BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

"Mas Aldy and Me" (based on my true story)

2

Comments

  • Jam 11 teng kami sudah kembali ke kost an ku lagi, Mas Aldi langsung duduk dikasurku akupun langsung berbaring ”tiduran aja Mas” aku tau dia masih agak sungkan, ”mau minum apa Mas atau ambil sendiri aja di kulkas kalau haus ya” Mas Aldi hanya menganggukan kepalanya setelah itu Ia merebahkan diri ”nih pakai bantalnya Mas”.”Ngantuk banget nih tadi pagi-pagi banget nganter isteri dan anak-anak ke rumah saudaranya trus langsung kesini”.”ya sudah tidur aja dulu” sebentar saja Mas Aldi sudah terlelap rupanya dia benar-benar ngantuk berat.
    Aku terbangun....karena perasaan ingin buang air kecil, aku beranjak ke toilet dalam kamar kostku yang lumayan luas, entah mengapa tiba-tiba pandangan ku mengarah ke wajah Mas Aldi yang sedang terlelap. Alisnya lebat, kumis dan jenggotnya yang belum dicukur mengingatkanku pertama kali melihatnya duduk dikursi dengan baju warna kuningnya, Mas Aldi memang ganteng, diusianya yang sudah memasuki 36 makin terlihat gagah walaupun bagian perutnya terlihat sedikit mulai membesar tapi bidang dadanya masih sangat jelas dibalik kaos putih yang dikenakannya, lengannya masih terlihat kekar, pahanya gempal, Mas Aldi memang pernah cerita kalau dia mantan atlet kempo, pantas kalau dia mendapat isteri cantik. Perasaan aneh kembali menjalar di seluruh fikiranku, ada perasaan sayang, nyaman, tenang, mungkin karena kebaikan dan perhatiannya, Mas Aldi juga yang selalu sibuk kalau aku sakit, selalu sabar menghadapiku yang keras kepala, membaikanku kalau aku marah..... Ya Tuhan aku nggak pernah merasakan ini dengan orang lain, apalagi dia kan juga laki-laki, sudah beristri dan punya anak pula.... Dammed... nggak boleh... it’s must be a mistake... lagian aku juga sayang sama Ninda, cantik, baik, sudahlah ini pasti perasaanku saja yang salah. ”Raf....” waaaaaakkk...... Mas Aldi bangun ”eehh...anu Mas tadi ada nyamuk di dahi, mau dipukul takut Mas bangun jadi saya nunggu dia terbang ’jawaban bodoh’ kataku sendiri dalam hati. ”Kenapa nggak dimakan aja nyamuknya, itu obat tau...biar cepet sembuh sakitnya, tapi ngambilnya langsung pake mulut....hehehee...lagian gue kan nggak nanya!” kata Mas Aldi sambil langsung duduk. ”Nggak Mas takutnya nyamuk demam berdarah, biasanya nyamuk demam berdarah beredarnya pagi-pagi gini nggak kaya nyamuk-nyamuk lain yang suka dugem!”.”Huahahaha..hahaha..hahaa...” kami tertawa bersamaan, thanks God dia nggak curiga.
  • ”Gimana besok, lo sampe sini jam berapa? Bis nya sampe jam 7.00 jangan lupa bawa kamera nanti biar Reza yang bawa handycam” suara deedee meneriakiku, besok adalah acara outing kantor ke daerah Bogor, sayang Ninda tidak ikut karena dia memang beda divisi sama kita. ”Oukay...bawa baju renang yaa...hahahhaaa...”aku meledek deedee yang cantik tapi subur. ”Lo besok ikut kan Mas?” sambil menoleh aku bertanya pada Mas Aldi. ”Gimana ya besok gue ada urusan mau ke Sukabumi, biasa ketempat kakak, sebenernya sih nggak enak juga ya kalau nggak ikut”. ”Yaa... masa lo nggak ikut Mas, sepi dong!?” kataku yang coba merayu ”alaaaah... sepi gimana yang ikutkan 300 orang lagian kan temen lo banyak”.”Ya kan beda kalau abangnya ada disana, lagian Ninda juga nggak ikut kan!”.”Heeheheee...kapan mau married Raf?” tiba-tiba saja Mas Aldi bertanya seperti itu, aku yang tiba-tiba ditanya seperti itu tidak bisa menjawab apa-apa, hanya diam sambil sedikit tersenyum getir. ”Mungkin besok gue nyusul agak siangan kesana, tapi gue bawa mobil sendiri jadi nggak nginep, jadi malem gue langsung ke Sukabumi” Mas Aldi mengalihkan kembali pembicaraannya, tampaknya dia mengerti dengan kebingunganku atas pertanyaannya tadi.”Ooo...ya sudah...bener ya!..aku menjawab sekenanya karena masih jetleg dengan pertanyaannya tadi.....

