BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

K.E.N

edited March 2016 in BoyzStories
Berkilaunya cinta tak harus kita beri cahaya, karena aku percaya ia akan bersinar dari semua yang merasakannya. Bahagianya sebuah senyum tak harus ada sejuta kata indah, hanya perlu kehadiran dan hangatnya sebuah cinta.

Kesejatian dan kekekalan yang abadipun tak butuh bentuk sempurna, mereka suka rela menyapa kala sebuah hal bernama cinta singgah. Kata-kataku memang berlebihan, namun aku percaya bahwa semua yang kita rasa akan indah pada waktunya. Tidak perlu kita terus memaksa, hanya perlu senantiasa percaya bahwa bahagia itu akan menyapa kita dengan bentuk yang tak pernah kita duga.

Aku, salah satu pengagum cinta percaya, bahwa semua yang ada adalah tentang cinta. Aku percaya bahwa manusia atau apapun itu memiliki dan berhak mendapatkannya. Percaya bahwa cinta akan hadirkan bahagia, walau aku tahu tak semulus jalan cerita cinderella.

Aku hanya manusia biasa, sama seperti manusia sekelilingku lainnya. Aku sama, ingin hidup bahagia, aku sama seperti mereka akan mendapat banyak kendala, namun aku adalah manusia berbeda. Aku beda karena kisahku yang berbeda, aku beda karena jalan ceritaku tak sebanyak manusia biasa, aku beda karena berani menjadi hal beda diantara sejuta hal yang sama.
Bukan aku memang yang menentukan aku beda, namun anugrah Tuhan adalah sama, kita patut dan berhak bahagia.
«13456712

Comments

  • Petualangan sang mentari pagi kini tengah berada di awal tugasnya. Bersinar kembali setelah menyelesaikan tugas di sisi lain bumi, bersinar kembali di waktu yang sama dengan yang lalu. Memberi semangat pada setiap anak manusia yang bersiap untuk menulis kisah petualangannya. Mencoba memberi senyum lega ataupun syukur untuk anugrah hari dan waktu yang telah Tuhan titipkan.

    “Pagi?” sapa sebuah suara yang sudah Tahun terakhir selalu Kenzo dengar di awal aku membuka mata dari tidur lelapnya. Sebuah suara yang berhasil membuatnya berani dan percaya melewati ‘garis normal’.

    “Pagi,” balas Kenzo dengan mata yang sejujurnya masih enggan untuk menatap.

    “Jam berapa ini?” tanyanya kemudian pada pemilik suara.

    “Jam delapan pagi tuan Kenzo,” jawab sang pemilik suara bernama Levi. Dia kini telah duduk di samping ranjang atau tepat disebelah kepala Kenzo yang sedang dalam posisi tidur.

    “Bukannya hari ini kamu tidak ada kelas pagi?” tanya Kenzo heran melihat Levi sudah rapi.

    “Memang tidak ada, tapi aku ada tugas tambahan dari kepala jurusan,” jawab Levi sambil mengusap rambut Kenzo lembut.

    “Issh...” protes Kenzo pada tindakan tanggan Levi yang bermain di kepalanya.

    Bukan Kenzo tidak suka dengan perhatian Levi, tapi Kenzo merasa dia adalah lelaki bukan seorang wanita yang harus diperlakukan lembut oleh kekasihnya. Mengingat dia sebagai orang spesial dalam hidup Levi, sudah cukup untuknya.

    “Kenapa kamu selalu menolak dengan usapan di rambutmu hm?” tanyan Levi gemas karena sekarang tangannya sudah berhasil Kenzo lepaskan dari kepalanya.

    “Aku bukan perempuan yang harus kau perlakukan semanis itu Tuan Levi,” jawab Kenzo tegas.

    “Bagaiman kalau aku saja yang memperlakukanmu seperti ini,?” sambung Kenzo yang kini melakukan hal yang sama dengan yang tadi kekasihnya lakukan, tubuhnya yang tidak lagi dalam posisi tidur membuatnya mudah mengacak tatanan rambut sang lawan bicara.

