BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

"Mas Aldy and Me" (based on my true story)

edited June 2010 in BoyzLove
sorry
«13

Comments

  • “Praaanng…..” Jam sudah menunjukan pukul tujuh, “Tuh kan pecah, Rafli kan sudah bilang makannya nanti saja, ini hari pertama masuk kantor jadi kalau telat tidak enak Ma...”Dengan tergesa-gesa dan sedikit berlari Aku berangkat menuju kantor.
    ”Ffwwuiihh....Alhamdulillah, akhirnya sampai juga, gue pikir telat” Aku menghampiri seorang security yang sedang berjaga di pintu depan kantor. ”Permisi Pak, saya ingin bertemu Ibu Tessa atau Bapak Rangga.” Dengan ramah security tadi mengantarku untuk menemui orang yang kucari. Setelah menunggu kurang lebih 5 menit ada dua orang wanita yang datang menghampiriku yang sedang duduk diruang tunggu, ”Pagi Mas, saya Marry dan ini Erica, kami mau ketemu Pak Rangga atau Ibu Tessa?”Rupanya mereka berdua juga adalah karyawan baru. Setelah bertemu dengan dengan Ibu Tessa yang ternyata adalah sekretaris Bapak Rangga kami bertiga diantar untuk berkenalan dengan seluruh staff yang berada dilantai satu kantor yang terletak di daerah perkantoran Sudirman. Setelah kurang lebih 2 jam berbasa-basi dengan lingkungan kantor baru akhirnya kami diantar ketempat masing-masing, aku yang semula ditempatkan sebagai Front liner dikantor tersebut akhirnya dengan alasan dipinjam sementara akhirnya aku ditempatkan di bagian operasional yang sebenarnya kurang aku suka, ya tapi no choice this’s my first job. Tapi ternyata memang benar dengan transaksi yang begitu banyak tidak mungkin karena hanya ada tiga orang saja di bagian operation, Mas Iwan supervisor kami, Mas Robert yang doyan makan and be my best friend, dan Ikhram mereka bilang tiga orang lagi sedang menjalani pendidikan untuk kenaikan pangkat. Setelah tiga minggu di kantor baru aku mulai tidak betah karena kelakuan Mas Iwan yang kurang bersahabat, aku juga sempat bilang ke atasan ku Mas Denny kalau aku mau keluar, untung ada Mas Robert yang selalu menenangkan aku, sebenarnya lingkungan kerjaku juga sangat nyaman yaa... dengan kemampuanku bergaul memang banyak orang yang suka denganku, terutama cewek-cewek mungkin mereka juga melihat wajahku yang keren (aku ini keturunan Arab mix China) waktu kuliah aku juga sering ke gym, heheheee....tapi bener loh baru tiga minggu saja aku sudah didekati tiga wanita sekaligus, tapi aku suka dengan Ninda, cantik, baik, lucu, dan tampaknya cocok untuk dijadikan isteri hahahahaa......
  • Senin jam 7.30 aku sudah tiba di kantor seperti biasa aku meletakan tasku di meja lalu pergi ke toilet untuk mencuci muka dan mengganti pakaian, maklum aku ke kantor dengan mengendarai motor. Selesai bersih-bersih aku kembali keruangan, tapi aku lihat ada seseorang yang duduk di bangkuku, cowok yang aku tebak usianya sekitar 34 tahunan, saat itu usiaku 24 tahun dengan mengenakan kemeja kuning dan celana coklat, kumis dan jenggotnya yang tercukur rapi itu yang aku ingat, dalam hati aku tertawa melihat bajunya yang cukup eye catching. ”Pagi Mas” sapaku mencoba sopan sambil menjulurkan tangan ”saya Rafli Mas...” tanpa bangkit dia menjulurkan tangannya ”Aldi, Mas baru ya?” rupanya dia Mas Aldi, orang bilang dia kurang menyenangkan selain Mas Iwan yang memang terkenal seantero kantor, tapi masih ada dua orang lagi Mas Ahmed yang pendiam dan sedikit kasar dan Mas Arman yang cukup baik.”eehh iya Mas ini minggu keempat” rupanya aku sedikit melamun, wajahnya tidak mencerminkan seperti apa yang diceritakan orang,tapi dari cara bicaranya memang terlihat kalau Mas Aldi straight to the point. ”Ayo Raf kita sarapan, deedee, ikram dan yang lain sudah nunggu di depan” lagi-lagi aku kaget karena tiba-tiba Ninda sudah berada dekat di sampingku ”oh iya ayo, Mas Aldi saya sarapan dulu ya, mau titip Mas?” kataku penuh basa-basi ”nggak usah, terima kasih” lalu Ninda menarik tanganku mengisyaratkan aku untuk bergegas menghampiri yang lain.
