It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
07 Nopember... Gerobak Warung Sate Padang depan Gedung Hero Pajajaran...
Sepertinya sudah lama sekali aku tidak mencium wangi enak bumbu sate padang yang menguar bersama uapnya di gerobak si Uda ini. Terakhir kali aku datang ke tempat ini kira-kira sebelum bulan puasa tahun lalu saat aku masih tinggal di mess dekat kantor. Di mess itu aku berteman dekat dengan seorang cewek yang punya hobi jalan-jalan malam hari. Cewek batak cantik itu adalah keponakan direksi dan juga sepupu dari Bang Rey. Sebenarnya dari dialah aku tahu tempat-tempat wisata kuliner malam hari yang enak-enak. Termasuk satu dari sekian banyak penjual sate padang di Bogor, dia merekomendasikan gerobak si Uda ini. Malam itu aku hanya makan sendiri, tak ada lagi pelanggan lain walau cuaca Bogor beberapa malam ini cukup cerah. Hanya ada beberapa orang cewek, satu ibu-ibu berjilbab, dua orang lagi cewek muda yang sepertinya habis belanja, sedang makan di dekat gerobak bakso tak jauh dari gerobak sate padang si Uda.
Sayangnya, saat ini aku hanya makan di sini seorang diri. Aku benar-benar kangen dengan cewek itu. Sengaja malam ini aku jalan-jalan di Bogor seorang diri karena sebentar lagi aku harus mulai kembali membiasakan diri dengan irama kota Bogor.
"Sendirian Bang? temen Abang yang cantik itu enggak ikut? kayaknya udah lama ya enggak ke mari?" pertanyaan dari si Uda pemilik warung sate itu membuyarkan lamunanku sedari tadi yang sudah lama mengaduk-aduk isi teh botolan dengan sedotan.
"Eh.. iya Da! lagi pengen sendirian aja." jawabku sambil menerima piring beralaskan daun pisang berisi sepuluh tusuk sate dan potongan ketupat yang sudah disiram bumbu panas dan bawang goreng itu dari tangannya.
"Si Non itu juga udah lama enggak kemari." katanya lagi. Aku hanya menanggapi ucapannya dengan senyum sekilas.
Ah, aku jadi kangen sama Julia, nama cewek itu, untuk hang-out malam hari sambil menertawakan orang-orang yang baru tiba pulang kerja dari Jakarta jam sembilan malam lewat. Aku masih ingat saat itu aku berkata, "kasihan ya Jul? kita udah mandi, makan, maen, jalan, sampe udah mau balik lagi, tuh orang-orang yang kerja di Jakarta baru sampe jam segini. Kayaknya rumah mereka tuh cuma tempat buat numpang tidur aja ya?" ujarku sinis sambil memandangi beberapa buah bus yang menurunkan penumpangnya yang kebanyakan masih memakai pakaian kerja, tak jauh dari stasiun bus Baranang Siang.
Ah sudahlah! Nanti juga pasti aku akan hang-out malam hari dengannya kalau aku sudah mulai kembali bekerja di tempat lama, pikirku sambil mulai melahap sate padang itu. Memang hari ini aku sudah memutuskan akan menghubungi Bang Rey besok pagi dan menerima semua syarat yang dia berikan untuk aku mendapatkan pekerjaan lamaku. Saat aku sedang makan, tak lama sebuah sebuah Kijang Innova hitam menepi tak jauh dari warung sate padang ini. Dari dalamnya keluar seorang cowok berperawakan jangkung. Usianya sepertinya tak lebih dari tiga puluh tahun. Dia memakai T-shirt biru tua bertuliskan Thailand, celana kargo krem selutut, dan sandal gunung hitam. Oh my god.. mudah-mudahan dia makan sate di sini dan bukan ke warung bakso sebelah... naluri ke-gay an ku mulai berharap.
Alhamdulillah... rupanya cowok itu memang berniat makan sate padang dan bukannya makan bakso. (Yah sesuai lah.. cuma ibu-ibu aja kayaknya yang hobi makan bakso). Cowok itu lalu mengambil tempat untuk duduk agak jauh di ujung bangku panjang setelah memesan makanan. Aku meliriknya sekilas dan cowok itu tersenyum. Oh My God! senyumnya membuat wajah cowok berkulit terang yang kini kuperhatikan wajahnya sangat mirip dengan Simon, bintang iklan citra lotion itu terlihat sangat tampan.
Aku membalas senyumannya. Secara reflek aku sengaja menggulingkan botol teh sosro hingga isinya tumpah dan sedikit mengenainya. Cowok itu spontan terbangun berusaha menghindari ceceran air teh yang tumpah agar tidak membasahi pakaiannya.
"Ups.. maaf!" ujarku pura-pura merasa bersalah. Si cowok yang sedikit terkejut buru-buru menguasai diri. Sambil tersenyum dan menggelengkan kepala seolah berkata tidak apa-apa, dia kembali duduk. Aku menarik tisu gulung yang ada di atas meja untuk membersihkan tumpahan air teh itu dan kemudian melanjutkan makan. Tanya balik! Ayo! tanya balik! harapku dalam hati sambil tetap tenang melahap sate padangku.
"Mm.. sering kemari mas?" tanyanya setelah berapa lama. Yes! teriakku dalam hati.