    “Hey hentikan!” protes Levi. Kenzo hanya terkekeh melihat reaksi Levi.

    “Kau membuatku harus merapikan rambutku lagi Tuan kenzo,” sambung Levi kini tengah berada di depan cermin sambil kembali merapikan tatanan rambutnya.

    “Lihat! Kau bahkan marah aku melakukan hal itu padamu. Lalu, kenapa kamu melakukannya padaku?” tanya Kenzo dengan senyum yang belum bisa hilang.

    “Kondisimu beda Kenzo, aku sudah merapikannya tadi,”

    “Jadi, kalau kamu belum merapikannya, aku boleh mengacaknya?” tanya Kenzo polos.

    “Tentu saja tidak,” jawab Levi tetap masih sibuk membenarkan gaya rambutnya.

    “Kalau begitu jangan memperlakukan hal itu juga padaku,” ujar Kenzo dengan nada sedikit merajuk untuk membuat efek jera pada sang lawan bicara.

    “Tapi aku suka mengacak rambutmu. Kamu terlihat seperti anak kucing,” jawab Levi enteng setelah selelesai membuat tatanan rambutnya kembali rapi.

    “Hey!!” geram Kenzo sambil melempar bantal kearah Levi.

    “Aku bercanda Tuan Kenzo, kenapa kamu anggap itu serius huh?” tanya Levi kembali menghadap Kenzo dan hampir kembali mengacak rambut kekasihnya itu.

    “Eits,” sela Kenzo menghentikan gerakan tangan Levi.

    “Hahaha...” tawa Levi menjadi balasan keberhasilan Kenzo mengehentikan gerakan tangannya.

    “Iya iya... aku tidak akan mengacak rambutmu kali ini,” sambung Levi yang berhasil membuat Kenzo sedikit lega.

    “Aku berangkat dulu, oke?” sambungnya.

    “Iya,” jawab Kenzo.

    “Oh ya, nanti siang kita makan siang bersama, jangan keluyuran!” titah Levi.

    “Iya,” jawab Kenzo lagi.

    “Sekarang bangun dan mandilah! Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu di meja makan, makanlah sebelum berangkat kuliah!” titah Levi belum juga usai.

    “Sarapan telur mata sapi, daging panggang dan susu?” tanya Kenzo memastikan menu sarapan yang tetap sama dengan hari sebelumnya.

    “Aku hanya bisa memasak masakan itu sayang,” jawab Levi disertai dengan cengiran tak berdosanya.

    “Oke, itu sudah cukup memberiku tenaga untuk kuliah,” jawab Kenzo tak mau membuat Levi merasa bersalah.

    “Thank you, Mr. Kenzo” balas Levi.

    “Sama-sama Mr. Levi,” timpal Kenzo.

    “Aku berangkat,” ujar Levi berpamitan. Kecupan di kening Kenzo menjadi tanda perpisahan.
  • menarik ceritanya ... dilanjut ...
  • Pagi yang sempurna. Pagi ketika kau mendapati kekasihmu menyapa dan menyiapkan sarapan, Kenzo rasa itu adalah kebahagiaan kecil yang harus dia dapat setiap hari.

    Mengerti bahwa ada orang yang selalu berada di dekat kita walau itu adalah waktu pertama mata untuk terbuka, itu sangat menyenangkan. Kesenangan ini yang Kenzo selalu nikmati, kesenangan bersama seorang kekasih.

    “Kau terlihat bahagia,?” sapa suara yang sejujurnya tak ingin Kenzo dengar di pagi ini, tapi apa dayanya dia selalu bisa menemukan dimanapun Kenso berada.

    “Tentu,” jawab Kenzo enteng sambil melanjutkan kegiatannya yang tengah merapikan rambut di sekitar dagu.

