It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
bagus cerita nya
supir nya esa lemot banget pengen gw jitak
kalau sempat lanjut lagi ya
tetap semangat
kasian banget rama untung aja ada esa coba kalo gak ada pasti udah bonyok gara2 dipukulin
dilanjut lagi ya sama jangan lupa mention hehehe
q suka cerita ini...:)
doakan aku bisa update malam ini ya...
part 7 (part 7 klo ga salah itung, hehe..)
Setibanya di rumah Esa, Rama tampak mendongakkan wajahnya untuk melihat sekeliling rumah Esa yang megah. Tampak rasa kagum di matanya. Esa hanya tersenyum dan melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya.
”ayo, Ram.. masuk”ajak Esa begitu sampai di kamar Esa.
Rama pun memasuki ruang kamar Esa yang luas dan dipenuhi denga perabotan mewah dan ranjang yang empuk. Esa meletakkan ranselnya dan menghampiri Rama yang masih berdiri di ambang pintu dan menarik tangannya.
“sini, duduk”ujar Esa, “sebentar, aku ambil rivanol dulu..”
“nggak perlu sa, es batu aja kalo ada”kata Rama.
Esa hanya tersenyum dan meninggalkannya sebentar untuk ke dapur. SEsampainya di dapur, tampak bi ida sedang membuatkan minuman.
”bi, tolong buatkan satu lagi buat Rama”pintanya.
“oh, iya den.. temennya diajak makan siang sekalian den..”ujar bi ida sambil mengambil sebuah gelas lagi.
“iya..”balas Esa yang sedang membuka kulkas untuk mengambil es batu.
“buat apa den?”tanya bi ida heran ketika Esa memasukkan beberapa bongkah es batu kedalam plastik.
”temenku luka, bi. Dikompres es batu”jawab Esa sambil membawa bungkusan es batu itu.
“oh.. iya deh. Kalo butuh apa-apa ntar bilang ya den”.
“iya bi”. Esa pun berlari kecil menaiki tangga.
“nih, ram. Es batunya” Esa menyodorkan sebungkus es batu pada Rama.
Rama mengambilnya dan mengompreskan pada lukanya sementara Esa duduk di sebelahnya. Esa melihat ekspresi Rama yang meringis menahan nyeri ketika bungkusan es batu itu menyentuh lukanya.
“ram..” panggilnya lirih.
Rama menoleh “hmm..”
“kenapa kamu ga ngelawan pas mereka malak kamu?”tanya Esa dengan hati-hati.
“bukan urusanmu”jawab Rama singkat.
“urusanku lah.. kamu kan temenku!”
Mendengar kata-kata Esa, Rama hanya menghembuskan nafas berat.
“kalo aku nglawan, warung ibuku ntar yang di obrak-abrik. Antek-anteknya ga Cuma dua, banyak banget di sekitar sini.”
Pernyataan Rama membuat Esa merasa prihatin. Ternyata premanisme masi merajalela dan ini sangat merEsahkan. Esa juga tidak tahu kalau masalah Rama se-kompleks itu. Pantas saja Rama tak berani melawan.
"hmm... memang ayah kamu ga bertindak?"tanya esa.
rama terdiam, ekspresinya berubah kian sendu. esa sedikit keheranan dengan gelagat rama.
"rama..?"panggil esa.
rama pun tampak sadar dari lamunannya,“Sa, harusnya kamu ga kasi dompet kamu. Itu Cuma bikin kamu jadi mangsa baru mereka” mendengar itu, Esa langsung menelan ludah.
ia heran kenapa rama tidak menjawab pertanyaannya malah membelokkan topik pembicaraan. seolah dia tidak ingin membicarakannya. esa memilih untuk memakluminya dan menjawab pertanyaan rama.
”iya sih, tapi gimana lagi? Kamu mau dipukuli tadi, ga ada pilihan lain”sesal Esa.