"Yah? oh... dulu iya, sekarang udah jarang... biasa.. gara-gara pindah kerja ke Jakarta." kataku pura-pura tidak konsen.
"Oya? di mana tuh Mas?" tanyanya lagi entah antusias atau cuma berbasa-basi.
"Di daerah Kota... biasa lah.. pulang pergi naik kereta, gak punya kendaraan pribadi kayak situ." sindirku.
Cowok itu tiba-tiba tertawa. Sialan! makin ganteng aja ente! lalu dia berkata, "Sama lah Mas! aku juga udah ndak kuat kalo pulang-balik Bogor Jakarta pake mobil. Tiap hari naek pakuan aja, mobil titip dekat stasiun."
"Oya? pakuan jam berapa?"
"Jam tujuh. Tapi jam segitu udah mulai banyak gangguan. Tapi saya memang turunnya di Juanda sih, jadi pas lah kalo masuk kantor jam sembilan."
Wah, pakuan jam tujuh. Otakku mulai berhitung, Berarti ini kereta yang sampai stasiun tempat aku naik kira-kira jam tujuh lewat seperempat, yang merupakan jadwal pakuan setelah rangkaian yang biasa aku naiki. Oh, Tuhan! semoga dia tidak satu gerbong dengan geng Yeyen dan Indra...
"Kok aneh ya enggak pernah lihat? emang naek di gerbong mana?" tanyaku mulai berbohong dan memancingnya.
"Gerbong paling belakang Mas, aku kebiasaan datang mepet waktu kereta mau berangkat, jadinya hampir selalu dapet di gerbong paling buncit. Emangnya Mas biasa di gerbong mana?"
"Dimana aja sih, enggak tentu, soalnya enggak bareng ama siapa-siapa." ujarku.
"Wah, enakan di gerbong belakang mas! orangnya seru-seru dan rame, ceweknya juga cakep-cakep. Biasa lah.. yang males jalan sampe gerbong depan... siap-siap aja ngalah sama mereka ngasih tempat duduk, tapi kayaknya laki-lakinya pada enggak keberatan tuh!" lanjutnya lagi bersemangat sehingga tanpa sadar posisi duduknya sudah bergeser makin mendekat ke arahku.
"Promosi nih?" gurauku.
"Hahaha... enggak mas! cuma ngapain pindah-pindah kalo ada temen ngobrol? iya enggak?"
"Ya udah, mulai besok sediain tempat yak? gue bakalan naek di gerbong belakang..." kataku sambil tersenyum.
"Beres! oiya, kenalin, nama saya Hendra." katanya sambil mengulurkan tangannya.
"Remy..." ujarku tersenyum sambil menjabat tangannya.
*****
Senyumku tak henti-hentinya mengembang saat aku mengendarai motorku kembali ke rumah. Di saku kemejaku terdapat selembar kartu nama pemberian Hendra dan aku pun telah memberikan kartu namaku padanya. Besok aku akan menghubungi Bang Rey dan membatalkan niatku untuk kembali bekerja di perusahaannya. Tiba-tiba aku merasa ini seperti akhir sebuah film, samar-samar mulai terdengar kembali di kepalaku lagu Heart Station dan kredit titel yang mulai meluncur dari bagian bawah layar...
...You mustn't forget
Just think about it, why do
The good memories remain
Even if you leave, you are here
In the center of my heart
I feel like I can hear your voice
Heart Station at 1 AM
It is always playing somewhere,
The pulse of two
Can the radio waves of my heart reach you?
Heart Station of the lovers
Tonight, I'm also putting in a request
I love you...
HEART STATION - End Of Story
oit.. bang remy manggil gue? hehehhe
salah sendiri ente ga jujur ma ane,
ditanyain dah ngantuk jawabnya belon
hahahaha,
ntar malem lagi ya...... 8) 8) 8
thanks
boleh2
hayu di PV aja atuh
jangan ngegosip di warung orang
tar yg punya ngambek
ga sampe gath koq
yah klo mang jadi, ngumpul kecil2an ja
hayu kang remi ikutan aja atuh
semoga proses detoksifikasinya lancar
tar sering2 deh posting di sini biar ga kelempar
klo dah selesai proses detox nya, di tunggu lagi cerita2 serunya
gak mesti dari bugs-nya yang tertarik, dari entenya juga udah refleks untuk menarik perhatian para bugs tadi.
cuma yah para bugs-nya juga kadang terlalu naif untuk menyadari bahwa dalam hubungan antar PLU itu emang rentan perselingkuhan. kayaknya sih cuman 5 % PLU yang tidak berselingkuh ketika sedang menjalankan komitmen, yahhh minimal klo gak lirik2, chatting2, sms2... -->bibit perselingkuhan tuh
hehehehe... :twisted:
secara.....
rem, ente kan selingkuhan juga, pan?
8) 8)
mau gathering besar, mau kecil2an ayo direalisasikan... aku sih waktunya fleksibel asal di hari aku lagi di bogor. jamnya bisa diatur, karena aku bisa ngatur kerjaanku... hehehe
oh ya?! gue cuman 5% wow!
wogh yang mule duluan emang si paladin yah?
bener2 neh cowo
Yah gud luck aja bro.
oalah..... :shock: