It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Chapter 2 makin byk tokoh" baru, jadi makin rame aja cerita ny. Gak sabar nunggu next chapter.
Semangat bro!
btw, arga apa kabar ya? hehehe
btw..asyik juga tuh munculin tokoh Windy si makhluk ajaib binti gaib...
hmmm....apakah senakal en sehot season 1...???
rafaek kira2 muncul lagi ga ya.....???
Arga pasti ada kok. Dia bakalan muncul lagi nantinya.
Si Windy emang sengaja gua masukin biar menambah warna dari cerita ini.
Lebih Hot dari Season 1? moga-moga aja iyaaaa.... Amiiiin...
Rafael pasti bakalan muncul lagi kooook, tenang aja. Gua juga kangen sama tokoh yang satu itu. Si Ganteng Pendiam nan cool itu. Hahaha...
Kalo gak ada halangan Chapter 3 Rilis kamis depan ya.
Ayo ditunggu lagi masukan dan komennya.
Dear Bilbay007
Wah serunya baca crita ni, gw br gabung so gw kebut bacanya, bagus sih, suka crita yg melibatkan muscle men. I mastur 3x ths week baca crita loe, tanggung jawab. tao....gw suka bgt muscle men, i feel save when they hug me. BTW koq ada sih yg pake name gw TRI_S ( asal dari mana ek??? Gw jgk tri-s, kalo la jd film pasti gw tonton smp byk kali...!!!!
keep up the good work, trus aku dah dwnld seasn 2 tp boleh dak minta PM nya. thx ek
Makasih atas masukannya yaaa... hehehe ditunggi Chapter 3 nya.
Chapter 3 : Main Ke Rumah Adrian
Rumah Adrian sudah terlihat ketika kita bertiga turun dari angkot. Rumahnya tidak besar namun tidak juga kecil. Bertingkat dengan cat berwarna putih. Ada satu pohon mangga besar dan beberapa tanaman kecil. Begitu memasuki rumahnya yang gua rasakan hanyalah sepi dan tenang. Ternyata memang tidak ada orang dirumah.
“Bokap nyokap gua kerja. Biasanya nyampe rumah jam 6 sore.” Kata Adrian, dia duduk dia sofa sambil melepaskan sepatunya. Gua dan Dido juga melepaskan sepatu masing-masing. Kalo pakaian masih lama kayanya. “Langsung keatas aja yuk. Gua udah gak sabar nih.”
“Bener banget tuh bro. Gua juga udah gak sabar nih.” Kata Dido.
Langsunglah gua dan kedua teman gua naik ke lantai atas dimana hanya terdapat kamar-kamar saja. Kamar Adrian tampak biasa saja. Sebuah tempat tidur satu orang, sebuah lemari dan sebuah meja belajar dengan satu set komputer. Sebuah jendela menghadap keluar terbuka dan membawa angin masuk.
Adrian langsung mengunci pintu begitu kita bertiga masuk. Kemudian menutup jendela kamarnya sehingga suasana menjadi lebih redup. Gua dan Dido hanya duduk manis menunggu Adrian menyiapkan pertunjukan bokepnya yang akan segera tampil dilayar LCD komputernya. Lalu kemudian dia duduk disebelah gua. Filmnya dimulai.
Film yang ditayangkan adalah film bokep yang beda dari yang lain. Sebuah film bokep yang sangat panas. Seorang cowok ganteng dengan badan seksi bercinta dengan panasnya dengan cewek cantik dan seksi. Sang cowok tidak terlalu berotot makannya terlihat seksi dan sang cewek tidak terlalu montok dan tidak berdada terlalu besar. Mereka berakting baik. Bercinta dengan lembut dan penuh dengan perasaan. Memasukan penis ke lobang vagina dengan lembut. Dengan mata saling menatap dan bibir Saling beradu, menjadikan adegan seks ini menjadi sangat menggairahkan. Adrian sudah mulai meraba-raba penisnya yang sudah mengeras dan menonjol jelas dari celananya. Sama seperti gua dan Dido yang sudah menunjukan tanda-tanda ingin sesegera mungkin onani.
Adegan seks pertama selesai. Berlanjut ke adegan seks berikutnya setelah 10 menit obrolan-obrolan singkat. Adegan seks yang kedua ternyata lebih menggairahkan dari yang pertama. Baik sang cowok ataupun cewek sama-sama mendesah. Mana kedua-duanya cakep lagi.