    Bad day, again and again Mas Iwan selalu membuatku tidak kerasan untuk berlama-lama dikantor dan lagi-lagi juga Mas Robert yang selalu membuatku tenang tak lepas juga usaha teman-temanku yang lain membuatku tetap bersabar, tapi hari ini beda karena Mas Aldi juga membuatku tambah tidak enak hati karena ada perkataannya yang sangat menyinggungku, belum lagi dia juga menegur temanku yang sedang membaca koran ”kalau mau baca koran di rumah saja mas!!!” uppsss... bener juga kata orang Mas Aldi kalau bicara langsung ke hati.
    Mas Aldi yang baru selesai pendidikan dan menunggu surat kenaikan pangkatnya sementara masih tetap bekerja sebagai prosesor, ternyata benar juga kata orang dia bekerja sangat baik, pintar. Sebenarnya aku penasaran karena menurutku dia bukan type orang yang tidak menyenangkan entah mengapa aku berkeyakinan seperti itu walaupun hampir setiap hari aku dan teman-teman yang lain termasuk Mas Robert juga membicarakannya ”gua nggak suka banget sama Mas Aldi”, ”Gila hari ini dia negur gue lagi...”.”Ternyata sama aja dia sama si Iwan!!!”.”Wah mana sekarang dia kan jadi supervisor lo...” yah kurang lebih itulah yang terlontar dari bibir kita-kita.
    Yeah, akhirnya Jum’at juga, it’s a best day karena tanggal 25 pula, tanggal gajian kita, dan memang setiap weekend kita selalu jalan bareng sekedar makan-makan atau karaoke-an dan seperti biasa aku yang selalu jadi komandan buat ngumpulin anak-anak. ”Sudah sarapan? Mana yang lain, biasanya bareng-bareng?” dengan sedikit tersentak karena kaget kakiku terbentur meja ”Braaakkk...”, ”aduhh, eh belum Mas yang lain sudah sarapan duluan tadi” sambil terus mengusap kakiku yang terbentur, lumayan sakit. ”Sorry kaget ya Raf, sorry ya nggak sengaja, lagian pagi-pagi udah ngelamun, ditinggal Ninda ya sarapannya?hehehehee...” mungkin itu cara Mas Aldi mencoba meminta maaf ”ya sudah sarapan yuk, saya juga belum sarapan” waduh males banget tapi gimana nolaknya ya, duuh nggak enak banget, tapi nggak apa-apa deh sekalian pingin tahu apakah perkiraan ku tentang Mas Aldi yang sebenarnya baik itu tepat. ”boleh Mas tapi saya pakai sepatu dulu ya...” lalu kita berjalan, dan sepanjang jalan ketempat makan banyak juga orang yang menyapa Mas Aldi, itu semakin memperkuat perkiraanku. ”Biasanya sarapan dimana Raf?”.”Terserah Mas Aldi”.Tiba-tiba”Raf...Rafli”suara Ninda dan Ikhram memanggil aku, ”mau kemana?”.”Sarapan..!!!, kurang ajar lo pada ninggalin gue!ya udah gw sarapan dulu nggak enak Mas Aldi nungguin”.”Whattz???lo sarapan sama dia?hahaahaa...damai nih!!?”aku cuma senyum sambil kembali menghamipri Mas Aldi, mereka pun juga senyum-senyum sambil masuk. ”Kenapa Raf mereka mau sarapan juga? Ya sudah diajak saja” yah nggak mungkin lah mana mau mereka, kataku dalam hati.”nggak Mas mereka sudah duluan tadi”
    Sambil sarapan Mas Aldi cerita banyak tentang dirinya mulai dari isterinya, dua orang anak perempuannya (umur 5 tahun dan 1,5 tahun) dan hubungan dengan mertuanya yang kurang harmonis, aku juga tidak pernah menyagka dia akan bercerita segitu banyak dan terbuka tentang keluarganya, tampaknya hampir benar dugaanku dia tidak seperti yang orang-orang bilang, bagiku dia cukup menyenangkan, tapi aku tidak mau terlalu dini menyimpulkan. ”Oh iya Mas, hari ini kita mau karaoke-an nanti ikut ya?!”.”Nggak bisa Raf hari ini Mas mau balik cepat, mau ke Sukabumi” dari cara bicaranya aku tau dia memang tidak suka dengan acara yang kaya gitu. Tapi baru saja balik ke kantor tiba-tiba ”dari mana Raf?”suara Mas Iwan menegurku ”Habis sarapan Mas” tapi sekilas aku mendengar Mas Iwan bilang kalau sarapanku terlalu lama, padahal dia sendiri kalau sarapan atau makan siang sesuka hatinya, sambil menahan kesal aku mengeluarkan dokumen-dokumen yang akan aku kerjakan hari ini,Mas Robert melirik kearahku sambil mengurut dada dan mengedipkan sebelah matanya itu sudah membuatku sedikit tersenyum.
  • Senin jam 7.30 aku sudah tiba di kantor seperti biasa aku meletakan tasku di meja lalu pergi ke toilet untuk mencuci muka dan mengganti pakaian, maklum aku ke kantor dengan mengendarai motor. Selesai bersih-bersih aku kembali keruangan, tapi aku lihat ada seseorang yang duduk di bangkuku, cowok yang aku tebak usianya sekitar 34 tahunan, saat itu usiaku 24 tahun dengan mengenakan kemeja kuning dan celana coklat, kumis dan jenggotnya yang tercukur rapi itu yang aku ingat, dalam hati aku tertawa melihat bajunya yang cukup eye catching. ”Pagi Mas” sapaku mencoba sopan sambil menjulurkan tangan ”saya Rafli Mas...” tanpa bangkit dia menjulurkan tangannya ”Aldi, Mas baru ya?” rupanya dia Mas Aldi, orang bilang dia kurang menyenangkan selain Mas Iwan yang memang terkenal seantero kantor, tapi masih ada dua orang lagi Mas Ahmed yang pendiam dan sedikit kasar dan Mas Arman yang cukup baik.”eehh iya Mas ini minggu keempat” rupanya aku sedikit melamun, wajahnya tidak mencerminkan seperti apa yang diceritakan orang,tapi dari cara bicaranya memang terlihat kalau Mas Aldi straight to the point. ”Ayo Raf kita sarapan, deedee, ikram dan yang lain sudah nunggu di depan” lagi-lagi aku kaget karena tiba-tiba Ninda sudah berada dekat di sampingku ”oh iya ayo, Mas Aldi saya sarapan dulu ya, mau titip Mas?” kataku penuh basa-basi ”nggak usah, terima kasih” lalu Ninda menarik tanganku mengisyaratkan aku untuk bergegas menghampiri yang lain.
    Bad day, again and again Mas Iwan selalu membuatku tidak kerasan untuk berlama-lama dikantor dan lagi-lagi juga Mas Robert yang selalu membuatku tenang tak lepas juga usaha teman-temanku yang lain membuatku tetap bersabar, tapi hari ini beda karena Mas Aldi juga membuatku tambah tidak enak hati karena ada perkataannya yang sangat menyinggungku, belum lagi dia juga menegur temanku yang sedang membaca koran ”kalau mau baca koran di rumah saja mas!!!” uppsss... bener juga kata orang Mas Aldi kalau bicara langsung ke hati.
    Mas Aldi yang baru selesai pendidikan dan menunggu surat kenaikan pangkatnya sementara masih tetap bekerja sebagai prosesor, ternyata benar juga kata orang dia bekerja sangat baik, pintar. Sebenarnya aku penasaran karena menurutku dia bukan type orang yang tidak menyenangkan entah mengapa aku berkeyakinan seperti itu walaupun hampir setiap hari aku dan teman-teman yang lain termasuk Mas Robert juga membicarakannya ”gua nggak suka banget sama Mas Aldi”, ”Gila hari ini dia negur gue lagi...”.”Ternyata sama aja dia sama si Iwan!!!”.”Wah mana sekarang dia kan jadi supervisor lo...” yah kurang lebih itulah yang terlontar dari bibir kita-kita.
  • tambah banyak ya penulis di mari....

    lanjut pak!
  • keren ..

    lanjut donk ..

    hehehe ..
  • cara ngetiknya rada kepanjangan,jadi bikin males bacannya
  • albert2 wrote:
    keren ..

    lanjut donk ..

    hehehe ..

    Terimakasih respon nya... sorry hari ini belum kasihlanjutan, usb nya ketinggalan... mudah-mudahan besok. oukay

    ditunggu masikan selanjutnya
  • tempra wrote:
    cara ngetiknya rada kepanjangan,jadi bikin males bacannya

    Wah terimakasih banget sarannya brow.... maksudnya sih ingin menjelaskan secara detail mungkin formatnya aja nanti kali yang dirubah ya...gimana??? thanx alot ya.....
  • zoku wrote:
    tambah banyak ya penulis di mari....

    lanjut pak!

    iya nih sekalian belajar cerita lewat tulisan, soalnya kalau cerita beneran..real g berani...discreet boss...hehehhee
    hope u enjoy,, masukannya ya....
  • Senin jam 7.30 aku sudah tiba di kantor seperti biasa aku meletakan tasku di meja lalu pergi ke toilet untuk mencuci muka dan mengganti pakaian, maklum aku ke kantor dengan mengendarai motor. Selesai bersih-bersih aku kembali keruangan, tapi aku lihat ada seseorang yang duduk di bangkuku, cowok yang aku tebak usianya sekitar 34 tahunan, saat itu usiaku 24 tahun dengan mengenakan kemeja kuning dan celana coklat, kumis dan jenggotnya yang tercukur rapi itu yang aku ingat, dalam hati aku tertawa melihat bajunya yang cukup eye catching. ”Pagi Mas” sapaku mencoba sopan sambil menjulurkan tangan ”saya Rafli Mas...” tanpa bangkit dia menjulurkan tangannya ”Aldi, Mas baru ya?” rupanya dia Mas Aldi, orang bilang dia kurang menyenangkan selain Mas Iwan yang memang terkenal seantero kantor, tapi masih ada dua orang lagi Mas Ahmed yang pendiam dan sedikit kasar dan Mas Arman yang cukup baik.”eehh iya Mas ini minggu keempat” rupanya aku sedikit melamun, wajahnya tidak mencerminkan seperti apa yang diceritakan orang,tapi dari cara bicaranya memang terlihat kalau Mas Aldi straight to the point. ”Ayo Raf kita sarapan, deedee, ikram dan yang lain sudah nunggu di depan” lagi-lagi aku kaget karena tiba-tiba Ninda sudah berada dekat di sampingku ”oh iya ayo, Mas Aldi saya sarapan dulu ya, mau titip Mas?” kataku penuh basa-basi ”nggak usah, terima kasih” lalu Ninda menarik tanganku mengisyaratkan aku untuk bergegas menghampiri yang lain.
  • edited October 2010
    hapus :oops:
  • mudah2an masih mau baca and isi pool nya ya....
    ini aku langusng selesaiin semua.... next story nya menyusul
    karena sampai sekarang masih lanjut, tapi with all true story
  • Sambil sarapan Mas Aldi cerita banyak tentang dirinya mulai dari isterinya, dua orang anak perempuannya (umur 5 tahun dan 1,5 tahun) dan hubungan dengan mertuanya yang kurang harmonis, aku juga tidak pernah menyagka dia akan bercerita segitu banyak dan terbuka tentang keluarganya, tampaknya hampir benar dugaanku dia tidak seperti yang orang-orang bilang, bagiku dia cukup menyenangkan, tapi aku tidak mau terlalu dini menyimpulkan. ”Oh iya Mas, hari ini kita mau karaoke-an nanti ikut ya?!”.”Nggak bisa Raf hari ini Mas mau balik cepat, mau ke Sukabumi” dari cara bicaranya aku tau dia memang tidak suka dengan acara yang kaya gitu. Tapi baru saja balik ke kantor tiba-tiba ”dari mana Raf?”suara Mas Iwan menegurku ”Habis sarapan Mas” tapi sekilas aku mendengar Mas Iwan bilang kalau sarapanku terlalu lama, padahal dia sendiri kalau sarapan atau makan siang sesuka hatinya, sambil menahan kesal aku mengeluarkan dokumen-dokumen yang akan aku kerjakan hari ini,Mas Robert melirik kearahku sambil mengurut dada dan mengedipkan sebelah matanya itu sudah membuatku sedikit tersenyum.
    Waktu sudah menunjukan pukul 17.10 semua sudah bersiap-siap untuk berangkat ketempat karaoke, ”ayo Raf cepetan kita udah mau jalan nih” Ninda juga berada disebelahku sejak tadi.”Aduh sebentar dong, tungguin ya” pajak sialan ini masih belum selesai juga sampai jam 17.30 akhirnya aku nggak enak sama yang lain. ”Ya sudah kita berangkat duluan ya?” sebenarnya sih kesel apalagi Ikhram, Mas Robert, dan terutama Mas Iwan mereka semua kan satu bagian denganku, masa aku belum selesai mereka sudah mau jalan, dengan nada sedikit kesal ”ya sudah Nda kalau kamu mau berangkat duluan juga nggak apa-apa!”.”Nggak aku tungguin kamu” tapi karena sudah stress aku sedikit keras berkata ”sudah sana nanti nyesel nunggu gue yang nggak jelas selesai jam berapa!!” rupanya kata-kataku menyinggung perasaan Ninda, ”ya sudah kalau nggak mau ditungguin aku bareng yang lain, kalau sudah selesai kasih kabar ya!!...” sebenarnya nyesel juga sih jadi nggak ada yang nemenin, aku lihat Mas Aldi juga sudah merapihkan tas dan mejanya hanya komputernya saja yang belum dimatikan. ”Masih banyak Raf?” sambil memegang pundakku Mas Aldi bertanya.”Aduh pusing banget Mas, gue nggak ngerti cabang-cabang kok mash berantakan ya...”.”Waduh mana mereka sudah pada pulang, jadi gimana Raf?” aku nggak tau apakah Mas Aldi memang benar-benar nggak mengerti atau sekedar nguji. Tapi tas dan jaket yang sudah dibawa tadi kembali diletakan di mejanya, yaa aku sempet kaget juga, tiba-tiba dia menggeser kursi didekatkan ke mejaku lalu duduk. ”Mas Aldi kalau mau balik nggak apa-apa, duluan aja Mas nanti kemaleman ke Sukabuminya” dalam hati sih seneng ada temennya karena dikantorkan serem kebetulan aku memang sedikit sering melihat hal-hal yang aneh dari kecil, kata orang sih aku punya sixth sense. ”Tadi dimarahin Mas Iwan ya? Sorry ya gara-gara gue jadi dimarahin” aku Cuma senyum saja, kaget juga dia ngomong kaya gitu aku pikir dia nggak tau. Sambil menyelesaikan pajak sialan itu nggak terasa sudah jam 8.00 tapi karena sambil ngobrol jadi nggak terlalu terasa, semakin banyak saja dia cerita tentang dirinya, tapi not with me I still keep my own story memang aku kind of an introvert man nggak bisa nyaman kalau terlalu banyak cerita masalah pribadi. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tidak bergabung dengan tim karaoke malam itu padahal misscall dan SMS di HP-ku sudah puluhan kali, aku malah makan diluar sambil mengarah pulang dengan Mas Aldi sampai akhirnya sampai rumah pukul 11.00, Mas Aldi juga memutuskan untuk ke Sukabumi besok pagi.
