It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Terdengar adzan subuh dari mesjid pondok pesantren. Gua melihat jam baru setengah lima pagi. Kayanya tidur lagi enak banget nih. Gua belum mau bangun tidur dan memutuskan untuk kembali tidur dengan menarik selimut tinggi tinggi. karena kalau berada di rumah ketika jam menunjukkan pukul 6 pagi baru gua bangun dari tempat tidur.
Begitu selimut di tarik terdengar suara keras sekali menggedor pintu kamar.
"Banguuuuun.. Banguuuuun" suara orang itu sambil menggedor pintu.
Gua kaget dan beranjak bangun. Lalu melihat kasur sebelah sudah rapih dan tidak ada orang. Pasti widi yang menggedor di luar pikir gua. Dengan kesal gua bangkit berdiri.
Pintu gua buka dan ternyata dugaan gua salah bukan widi rupanya. Gua sedikit terpana dengan sosok ini. Walaupun masih ngantuk tapi gua sadar bahwa makhluk ini sangat rupawan sekali. Dengan memakai baju koko dan kain sarung serta sebuah kopeah di atas kepalanya menambah aura ketampanannya. Wajahnya seolah memancarkan sinar yang terang. Gua akui tampan sekali orang ini.
"Kamu tadi dengar orang adzan" tanya dia
"Ya Dengerlah emangnya kenapa" bls gua sekenanya sambil ngucek mata karena masih ngantuk.
"Kalo di tanya sama senior. Jawab yang bener dong, lo tau siapa gua,,??? gua adalah ketua murid di pondok ini" ujar dia sambil membentak.
Sontak gua kaget mendengar itu tapi gua tetap setengah tidak terima karena tadi dia membangunkan dengan cara kurang sopan menurut gua.
"Terus gua harus menjawab dengan lemah lembut gitu, lo aja tadi gedor gedor pintu keras sekali, gua tuh masih ngantuk dan ini masih pagi banget" bls ku dengan sama membentak.
"Elo tuh anak baru gak usah terlalu banyak omong. Gua senior dan ketua murid disini. Lancang sekali lo bicara begitu sama gua" dia bls makin membentak.
"Bodo amat gua gak peduli. Lo juga udah gak sopan tadi" jwb gua
Gua agak heran kenapa bisa segalak ini sama orang. Mungkin pengaruh jauh dari keluarga jadi timbul keberanian seperti ini supaya gua tidak di remehkan orang lain.
"Lo sekarang berada di pondok bukan di rumah, jadi lo harus ngikutin peraturan yang ada, salah satunya kalo dengar adzan langsung kumpul ke mesjid" timpal dia
"Terserah gua dong mau kumpul kek mau enggak kek. Gua sekolah disini juga bayar gak gratis" gua tambah sewot.
Kelihatannya dia marah dan pergi meninggalkan gua. Dalam hati gua tersenyum menang. Jangan mentang mentang senior disini terus bisa bertindak semau dia. Bisa kan ngebangunin orang lebih sopan sedikit.
Gua masuk kamar lagi bermaksud melanjutkan tidur. Tapi ternyata pemuda tampan itu balik lagi bersama pak arman dan seorang bapak yang belum gua kenal. Mungkin masih guru di pondok ini pikirku.
Bapak bapak yang tidak gua kenal itu melolot sambil berkacak pinggang di luar kamar.
"Kata pian kamu di suruh ke mesjid malah menolak dan menbentak sama dia" kata bapak itu dengan suara yang sangar
Yang tadinya gua berani nyali ini menjadi ciut setelah mendengar suara bapak itu. Kalau berurusan sama orang yang lebih tua mana mungkin gua bisa melawan.
Gua tidak menjawab hanya bisa menundukkan kepala ke bawah..
"Jawab" kata bapak itu tambah galak.
Gua mengangguk pelan tanpa melihat ke arah mereka.
"Jawwaaaaaaab jangan cuma mengangguk" bentaknya lagi tambah seram.
"Iya pak ma'afkan saya" baru gua ngomong sambil gemeteran.
"Jadi kamu tau kalau kamu salah, maka kamu harus di hukum" kata bapak masih dengan membentak.
"Sudahlah pak agus jangan di hukum dia kan masih baru mungkin belum terbiasa sama semua ini" kali pak arman membela gua.
Jadi bapak ini namanya pak agus, dan siapa tadi nama kakak kelas ketua osis yang menyebalkan itu..
Siapa...???
Pian.. Owh iya pian namanya..
Nama dan rupanya emang bagus tapi menurut gua tak sebagus sifatnya.
"Gak bisa pak arman yang salah harus tetap di hukum" ujar pak agus lebih tegas.
Pak arman hanya bisa diam saja tak bisa membantah.
"Hukuman kamu adalaaaaah.." Ujar pak agus tapi ucapannya di potong sama pian.
"Jangan pak agus biar saya aja yang ngasih hukuman sama dia, anak ini sudah lancang sekali sama saya" ujar pian..
"Tapi hukumannya jangan atas dasar dendam nak pian" pak arman kembali membela.
"Tenang aja pak arman masih sewajarnya kok, tapi bisa bikin kapok dan dia akan jera untuk mengulanginya lagi" timbal pian.
"Baiklah kami berdua serahkan kepada nak pian saja, lagian sebentar lagi saya harus bersiap jadi imam solat subuh. Sebaiknya kita segera ke mesjid" kata pak agus sambil pergi.
Pak arman hendak pergi menyusul tapi sempat berbisik sama pian.
"Tolong kasih hukuman yang ringan saja, ajak segera dia buat solat subuh dulu" bisiknya tapi gua bisa mendengarnya.
Pian cuma membalas dengan anggukan sambil tersenyum licik menoleh ke arah gua.
Gua bertanya tanya hukuman apa yang kira kira pian berikan buat gua....
Makasih mas bro.. Saya tunggu kritik dan saran dari semuanya.. Pasti nanti saya mantion..
iiikh, niat kaliii , uda sayang katanya euwh !!!!!!
Iya makasih atas dukungannya.. Di tunggu kritik dan saran nya
Dari awal sampai pondok pesantren real.. Tapi untuk selanjutnya fiksi.. Hehehe
=D █▬█Ä=))█▬█Ä=))█▬█Ä=)) lam knl semuanya
Hahahaha
so far (selain lo-gua) ok sih, masih make sense dan ga banci hayal
karakter widi kyknya akan bikin warna tersendiri di cerita ini
Makasih masukkannya.. Emng hal itu juga sempat saya pikirkan apalagi ini berhubungan sama agama.. Makanya saya buat pesantren disini gak seperti halnya pesantren yg ada.. Walaupun kejadian pesantrennya saya alami sendiri.. Untuk posting selanjutnya akan saya rubah supaya lebih di terima.. Hehehe
sebenernya mau komen soal judul juga sih, tapi ntar lah tunggu sebenernya cerita ini mau dijadiin kyk gmn