Rama pun menghembuskan nafas berat lalu mereka menundukkan wajah mereka, membiarkan waktu berjalan tanpa ada perbincangan di antara mereka.
Tak lama kemudian Esa mengangkat wajahnya, menyambar hapenya lalu beranjak meninggalkan kamar.
“sebentar ya ram, kamu kompres aja dulu lukanya , biar cepet ilang memarnya”ujarnya.
Rama mengangguk dan mengompres lukanya dengan bungkusan es batu. Tak lama kemudian Esa pun datang dengan wajah berseri-seri.
“darimana sa?”tanya Rama heran melihat perubahan pada wajah Esa.
“ada deh.. dah kamu tenang aja, besok kita pulang bareng ya? Kita ambil jalan memutar buat sementara, biar ga ketemu ma preman itu”usul Esa.
mata Rama terbelalak.”serius kamu sa? Bahaya tauk! Kalo ntar ketemu mereka lagi gimana? Bisa digebukin kamu?!”
mendengar kata-kata Rama dengan nada khawatirnya membuat Esa tersenyum gemas.
“gapapa kok, ntar kalo di palak lagi, ku kasih Ipod rusakku ini, hehehe..”ujar Esa cengengEsan menunjukkan ipodnya.
Rama hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
”ya terserah kamu, lah..”ujarnya, dalam hati ia bergumam,’dasar orang kaya’.
Esa hanya cengengEsan lalu memasukkan ipodnya ke dalam ranselnya. Setelah itu Esa kembali diam mengawasi Rama yang sedang mengompres lukanya.
“perutmu masih sakit ram?”tanyanya.
“nggak, dah mulai hilang kok”jawab rama.
Esa hanya manggut-manggut lalu diam lagi. “hmm.. mau kubantu ngompres lukanya?”ujar Esa sambil mengulurkan tangannya ke bungkusan es yang dipegang Rama namun Rama mengelak.
”nggak usa, sa.. aku bisa sendiri kok”
”ohh..” Esa pun menarik kembali tangannya dan diam memandangi Rama.
“denn... ayo makan duluu...”terdengar suara Bi Ida dari arah ruang makan.
“iya bi..!”teriak Esa, “ayo ram, makan siang dulu”ajak Esa.
Rama menggeleng pelan “nggak usa, Sa.. makasih”.
“loh? Kok gitu? Ayo.. kamu juga harus ikut makan..”pinta Esa.
Rama masih menggeleng, akhirnya Esa pun meraih tangannya,”aku bersikeras”katanya sambil menarik tubuh Rama berjalan menuju ruang makan.
‘huuft.. masak harus ditarik dulu baru mau ikut’gumam Esa dalam hati sambil tersenyum simpul, sementara Rama mengikutinya seperti anak dituntun ibunya.
Begitu sampai di meja makan, barulah Esa melepaskan genggamannya dan menarik kursi,”duduk sini!”ujarnya pada Rama.
dia pun menarik kursi untuk dirinya. Saat Esa sudah duduk, dia melihat Rama dengan heran,”loh.. kok masih berdiri sih? Ayo lah.. duduk..”pinta Esa.
Rama pun duduk di kursi yang tadi Esa sediakan. Esa mengambil piring di depan Rama dan mengisinya dengan nasi, sayur dan lauknya.
”nih, monggo di makan..”ujarnya saat menyodorkan piring yang terisi penuh itu pada Rama.
”ya ampun sa.. banyak banget..”ujar Rama heran saat melihat isi piringnya yang penuh dengan lauk.
Esa hanya tersenyum sambil mengisi piringnya,”udah jangan banyak protes, makin banyak lauk, makin beragam gizinya,tauk..”ujarnya.
Rama hanya tersenyum kecut dan mulai memakannya. Pada saat makan, Esa memandang Rama yang sibuk memilah makanan di piringnya yang penuh, Esa senang sekaligus iba melihatnya.
‘apakah dirumahnya ia juga bisa makan makanan seperti ini?’ hati Esa jadi pilu jika memikirkannya.