  • Kejadian demi kejadian berlalu sampai tidak terasa sudah dua tahun lebih aku bergabung dengan perusahaan swasta ternama tersebut, eksistensiku dikantor juga semakin baik ada beberapa penghargaan yang aku terima sehubungan dengan performance ku.Sampai suatu hari Keluargaku pindah ke luar kota sehingga aku harus kost tapi aku tetap memutuskan untuk mencari kost disekitar rumahku yang dulu walaupun agak jauh dari kantor dengan alasan sudah banyak teman jadi kalau ada apa-apa lebih enak. Hubunganku dengan Ninda juga semakin baik begitu juga dengan teman-temanku yang lain they all such a great friends, terlebih-lebih dengan Mas Aldi aku semakin dekat dengan dia, aku yakin dia juga sama. Mas Aldi selalu membela aku, dia juga mulai mau menuruti aku untuk merubah sikapnya ke orang-orang disekitarnya, dia langsung menelpon ke line telp aku buat bercanda kalau aku sedikit kesal dengan dia tapi jujur aku nggak pernah berfikir aneh-aneh sampai suatu hari aku sangat kaget waktu Mba Lelly yang sedang menunggu dijemput suaminya bilang ”Mau kemana Mas Aldi? Akur bener...kalau ngeliat kalian inget film ARISAN”. Waaaaahhh.....aku jadi ngerasa aneh walaupun aku tau Mba Lelly nggak ada maksud apa-apa tapi Mas Aldi Cuma senyum saja sambil bertanya ”Belum di jemput ly? Ikut makan bakso dulu yuk...” aku nggak ngerti tapi tampaknya Mas Aldi nggak tau film arisan itu apa, maklum dia agak konvensional. Tiba-tiba terdengar lagu Justin Timberlake, rupanya HP ku bunyi ”Ya Nda, aku lagi makan bakso di depan, kesini ya....”.”Jemput dong” sela Mas Aldi,”nggak usah deket ini,lagian dia nggak sendiri kok”. ”Oh mau jalan ya? Ya sudah cepet sana!”. ”nggak Ninda minta diantar pulang tapi saya males banget” dari pagi tadi memang aku tidak enak badan, badanku sedikit panas dan lambungku memang bermasalah. ”Jangan males dong ya sudah nanti gue temenin” akhirnya malam itu aku mengantar Ninda dengan ditemanin Mas Aldi kami konvoi kendaraan, dijalan Ninda sempat bertanya ”kamu mau jalan sama Mas Aldi ya?” tapi aku bilang nggak karena aku nggak enak badan. Setelah mengantar Ninda lalu kita balik, badanku sudah semakin panas dijalan sempat beberapa kali muntah, Mas Aldi sempat menawarkan diri untuk mengantarku pulang tapi aku bilang tidak usah nanti kemalaman karena rumahku di daerah Jakarta Barat sedangkan dia di Jakarta Timur.
  • Malam harinya aku tidak bisa tidur panas badanku semakin menjadi, mual dilambungku juga semakin tak tertahan. Sampai pagi baru aku bisa memejamkan mata karena panas badanku turun walaupun hanya sedikit tapi yang terpenting nyeri dilambungku sudah jauh lebih baik. Sedikit terkejut aku membuka mata karena telepon genggamku memutarkan lagu Justin...rupanya dari kantor, masih setengah sadar dan sangat lemas aku lihat jam sudah menunjukan pukul 08.10 ”Assalamualaikum, masih di kost? Masih sakit ya?”dari seberang sana terdengar serangan pertanyaan.”Mas Aldi??? Eh iya nih Mas semalaman nggak bisa tidur panas badannya nggak mau turun, muntah-muntah terus, maaf ya Mas belum kasih kabar ke kantor”.”nggak apa-apa nanti gue yang bilangin, terus sekarang gimana udah sarapan? Ada yang anter ke dokter? Sudah minum obat belum?” lagi-lagi serangan pertanyaan, aku tau sih itu mungkin bentuk perhatiannya karena dia selalu bilang kalau aku ini sudah dianggap seperti adiknya sendiri (Mas Aldi memang sepertiku, dia anak terakhir) Cuma satu kata jawabanku atas pertanyaannya tadi ”belum Mas”.”ayo Raf sarapan dulu terus ke dokter, sementara minum obat warung dulu aja, coba minta tolong orang