    ”Wuuuaaaaa...aaaa...Rafli...Rafli....Rafli....lagi...lagiii” semuanya heboh berteriak ketika aku selesai menyanyikan lagu One Last Cry nya Brian Mcknight lagu yang pernah mengantarkanku menjadi 40 besar Indonesian Idol, tapi gagal karena aku tidak banyak hapal lagu, heheheee...cerita lama. ”Keren banget emang suara lo Raf” sambil menepukan kedua tangannya ”Eeehh...Mas Aldi....katanya mau telpon kalau udah deket!” tadi siang memang Mas Aldi bilang kalau dia tidak jadi datang siang. ”Yakin nggak telepon???” hehehehe... sudah 7 kali misscall ”Maap boss...kan abis tampil hahahaa...” lalu kita berbaur dengan yang lain, pokoknya acara malam itu keren banget...serruu...ramai.....
    ”Raf udah jam sebelas..!!!”...”Apa Mas?” riuhnya teriakan membuat kita sulit untuk berkomunikasi ”Jam11...!!!!” Mas Aldi memperkeras suaranya sambil tangannya menunjuk ke arah jam tangan yang dikenakannya. ”Gue balik, ntar kemalaman, gue kan bawa mobil sendirian!” .”Yaaa...ntar lagi doong, setengah duabelas lah!!!!” kataku. ”Ngeri juga gue Raf!!!!” timpal Mas Aldi meyakinkanku ”Masa takut? Ya sudah kalau mau nanti gue ikut lo baliknya Mas....!!! ya tapi kalau lo enak sama kakak lo!!!” kataku lagi mencoba mempertahankan Mas Aldi. ”Emang lo mau balik juga??? Malah gue yang nggak enak ntar ganggu acara lo sama yang lain!!!”. ”Nggak apa-apa 86” aku mengisyaratkan yang berarti ’AMAN’, Mas Aldi Cuma mengacungkan ibu jarinya mungkin karena sudah habis suaranya berteriak.
  • Sudah hampir pukul duabelas kita sudah berada dalam mobil Toyota Rush hitam milik Mas Aldi.”Mas gue nggak enak nih sama kakak lo nanti!”. ”Yeee... kan gue udah bilang nggak apa-apa, mereka udah tau lo kok gue sering ceitain kalau gue punya adik di kantor...tenang aja!” kali ini dia yang mencoba meyakinkan sambil menoleh kearahku. ”Wid gue udah deket rumah nih, lo jangan tidur dulu ya!” Mas Aldi berbicara di telepon dengan kakaknya. Setiba dirumah, kakaknya sudah menunggu diluar. Rumahnya sangat luas hanya saja lampunya tidak terlalu terang jadi sedikit seram, lalu kami keluar dari mobil terasa udara malam itu dingin apalagi baru selesai hujan. ”Rafli ayo masuk, Kak Wid sudah buat kopi” ternata benar belum-belum saja kakaknya sudah tau namaku. ”Rafli nggak ngopi Wid! Buat dia teh manis aja!” Mas Aldi coba menjelaskan ”nggak apa-apa sekali-sekali Kak Wid!....” kataku ”nggak enak tau Mas...apa aja lah...” kataku lagi sambil berbisik, Mas Aldi Cuma tersenyum melihatku yang bertingkah canggung. Tiba-tiba Hp ku bunyi ’Ninda’....”Ya Nda...kok belum tidur???” lama juga aku ngobrol dengan Ninda tapi segera aku sudahi aku bilang sama Ninda kalau aku ikut Mas Aldi nginep di rumah kakaknya, jadi tidak enak kalau ngobrol terlalu lama dan Ninda pun mengerti. Setelah ngobrol-ngobrol dengan keluargannya akhirnya kami diantar ke kamar, aku melirik ke jam tanganku sudah pukul 01.30 pantas saja mataku sudah sulit terbuka. ”Ini kamar gue kalau kesini Raf” kamarnya luas dengan kamar mandi di dalam, tapi aku sedikit merinding, ’aduh mudah-mudahan nggak ada apa-apa’ kataku dalam hati. ”Masuk Raf, gue telepon isteri gue sebentar ya...” aku langsung mengganti pakaian dan sedikit mengguyur tubuhku dengan air yang dinginnya minta ampun, setelah itu aku sholat. Selesai sholat aku liat Mas Aldi juga baru keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk biru muda yang dililitkan dipinggang. Ternyata benar dada bidangnya sangat tegap, tubuhnya gempal berisi, padat dan kekar tubuhnya dengan otot walau perutnya sedikit besar tapi masih terlihat otot-otot perutnya so sexy nafasku jadi sedikit berat ’aduh kenapa nih....nggak boleh Raf!!!!’ kataku dalam hati sambil segera menolehkan kepalaku ’kenapa sih...kenapa....shitt....gila....’ aku masih tetep nggak bisa tenang dengan fikiran-fikiranku sendiri. ”Sudah selesai sholatnya Raf? Ayo gantian! Udah ngantuk nih....” sedikit