Dia merasa sangat beruntung karena dianugrahi hidup yang berkecukupan (berlebihan malah).
‘ram, pokonya selama kamu disini, aku bakal bikin kamu jadi raja di rumah ini’ batin Esa, ia pun kembali melahap makanannya.
Setelah makanan di piring Rama habis, ia pun meluruskan punggungnya, perutnya terasa penuh sekali hingga rasanya sulit bernafas.
‘sial kamu sa, nasinya banyak banget’protes Rama dalam hati, dia sungkan untuk mengutarakannya langsung pada Esa.
Esa sendiri baru selesai makan,”alhamdulillah...”katanya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
“gimana? Enak ga, makanannya?”tanya Esa yang kini menyambut segelas air putih didepannya.
Rama mengangguk sambil tersenyum,”makasih sa”katanya lagi.
Esa hanya mengangkat alisnya sekejap sambil meminum air di gelasnya. Esa sedikit terkejut ketika Rama berdiri sambil mengangkat piringnya.
”dapurnya dimana?”tanyanya.
Esa segera menghentikan minumnya dan meletakkan gelasnya,”eh? Ngapain ram?”.
“buat nyuci ini lah..”jawab Rama polos.
Esa segera bangkit,”ga usa kali ram..”
“tapi sa..”
tanpa mempedulikan aduan protes Rama ia segera menyambut piring Rama dan menumpuknya di piringnya lalu mengangkatnya.
“udah kamu santai aja.. ini biar tuan rumah yang urus”ujarnya sambil nyengir pada Rama.
Esa pun meninggalkannya dan menuju dapur yang langsung disambut oleh bi Ida.
“ya ampun den.. ngapain sampe dibawa kesini segala? Kan ntar bibi yang ambil..”ujarnya sambil mengambil tumpukan piring kotor itu
“gapapa bi, soalnya kalo ga gini ntar malah si Rama yang nyuci”ujar Esa sambil sedikit berbisik.
Bi ida hanya meng’oo..’ pelan lalu segera menyuci piring-piring itu.
Ketika Esa ingin kembali ke kamar, bi ida memanggilnya,”den.. tadi dikasi brownies sama tante Eny tuh.. “.
spontan Esa berbalik dengan mata berbinar,”asikk..!! mana bi?”tanyanya.
bi ida tersenyum kecil melihat perilaku majikan mudanya itu,”itu.. di kulas..”.
Mendengar petunjuk bi ida, Esa segera menghampiri kulkas dan membukanya. Benar, ada sekotak brownies yang siap untuk dimangsa, hehehe...
Esa membawanya dan berjalan menghampiri Rama di ruang makan. Disana Rama sedang duduk sambil meminum airnya.
”ayo ram, ke kamar..”ajak Esa, Rama pun menurut dan mengikutinya dari belakang.
Setibanya di kamar, Esa segera membuka kotak berwarna coklat yang dibawanya.
“hmm.. nyummy..”ujarnya saat melihat sepotong bEsar brownies didalamnya.
Esa memotongnya dengan pisau plstik yang sudah disediakan didalamnya. “yup, ayo ram, kita sikat!”ajak Esa sambil mencomot sepotong brownis yang sudah ia potong tadi.
Lagi-lagi Rama hanya diam, Esa pun menghembuskan nafas panjang dan mengambil sepotong brownies.
”ayo.. ga usa malu..”pinta Esa.
“aku masih kenyang, sa..”ujar Rama dengan nada sedikit memelas.
“yah.. sedikitt aja... enak lo!”ujar Esa meyakinkan.
Ramapun mengambil potongan brownies kukus yang ditawarkan Esa lalu mengigitnya.
“gimana..?”tanya Esa dengan wajah tengil.
Rama hanya tersenyum sambil menikmati sensasi cokelat didalam mulutnya,”enak..”ujarnya dan Esa tertawa penuh kemenangan.
”heheh.. apa ku bilang.. enak, bikin ketagihan.. ayo ambil lagi”katanya.
