It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Iya.. Huhuhuhuhu..
eits,
walopun tertunda
tar pas balik2
pasti ceritnya bnyak yg HOT kan ??!!
apa lagi perginya bulan madu, pasti ... ~~
hahah
jadi, ketunda pun tak apa
karena nanti bakal dikasi cerita yg lebih mantapzz !!
ya kan bang bunny ??
SUSU VANILA minuman favorit gw.
Iya hot banget, menunya : rujak pedas, asinan pedas bogor, lotek dan karedok pedas. hot banget pokoknya.
Waktu aku masuk tadi, Ganef masih berada di balik pintu, jadi aku tidak memperhatikanya. Tadinya kukira dia melilitkan handuk di pinggang. Tubuhnya ramping, cenderung kurus, tapi ototnya jadi. Terlihat dari bisepnya yang besar, dadanya yang agak membusung, perutnya yang rata dan pahanya yang kencang. Dadanya berbulu cukup banyak, menyambung ke perut seperti semut berbaris terus ke pubisnya yang lebat dengan Mr. P-nya yang bergantung bergoyang-goyang ketika dia bergerak. Tanganku ga sadar sudah bergerak, ingin menyentuh bulu dadanya yang cukup banyak itu, tapi kemudian kuarahkan ke bawah.
“Seksi juga kamu, Nef.” Kataku sambil menjawil perutnya.
“Ah, Akang, masak kurus gini dibilang seksi.” Jawabnya, tangannya menepiskan tanganku. Tapi dia tidak berusaha untuk menutupi tubuhnya, malah kemudian berpose seperti seperti seorang binaragawan, sambil memutarkan tubuhnya, show off. Ruas-ruas tulang iganya menjadi tampak jelas, karena perutnya dikecilkan dan dadanya dibusungkan. Aku tertawa dan memukul bahunya, sementara jantungku berdetak tak beraturan.
Akhirnya kuajari dia bagaimana mengatur aliran air di shower, mengisi air di bathub, dan mengatur panasnya air. Lucu juga kalau kuingat lagi. Waktu itu aku seperti seorang sales yang sedang memberikan pengarahan bagaimana cara menggunakan sebuah produk kepada seorang customer yang sedang bugil. Dan si customer, meskipun bugil, tetap mendengarkan dengan serius, sambil sesekali mencoba produk.
Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama di kamar mandi, tapi rasa rikuh justru membuatku mempercepatku menyelesaikan penjelasan.
“Trimakasih kang, maklumlah kang saya mah biasa nyebur aja di ‘situ tajug’, ga pernah pake yang beginian.” Katanya sambil mengiringiku menuju pintu. (situ tajug = kolam besar di dekat masjid kecil, biasanya dibuat di depan pintu masuk masjid. Di kampung2 di daerah Majalengka kolam2 seperti ini masih banyak didapat. Pagi dan sore biasa penuh dengan orang mandi dan mencuci).
“Jangan lupa tutup gorden plastiknya ya, biar airnya ga muncrat ke-mana2.”
Aku duduk berselonjor di ranjang, menunggu Ganef selesai mandi. Ga sopan kalau aku tinggal tidur begitu saja. Mengingat kejadian di kamar mandi barusan, aku berfikir betapa enaknya jadi straight, ga perlu merasa malu untuk bertelanjang di depan sesama cowok, karena straight pasti berpendapat ‘punyaku kan sama aja dengan punyamu’, kenapa harus dirahasiakan segala? Tetapi Ganef ga tahu kalau ‘rasaku kepadanya’ tidak sama dengan ‘rasanya kepadaku’. Yah itulah nasibku. That’s my problem, not him.