kaget karena kulihat Mas Aldi sudah berada disebelahku dan sudah berpakaian lengkap wangi sabun yang tercium sangat segar tampaknya dia tadi mandi. ”Mandi lo Mas?!” tanyaku seraya bangkit dari sajadah yang tadi aku pakai untuk sholat ”Ya mandilah....!!” Aku berbaring lebih dahulu diatas kasur berukuran King size, tidak berapa lama Mas Aldi meredupkan lampu lalu berbaring disebelahku. Tiba-tiba perasaan merinding, takut datang kembali benar saja aku melihat skelebat bayangan ”Ya Allah....!!!!” aku tersentak, ”Kenapa Raf??liat lagi??” Mas Aldi yang baru saja berbaring langsung bertanya, dia memang sudah hafal benar dengan kondisiku. ”Ya sudah nggak apa-apa, tenang aja ada gue Raf!” Mas Aldi coba menenangkanku sambil menggenggam tanganku lalu kami berbaring lagi dan Mas Aldi terus menggenggam tanganku malah dia meletakan tanganku yang digenggamnya diatas perutnya ”Sudah tidur aja Raf!” aku hanya diam saja, tapi diamku kali ini bukan karena rasa takut tadi melainkan karena tanganku yang digenggam dan diletakan di atas perutnya. Entah kapan mulai tertidur aku tidak ingat, tapi-tiba aku terbangun tubuhku sangat rapat dengan Mas Aldi tangan kiriku sudah melingkar diperut Mas Aldi, nyaman benar perasaanku tapi tidak boleh begini, sedikit saja aku mengintip dari balik kelopak mataku yang terpejam wajah Mas Aldi yang terlihat lelap sekali, baru saja aku mau menarik tanganku Mas Aldi tersentak ”Ee..ee..ee...kenapa Raf?!?....” aku masih pura-pura terpejam dan tanganku measih melingkari perutnya, ’aduh jangan-jangan Mas Aldi marah nih karena aku memeluk dia’ perasaan cemasku dalam hati.... tapi Mas Aldi malah memegang erat tanganku yang melingkari tubuh gempalnya, dalam kegelapan kuliahat dia menoleh kearahku sambil tersenyum dia mengusap dahi dan kepalaku dengan perasaan sayang aku benar-benar dapat merasakan itu lalu dia menarik selimutku yang sudah turun. Kali ini aku tidak bisa lagi membendung perasaanku aku benar-benar sayang sama Mas Aldi, dia benar-benar figur buatku mungkin karena sejak kecil rasa sayang Ayahku sudah harus terputus karena beliau bercerai dengan Ibuku dan kini beliau sudah meninggal, aku benar-benar teringat dengan masa kecilku yang tanpa Ayah, tak jarang teman-temanku meledek, dan sangat iri rasanya ketika melihat teman-temanku waktu kecil mengadu kepada ayahnya sementara aku tidak bisa.... air mata begitu saja menetes dari mataku yang terpejam....”Rafli.....kenapa Raf??” pelan sekali Mas Aldi mencoba membangunkanku sambil mengusap air mataku. Aduh rupanya dia melihat, aku membuka mataku tapi tidak tau kenapa aku semakin sedih ’gila masa aku harus menangis’ kataku dalam hati aku benar-benar mencoba menahan kesedihanku yang mengalir begitu saja. Aku tidak menjawab apa-apa hanya menggelengkan kepala ”Kenapa? Sakit? Takut? Mimpi?...Rafli sabar ya dik...” halus dan sabar sekali dia mencoba menenangkanku, tapi aku masih tetap diam.
  • Sambil tetap berbaring Mas Aldi menarik kepalaku mendekati dadanya, dipeluknya aku erat-erat tanganku juga reflek memeluk tubuh Mas Aldi. ”Sudah Raf, nggak ada apa-apa....kalau ada masalah kamu cerita sama Mas Aldi, Mas sayang sama Rafli...” Tanpa melihat aku merasakan Mas Aldi mencium kepalaku lalu dia mengelus kepalaku, dengan seketika rasa sedihku hilang tapi perasaan nyaman yang bercampur perasaan aneh yang menggantikan, belum pernah aku dipeluk apalagi dicium oleh laki-laki, biasanya hanya Ibu dan satu orang Kakak perempuanku, tapi aku tidak bisa menolak bahkan tidak mau melepaskannya. Aku mencoba melihat wajah Mas Aldi, rupanya dia juga ikut meneteskan air mata ”terimakasih banyak ya Mas...” kali ini tanganku yang coba menghapus air mata Mas Aldi. Sudah dekat sekali wajahku dengan wajahnya sampai aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Tiba-tiba di luar kontrolku secara spontan wajahku mendekat, aku mencium pipi Mas Aldi