Esa sekarang sudah habis 3 potong brownies, sementara Rama sedang menggigit potongan brownies keduanya, dia tengah memandangi Esa yang sedang sibuk dengan brownies di tangannya.
“sa..”panggilnya pada Esa yang langsung menoleh dengan pipi penuh.
”hmm?”
Rama terdiam sebentar,”kamu.. kok baik banget si sama aku?”tanyanya dengan wajah menunduk.
Esa terdiam sEsat lalu menelan brownies di mulutnya.
“kan aku dah bilang.. kita kan temen”ujarnya santai sambil mengambil lagi sepotong brownies.
Rama hanya diam,”tapi kamu terlalu baik, sa.. aku ga enak ma kamu.. aku kan sering jahat ke kamu”ujarnya.
Esa menatapnya dengan mata melebar,”ha? Kapan kamu jahatin aku? Emang kamu habis ngapain aku? Ngerampok? Membunuh? Memperkosa??”
Rama hanya tersenyum kecil mendengar candaan Esa.
“ga papa kok ram, aku paham kok, kalo itu memang karaktermu. Pendiem.. dingin.. cuek.. itu ga jelek kok ram.. justru bikin kamu unik. Makanya aku penarasan pengen kenal ma kamu”terang Esa.
Rama terhenyak dengan pernyataan Esa. Ternyata Esa memang berbeda dengan orang-orang lain yang mendekatinya selama ini. Esa begitu polos, Rama jadi tak tega untuk bersikap dingin lagi padanya.
“makasih sa.. baru ini aku punya temen kayak kamu”.
Kali ini giliran Esa yang terhenyak, akhirnya dia bisa diakui oleh Rama sebagai teman.
”iya ram, aku juga seneng, bisa jadi temenmu.. hehe..” ujarnya sambil nyengir,”nggak banyak lo.. yang bisa temenan ma kamu.. yang lain pasti iri”canda Esa.
Rama hanya tertawa kecil. “hehe.. emang yang lain bilang gitu..?”tanyanya.
“hehe,, jujur aja nih.. temen-temen tu pada takut ma kamu..”terang Esa blak-blakan, dan Rama tertawa lagi, Esa jadi ikut tertawa melihatnya.
Sebenarnya masih ada yang mengganjal di hati Esa, yaitu tentang bagaimana perasaan Rama pada melani yang terus mengodanya, arti tatapan Rama padanya saat dia sedang bergurau dengan nara, dan apa sebenarnya yang terjadi dalam keluarga rama, kenapa dia ttidak mau disinggung mengenai ayahnya? namun Esa memendamnya. Untuk saat ini ia hanya ingin tertawa dan menikmati senyum rama yang langka dan ia nanti-nantikan bagai buah khuldi di Surga.
Jarum jam dinding Esa sudah menunjukkan angka 3.15. Tak terasa sudah 2 jam mereka berdua bercengkerama.
Esa bercerita dan Rama yang mendengarkan dan tertawa, tak jarang juga Rama memberi komentar dan celetukan yang membuat suasana menjadi makin ramai.
“dah sore sa, aku pulang dulu”pamit Rama sambil menjinjing tas pinggangnya.
“yah... kok cepet si?”protes Esa.
“cepet apanya, kita sejak jam 1 tadi lo!”celetuk Rama sambil menujuk jam, Esa hanya nyengir.
Esa pun memandu Rama sampai ke pintu gerbang.
”yakin, ga mau dianterin?” tanya Esa.
”ga perlu sa, deket kok. Lagian aku dah banyak ngerepotin”terang Rama.
Esa hanya manggut-manggut,”ga ngrepotin kok.. kapan-kapan main lagi ya,,”ujar Esa pada Rama yang sudah berjalan meninggalkan rumahnya.
”iya, makasih banyak Sa!”ujar Rama sedikit berteriak sambil mengangkat tangannya.
Esa pun tersenyum sambil melambaikan tangannya. Esa terus disana memandangi Rama yang berjalan dengan santai menjauhi rumahya, hingga akhirnya sosok Rama benar-benar menghilang. Esa pun menutup pintu gerbang dan berjalan dengan tenang ke kamarnya.
Begitu ia sampai di kamar, ia kunci pintunya.
“yahuuu...!!!”teriak Esa kegirangan sambli melompat ke atas ranjangnya yang empuk, tak henti-hentinya Esa tersenyum memamerkan giginya yang putih pada ingatannya sendiri.
Tidak percuma rasanya ia berkorban sebuah dompet, kini dompet itu tak lagi berarti. Dompetnya yang diambil preman telah terbayar dengan Rama. Rama sudah benar-benar menjadi temannya sekarang! Kini Esa sudah berhasil melelehkan bongkahan es yang selama ini mengekang tubuh dan senyum Rama. Esa sudah bisa merasakan perubahan sikap Rama padanya. Rama sudah mulai terbuka sekarang.
Tiba-tiba hapenya berdering,disambarnya hape itu dan diterimanya panggilan itu,”bos, dompetnya sudah kita temuin”.
Esa tersenyum,”trus? Mereka gimana? Dah diberesin?”.
“sudah bos, tenang aja bos, pemimpinnya dah kita hajar, begitu juga sama antek-anteknya.”.
Esa tersenyum dengang puas,”sip.. di dompetku itu ada uang 500 rb,kasikan ke mereka. Suruh mereka pergi dari wilayah itu. bilang ke mereka kalo sampe nongol lagi di sekitar situ.. mampus!”
ekspresi Esa sekita berubah, dari Esa yang polos menjadi liar, benar-benar seperti buka Esa.
”o..oke bos..”jawab orang di sebrang sana.
“oke, itu dompet buat kalian aja, lumayan tu kratu kredit masi ada isinya”ujar Esa.
“wah, makasih bos!”
Esa pun tersenyum lalu menutup handphonenya. Itu tadi adalah para body guard yang biasa mengawal ayah Esa. Esa pun diam-diam membayar mereka untuk ngelakuin berbagai hal. Mulai dari menghajar orang, jagain rumah, ngecat rumah, benerin pipa, sampek ngerjain pe’ernya Esa.
Wah konyol..! mungkin badan pak Le (nama aslinya sulaeman, namanya luhur tapi kelakuan..??dia pemimpinnya body guard ayah Esa) bEsar dan menyeramkan, tapi dia paling takut dengan kucing. Cuma Esa yang tahu hal itu, itulah alasan kenapa pak Le bersedia melakukan apa saja asal rahasianya tak di bocorkan.
“tolong lah boss... apa kata anak buahku nanti kalo aku takut ma kucing..??”
masi jelas dalam ingatan Esa bagaimana pak le memelas pada Esa. Esa juga memergoki pak le memecahkan guci kEsayangan ayahnya,
“ampuun boss... bisa mati aku kalo tuan tahuu.. belum punya istri pula akuu...”
Esa jadi senyum-senyum sendiri jika mengingat bagaimana kekurangan dan kelemahan pak le yang konyol.
Kini Esa berbaring d ranjangnya sambl melihat langit-langit. Dia tersenyum puas. Sang pangeran angkuh yang semula berjalan membelakaknginya kini berbalik dan mulai berjalan menghampirinya.
‘ram.. aku dah bilang ma diriku sendiri. Aku bakal jadiin kamu raja dalam hidupku. Aku bakal lakuin apa aja asal bisa dapetin kamu.’ Gumam Esa dalam hati. Lalu ia menyambar handphonenya dan mngetikkan sms.
”ini nomerku, ram.. save ya.. (Esa)”
***
(bersambung ke part 7. sabtu, 21 april 2012 -jika ga ada hlngan-)
ternyata esa srigala berbulu domba
asik cerita nya tambah seru, bikin penasaran
sabar2 hari sabtu sebentar lagi, makasih udah di mentiont