Setelah ibuku memberikan nasihatnya tadi sore, aku tambah yakin bahwa memang sudah takdirku untuk menjadi gay. Aku mulai meraba maksud Tuhan, mungkin Tuhan menciptakanku seperti ini supaya aku banyak berdialog dengan-Nya. Dan seumur hidupku Tuhan akan selalu mengujiku dengan banyak lelaki. Sekarang setelah aku ‘dikenalkan’ pada Nicky, maka Tuhan mengujiku lagi dengan Ganef. Harapanku adalah bahwa aku akan terus berada dalam dialog dengan-Nya, berharap Tuhan selalu bersedia mendengarkanku, meskipun aku tidak selalu berhasil lulus dalam ujian-Nya.
Ganef keluar dari kamar mandi dengan bugil, tangannya menenteng handuk dan pakaian kotornya. Dengan bebas dia melakukan beberapa aktivitas sampai akhirnya dia memakai kaus dan celana trainingnya tanpa underwear. Selama melakukan aktivitasnya itu, tidak berhenti dia berbicara mengomentari enaknya mandi air hangat dengan shower. Aku hanya tersenyum mendengarkan celotehannya dan berkali2 mataku tertumbuk pada barangnya yang selalu bergoyang-goyang, meskipun aku selalu berusaha untuk selalu menatap wajahnya.
“Minum dulu, ada air mineral di meja, atau kalau mau kopi atau teh, dispensernya disamping lemari.”
“Untung saya ketemu akang di pesawat, coba kalau ngga, pasti luntang-lantung saya di terminal bis. Trimakasih ya kang. Gara-gara saya juga tidur akang jadi terganggu.”
“Ah, gapapa, saya memang dari tadi ga bisa tidur. Seneng ada temen buat ngobrol.” Aku berkata jujur. “Disini tidurnya.” Aku menepuk-nepuk bagian ranjang yang kosong di sebelahku.
Kemudian kami berbaring sambil mengobrol ke barat dan timur. Tapi karena kelelahan, akhirnya suara Ganef menghilang seiring matanya yang tertutup layu. Aku ditinggal sendiri dalam sepinya malam, memandang wajahnya yang tampan dan mulutnya yang tetap tersenyum meskipun dalam keadaan tidur. Ganef tidur telentang tanpa selimut. Celana trainingnya agak ketat sehingga tidak bisa menutupi tonjolan penis yang sempat kulihat tadi.
Dasar gay, pikirku. Mataku tak berhenti mengamati keindahan tubuh Ganef dan setengah mati kutahan tanganku yang selalu ingin menjamah keindahan itu.
Sengaja aku menempuh perjalanan jauh ke Bontang adalah untuk merecovery hatiku yang sempat shock karena peristiwa di rumah Atin. Selain itu juga kuanggap hatiku telah rusak beberapa minggu terakhir ini karena kehadiran Nicky. Dua puluh empat tahun lebih aku hidup, belum pernah sekalipun aku terlibat dalam hubungan percintaan dengan sesama lelaki. Dua minggu lebih aku bergaul erat dengan Nicky, aku sampai pada sebuah kondisi dimana aku sadar bahwa aku berada di situasi yang salah. Itu bukan kesalahan Nicky, tapi memang diriku saja yang mengkondisikannya. Rasa gamang menyergap hatiku dalam pertentangan antara salah dan benar. Sehingga aku berfikir, hanya ibuku lah yang bisa mengobati hatiku, sehingga kemudian aku menyegerakan untuk terbang ke Bontang.
Namun justru di Bontang inilah sekarang aku diperhadapkan lagi pada ujian yang sama. Kehadiran Ganef yang ramai, lucu dan sangat terbuka adalah tantangan baru bagiku. Bisakah aku menahan diriku untuk tidak berbuat lebih jauh?
Suara Ganef yang sangat merdu ketika melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran membuatku merinding. Aku memintanya mengimami shalat shubuh di kamarku. Awalnya dia menolak, seharusnya aku yang jadi imam katanya, tapi kubilang bahwa aku sangat mengantuk karena sulit tidur semalam, akhirnya dia bersedia. Cara dia membaca Al-Quran seperti seorang anak yang sedang merengek-rengek memohon sesuatu kepada orang tuanya, tetapi dilantunkan dengan lagu yang sangat merdu. Suaranya jernih, dalam dan menyentuh, seolah mewakiliku merayu kepada Tuhan supaya permohonanku dipenuhi.
