KOMPAS, Kamis, 9 Oktober 2008 | 06:09 WIB
BEIJING, KAMIS - Nuansa kepasrahan tercuat dari pernyataan para pemimpin negara terkaya di dunia. Upaya pengguyuran dana ke pasar oleh sejumlah bank sentral tak mampu meredakan kegelisahan pasar. Kini harapan ada pada China untuk menolong.
Rentetan tindakan penurunan suku bunga oleh beberapa bank sentral, Rabu (8/10), berhasil meredakan kepanikan bursa saham. Namun, ini hanya berlangsung sebentar. Tak lama kemudian, indeks Dow Jones di New York malah anjlok lagi 182,95 poin menjadi 9.264,16 poin. Ini melengkapi kejatuhan sebelumnya di hampir semua bursa dunia dan melahirkan rekor baru, seperti yang terjadi di Jepang.
Kejatuhan bursa dipicu anjloknya indeks saham di New York, Selasa, sekitar 500 poin indeks Dow Jones dan kejatuhan indeks Standard & Poor’s ke bawah 1.000 poin, terburuk sejak tahun 2003. ”Planet keuangan berada dalam sebuah krisis total,” kata anggota Dewan Direksi Bank Sentral Eropa, Guy Quaden.
Pemicu terbaru adalah penyerbuan yang dilakukan para nasabah terhadap bank di Eropa untuk menarik simpanan. Pemicu lain adalah keengganan sesama bank saling meminjamkan, yang memacetkan aliran dana perbankan, urat nadi perekonomian global. Hasil analisis Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu mengingatkan, krisis perbankan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menyebabkan resesi. Penurunan pertumbuhan setidaknya dua kuartal berturut-turut sudah bisa disebut sebagai resesi.
Ironisnya, kejatuhan ini terjadi setelah paket dana talangan 700 miliar dollar AS sudah ditandatangani Presiden AS George Walker Bush. Kejatuhan juga terjadi setelah Bank Sentral AS menjanjikan akan membeli surat berharga berjangka pendek senilai 900 miliar dollar AS dari pasar. Beberapa negara di Eropa juga menaikkan jumlah simpanan nasabah yang dijamin pemerintah. Namun, semua ini tak mencegah kepanikan di bursa global. ”Pasar tak bergerak. Penyuntikan dana bank sentral ke pasar sama artinya dengan transfusi darah ke tubuh manusia yang urat nadinya tersumbat,” kata Hiroichi Nishi, pialang di Nikko Cordial, Tokyo, Rabu.
Dari Hongkong ke Paris, Singapura ke Frankfurt, investor mencampakkan saham. Investor khawatir otoritas tak lagi berdaya menghentikan krisis terbesar global sejak Depresi Besar 1929 di AS. ”Pasar seperti kerasukan dan penjualan massal terjadi secara global,” kata Matt Buckland, pialang dari CMC Markets, London.
Presiden Bush mengatakan, kekacauan ekonomi menyebabkan kesulitan hidup bagi warga AS. ”Saya ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan semua ini. Namun, krisis belum bisa dihentikan,” kata Bush.
Sadar akan hal itu, Presiden Bush mengatakan telah menghubungi sejumlah pemimpin di Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Italia. Tujuannya, untuk mencari strategi mengatasi krisis. ”Saya berbicara langsung dengan mereka pagi ini untuk mengupayakan tindakan yang terkoordinasi. Kami ingin agar tindakan dilakukan secara efektif,” kata Bush, Selasa.
Gedung Putih mengatakan, Presiden Bush akan terbuka pada ide-ide untuk mengatasi krisis. Ini adalah sebuah perubahan sikap drastis mengingat sebelumnya Presiden Bush selalu abai atas keinginan pemimpin G-8 untuk mengatur sektor keuangan yang sudah berjalan liar.
Michel Camdessus, mantan Direktur Pelaksana IMF, mengatakan, ”Akar krisis adalah minimnya peraturan yang mengontrol sektor keuangan AS.”
Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke, pada hari yang sama di hadapan Asosiasi Nasional Ekonomi Bisnis (National Association for Business Economics) di Washington mengingatkan, krisis keuangan tidak saja memburuk, tetapi juga memperpanjang penderitaan. ”Prospek perekonomian kian buruk,” katanya.
Tak mempan
Perdana Menteri Jepang Taro Aso juga memperlihatkan kepasrahan. ”Para pemimpin Uni Eropa sudah bertemu, tetapi tetap tak bisa meredakan gejolak. Pasar Eropa malah bergolak cepat dan substansial. Saya khawatir akan dampak dari krisis ini terasa di Jepang,” kata PM Aso merujuk pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa, Sabtu lalu.