Adrian tampaknya udah gak bisa menahan diri. Dia akhirnya menurunkan resleting jeansnya dan menurunkan celananya serta celana boxernya. Akhirnya.... senjata pamungkas Adrian terlihat. Sebuah penis berukuran kira-kira 16 cm, berwarna cokelat dan tidak disunat. Bulu-bulu disekitar penisnya tidak tumbuh liar melainkan tampak rapih bersanding dengan penisnya yang sedang gagah-gagahnya. Melihat itu gua ikutan cuek menurunkan celana dan celana dalam gua. Toh kita bertiga udah sama-sama tegang. Ikutan juga mengocok-ngocok penis gua seperti Adrian. Dido juga melakukan hal yang sama setelah gua. Wuiiih... penis Dido tampak sama gagahnya dengan penis Adrian. Ketika si Dido menurunkan celana dalamnya, seketika itu juga terlihatlah Dido junior yang sama gantengnya dengan sang empunya. Berukuran kira-kira 15 cm dan berwarna cokelat gelap. Penis Dido disunat dan sekarang sudah tampak rapih karena sepertinya disunat sejak SMP mungkin. Bulu-bulu jembutnya tampak rapih disekitar penisnya. Tidak lebat kemana-mana.
Akhirnya kita bertiga sudah tanpa celana. Saling onani satu sama lain. Kocok sebentar lalu berhenti. Kocok lagi sebentar lalu berhenti. Gua merasa ingin lebih, maka dengan inisiatif sendiri gua melepaskan kaos gua sehingga sekarang gua bugil seutuhnya. Dan ternyata itu berdampak pada Adrian. Dia juga ikut-ikutan melepaskan kaosnya, menampilkan dada bidangnya serta perut six packnya. Lalu kemudian Dido yang juga melakukan hal yang sama. Wow, jika dalam keadaan telanjang Dido tampak luar biasa. Sangat seksi dan hot. Gila bener dah nih temen gua. Keren banget kalo lagi bugil plus kontol ngaceng. Gua nggak kuat banget nih. Diapit dua cowok keren dan sedang bugil. Cowok-cowok disamping gua tampak tenang aja ngocong dengan bugil sambil menatap ke laya komputer. Sementara gua, yang entah kenapa jadi sering curi-curi pandang mulu ke kedua cowok super hot ini.
Adegan seks kedua berakhir dan secara serempak juga kita menurunkan kecepatan kocokan kita. Lalu berganti ke adegan seks ketiga dimana mereka melakukan hubungan seks ditepi sungai. Gua paling suka adegan bercinta di alam terbuka. Maka dari itu karena nggak tahan lagi dengan adegan tersebut akhirnya gua merelakan sperma gua keluar duluan.
Gua mengejang-ngejang seperti biasa dan peju gua menembak keluar hampir mengenai kursi komputer yang jaraknya sekitar 2 meter. Melihat itu Adrian dan Dido lantas berhenti.
“Gila lo ga. Jauh juga tembakan lo.” Kata Dido.
“Haaah haaah haaah...” gua melepas lelah. “Iya nih.”
Berikutnya gua diam ditengah. Tinggal kedua teman gua yang masih mengocok-ngocok penis mereka. Sekitar 5 menit kemudian Adrian tampak menujukan gejala-gejala orgasme. Lalu kocokannya semakin cepat dan cairan putih kental itu akhirnya melesat keluar. Tidak lebih jauh dari gua namun lebih banyak spermanya. Dan berikutnya si Dido. Beberapa menit kemudian dia mulai mendesah, kocokannya semakin cepat dan dia mengejang. Crrrooot-crooot-crooot.... croooot-crooot...
Sperma yang banyak melesat keluar dari penisnya, menembak lebih jauh dari gua. Sampai mengenai punggung kursi komputer Adrian. Gua dan Adrian terkesima melihat penis Dido yang mulai melemah seperti penis gua dan Adrian.
“Ckckckck... gile bener. Udah berapa lama elo nggak coli Do?” tanya Adrian.
“Hehehe... tiga hari.” Jawab Dido sambil cengengesan.
Gua dan Adrian malah geleng-geleng kepala.
***
Gua, Dido dan Adrian lalu membersihkan tumpahan sperma kita dilantai lalu kemudian membersihkan sperma masing-masing dikamar mandi Adrian. Setelah itu, tanpa berpakaian dulu, kita bertiga langsung membuka jendela dan merokok. Berhubung didepan jendela kamar Adrian tidak ada bangunan yang sejajar tingginya jadi kita nggak perlu takut ada yang ngeliat, kecuali salah satu dari kita duduk dijendela.
Adrian duduk di kasurnya dan gua duduk disisi berseberangan. Kemudian Dido duduk di kursi depan meja komputer. Kita bertiga menikmati nikmatnya ngerokok. Adrian sesekali memeriksa penisnya.
“Gimana Do rasanya disunat?” tanya Adrian.
Dido melebarkan kedua pahanya menampilkan penisnya yang setengah tegang dengan bangga. Rokoknya kembali dia hisap dan hembuskan dengan nikmat.
“Udah lama sih. Waktu gua kelas 1 smp.” Jawab Dido. “Nggak sakit-sakit amat. Kaya digigit semua aja. Cuma abis itu sakitnya. Pas obat biusnya udah hilang.”