hal yang tidak pernah terfikirkan olehku begitu sadar aku kaget bukan main nafasku lagi-lagi seperti terhenti semakin berat tapi aku juga juga mendengar nafas Mas Aldi yang bertambah berat dia menarik leherku yang berada di lengannya diciumnya juga pipiku, dahiku, lalu terus turun ke hidung terasa darahku semakin berdesir begitu jenggot dan kumisnya yang baru tumbuh bergesekan dengan kulit wajahku, oh God dia juga mencium bibirku sudah rusak rasanya semua bendungan perasaan yang aku jaga selama ini, mulutku masih tetap tertutup. Aku tidak tau tampaknya Mas Aldi sudah mulai bergairah nafasnya terdengar berat dan sangat memburu, jujur sebenarnya aku takut tapi akupun sudah sangat bergairah aku memang tidak membalas ciumannya tapi aku mulai membuka bibirku dan Mas Aldi pun semakin gencar melumat bibirku. Kini dia menopang badannya dengan tangan kirinya mencium telingaku terus turun ke leher, rambut disekitar mulutnya yang bergesekan dengan kulitku terus merangsangku dengan hebat kini dia menarik kaos yang aku kenakan, detak jantuku berdetak kencang....”Mass....Aldii..” aku memanggil namanya maksudku untuk menyadarkannya ”Rafh...hhhhh...hhh....” dia memang sudah terbakar sampai tidak bisa berkata-kata.Bajuku diletakan disebelah tubuhku lalu Mas Aldi mulai mencium dadaku menjilati putingku digigit lembut lagi-lagi gesekan kumis dan jenggotnya di daerah-daerah sensitif membuatku menggelinjang dan terbakar juga dia memang terlihat sangat ahli, aku yakin benar ini juga pertama kali Mas Aldi berhubungan dengan laki-laki tapi mungkin karena dia sudah menikah dan sering melakukan dengan isterinya dan dia juga laki-laki jadi dia mengerti benar bagian mana yang ingin dipuaskan dari seorang pria. ”Akkhhh..sshhh...Masshh...aduhh” aku hanya bisa melenguh sambil meremas rambut Mas Aldi. ”Mass....hhh” aku sangat kaget dan sedikit bangkit sambil memegang tangannya waktu dia menyentuh kemaluanku, tapi pegangan tanganku melemah waktu dia menoleh kearahku sambil berkata ”Raff...hhh..tolongin Mashh...hhh” dia terengah-engah, aku tidak mengerti dengan kata-katanya tapi kini aku membiarkannya memegang, meremas, menciumi batang kemaluanku yang sudah meneggang penuh dibalik celana jeans pendekku, akupun semakin menggila malah kini aku sendiri yang mencoba membuka kancing celanaku, Mas Aldi membantu menarik celanaku hingga batas lutut kini aku sudah hampir telanjang didepan Mas Aldi hanya tinggal celana dalamku saja yang belum ku tanggalkan ”Arrggghhh....Masshhh...sakit..geli...”Mas Aldi menggigit batang kemaluanku dari balik celana dalamku yang aku yakin sudah basah dengan cairan precumku, dijilatinya seluruh kejantananku hingga celana dalamku basah oleh precum dan liurnya (untung saja aku baru mengganti celana dalamku), dia juga menggigit dan menjilati paha bagian dalamku... benar-benar hebat Mas Aldi yang aku anggap konvensional ini. Dengan berbisik sangat pelan ”Raf...Mas Aldi buka celana dalamnya ya...?..hhshh” aku hanya diam saja ”eehhhhhshh...ya sudah kalau nggak mau juga nggak apa-apa” dia ternyata juga masih mencoba membatasi padahal kalau dibuka pun aku sudah tidak kuasa menolak lagi. Dia terus meremasi batang kemaluanku sambil menjilati puting dan dadaku dengan lahap, aku menggelinjang sesuatu mendesak dari batang kemaluanku tampaknya aku ingin ejakulasi aku meregangkan badanku ”Arrgghhhh...Masshhh,,hh...” Tapi Mas Aldi malah menghentikan kegiatannya, ”Sabar ya Raf...” Hanya kata-kata itu yang diucapkan sambil ngos-ngosan, aku nggak mengerti maksudnya, Mas Aldi duduk disebelahku yang terbaring rupanya dia mau melepaskan bajunya, aku segera duduk dan serta merta membantu melepaskan pakaiannya dia agak sedikit terkejut tapi di keremangan aku masih bisa melihat dia terlihat senang ”Makasih Raf...” kembali dia memelukku terus mencium leherku, gairahku yang sudah sedikit turun kini bangkit kembali kini