexis Mabille, Bouchra Jarrar, Julien Fournie, Maison Rabih Kayrouz dan yang debut tahun ini, Giambattista Valli & Iris Van Herpen. Perhiasan juga bisa masuk, karena itu ada sebutan Haute Joaillerie, diantaranya ada Dior, Chanel, Boucheron sama Van Cleef & Arpels. Sebutan buat mereka, selain dari anggota undangan, adalah Grand Couturier. Kayak yang udah aku sebut diatas, guest member cuman boleh disebut Couturier.
Walaupun sebuah kemeja bisa berharga ratusan juta rupiah, Haute Couture sendiri sebenernya nggak terlalu menguntungkan, sampai sekarang satu satunya grand couturier yang bisa mendapatkan profit dari koleksi haute couturenya cuman Chanel, sedangkan Dior, dan lain lain kalau tidak punya koleksi ready to wear mungkin bisa bangkrut, and that's what happened to lacroix, or so I heard, cuman itu cerita lain
Kayaknya sharing haute couture ku sampe sini dulu, kalau ada yang mau ditanyain atau ada yang kurang silahkan reply post aku hehe.
edit: sori ada yang salah, Vionnet itu the queen of bias cut, NOT draping!
credit: other than Lacroix and Didit Hediprasetyo, pictures are all taken from http://www.Vogue.fr the Lacroix was taken from ifashion.co.za and Didit's picture is from stylemonger.com
Christian LaCroix Le Pouf
Alexandre Vauthier
Alexis Mabille
Armani Privée
Azzedine Alaïa
Chanel
Elie Saab
Givenchy
Giambatista Valli
Iris van Herpen
Jean-Paul Gaultier
Maison Martin Margiela
and finally, Didit Hediprasetyo
edit: eeerrgghh sorry momod, aku nggak ngerti cara upload gambar gimana u_u boleh minta tolong??
edit2: nevermind, udah ngerti hehe
terima kasih atas pengetahuan barunya di dunia fashion ... and i'm also smile swing when you say "high-fashion" hahahahaha ..
eniwei, mudah2an si Didit bisa membawa nama Indonesia lebih harum lagi di mancanegara. Gw nya si lebih deket sama bapaknya, berapa kali sempet diskusi sama beliau.
Ya ya ya .. he deserved for it !
di youtube ada kok, ini part 1 nya
Soal desainnya aku bukan orang pengamat masalah fashion sih tapi dari kita yang berbakat juga ada kan? @marlborobabe
lalu, saya sempat datang ke sebuah acara fashion show di hotel Mulia tahun lalu, saya tdk akan menyebutkan siapa tapi designnya bener bener bikin saya heran, katagori acara itu di bagi 3, baju muslim, ready to wear dan night gown/evening wear (kalo nggak salah) nah pada kategori muslim wear yg menyedihkan adalah sebagian besar terlalu memiliki banyak aksen-aksen pada pakaiannya yang menurut saya membuat si pemakainya terlihat murah, di model aja jelek apa lagi di orang biasa?
yang ready to wear makin parah, hanya ada 1 designer yg benar benar mengerti apa itu ready to wear, yang lainnya seakan-akan hanya ingin pamer design dan serba manik manik, dan over done.. ga mungkin ada orang mau kerja pake celana yang berbentuk bunga dan penuh dengan manik/bebatuan. nigh gown mostly great, but i can't say the job well done, karena again orang indonesia terlalu terobsesi dengan bebatuan dan manik manik sehingga terkesan para designer tidak tahu kapan untuk berhenti menaburi pakaian mereka dengan all that glitter, plus design baju yang sudah terlampau rumit jadi membuat semua overdone in a very over dose amount of glitter, ya.. jadi susah sebenernya walaupun ada beberapa designer Indonesia yang membanggakan dan alhamdulillah tiap melihat hasil mereka saya selalu tersenyum.
dan aklo dilihat, sebenernya orang indonesia itu kreatif kreatif dan bagus, tapi kadang terlalu menggampangkan segalanya, dan ga semudah itu membuat sehelai kain menjadi barang yg terlihat bagus dan membuat si pemakain merasa nyaman dan cantik.
@chameleon:
Don't worry, kita masih banyak kok undiscovered talents yang berbakat *tema section majalah gue bulan september cyiin! hahha promosi teteeuup*
@curi-curi-pandang:
Show di hotel mulia tahun lalu? dan ada 3 segmen, chances are either kamu datang ke show APPMI atau show kelulusan Susan Budiharjo, kalau APPMI I have no comments, but there are some good pieces. kalau graduation show Susan Budiharjo, ya... graduation show lah what do you expect cuman I might be wrong yah, I can't quite recall all the shows I attended last year
Dan kenapa banyak piece di koleksi itu yang keliatan overdone with payet/embellishment soalnya ya, that's what sells the best di market kita, soalnya kebanyakan buyer designer Indonesia yang udah established, clientelle mereka kebanyakan ibu ibu pejabat, the young riches all prefer to wear foreign brands. Dan itu mungkin agak susah diubah soalnya it's implanted in our mind to be more western (kayak sekarang, gue type nyampur bahasa inggris =_= hehe hypocritical yah...) I'm not saying westernization is all bad but I do hope orang kita bisa lebih appreciate karya anak bangsa kita.
quoted from my colleague:
"Sebenernya designer Indonesia udah bagus cuman kurang polished aja, mungkin keterbatasan resource sama budget kali yah? soalnya Buyer sama pemerintah belum mendukung brand lokal"
for instance, bisa dilihat socialite socialite Indo (disini diposisikan sbg buyer) aja masih lebih bangga nenteng tas import daripada brand lokal, padahal sebenarnya banyak brand lokal yang kualitasnya bagus.
jadi ya intinya, jangan terlalu pesimis We have LOTS of potential to be big, tapi untuk ngegali lebih dalam, butuh support dari para buyer & pemerintah juga.