BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

STORM

13468911

Comments

  • si om mulai bingung ...
  • Makin cinte ama elu-eh cerita elu bro..
  • 28)

    "OWIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII..!!!!!!! OWWWWIIIIIIIIIII....!!! OOOOWWWIIIIIIIIIIIIIIIIII...!!!!"

    Aku terbangun dengan meneriakkan nama Owi.

    Mataku buram. Dan hanya langit-langit kamarku yang terlihat. Aku beringsut duduk. Ada yang mengalir dari kedua mataku menuju ke pipi. Saat aku menunduk, tetesan air mengenai selimut yang membungkus kakiku.

    Bisa aku rasakan jantungku yang berdetak kencang. Air mata ini terus turun membuat pandanganku semakin kabur.

    "Haaa...haaaaa...haaaaa....Owi...Owi..."

    "EGGY..." Liam langsung masuk kedalam kamarku.

    Entah seperti apa wajahku saat ini. Yang jelas Liam nampak khawatir. Dia langsung menghampiriku.

    Aku masih ingat dengan jelas mimpi itu.

    "Owi...Owi mas...aku sempat me...memegang tangannya. Aku...aku memegang tapi...tapi..."

    Tanganku bergerak keatas lalu menghempaskannya ke bawah.

    "Dia jatuh. Dia jatuh tepat di depanku."

    Air mataku semakin banyak yang keluar. Aku tidak bisa mengendalikan diri.

    "Aku membiarkannya jatuh. Jatuh tepat di depanku."

    Di mimpi itu aku ada di tubuh Eggy, kemungkinan besar seperti itu. Aku melihat Owi berpose di samping jurang yang dibatasi kayu. Aku bisa melihat dengan jelas kalau Owi sangat suka di foto. Dia mencoba berbagai pose. Dia anak yang lincah dan energik. Aku melihatnya dari layar ponsel milik Eggy. Saat Owi bersandar, kayu itu patah. Dari layar ponsel yang menampilkan sosok Owi itu aku bisa melihat Owi limbung ke belakang. Aku mencoba lari menangkapnya. Tapi aku tidak berhasil. Aku hanya menyentuh jarinya sebelum dia terjatuh di jurang itu. Kejadian yang sangat singkat. Sangat singkat. Begitu singkat.

    Air mata ini terus saja mengalir biarpun sudah aku bersihkan berkali-kali.

    Aku menangis sesenggukan. Ada yang aneh. Aku merasa akulah yang mengalaminya sendiri. Tangan Owi masih terasa di jariku. Aku merasakannya. Sangat nyata. Aku memegangnya. Aku benar-benar memegangnya.

    "Mas...aku membunuh Owi...aku...aku...membunuhnya..."

    Liam memelukku. Aku masih menangis. Bukan mauku untuk menangis seperti ini. Rasanya semua emosiku, atau emosi Eggy meluap tanpa bisa aku kendalikan. Aku benar-benar tidak bisa mengendalikan tubuh ini.

    Aku melihat mamanya Eggy di ambang pintu sambil menutup bibirnya dengan kedua tangannya.

    "Ma....kita kedokter. Nanti aku buatkan surat izin untuk sekolahnya Eggy."

    "Iya kalau gitu mama...mama matiin kompornya."

    Mimpi itu sangat nyata. Kalau saja aku berlari lebih cepat. Kalau saja aku berhasil menangkapnya. Kalau saja mereka tidak berfoto-foto di tempat berbahaya... Kalau saja aku bisa menangkapnya saat itu. Apa Owi masih hidup? Tidak...itu hanya mimpi Eggy. Kalaupun aku berhasil menangkapnya. Owi tetap meninggal. Dia sudah tidak ada di dunia ini lagi. Apapun usahaku saat itu...saat di mimpi itu, semuanya hanya akan berakhir sia-sia. Tidak ada yang berubah.

    "Kamu nggak bunuh siapa-siapa. Owi...kecelakaan. Itu bukan salahmu. Dia kecelakaan."

    Aku meremas pakaian Liam. Tangisku membuat dadaku semakin sesak. Liam memelukku dengan erat. Seolah-olah dia ingin mengatakan kalau aku tidak sendirian.

    Tapi...

    Aku mengepalkan tanganku.