tanganku mulai berani untuk menyentuh pangkal pahanya... ”Errgghhh Rafhh...”nafasnya tertahan...oh God meneggang sempurna pertama kalinya aku memegang kemaluan yang bukan kemaluanku sendiri terasa aneh hangat, besar juga itu yang terlintas dalam fikiranku... Mas Aldi semakin terangsang begitu aku menyentuh dan meremas kejantanannya ”arrrggghhh...hsssshhhhh.....buka Raf...ssshhhh” kata-katanya sudah mulai tidak beraturan, tanpa berfikir lagi lalu aku menarik celana training panjang warna hitam yang dikenakan Mas Aldi, lalu dia juga langsung menarik celana dalam putihnya, sempat menempel di pahaku batang kejantananya yang terasa sangat hangat, deg-degan ku bertambah tapi gairahkupun ikut bertambah. Mas Aldi memegang tanganku, membimbingnya dan sebentar saja tanganku sudah dapat merasakan batang kejantanan Mas Aldi ”Argghhhhsshhh....ayo Raf, dokocok...” sementara tangannya sudah dari tadi mengelus-elus kemaluanku yang sudah banjir sambil bibir dan lidahnya terus menjilati kedua putingku ”Mashh...Al..” aku semakin berani kudorong tubuh Mas Aldi lalu gantian aku yang menjilat dan menggigit puting dan sekitar dadanya, dia mengangkat tangan dan menegangkan badannya ”Arggkkhhh...Raff...sshhhh...”dia benar-benar menikmati service balasanku tanganku terus mengocok lembut kemaluannya. Dia menangkap kepalaku mencium bibirku semakin rakus, kini aku membalasnya....Mas Aldi mendorongku mencium dadaku terus turun ke perut ”Buka ya Raf...hhshhhh” kali ini Mas Aldi tidak menunggu izinku segera Ia menarik celana dalamku, batang kejantananku terasa meronta dan langsung mencuat, malu sekali rasanya tapi baru saja aku tersentak dan mengangkat kepalaku batang kemaluanku sudah terasa basah dan hangat ”ergggghhhsshhh....Mass...”aku mengedan menahan nikmat dan rupanya Mas Aldi sudah memasukan batangku kedalam mulutnya, diamainkannya kemaluanku di dalam mulutnya djilat, dikulum, di hisap sampai aku merasakan kalau air liur Mas Aldi sudah membasahi seluruh batang kejantananku ”mmmrrmmpphh....gede banget Raf...”.”Aduhh Mashh....terushhh Mas..hhh...hhh” aku merasa sudah mau keluar tapi kini aku yang mendorong Mas Aldi agar spermaku tidak muncrat di mulutnya tapi aku tidak tau apakah Mas Aldi tidak mengerti maksudku atau dia memang sengaja ingin agar aku mengeluarkan dimulutnya ”aarggkkhhhh...massshhh...eerrggghhh...” aku berusaha menahan agar suara teriakanku tidak terlalu keras, kucoba mengangkat kepalaku, tapi tidak bisa kuteruskan, kepalaku kembali terjatuh di kasur, aku menarik pinggangku ke atas dan mengencangkan pantatku Mas Aldi semakin memperkuat hisapan dan kocokannya ”crott...arrrkkkhhh...crott...crott....erggghhhhh” kurang lebih enam kali spermaku muncrat kedalam mulut dan seluruh wajahnya....nafasku tersengal-sengal badanku terasa lemas dan melayang nikmat sekali rasanya, aku liat Mas Aldi juga mempercepat kocokan tangannya...sedikit kaget ketika Tubuh kekar Mas Aldi menaiki tubuhku dan menggesek-gesekan batang kemaluannya ke kemaluan dan perutku dan ”crett...urrgghh...crett..mmmhhh...crettt” terasa cairan hangatnya berkali-kali menyembur deras membasahi perutku ”Rafflii...arkhhhh..eergghhh....raffhhsshh”....Muka Mas Aldi di benamkan dileherku..dia juga menggigit pundakku sambil satu tangannya merangkul leherku, aku tau dia juga menahan agar teriakannya tidak sampai keluar. Berat juga kurasa badan Mas Aldi yang menindih badanku, tapi tanganku pun dengan erat memeluk pinggang dan pantat Mas Aldi yang bulat dan sangat kenyal yang terus bergoyang, ditekan dan digesek, terasa keringat membasahi tubuh Mas Aldi walaupun udara saat itu dingin, nafasnya pun masih memburu terasa ditelinga dan leherku. Mas Aldi segera menggulingkan tubuhnya kesamping ”Rafli maafin Mas ya....maaf ya Raf” tiba-tiba kata-kata itu meluncur dari mulut Mas Aldi sambil membersihkan sisa cairan spermanya diatas perutku dengan tissue