    “Tapi apa kamu yakin kebahagiaanmu akan selalu kau rasakan?” tanyanya lagi yang berhasil membuat Kenzo menghentikan kegiatan membasuh wajah dari sisa krim pencukur.

    “Apa maksudmu?” tanya Kenzo sedikit geram.

    “Aku selalu mengatakan padamu bahwa kebahagiaan apapun yang tengah kamu rasa, semuanya tidak ada yang kekal,”

    “Lalu kau akan mengatakan jika hanya denganmu aku akan mendapat kebahagiaanku yang kekal?” potong Kenzo geram.

    “Kamu sudah tahu jawabannya,”

    “Kamu juga sudah tahu tanggapanku terhadap pernyataan sepihakmu,”

    “Ini bukan pernyataan sepihakku saja Kenzo, bahkan kejadian masa lalumu yang telah membuktikannya, sejauh apapun kau lari dariku, kamu akan tetap mencariku untuk merasa bahagia,”

    “Benarkah?” tanya Kenzo remeh.

    “Kau semakin terlihat arogan setelah tinggal dengan kekasih gay-mu, sesingkat itukah kamu berubah? Mengambil resiko besar untuk keluar dari rumah kita dan tinggal disini?”

    “Hentikan ucapanmu!”

    “Kenapa? Kamu tidak suka? Bahkan untuk menyebut status kekasihmu saja kau harus menjauh dari kata bahagia, menyedihkan!”

    “Dia lebih baik darimu, dia akan menemukan cara yang lebih baik untuk membuatku bahagia,”

    “Benarkah? Kita lihat saja pada siapa akhirnya kamu akan kembali, padaku? Atau pada kekasih gay-mu? Padahal tadi malam.........................”

    “Aku bilang hentikan paggilan bodohmu pada Levi, dia lebih baik darimu,” potong Kenzo tak ingin lebih jauh mendengar ucapannya.

    “Uh, so sweet”

    “Sebaiknya kamu pergi dari sini! Aku muak melihatmu!”

    “Oh jahatnya kau Kenzo,” ujar sosok itu dengan nada dibuat-buat.

    “Hentikan semua ucapan bodohmu! Sekarang pergi dari hadapanku!”

    “Tidak perlu membentakku Kenzo, aku akan pergi karena aku tahu jika kamu yang akan kembali padaku,”

    “Pergi!” teriak kenzo dengan nafas yang sudah tak teratur sekarang.

    Rasa menyenangkan yang baru saja dibangun Levi untuknya kini rusak karena kehadiran orang itu. Mata telanjangnya kini hanya bisa menatap cermin dekat westafel. Nafas yang memburu dan tangan yang mengepal erat sudah cukup untuk menggambarkan suasana hatinya saat ini.
    Pagi Kenzo ternyata tak seindah yang dia bayangkan. Bertemu dengan sosok itu selalu membuatnya pusing, membuatnya ingin sekali untuk kembali terpejam dan berharap tak menemukan siapapun lagi.

    Tapi, semua tak bisa dia lakukan, Kenzo masih terbangun dengan mata yang besar dan kembali berhadapan dengan orang gila sepertinya. “Aku bukan dia, aku tidak akan menuruti kemauannya” gumam hati Kenzo sebagai penenang diri.

  • “Tinggal bersama kekasih sekaligus dosenmu ternyata tak terlalu berdampak buruk juga bagimu, kau terlihat lebih tempan Kenzo,!”

    “Suara itu lagi? Kenapa dia masih selalu disekelilingku” geram hati Kenzo mendapai sosok itu belum juga membiarkannya tenang pagi ini.

    “Untuk apa kau masih disini?” tanya Kenzo ketus tanpa mengalihkan pandangannya dari cermin di kamarnya.

    “Santai saja Kenzo, aku juga tidak akan berbuat macam-macam. Aku hanya ingin menikmati waktu bersamamu,”

    “Aku tidak sudi untuk menghabiskan waktu bersamamu,!”