PM Aso mengatakan, harapan terbaru yang bisa dia sandarkan adalah pertemuan G-7 (AS, Inggris, Perancis, Italia, Jerman, Jepang, dan Kanada). Namun, PM Aso mengatakan, jika pertemuan G-7 tak mampu meredakan pasar, keadaan malah bisa lebih buruk.
Kini harapan ada pada China. Presiden Bush sudah berbicara langsung dengan Presiden Hu Jintao soal upaya penyelamatan krisis ekonomi.
PM China Wen Jiabao berjanji, negaranya mau mengulurkan tangan untuk mengatasi krisis keuangan AS. Tidak disebutkan uluran tangan yang dimaksud. Namun, beredar informasi yang belum dikonfirmasikan bahwa China akan menggunakan sebagian cadangan devisanya (1,81 triliun dollar AS) untuk membeli surat utang korporasi AS, yang terjebak kemacetan di sektor properti AS.
Keengganan China memegang surat-surat berharga AS dalam setahun terakhir turut mempercepat kejatuhan sektor keuangan AS. Namun, kantor berita Reuters mengatakan, kesediaan China menolong pasti didasari pada tindakan quid pro quo (memberikan sesuatu untuk menerima sesuatu).
”Beijing akan meminta AS membuka pasar lebih besar, termasuk bagi penjualan produk China dan juga pembelian perusahaan AS oleh perusahaan China. China juga akan menuntut peran lebih besar di IMF,” kata Mei Xinyu, peneliti senior dari Departemen Perdagangan China, Rabu.
Comments
apa gw masuk sastra cina ajah yah...hhe..
Ini analisis Citibank tentang resiko negara-negara di asia (makin besar angkanya, makin rentan kena krisis):
Resiko (1) gada modal masuk
Korea 95 Vietnam 64 India 21 Indonesia 13 Filipina 12 Thailand 0 Taiwan -6 Singapura -9 Hong Kong -15 China -19 Malaysia -24[/list:u]Resiko (2) modal di dalam negeri pada ngabur keluar
Indonesia 237 Korea 208 Filipina 97 Taiwan 88 Malaysia 71 India 59 Thailand 54 Vietnam 34 China 16 Singapore NA Hongkong NA
Sumber: Citibank's Asia Macro Views: Measuring Asia's External Vulnerabilty[/list:u]China, emang paling aman, Indonesia, Korea, Filipina termasuk yang paling rentan kena krisis.Hmmm... kenapa ya koq bisa gitu?
Yang hebat pemerintahnya,.
Masyarakatnya ato siapanya?
Waow......
Semoga yg pada mimpin2 di atas bisa ngatasin
hbz skrg cm jadi rakyat kecil, bersuara ato nggak sama aja......
apa yg di delete om.?
pertama, sekrisis-krisisnya amerika, dari segi keuangan, teknologi, sumber daya manusia, institusi pendidikan, suka gak suka amerika tetep yang no 1. itu gak bakal ancur kena krisis.
inget jerman, itu bener ancur-ancuran abis perang dunia II, dalam waktu singkat, udah makmur lagi. ya karena sumber daya manusia, teknologi dan instititusi pendidikannya gak ikut ancur oleh perang.
kedua, kemampuan suatu negara untuk ngoreksi arah yang salah. amerika lewat demokrasi bisa melakukan itu. bush tua brengsek ... dikoreksi rakyatnya lewat pemilu, naik clinton dst dst. rusia ancur kan karena diktator, diktator itu kelemahannya gak ada mekanisme ngoreksi diri sendiri.
ketiga, keterbukaannya ... orang pinter dari mana-mana pergi ke amerika
Karena Pemerintahnya juga Bersinergi ama rakyatnya....
Ky kemaren pas Today's Dialogue,.
Sebagai rakyat (dalam konteks dialog tsb adl Wartawan), kita punya influence untuk mempengaruhi masyarakat, tapi nggak punya power
Yg punya power buat ngerubah itu khan ya pemerintahnya....
Di Indonesia mungkin nggak kalah SDM-nya ma negara lain
tapi mereka pada hengkang dari sini karena kurangnya perhatian dan penghargaan yang diberikan,, pada pindah ke jerman, amrik, jepang n disana ya mereka bener2 dihargai....
Malah katanya dulu pas jamannya pemerintah siapa gitu, ilmuwan2 qt pada dijualin ke luar negri gitu ya.?
uwwhh..... rhevin gak taw apa2 soal pemerintahan sok taw aja......
muuph... ^^
Hehe... emang china paling nomer satu dalam hal dagang n manajemennya......
dan juga dimungkinkan bakal menjadi yang nomer satu di semua bidang
Seperti Teratai, yang selalu di atas dan tidak pernah tenggelam....
Absolutely Agree.. ^^