yang berada di meja sebelah tempat tidur lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami. Aku menoleh melihat wajah Mas Aldi yang masih berkeringat tampak menyesal, memelas, dia terlihat takut aku marah sementara aku malah tidak tega melihat ekspresi wajah khawatir yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. ”Saya yang bodoh Mas, saya udah ngerusak semua”. ”Nggak Raf...Mas Aldi yang mulai, dari dulu Mas Aldi memang sayang sama Rafli dan nggak pernah ngerasa seperti ini sama orang lain, tapi Mas nggak bermaksud begini...sumpah Raf...maafin Mas Aldi Raf....” Mas Aldi terus meyakinkanku. Aku menarik kepala Mas Aldi agar mendekat ”Mas sayang banget sama kamu Raf...kalau kamu tau sudah banyak yang Mas kalahkan buat kamu, sebenarnya Mas nggak mau cerita ke kamu, Mas nggak mau buat kamu jadi nggak enak”. ”sama Mas...saya juga sayang sama Mas Aldi” Mas Aldi melingkarkan tangannya ke tubuhku, erat sekali Ia memelukku seperti tidak mau melepaskanku dan kamipun tertidur.
  • Sayup-sayup aku dengar adzan subuh, kucoba membuka mataku yang masih sangat berat, Mas Aldi masih tertidur menghadap kearahku dan tangannya masih memeluk tubuhku rapat dan sangat rapat, aku masih tidak percaya dengan kejadian yang baru saja kualami, jujur bukannya tidak senang, perasaanku saat itu bergemuruh...terus kupandangi wajah pulas Mas Aldi yang terlihat tenang. ”Tok...tokk...tok... Di...Aldi...Subuh” kudengar suara Kak Wid dari depan pintu kamar, mati aku gimana kalau pintunya langsung dibuka ”Mass...Mas...Bangun..cepet..” dengan kepanikan penuh aku mengguncang-guncang tubuh Mas Aldi, tapi masih kutahan suaraku ”Kenapa Raf??” Mas Aldi menjawab dengan mata yang masih terpejam. ”Cepetaan....Kak Wid Mas...” aku berbisik sambil turun dari tempat tidur tanpa sadar bahwa tubuhku masih dalam keadaan telanjang cepat-cepat aku pungut kaos dan celanaku. Mas Aldi juga langsung lompat dari tempat tidur ”Pake bajunya atuh Mass....!!!” rupanya dia lebih panik dariku sampai-sampai tidak terpikir olehnya untuk memakai baju, ingin ketawa tapi tidak memungkinkan...”Mana celanaku Raf....aduhh” cepat-cepat Ia mengenakan training hitamnya lalu lari kearah pintu, tapi tiba-tiba dia balaik lagi ”Tenang ya Raf....” Sambil mengusap kepalaku dan menatap mataku dalam-dalam di coba mengingatkanku, aku hanya mengangguk pelan.”Tumben lama Di...pules banget ya? Rafli masih tidur? Lo kasih selimut nggak dia? kasihan dingin habis hujan!” kudengar suara Kak Wid, Mas Aldi lalu keluar kamar dan menutup pintu. Aku masih duduk di tepi tempat tidur waktu tiba-tiba tangan Mas Aldi memegang tanganku yang berada di atas paha. ”Raf...kenapa? sekali lagi maafin Mas ya!...” pelan sekali Mas Aldi berbicara, aku tidak berkata apa-apa hanya menoleh menatap wajah Mas Aldi, kali ini dia tidak berani melihat mataku pandangannya dialihkan ke bawah, aku hanya meremas jari tangan kanan Mas Aldi dengan kedua tanganku mengisyaratkan bahwa semua baik-baik saja walaupun sebenarnya tidak. ”Mandi...terus Sholat” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku sambil beranjak menuju kamar mandi yang terletak di sudut kamar, Mas Aldi hanya mengangguk kecil. Selesai mandi dan sholat lalu kami sarapan setelah itu kita berempat menuju mobil yang sudah dipanaskan dan pergi menyelesaikan urusan Mas Aldi dan kakaknya tapi aku tidak tau, tampaknya urusan keluarga. Kurang lebih pukul satu Aku dan Mas Aldi sudah bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta ”Hati-hati Di...jangan ngebut, salam sama anak-anak lo! Rafli...makasih ya...main lagi kesini ya...nggak sama Aldi juga nggak apa-apa...hehehee...” Tampaknya Kak Wid dan suaminya memang suka denganku katanya aku lucu dan menyenangkan (hahaha...GR....), ’tapi kenapa Kak Wid hanya memberi salam sama anaknya Mas Aldi ya???’ aku bertanya sendiri dalam hati.
  • tok tok tok ...... mas.... mas.....