    Jari jemari Owi terasa nyata. Aku benar-benar memegangnya tadi. Aku memegangnya. Aku memegangnya.

    Kalau saja aku menangkapnya.
  • Lagi bang..
  • kayanya ada dua jiwa dalam tubuh Eggy ya ...?
  • Yay lanjut kk
  • 29)

    "Uuuugghh..." kepalaku sakit.

    Sejak tadi pagi. Setelah kejadian aku menangis tanpa henti kepalaku tiba-tiba sakit.

    "Nih minum," Liam membawakanku sprite dingin.

    Mama masih membayar obat. Sedangkan aku dan Liam hanya duduk menunggu. Setelah aku di periksa dokter, mama nampak senang. Alasannya karena kondisiku makin membaik. Apalagi aku ingat seseorang yang sangat penting. Biarpun Liam terlihat terganggu dengan itu. Aku rasa Liam nggak suka si Eggy ingat semuanya. Mungkin Owi penyebabnya. Bisa karena Liam nggak suka kalau Eggy ingat punya pacar cowok atau karena takut Eggy mengingat kejadian itu. Kedua-duanya buruk sih menurutku.

    Tapi mereka salah. Dokter itu juga salah. Sejak awal aku memang tau siapa Owi dari buku harian Eggy tapi mimpi itu membuatku hilang kendali dan...

    "Aaaahhh..." aku memegang keningku.

    Kepala ini serasa kayak di pukul palu.

    "Sakit banget ya?" tanya Liam.

    Aku mengangguk.

    Liam memegang kepalaku.

    Bayangan Owi sebelum jatuh membuatku tidak nyaman. Aku jadi tahu penyebab Owi meninggal. Mengerikan. Di tv pernah disiarkan kalau ada anak yang meninggal di tempat itu. Beberapa bulan yang lalu. Apa itu Owi? Aku hanya melihatnya sekilas saat melewati tv. Saat itu aku berkomentar cukup tajam. Aku mengolok anak itu karena kecerobohannya. Berfoto di tempat berbahaya. Saat itu, atau mungkin sampai sekarang anak-anak muda suka berfoto di tempat-tempat rawan. Di berita tidak hanya sekali atau dua kali yang menyiarkan tentang kecelakaan saat berfoto-foto. Berkali-kali. Sampai aku menilai anak muda zaman sekarang otaknya di bokong.

    Ya bukannya aku menilai otak Owi dan Eggy di bokong. Tapi mereka memang bodoh. Berfoto di tempat itu.

    "Kalau udah minum obat pasti nggak sakit lagi."

    Aku kembali mengangguk.

    Kali ini obatnya pasti aku minum. Rasanya sakit di kepalaku nggak main-main.

    Hpku bergetar saat Liam sedang memakan kacangnya.

    "Heeii..." sahutku setelah menerima panggilan itu.

    "Om...sakit??"

    "Nggak. Aku...." Liam melirikku, "aku kontrol."

    "Oooh. Besok masuk kan?"

    "Kemungkinannya sih masuk."

    Verry terkekeh.

    "Bella tadi kesini. Nanyain kamu."

    Ah iya...Bella. Cewek itu sampai terlupakan.

    "Besok aku mau ngomong sama dia."

    "Heeehehehehe..."

    "Apaan ketawamu itu," dengusku.

    Aku pengen cerita masalah tadi pagi ke Verry. Mungkin besok kalau ketemu dia langsung.

    "Ya udah Ver, aku pulang dulu. Mama udah selesai bayar obatnya."

    Mama berjalan ke arahku.

    "Oh oke-oke. Ati-ati."





    ~ whoami pov ~

    bgsx klo aq update bnyk komen yg mengikuti...biar aq tmbh semangat hahahahaha....btw thx udah baca ni crita haha
  • 29)

    "Uuuugghh..." kepalaku sakit.

    Sejak tadi pagi. Setelah kejadian aku menangis tanpa henti kepalaku tiba-tiba sakit.

    "Nih minum," Liam membawakanku aqua dingin.

    Mama masih membayar obat. Sedangkan aku dan Liam hanya duduk menunggu. Setelah aku di periksa dokter, mama nampak senang. Alasannya karena kondisiku makin membaik. Apalagi aku ingat seseorang yang sangat penting. Biarpun Liam terlihat terganggu dengan itu. Aku rasa Liam nggak suka si Eggy ingat semuanya. Mungkin Owi penyebabnya. Bisa karena Liam nggak suka kalau Eggy ingat punya pacar cowok atau karena takut Eggy mengingat kejadian itu. Kedua-duanya buruk sih menurutku.