“Ooooh.” Kata gua. “Jadi udah nggak peka lagi dong itu lo.”
“Masih lah.” Kata Dido.
“Coba liat.” Kata gua berusaha sesantai mungkin.
Wow, Dido beranjak dari kursinya lalu mendekati kasur gua dan Adrian. Dia berdiri 30 cm dari gua. Kepala gua dan penis dia berhadapan sejajar. Luar biasa. Dido melihat kebawah sambil merokok.
“Gimana? Elo tertarik buat disunat?” tanya Dido.
Gua mengamatinya, memegangnya dan menelitinya. Gua angkat keatas, gua angkat kebawah. Serong kiri-serong kanan.
“Bagus juga ya.” Kata gua.
“Ya iya lah.”
“Coba gua liat.” Kata Adrian.
Dido beranjak kedepan Adrian. Dan Adrian juga melakukan hal yang sama dengan gua. Dia memegang penis Dido dan mengamatinya.
“Keren juga ya kalo disunat. Tertarik gua.” Kata Adrian. “Coba dibikin konak. Penasaran gua.”
“Lah bukanya tadikan gua konak pas ngocok.”
“Ya gua gak meratiin.”
“Ya udah, lo isep gih.” Kata Dido.
“Sialan lo.” Kata Adrian sambil mendorong badan Dido. “Ga, elo yang ngisep ga.”
“Ogah!” kata gua, padahal dalam hati mau banget. “Malay gua.”
“Ya udah, ntar nonton bokep aja lagi, biar bisa konak lagi gua. Oke.” Kata Dido seraya kembali ketempat duduknya.
“Ya udah.” Kata Adrian.
Kita kembali menikmati merokok sebelum kembali bercoli ria setengah jam kemudian. Kalo disebelah gua cowok-cowok ganteng kaya gini dan film bokepnya keren lagi kaya tadi, gua masih bisa nembak deh.
***
Menjelang magrib gua kembali dari rumah Adrian. Tampak lelah karena capek dua ronde coli dan perjalanan pulang yang macet. Begitu memasuki lobi dan hendak menuju ke lift mendadak Benno sang security apartermen yang sudah jadi cs-an sama gua memanggil gua dari meja securitynya.
“Ga!” Seru Benno.
“Kenapa?” tanya gua sambil jalan mendekat.
“Tadi ada yang nyari elu tuh.” Kata Benno.
“Siapa?”
“Cowok sih, gua gak kenal. Buru-buru gitu orangnya.” Kata benno.
“Elo nggak tanya namanya?”
“Dia nggak mau ngasih tau.” Kata Benno.
“Ooooh, ya udah.” Kata gua gak mau membahas lebih jauh soal orang yang nggak jelas. “Si Jhosua udah pulang blom?”
“Blom. Dari tadi dia blom lewat.” Jawab Benno.
“Oooh... ya udah. Gua keatas ya. Capek banget nih.” Gua berjalan menjauhi meja Benno.
“Ga! Kapan lagi fitnes sama saunaan bareng?” seru Benno.
“Besok dah. Kalo sekarang gua udah capek banget nih.”
Gua berjalan menuju ke arena lift dimana ada beberapa orang yang terlihat menunggu lift. Gua memilih lift yang sepi pengunjung karena gua sedang ingin sendirian dan nggak mau saling berbagi bau badan. Dan untunglah ketika sebuah lift tiba arena lift langsung sepi karena semuanya masuk ke satu lift. Menyisakan gua sendiri yang menunggu lift. Selang beberapa saat kemudian lift yang gua tunggu tiba. Gua melangkah masuk begitu pintu terbuka.
“Tunggu-tunggu!”
Terdengar suara seseorang, gua kayanya kenal tuh suara. Dan benar saja si cewek yang akhir2 ini suka satu lift secara kebetulan yang muncul. Gua—karena udah sering ketemu—menyapanya dengan senyum dan dia membalasnya dengan senyum. Dia menekan lantai 18 dan pintu lift tertutup.
“Baru pulang?”
Wow, kemajuan. Dia mulai berkomunikasi antar manusia.
“Iya.” Gua sebagai mahluk berbudi luhur menjawab pertanyaanya. “Baru fitnes ya?”
“Iya.” Jawabnya.
Kemudian kita berdua diam karena entah kenapa rasa canggung dan kaku cepat sekali menyeruak keluar. Tapi merupakan sebuah kemajuanlah dimana pada akhirnya kita saling berbicara.
“Duluan ya.” Kata gua ketika lift berhenti dilantai 17.
“Yaaaa...”
Gua melangkah keluar dan pintu lift tertutup. Ya, kemajuan.
