BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

ROLE PLAY

15681011

Comments

  • wow ...
  • wow ...
  • Dare you steve, so aahhh
  • kok notifnya gak keliat ya,
  • kikyo wrote: »
    kok notifnya gak keliat ya,

    keliatan owh di bawa
  • Methan wrote: »
    kikyo wrote: »
    kok notifnya gak keliat ya,

    keliatan owh di bawa

    maksudnya kok diaku gak ada pemberitahuan jeng,
  • kikyo wrote: »
    Methan wrote: »
    kikyo wrote: »
    kok notifnya gak keliat ya,

    keliatan owh di bawa

    maksudnya kok diaku gak ada pemberitahuan jeng,

    gak tahu klo itu hehe
  • X/ Keane pov

    "What?" Tanyaku mendapati ucapan yang tak seharusnya dia keluarkan sekarang.

    "You saved me," ulangnya tanpa rasa bersalah.

    "Whatever you said." Ujarku tak peduli.

    "What are you fucking doing inside?" Sambungku ingin menyelesaikan masalah sesungguhnya.

    "I don't like it,"

    "What do you mean?"

    "He want to touch you, and I don't like it, so I beat him"

    "Shit, That was my job. I'm a fucking  stripper," geramku tak tahan dengan kalakuan Steve yang seenaknya.

    "I know you're a stripper,"

    "So what the fuck you doing back there?"

    "I said I don't like it," dia masih bisa menjawab dan aku baru saja menemui Steve yang sangat menjengkelkan.

    "Kamu baru saja mengacaukan pekerjaanku Steve,"

    "Sorry," jawabnya enteng.

    "You better go," ujarku pada pilihan terbaik menurutku.

    "No, I want to see you."

    "Look at me,! This face, is the face you want to meet right?" Ujarku masih berusaha mengontrol emosi.

    "Yes,"

    "So, you just meet me. Tujuanmu sudah tercapai. Sebaiknya kamu pergi sekarang, aku harus nenyelesaikan kekacauan yang kamu buat."

    "Aku akan bertanggung jawab," potongnya.

    "No need. I will."

    "But...."

    "Just go..!!"

    "No no no, I won't go,"

    "Steve..."

    "Please,"

    "No, you must....."

    "Keane, I'm begging on you." Ini gila, tapi mendengarnya menyebut namaku, membuat aku luluh.

    "Please..."

    "Ok. But there's rule."

    "What rule?"

    "Don't make a mess."

    "O...oke," Ujar Steve setuju walau kutahu dia berat melakukannya.

    "Ok then, come on,!" Aku memimpin jalannya untuk kembali masuk ke dalam bar.

    "Just sit here,!" Perintahku yang kali ini tak mendapatkan bantahan darinya. Dia menuruti ucapanku dan duduk di kursi dekat meja bar.

    "Give me a drink,!" Pintaku pada bartender.

    "Minum dan nikmati apa yang bisa kamu nikmati, ok Steve?" Pesanku namun sepertinya lawan bicaraku masih kesal. Dia hanya diam.

    "Steve??" Panggilku untuk mendapat respon darinya.

    "Yes sir, just fucking go..."jawab Steve dengan nada kesal namun terdengar menarik menurutku. Steve mengumpat, menarik.

    "What you smiling at?" Tanya Steve terlihat masih kesal.

    "Nothing. Enjoy your night, mister,!" Finalku.

    Aku meninggalkan Steve dengan senyuman yang entah karena apa aku melakukannya. Mungkin pertemuan kami kali ini akan berbeda, aku hanya berharap agar tidak terlalu menyedihkan.

    Menit berlalu, dan bersyukurlah karena aku masih bisa menyelesaikan kekacauan yang Steve buat. Semua kembali berjalan seharusnya. Aku kembali melakukan pekerjaanku, dan beruntung Steve masih bisa menjaga ucapannya. Aku tahu Steve masih menahan kesal. Mataku yang sesekali melihat padanya selalu mendapatinya menengguk minumannya dengan kasar.

    Tubuh adalah nilai jualku, itulah hukum pekerjaanku. Aku tidak bisa menolak hal yang tadi memicu kekesalan Steve. Semakin malam dan semakin banyak lelaki brengsek mendekat, itu pertanda aku tengah sukses dalam kerja.

    Steve, dia masih disana, duduk dengan sepanjang waktu menahan kekesalan kukira. Aku yakin malam ini akan sedikit merepotkan. Steve, dia terlihat sudah mabuk berat dan sempat menimbulkan sedikit masalah, namun beruntung sang bartender masih bisa mengendalikannya. Hingga waktu kerjaku usai yang kini kudapati adalah Steve dalam kondisi mabuk berat.

    "Terima kasih sudah bersedia mengendalikannya tadi,." Ucapku ketika mendekat pada Steve di meja bar.

    "He must be mean a lot to you,?" Cory, sang bartender.

    "I don't know, maybe." Jawabku tak mau telalu pusing dengan pertanyaannya.

    "I need to go now," pamitku.

    "Yeah, take care."

    Kalimat tadi menjadi akhir dari malam ini di tempat kerjaku. Malam yang berbeda kurasa. Mendapati Steve berada di tempat yang sama denganku, adalah hal utamanya. Jika aku kembali pada pertemuan terakhir kami, aku tidak memikirkan malam ini akan terjadi.

    *

    Kulihat wajahnya dari dekat. Wajah yang terlihat cukup kelelahan, kuharap tidurnya kali ini membuatnya lebih baik.

    Waktu yang sudah memasuki larut membuat suasana tempat tinggalku senyap. Ya, aku memutuskan untuk membawa Steve ke rumahku dengan pertimbangan kelelahanku, rumahnya terlalu jauh dari lokasi bar. Aku tidak mungkin membawa tubuh Steve ke kamar mengingat aku tidur di tempat yang sama dengan Nathan, dan disinilah dia sekarang, di sofa. Aku yang tengah berjongkok menghadap wajahnya hanya bisa memandangnya.

    "Nice sleep,!" Ucap pisahku yang hendak mengecup kening Steve namun batal ketika suara lain datang.

    "Who is he?" Suara Jenny menginterupsi.

    "Dia yang menyewaku hampir satu minggu kemarin,"

  • Lanjoooot bang
  • kasihan juga Steve ...
  • kasihan juga Steve ...
  • Rama212 wrote: »
    Lanjoooot bang

    neng donk... pan awewe
  • Stevee, ah
  • Nah kalo yg ini masuk notifnya bro, jangan2 itu yg ngamilin jenny. OMG
Sign In or Register to comment.