    Tapi mereka salah. Dokter itu juga salah. Sejak awal aku memang tau siapa Owi dari buku harian Eggy tapi mimpi itu membuatku hilang kendali dan...

    "Aaaahhh..." aku memegang keningku.

    Kepala ini serasa kayak di pukul palu.

    "Sakit banget ya?" tanya Liam.

    Aku mengangguk.

    Liam memegang kepalaku.

    Bayangan Owi sebelum jatuh membuatku tidak nyaman. Aku jadi tahu penyebab Owi meninggal. Mengerikan. Di tv pernah disiarkan kalau ada anak yang meninggal di tempat itu. Beberapa bulan yang lalu. Apa itu Owi? Aku hanya melihatnya sekilas saat melewati tv. Saat itu aku berkomentar cukup tajam. Aku mengolok anak itu karena kecerobohannya. Berfoto di tempat berbahaya. Saat itu, atau mungkin sampai sekarang anak-anak muda suka berfoto di tempat-tempat rawan. Di berita tidak hanya sekali atau dua kali yang menyiarkan tentang kecelakaan saat berfoto-foto. Berkali-kali. Sampai aku menilai anak muda zaman sekarang otaknya di bokong.

    Ya bukannya aku menilai otak Owi dan Eggy di bokong. Tapi mereka memang bodoh. Berfoto di tempat itu.

    "Kalau udah minum obat pasti nggak sakit lagi."

    Aku kembali mengangguk.

    Kali ini obatnya pasti aku minum. Rasanya sakit di kepalaku nggak main-main.

    Hpku bergetar saat Liam sedang memakan kacangnya.

    "Heeii..." sahutku setelah menerima panggilan itu.

    "Om...sakit??"

    "Nggak. Aku...." Liam melirikku, "aku kontrol."

    "Oooh. Besok masuk kan?"

    "Kemungkinannya sih masuk."

    Verry terkekeh.

    "Bella tadi kesini. Nanyain kamu."

    Ah iya...Bella. Cewek itu sampai terlupakan.

    "Besok aku mau ngomong sama dia."

    "Heeehehehehe..."

    "Apaan ketawamu itu," dengusku.

    Aku pengen cerita masalah tadi pagi ke Verry. Mungkin besok kalau ketemu dia langsung.

    "Ya udah Ver, aku pulang dulu. Mama udah selesai bayar obatnya."

    Mama berjalan ke arahku.

    "Oh oke-oke. Ati-ati."





    ~ whoami pov ~

    bgsx klo aq update bnyk komen yg mengikuti...biar aq tmbh semangat hahahahaha....btw thx udah baca ni crita haha

  • knp g bsa hps?? aq pake uc mini...hiks..
  • Double post.
    Lanjuut..
  • Semangat ki' pale.
  • manteppp
  • Liam tau ...?
  • 30)

    Brruugghh...

    Aku mendesis saat sebuah tas mengenai tubuhku.

    Verry.

    "Gimana? Gimana??"

    "Apanya yang gimana?"

    "Bella. Siapa lagi emang?"

    Aku menghela nafas sambil melangkahkan kakiku. Verry mengikutiku. Ya...bukannya mengikutiku sih, kelas kami kan sama.

    "Pagi-pagi udah bahas Bella," dengusku.

    "Wah...tanda-tanda ditolak nih."

    Aku nyengir.

    Ya jelas aja aku tolak. Masa aku terima?! Masalahnya aku alasan apa kalau nolak dia? Dia tau kalau si Eggy suka cowok kan?!

    Kelas kami masih sepi. Hanya ada satu orang yang keluar kelas saat aku dan Verry masuk ke dalam kelas.

    "Ke kantin?" tawar Verry.

    "Ver! Aku mau cerita tentang kemarin."

    Verry menatapku. Dia langsung duduk saat memperhatikan wajahku. Mungkin dia tahu apa yang aku bicarakan ini menyangkut nasibku.

    "Aku kemarin mimpi. Kamu tahu pacarnya Eggy kan? Cowoknya?"