***
Hari sudah beranjak menuju larut malam ketika mata gua sudah tinggal 5 watt dan masih konsisten ber-YM ria. Jhosua sudah tidur 2 jam yang lalu. Begitu dia pulang dia langsung menanggalkan pakaiannya dan terkapar dikamarnya. Entah apa yang dia kerjakan sampa-sampai begitu lelah ketika dia kembali pulang.
Ada yang meng-add YM gua. Karena kebiasaan maka langsung aja gua Approve permintaanya. Dan begitu gua approve tak lama kemudian YM dengan nama Farrel-01 mengajak ngobrol gua.
Gua sebenarnya sudah malas chat saat ini jika saja si Farrel itu tidak memampangkan fotonya shirtlessnya. Wajahnya ganteng dan maskulin. Dan tubuhnya seksi berguratkan otot-otot indah. Mata gua jadi sedikit lebih segar. Dan kegiatan perchatingan pun dimulai dengan seiring waktu.
Farrel-01 : Hi...
Iga : Hi juga...
Farrel-01 : Makasih udah App gua. Salam Kenal.
Iga : Sama-sama. Salam kenal juga.
Farrel-01 : Kul apa skull nih?
Iga : Kul, elo?
Farrel-01 : sama, gua juga.
Iga : Badannya bagus ya.
Farrel-01 : Hehehe... biasa aja.
Iga : Ganteng lagi, pasti elo playboy.
Farrel-01 : Hehehe, gua masih jomblo.
Iga : Wuakakak, bohong lo. Gak percaya elo blom punya cewek.
Farrel-01 : Serius gua.
Iga : Ooooh...
Farrel-01 : Foto lo kok gak ada?
Iga : Blom gua pasang.
Farrel-01 : Pasang dong. Mau liat.
Entah kenapa karena mungkin ngantuk atau apa gua dengan sendirinya memasang foto gua. Belum lagi ditambah kebodohan gua dan keteledoran gua. Dalam sekejap foto gua yang hanya mengenakan celana dalam putih dengan pose segagah mungkin sudah bisa diliat.
Farrel-01 : Wah, keren juga lo ya. Ganteng, seksi.
Iga : Hehehe, makasih.
Farrel-01 : Kalo elo pasti banyak ceweknya. Keliatan tuh.
Iga : Gua masih jomblo kok.
Farrel-01 : Bohong loh ah.
Iga : Serius gua.
Farrel-01 : Ooooh...
Dan berikutnya gua terus berchating dengan dia, selama lima belas menit berikutnya. Dan chattingnya itu sudah antara sadar dan tidak sadar.
Iga : Bro, gua tidur dulu ya. Ngantuk gua.
Sampai ketemu lagi.
Byeee....
Farrel-01 : Oke, gua juga udah ngantuk.
Sampai ketemu lagi juga.
Bye.
Berikutnya gua sudah terlelap didalam tidur yang lelap.
***
Gua terbangun jam 8 pagi. Seperti biasa gua mengulet-ulet sebentar ditempat tidur untuk mengumpulkan nyawa. Lalu setelah dirasa siap gua bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar. Sinar matahari yang masuk melalui balkon membuat apartermen menjadi terang seperti biasa.
Ada sarapan dimeja makan. Sepertinya Jhosua menyempatkan diri untuk membeli sarapan dan sarapan dirumah. Baguslah, jadi gua nggak perlu capek-capek lagi masak.
Setelah sarapan gua langsung mandi dan bersiap-siap ke kampus. Pintu apartermen gua kunci dan gua menuju ke area lift. Diam sebentar sambil sesekali ngaca dipantulan bayangan pintu lift. Ting! Pintu lift terbuka, dan kembali sang cewek itu muncul. Namun kali ini berbeda, dia bersama seseorang. Seseorang yang lebih tua darinya.
Gua menyunggingkan senyum sambil melangkah masuk. Begitu lift bergerak turun yang terjadi hanyalah keadaan vakum yang sangat. Tidak ada kegiatan komunikasi sama sekali, sampai-sampai gua berpikir yang kemarin hanyalah mimpi. Begitu pintu lift terbuka dilantai satu gua melangkah keluar duluan menuju ke lobi. Namun saat langkah gua semakin menjauh dari mereka gua mendengar selentingan kalimat.
“Tuh tante, cowok yang aku ceritain waktu itu. Lucu kan...”
Bersambung ke Chapter 4
Eh mbok ya jeda antar chapternya janganterlalu lama donk..hehehhe..ayo dilanjutun yah bibay..:D
dear mamat3 a.k.a tri-s,
aku pakai nick tri_s (sejak 2005/2006 di forum ini) karena itu memang namaku. tepatnya nama tengah dan singkatan nama belakang. kalau pengen tau siapa saya lebih jauh, baca saja daftar postingan saya di forum ini via profil user.
Kalo di klik munculnya tak ada pesan pada halaman ini