    jangan keasyikan ngetik dong mas, sampe lupa paragrafnya kepanjangan.

    ceritanya asyik.

    cuma saja waktu lihat paragraf yang segitu panjang, jadi males mau bacanya.
    :roll: :roll:

    plis dong give us comfort.

    oke. jalan terus mass...
  • segitu dulu yaksss.....
    nanti kita lanjut lagi boss
  • bunny.blue wrote:
    tok tok tok ...... mas.... mas.....

    jangan keasyikan ngetik dong mas, sampe lupa paragrafnya kepanjangan.

    ceritanya asyik.

    cuma saja waktu lihat paragraf yang segitu panjang, jadi males mau bacanya.
    :roll: :roll:

    plis dong give us comfort.

    oke. jalan terus mass...

    iya nih map ya pak....ngetiknya pake emosi jiwa
  • nya ama mas aldi neh .. juntrungan nya .... :wink: :wink: :wink:
  • satria wrote:
    nya ama mas aldi neh .. juntrungan nya .... :wink: :wink: :wink:

    maksudnya gimana???
    nya sama mas aldi??
    maaap ya boss bingung g ngerti...
  • satria wrote:
    nya ama mas aldi neh .. juntrungan nya .... :wink: :wink: :wink:
    maksudnya gimana???
    nya sama mas aldi??
    maaap ya boss bingung g ngerti...

    I am jumping the gun ... never mind ... :wink: :wink: :wink:
  • satria wrote:
    satria wrote:
    nya ama mas aldi neh .. juntrungan nya .... :wink: :wink: :wink:
    maksudnya gimana???
    nya sama mas aldi??
    maaap ya boss bingung g ngerti...
    I am jumping the gun ... never mind ... :wink: :wink: :wink:

    tulisannya ada yang ilang ... maksute ... jadinya ama mas aldi .... :lol: :lol: :lol:
  • satria wrote:
    satria wrote:
    satria wrote:
    nya ama mas aldi neh .. juntrungan nya .... :wink: :wink: :wink:
    maksudnya gimana???
    nya sama mas aldi??
    maaap ya boss bingung g ngerti...
    I am jumping the gun ... never mind ... :wink: :wink: :wink:

    tulisannya ada yang ilang ... maksute ... jadinya ama mas aldi .... :lol: :lol: :lol:

    that my wish
    tapi ad true strory nya yg g pale sex..ad dikit sih....
    makanya isi pooling nya dong biar gw pd share nya klo banyak yg mo denger...eh bacca :oops:
  • PART II