    Verry mengangguk.

    "Dia meninggal karena jatuh dari jurang. Itu lo...tempat yang lagi terkenal-terkenalnya di tv."

    "Jurang yang ada air terjun yang tinggi itu kan?"

    Aku mengangguk. Jadi Verry tahu juga tempat itu.

    Aku menceritakan apa yang aku alami di mimpi itu. Sesekali aku mengepalkan tanganku saat mengingat jari Owi di tanganku.

    "Aku membunuhnya. Biarpun aku tidak membunuhnya sih tapi aku merasa kalau aku sudah membunuh Owi."

    Aku nggak bisa menyelamatkannya. Padahal tinggal sedikit lagi. Kalau aku bisa berlari lebih cepat. Biarpun itu cuma mimpi. Siapa tahu penyesalanku tidak berimbas sampai ke dunia nyata. Melihat langsung orang jatuh tepat di depanmu berbeda dengan mendengar atau melihat berita tentang kecelakaan di tv atau surat kabar.

    "Itu...kan cuma mimpi om. Dan lagi...itu kenangannya Eggy kan? Jadi om nggak perlu merasa bersalah."

    "Kamu nggak ngerti Ver. Sensasinya lain. Nyata banget. Aku benar-benar memegangnya. Terasa...nyata. Jarinya masih bisa aku rasakan sampai saat ini dan..."

    Wajah Owi sebelum jatuh selalu menggangguku. Wajah terkejut dan ketakutan. Biarpun sekilas aku bisa melihatnya.

    "Dia takut Ver. Dia takut. Aku melihatnya."

    Berapa kali usahaku untuk melupakan mimpi itu. Tapi wajah Owi selalu terbayang. Ekspresi Owi sebelum jatuh selalu terbayang.

    Aku menelan ludah. Rasanya wajah dan mataku mulai panas.

    "Karena terasa nyata, aku jadi berfikir kalau aku adalah Eggy. Aku ragu kalau aku ini Erick. Perasan yang aku rasakan ini benar-benar nyata. Rasa sedih, rasa bersalah, penyesalan dan kehilangan."

    "..."

    "Aku ini siapa? Erick? Atau Eggy? Apa aku Eggy yang benar-benar lupa tentang semuanya dan berpura-pura menjadi orang lain? Apa aku pernah mengenal Erick?" Verry menatapku dingin, "bagaimana kalau itu benar? Bagaimana kalau aku ini sebenarnya Eggy yang asli? Bagaimana kalau Erick cuma orang yang pernah aku kenal dan..dan..."

    Plak!!!

    Oouuchhh!!

    Verry menampol keningku.

    "Bego! Mikir apaan kamu ini? Jelas pemikiranmu itu salah. Kamu Omku dan aku cukup yakin itu."

    "Ver..ry..."

    Dia menggaruk kepalanya sambil menghela nafas.

    "Yang jelas kamu itu omku. Omku yang tau segalanya tentang aku. Cuma Omku yang tau. Jadi nggak usah mikir yang aneh-aneh! Wajar kalau kamu ngerasain perasaan aneh itu. Karena kamu ada di tubuh Eggy. Perasaan Eggy jelas nggak bisa hilang gitu aja kan?! Lagian Om...Kalau Om bilang gitu, kasian Oma loh. Om nggak kasian sama Oma? Nggak apa-apa kalau Om mau ngelupain aku tapi Oma? Om mau ngelupain Oma??"

    "Ver..."

    "Haa??"

    "Cerewet banget ya kamu itu."

    Verry melotot.

    "AKU SERIUS!!! BRENGSEK!!!!" teriaknya kesal, "lagian siapa yang bikin aku ngoceh panjang lebar gini haaa???"

    Aku terkekeh.

    Benar juga...aku jelas bukan Eggy karena aku ingat dengan jelas kehidupanku sebagai Erick.





    ~ whoami pov ~
    Aq lg suka ama plz gratis dr aplikasi dua ini...mumpung tmpt kerjaq berwifi jd aq manfaatin hahaha

    https://invite.cashtree.id/ztqsal

    Atau yg ini

    http://app3.me/tnk/4/ZdiH1/in

    Download aja klo mw...skalian nnti aq jg dpt plz tmbhan hahahaha....
  • Pertamax
Sign In or Register to comment.