BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

LAGI BACA NOVEL APA?

1313234363744

Comments

  • @wing Wah? Kamu baca buku-buku itu? Oh, ya ampun.
  • @wing Wah? Kamu baca buku-buku itu? Oh, ya ampun.
  • @wing Wah? Kamu baca buku-buku itu? Oh, ya ampun.
  • @wing Wah? Kamu baca buku-buku itu? Oh, ya ampun.
  • Baca novel karangan sendiri :3
  • edited June 2015
    @Atosie Haha, saya lebih ngeri karena kamu mention 5x ketimbanga baca buku Ovid, haha.

    Secara teknis, saya baca semua genre buku termasuk yg klasik-klasik semacam karya zaman Romawi Kuno ini. Negarakertagama aja saya baca kok, haha--versi sudah diterjemahkan tentu saja. Tapi tetap, untuk karya klasik pra-Masehi, saya akan memilih Mahabharata sebagai karya favorit.



    Masa Kanak-kanak (Jona Oberski)
    Sebuah memoir singkat saat Oberski berusia 7 tahun beserta orangtuanya dikirim ke kamp konsentrasi NAZI. Banyak memoir yang lebih dahsyat ttg tragedi kamp NAZI tentu saja, tetapi yg menarik dari memoir ini (sama singkatnya dg memoir Wiesel Night yg legendaris itu), adalah Oberski menggunakan sudut pandang anak-anak untuk bercerita.

    Maka, kita akan menemui kalimat pendek-pendek, sederhana khas anak-anak. Keplosan dan keluguannya kadang membuat kita gregetan karena betapa naifnya bocah ini. Namun tetap saja tak bisa menyembunyikan kengerian teror pembantaian yang sedang berlangsung di sekitarnya.

    Buku ini saya selesaikan dalam waktu kurang dari sejam. Dan horrornya, masih bergelayut dalam kepala saya hingga saat ini.
  • A Time To Kill - John Grisham
  • The Sea, the Sea (Iris Murdoch)
    Harus saya tekankan, bahwa tidak ada novel Iris Murdoch yang 'mudah'. Saya sendiri baru membaca dua karyanya, novel ini dan novel Under the Net. Dan kecepatan membaca saya selalu melambat untuk mencerna kata-kata Murdoch. Penuh aforisma dan perenungan, nyatanya, novel-novel Murdoch memang persis seperti gambaran novel sastra 'berat' yang sering dibayangkan orang-orang: penuh muatan filsafat, pengembaraan spiritual dari sudut pandang moralitas, dan kajian psikologi yang mendalam. Ngeri ya? Haha.

    Tapi sebenernya gak seseram itu kok, haha. Ceritanya sederhana, tentang seorang mantan aktor/sutradara bernama Charles Arrowby, yang memilih menyepi di sebuah rumah terpencil di tepi laut setelah dia pensiun. Dia berniat istirahat sambil mengenang masa-masa penuh gairah saat berhubungan dg wanita-wanita yang dihasratinya. Apakah kesendiriannya akan membawa ketenangan, atau justru kenangan yang dibawanya akan membakarnya dalam gejolak lebih besar, sampai-sampai laut yang ada di hadapannya pun tak mampu meredakannya?

    Kata-kata Murdoch benar-benar liris dan membius. Misalnya, deskripsinya tentang laut benar-benar membuat saya rindu dengan suasana laut. Dalam melukiskan gambaran hujan di laut saja dia menulis,
    The sea was covered by a clear grey light together with a thick rain curtain. The rain was exhibited in the light as if it were an illuminated grille, and as if each raindrop were separately visible like the beads upon my bead curtain. There it hung, faintly vibrating in the brilliant grey air, while the house hummed like a machine with the steady sound of pattering

    Sebuah novel yang amat menarik dalam menyelami pikiran dan kepribadian manusia yang kompleks dan tak terduga. Lebih menarik lagi, Iris sangat piawai menarasikan novel ini padahal sudut pandangnya adalah seorang lelaki yang serba praktis, Iris sukses membuang sisi femininnya.

    Kalau kamu termasuk orang yang suka galau dan mengalami masalah spt Charles Arrowby, saya sarankan baca buku ini deh. Mari, bawa kegalauanmu ke level yg lebih tinggi. Ketimbang melamun dan curhat-curhatan di medsos dan diketawain orang lain, mending baca novel filsafat, kan? Haha.
  • edited June 2015
    Saya pengemar novel filsafat. Ketertarikan saya sama filsafat dimulai dari pengalaman waktu SD, otak selalu "berpikir liar" tentang alam semesta dan isinya, sesuatu diluar jangkauan alam pikiran. Untuk seusia saya waktu itu, hal itu kadang membuat saya takut sama pikiran sendiri, berusaha untuk menepis, tapi otak selalu mengusik "pertanyaan-pertanyaan 'nakal' tentang sesuatu, pertanyaan terbesar manusia yang tak terjawab" .