    Senin pagi-pagi sekali sebelum orang-orang tiba aku sudah sampai di kantor. Selesai beres-beres aku langsung duduk dengan tangan kulipat di atas meja untuk menopang kepala yang aku tundukan. Lelah sekali rasanya selain itu juga bercampur dengan rasa kantuk yang hebat karena semalaman aku tidak bisa tidur, selalu saja kejadian malam itu yang terpikirkan olehku, aku benar-benar tidak percaya. Tiba-tiba kurasakan ada tangan yang megusap kepalaku, ”Mas....” tidak sempat kulanjutkan kata-kataku. ”Mas...mas..Mas-masan...ngantuk lo? Dari subuh disini?ikut buka kantor ya?hehhehhee” kupikir Mas Aldi ternyata Marry dan Reza ”sarapan yuk!”.”duluan aja, gue nggak laper!”.”Tumben...sakit lagi Raf? Ya udah nanti kalau mau titip telepon gue aja ya!”.”oukay…”jawabku singkat sambil kutundukan kembali kepalaku. ’krriiing....’ line teleponku berbunyi ”Pagi dengan Rafli bisa dibantu?” malas sekali aku menjawab telepon yang masih pagi-pagi sudah berbunyi. ”Kenapa?sakit? gue udah beliin bubur nih, belum sarapan kan?” aku langsung menoleh ke belakang, ke meja Mas Aldi. Dia cuma tersenyum sambil mengangkat bungkusan bubur. Mas Aldi lalu menghampiriku dengan membawa bungkusan tersebut. ”Ayo Raf ke pantry”. ”Nggak Mas...gue makan disini aja, lo duluan aja ke pantry nanti gue nyusul!” Tampak Mas Aldi sedikit kaget. ”Mau ditemenin makan disini aja?” dia masih mencoba bertanya. ”Nggak Mas...udah jam delapan, sana sarapan gue nggak apa-apa kok cuma ngantuk aja” kali ini kucoba menenangkan. ”Ya udah gue di pantry ya, nanti gue suruh Tono buatin teh manis buat lo”.
  • Sudah beberapa minggu aku terus menghindari Mas Aldi, terakhir aku bilang sama dia kalau aku nggak mau terus bergantung sama dia, aku juga bilang kalau aku ingin dia juga menjauhiku. Beberapa kali Mas Aldi mencoba mencairkan situasi ”Raf jangan gini terus dong, kalau ada apa-apa kan bisa diomongin, nggak enak begini terus” itu yang terus dikatakan Mas Aldi. Sebenernya aku juga sangat berat, aku ingin semua kembali normal seperti dulu sebelum terjadi apa-apa. ’Raf Mas Aldi mau bicara, sekarang sudah di parkiran jadi kalau sudah selesai makan baksonya kita keluar sebentar ya, setelah ini semua terserah Rafli, Mas Aldi janji buat coba turutin Rafli untuk menjauh.’ Begitulah bunyi SMS Mas Aldi ketika aku sedang makan bakso dengan Ninda, Reza, Ikhram dan yang lain, segera aku hapus SMS tadi takut ada yang membaca. Nafsu makanku langsung hilang. ”Kenapa lo? Sakit perut lagi? Kepedesan sih bakso lo”. ”eee....aduh iya nih gue balik duluan ya!” aku langsung menyambung. ”Hati-hati lo Raf..!!” segera aku meninggalkan Ninda dan yang lain ”Iya Thanks...Nda nanti malam Rafli telepon ya!” ”Dimana? Gue udah di parkiran!” kataku di telepon ”Gue udah agak keluar, nggak enak nanti lo ketauan sama yang lain”. ”hheeeehhh....kenapa nggak bilang dari tadi!” kulihat Rush hitamnya sudah menunggu. ”Sudah kenyang makan baksonya, sambelnya nggak banyak-banyak kan? Inget perut lo Raf!” masih tetap perhatian dia, Cuma begitu saja aku sudah seneng banget. ”Mau kemana Mas?”. ”Lo maunya kemana? Makan ketempat biasa aja ya, lo juga kan harus makan nasi”. Lagi-lagi perhatiannya ditunjukan. ”Raf...Mas Aldi bener-bener nggak enak belakangan ini, Mas tau lo kayak gini karena kejadian waktu itu kan?! Demi Allah Raf Mas Aldi bener-bener sayang, bukan karena itu...!!! bukan karena...ahhh...sumpah...Mas Aldi juga bukan nggak kepikiran terus...maaf Raf...aduhhh..nggak enak....nggak bisa...hhhhhh” Dia terus berbicara tidak beraturan, tidak terarah seperti biasanya tenang dan mature, kali ini kacau. ”Hehehee...kenapa sih lo Mas” entah kenapa aku malah tertawa, seolah-olah hilang beban yang kemarin-kemarin ”Mas Aldi, gue nih yang malah merasa bersalah, gue nggak mau ngerusak semua... isteri lo, anak-anak lo...mereka semua juga sudah baik banget sama gue Mas....Lo juga udah kurang baik apa sama gue!!! Gue aja yang bodoh Mas....kalau kemarin-kemarin gue menghindar gue cuma pingin ngasih space sama lo Mas, gue takut nanti berharap lebih dari kebaikan-kebaikan yang udah lo kasih ke gue!” kuhentikan pembicaraan begitu aku merasa mulai tak terkontrol, lalu menarik nafas panjang. ”Gue nggak ngerasa terganggu, gue seneng, ikhlas, gue nggak pernah begini Raf...!”. ”Begini?? Maksudnya?...” kataku coba mengkonfirmasi pernyataannya. ”Sayang sama laki-laki Raf... CINTA....!!!” kaget juga aku mendengar ucapannya yang menurutku aneh dan vulgar dari seorang ALDI. ”Hehehee....CINTA...”aku malah tertawa lagi janggal rasanya mendengar kata-kata CINTA dari seorang laki-laki dan baru pertama kali aku dengar dan itu ditujukan kepadaku. ”mmmm....Kalau gitu aku juga deh...” aku berkata sambil senyum dan menusuk pinggangnya dengan jari telunjukku. ”Auuww...aduhh...” Mas Aldi melihat kearahku sambil tersenyum ”Ya Allah...kenapa harus kita ya!!” itu yang keluar dari mulutku. ”Jadi...gimana Ninda???....hehheehehee...” goda Mas Aldi kepadaku. ”Lo tuh...gimana isteri lo Mas?!” kataku membalas. ”Huahuaa..hahaaa.haaa..” kami tertawa bersamaan. ”Ayo kita makan!!!”
Sign In or Register to comment.