Kudengar pintu kamar terbuka, dan tidak lama kemudian seseorang menepuk bahu kiriku. Aku melangkahkan kakiku mundur mensejajarkan dengan orang yang menepuk bahuku. Rupanya ayahku masuk dan ikut berjamaah bersama kami. Aku menikmati sholat shubuh itu dengan khusyuk. Ada sedikit rasa bersalah kepada Tuhan, karena sebersit niat jelekku tadi malam pada Ganef. Padahal Tuhan mengirimkan Ganef kepadaku dan memberikan kenikmatan yang luar biasa shubuh hari itu.
Ketika salam, baru kulihat bahwa ibuku ternyata ada juga di belakang kami dan ikut sholat berjamaah. Ganef terlihat malu melihat kehadiran orangtuaku, langsung menggeser duduknya ke sampingku, lututnya merapat ke lututku. Dan setelah selesai berdzikir, kuperkenalkan Ganef dan kuceritakan kenapa bisa sampai disini.
Ibuku terkesan sekali dengan cara mengajinya Ganef, mengingatkan ke masa kecil di kampung katanya. Dan ketika kujelaskan bahwa Ganef berasal dari Kadipaten – Majalengka, ibu gembira sekali, langsung keduanya terlibat percakapan ‘panca kaki’ yang seru, menelusuri asal-usul orang tua, yang akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa aku dan Ganef ternyata masih ada hubungan keluarga, meskipun sudah agak jauh.
Ayahku meminta kartu nama keluarga Ganef yang tinggal di Bontang, kemudian menghilang keluar kamar. Ganef dan ibuku masih terlibat percakapan seru dalam bahasa sunda. Banyak yang aku tidak mengerti, sebab memang bahasa sundanya orang Majalengka hampir mirip dengan bahasa Cirebon, campuran antara sunda dan jawa. Aku hanya sesekali mengomentari sambil berusaha setengah mati menahan kantuk.
Tidak lama kemudian ayahku masuk lagi. Ayah memberitahu bahwa famili Ganef yang di Bontang memang sedang berlibur ke Jakarta dan hari Minggu baru kembali ke Bontang. Informasi itu diperoleh dari relasi ayah yang kebetulan satu kantor dengan keluarga Ganef. Ibu dengan gembira langsung menyuruh Ganef menginap saja di rumah selama tiga hari sampai familinya kembali ke Bontang. Dan aku juga merasakan ada bagian dari hatiku yang juga bersorak senang.
Bulan madunya ga seru
Bang Reminya bad mood, ngomel mulu, yang diinget cuman Bang Iqbal
Bete deh gw
hiks..... hiks.....hiks
Yang nalak gw ato bang remy ya??? :roll:
Anyway, biarpun lagi bete, tadi pagi gw dapet grand prize
There was big envelope on my desk.
Tertulis di kiri atas : kop perusahaan. dialamatkan kepada gw.
Ada tulisan huruf cetak tebal berwarna merah berbunyi : CONFIDENTIAL.
BEEUUH.... degdegan gw. Apaan nih???
kubolak balik tuh amplop sebelum aku membukanya.
Ternyata.......
SK pengangkatan gw sebagai pegawai tetap perusahaan !!!
Alhamdulillah, ternyata doa dan usaha gw ga sia-sia.
Sempet speechless.... tapi gw langsung permisi ke musholla, sujud syukur...
gw tahu ini bukan segala-galanya, tapi paling tidak gw sudah mengawali sesuatu yang berarti untuk hidup gw selanjutnya.
setelah itu gw sibuk....... telepon ke sana-kemari tuk berbagi kebahagiaan.
jgnkan baru kenal,satu kost aja boro2 berbugil2 :P
btw, lu ama Remy bnr2 ktemuan toh?
jangan2 tu cuma dibuat2