    Sejauh ini, saya suka novel filsafat ini (religi Islam): "Iblis Menggugat Tuhan: The Madness of God & The Men Who Have The Elephant" karangan al-Shawni. Dilihat dari judulnya, buku ini agak sedikit "nyeleneh" sosok Tuhan Maha Adil, digugat oleh Iblis, makhluk yang dilaknat. Bagaimana bisa?

    Buku ini memberikan perspektif baru terutama buat penganut monotheis kritis seperti saya. Penulis berhasil meramu secara apik agama dengan filsafat dalam dialog "nakal" antara Tuhan dan Iblis. Namun, semua referensi buku ini mengacu pada Al Quran dan kisah-kisah Nabi, dari sudut pandang Islam. Memang buku ini tergolong "berat", saya sampai membaca berkali-kali untuk bisa paham maknanya. Walaupun begitu, sebenarnya bukunya gak tebal.

    Buku ini banyak memuat kutipan yang memiliki filosofis yang dalam. Salah satu kutipan favorit saya:
    Wahai Yang Mahatahu
    Jagat ini milik-Mu tapi Engkau bukanlah jagat itu sendiri
    Engkau mendefinisikan ciptaan tapi tidak terdefinisikan oleh ciptaan
    Jagat ini adalah genggaman bagi-Mu
    Engkau memiliki, tapi tidak dimiliki
    Engkau melebihi tapi tak bisa dilebihi
    Posisi-Mu jauh di atas langit, tapi selalu berada di tengah-tengah antara bumi dan langit
    Engkau adalah Dia yang tak bisa dipahami melalui ciptaan-Mu tak akan mungkin dipahami kecuali melalui-Mu

    Buku ini bercerita dimulai dari kisah Iblis menggugat Tuhan karena banyak anak cucu Adam berhasil "tergelincir" oleh tipu dayanya dan manusia selalu menjauhkan perintah-Nya, walaupun begitu Tuhan selalu sayang kepada manusia dan memberi petunjuk kepada umat-Nya.

    Iblis merasa perlakuan Tuhan kepada manusia sebagai bentuk "ketidakadilan". Padahal, Iblis sangat mencintai-Nya (ketika Tuhan memerintahkannya untuk mengoda manusia adalah bukti sikap kecintaannya dan kepatuhannya pada perintah Tuhan). Bahkan ketika Tuhan memerintahkan untuk bersujud (menghormati) kepada Adam, maka bersujudlah semua, kecuali Iblis. Iblis merasa bahwa ini adalah ujian keimanannya dan tidak mau bersujud kepada Adam, sebab hanya kepada-Nya dia bersujud. Begitu banyak kalimat-kalimat yang "mengusik", secara terus-menerus pembaca akan "diracuni" oleh sudut pandang Iblis. Hingga akhirnya Iblis berdialog dengan manusia.

    Saya gak bisa berkomentar banyak. Pokoknya ini salah satu karya yang menurut saya keren, terutama soal filsafat dan keimanan.

    ---
    Oiya bang Wing ada novel filsafat yang direkomendasikan gak? Yang umum juga ga masalah. Saya penasaran sama Solitaire, katanya keren.
  • @AnomaliCinta Sebenarnya setiap novel ada kandungan filosofisnya, cuman gak semua muncul secara eksplisit dan mendalam.

    Untuk "pemula", nama Jostein Gaarder adalah awal yang baik. Dan sesungguhnya, ketertarikan saya thp filsafat diawali dg membaca karya-karyanya. Dan keuntungan lain memulai dr karya Gaarder adalah bahasanya yg ringan (karena memang ditujukan bagi pembaca remaja). Dan poin lainnya adalah banyak dari novelnya sudah diterjemahkan, hampir semuanya. Beberapa karyanya yg sudah diterjemahkan;
    - Sophie's World. Novel petualangan remaja ala Alice in Wonderland yang di tiap babnya dijelaskan sejarah dan inti filsafat Eropa. Sangat direkomendasikan bagi pemula yg tak familiar dg ide-ide Plato, Thomas Aquinas, dll bisa baca novel menarik ini.
    - The Solitaire Mystery. Kisah semi fantasi yg unik dg tokoh-tokoh unik.
    - Maya. Meski novel terpisah, banyak tokoh dr Solitaire yg muncul di novel ini
    - The Orange Girl
    - The Christmas Mystery
    - Through a Glass, Darkly
    - dll.
    Hampir semua buku Gaarder wajib dibaca.