disana buat beli sarapan dan obat...” biar cepet selesai aku hanya meng-iyakan. Setelah itu seperti biasa tidak lagi bisa tidur kalau aku sakit telepon selularku selalu aktif berbunyi, tapi aku sangat bersyukur berarti banyak orang yang peduli sama aku, terima kasih ya Allah. Satu harian aku habiskan untuk tidur, tidur dan tidur, untung besok hari jum’at jadi masih banyak waktu untuk istirahat fikirku. Menjelang Maghrib Hp ku kembali berbunyi aku lihat ’Mas Aldi’ entah kenapa aku ingin segera mengangkatnya ”Assalamualaikum, gimana Raf sudah lebih baik?” kali ini nadanya sudah agak datar karena ini kali ke lima dia menelponku hari ini jadi dia tau perkembanganku yang sudah membaik ”besok jangan sampai tidak ke dokter ya!” kali ini nadanya memaksa ”orang udah sembuh kok” kataku. ”Mass Raflii.... itu sembuhnya sementara, jadi lebih baik ke dokter biar tuntas, atau mau diantar? Besok gue kesana?!” tampaknya kali ini dia benar-benar kesal..”alaaaah mending tau jalan, nanti nyasar-nyasar malah lo yang sakit” kataku sambil meledek dia yang sudah mulai kesal”ya sudah terserah, Assalamualaikum”.”Mas...hallo..hallo...Mas...” aku mencoba berkali-kali untuk menelpon balik tapi tidak diangkat akhirnya aku SMS ’Assalamualaikumku, sorry boss Cuma bercanda masa marah, nanti kalau sudah sampai rumah bales ya atau telpon saya balik.Tenkyu’ ternyata SMS ku tidak dibalas apalagi telepon tampaknya Mas Aldi benar-benar marah, jujur ada perasaan khawatir juga sih yaa aku hanya berfikir sayang kalau harus kehilangan orang sebaik dia. Ternyata benar malam panas badanku kembali naik, muntah-muntahku juga semakin parah mataku berkunang-kunang, dalam keadaan seperti ini terlintas fikiranku untuk menelpon Mas Aldi tapi aku tidak enak dia kan sudah berkeluarga dan dia juga bukan kerabatku, mau telepon orang rumah kasihan takut malah nanti mereka disana kepikiran aku jadi aku memutuskan untuk tetap bertahan sendirian.
    Telepon genggamku berbunyi tapi tidak segera kuangkat, setelah mati baru aku lihat ’Mas Aldi’ sudah dua kali misscall segera aku menghubunginya, baru sekali nada tunggu telepon langsung diangkat ”Assalamualaikum, sudah jam setengah sembilan belum bangun pasti belum sarapan juga!”.”Iya maaf ya Mas kemarin, Mas bener badan saya panas lagi”.’tok...tok...tok....’ pintu kamarku ada yang mengetuk, ”sebentar Mas, ada yang dateng” lalu aku bangun dengan kepala yang masih berat untuk membuka pintu, begitu pintu terbuka”Assalamualaikum.....” you know what??? ”Assalamualaikum.....kok malah bengong??? Ayo rapih-rapih kita sarapan terus langsung ke dokter!” nggak tau mau gimana tapi ”Mas Aldi?!” Dammed kok dadaku seperti mau meledak kaget, seneng, bingung, deg-degan, aneh banget, pokoknya complicated aku sendiri juga bingung kenapa aku seneng banget, tapi lagi-lagi aku coba berfikir bahwa aku Cuma shock karena ada orang yang bukan siapa-siapaku sudah sebegitu baiknya dan aku juga sering cerita kebaikan Mas Aldi sama keluargaku dan mereka juga seneng banget karena ada yang jaga sementara mereka jauh dariku, tapi lagi-lagi perasaan itu terlintas di benakku, ’wah gawat nih kok perasaanku aneh gini ya’ kataku dalam hati, ’dammed...dammed...dammed.....
Sign In or Register to comment.