    Mau novel filsafat yg sedikit 'serius'?
    - The Stranger dari Albert Camus selalu menjadi rujukan terbaik terutama untuk mendedah aliran filsafat eksistensialisme
    - Solaris (Stanisław Lem)
    - Sidharta (Herman Hesse)
    - Brave New World (Aldous Huxley)
    - The Picture of Dorian Gray (Oscar Wilde)
    - Thus Spoke Zarathustra (Friedrich Nietzsche). Jika ada beberapa novel yang bisa disetarakan dg kitab suci dalam hal konten dan bahasa, maka buku ini adalah salah satunya.
    - Crime and Punishment atau Brothers of Karamazov atau apapun yang ditulis oleh salah seorang penulis terbesar di planet bumi, Fyodor Dostoyevsky

    Dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain. Kebanyakan novel-novel 'sastra berat' pasti melibatkan filsafat di dalamnya. Untuk karya yang agak terkini, kamu bisa mencoba Cloud Atlas karya David Mitchell. Membaca novel unik ini bikin saya berfikir, 'Wah, kayaknya jadi tuhan asyik ini, melihat manusia berjuang menghadapi godaan dan cobaan lintas waktu dan generasi'.

    Bonus, untuk nonfiksi, buku The Story of Philosophy karya Will Durant, adalah buku yg sama pentingnya seperti oksigen, bagi mereka yang ingin belajar filsafat.

    Kurang banyak rekomendasinya? Lemme know. Haha.
  • Dan oh, saya udah baca Iblis Menggugat Tuhan juga sih. Tapi karena udah baca buku-bukunya Nietzsche, novel yg bertema mempertanyakan kekuasaan tuhan spt itu terasa hambar, haha. Ketika Nietzsche mengatakan 'tuhan telah mati', maka dia berbicara dengan amat serius dg basis argumen nyaris tak terbantahkan. Hehe.
  • edited June 2015
    Bang @Wing makasih atas masukan rekomendasi bukunya. Saya akan balik lagi dan memberikan review di sini kalau ada satu yang udah dibaca. :D

    Iya yang Iblis Mengunggat Tuhan kekurangannya mungkin dilihat dari sudut satu agama saja kurang mengupas dalam, Oiya, kalau yang Dunia Sophine (yang terjemahan Indonesia), saya ada, tetapi belum selesai dibaca karena waktu itu sibuk skripsian. Saya akan nyelesain yang ini, sebelum beranjak ke yang lain.

    ---

    Karena udah ngasih bonus, bonus balik buat bang @wing
    "Filsafat adalah mencintai pengetahuan, ah apalah arti berfilsafat kalau pun aku tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang cintamu. Ajari aku filsafat cintamu, kak" 8->

    wkwkwk =))

    ~piss 'lah bang
  • @AnomaliCinta Haha, dasar. Kamu harus banyak baca buku puisi karya Lord Byron atau Pablo Neruda. Mereka adalah raja dari segala raja gombal. Haha.

    Yep, saya tunggu ulasan buku-bukunya.
  • edited June 2015
    karya Lord Byron dan Pablo Neruda terlalu usang untuk romantisme gelora cinta saya yang menderu-deru, haha. *padahal belum baca juga*

    saya bukanlah pujangga, apalagi sastrawan, hanya proletarian yang menghabituasikan diri dalam kefanaan. haha.

    wah makasih bang @wing referensi textbook gombalan, pasti uda level dewa ngegombalnya. haha.
  • edited June 2015
    @AnomaliCinta Haha. Nih saya kasih contoh puisi Neruda, saya kutipkan ujungnya aja, diambil dr stanza pertama Soneta 17 dr buku 'One Hundred Sonets'
    .....
    I love you without knowing how, or when, or from where,
    I love you directly without problems or pride:
    I love you like this because I don’t know any other way to love,
    except in this form in which I am not nor are you,
    so close that your hand upon my chest is mine,
    so close that your eyes close with my dreams.
    Kutipan ini muncul di film Patch Adams kalo gak salah, di adegan pemakaman.

    Biar gak oot,


    Luka and the Fire of Life (Salman Rushdie)

    Buku anak-anak kedua dari Rushdie yg saya baca setelah Haroun and the Sea of Stories, dan buku ke-5 Rushdie yg saya baca. Dan selalu, saya terpesona dg kata-kata magis Rushdie--sebenernya kalau kita membaca novel Satanic Verses secara tenang dan 'objektif' akan merasakan kedahsyatan kalimat-kalimat Rushdie yg melenakan.

    Buku Luka sendiri, adalah buku fantasi anak-anak yg liar, imajinatif, dengan mengambil referensi ikon budaya pop dan simbolisme yang unik. Mirip dengan novel-novel remaja fantasi ala Neil Gaiman atau Terry Pratchett, Rushdie menawarkan kisah fantasi unik dengan alur yang tak mudah ditebak akan dibawa kemana kisahnya. Meski tentu saja, endingnya emang sudah ditebak karena harus happy ending, tapi alurnya sangat meliuk-liuk.

    Sebagai sekuel dari Haroun and the Sea of Stories, sebenernya lebih asyik buku yg pertama sih. Tapi tentu saja, semua karya Rushdie tetap asyik dibaca.
Sign In or Register to comment.