    “Aku juga tidak peduli dengan tanggapanmu, aku hanya menikmati apa yang harus dan bisa aku nikmati. Aku bahkan tidak keberatan jika kamu memutuskan untuk bergabung denganku,”

    “Cih, aku tidak sudi,” jawab Kenzo ketus sambil berlalu meninggalkan sosok itu.

    “Hahahhaha” gelak tawa sosok itu kini menggema sebagai perpisahannya dengan Kenzo.

    “Sejauh apapun kamu dariku, tetap saja kamu akan kembali, Kenzo,!” gumamnya melihat Melihat Kenzo yang meninggalkannya.
    ~

    “Hey?” sapaan itu Kenzo dapati sesaat setelah dia menginjakan kakinya di kampus. Sapaan dari sahabat yang dengan setia atau bodoh karena betah berteman dengannya.

    “Hey?” balas Kenzo tak kalah riang.

    “Kamu sudah menyelesaikan tugas dari Pak Levi?” tanya sahabat yang dikenal dengan nama Rey.

    “Tentu,” jawab Kenzo mantap.

    “Bagaimana mungkin aku belum mengerjakan tugas dari dosen yang serumah denganku? Itu akan sangat sulit untukku” lanjut Kenzo dalam hati.

    “Apa kamu juga membuatkannya juga untukku?” tanya Rey antusias.

    Em....” jawab Kenzo menggantung.

    “Kok em doang sih?”

    “Tergantung,” jawab Kenzo enteng.

    “Kok tergantung?”

    “Tergantung apa yang ingin kamu berikan sebagai imbalan, jika imbalanmu biasa-biasa saja aku hanya perlu mengganti nama di makalah tugas yang semalam aku selesai buat,”

    “Kamu mau apa?” tanyan Rey langsung antusias setelah menyadari bahwa Kenzo membuat dua tugas dari dosen mereka.

    “Em... apa ya?” gumam Kenzo dengan tampang sok berpikir keras.

    “Bagaimana kalau satu minggu kunci mobil sport kesayanganmu?” ususl Kenzo.

    “APA?” pekik Rey tak terima.

    “Hey? Apa perlu kamu berteriak sekencang itu?” balas Kenzo yang merasa terganggu dengan teriakan Rey.

    “Kamu jangan gila Ken, itu mobil satu-satunya milikku dan juga kesayanganku, jika mobil itu dipegang kamu,?”

    “Terserah,” ujar Kenzo enteng sambil berlalu melewati sahabatnya yang sedari tadi berdiri di depannya.

    “Hey...Hey...hey... ayolah Ken, kamu bisa memintaku mentraktirmu di restoran mahal tapi jangan mobilku, yayayaya?”

    “Satu minggu ...... mobil...” jawab Kenzo tak mau terintervensi apapun.

    “Ya sudah, satu minggu mobilku. Sekarang mana tugas makalahnya?”

    “Anak pintar,” jawab Kenzo sambil mengacak rambut cepaknya.
    “Ini” sambung Kenzo beserta acungan makalah di tangan.

    “Eit...” sela Kenzo sesaat sebelum tangan Rey mengambil makalahnya.
    “Apa lagi?”

    “Mana kunci mobilnya?”

    “Ini,” ujar Rey kesal namun tetap memberikan kunci mobil kesayangannya.

    “Gitu donk,”

    “Sebagai belas kasihanmu, bagaimana kalau kamu memberikan kunci motormu juga, hitung-hitung sebagai penggangti kendaraanku, kamu tidak mungkin tega melihatku harus kemana-mana naik bus kota kan?”

    “He.....justru itu yang ingin aku lihat,” jawab Kenzo sambil menampilakn deretan gigi karena cengiran isengnya.

    “Kau ini! kamu benar-benar mau menyiksaku huh?” geram Rey langsung mengunci kepala dan leher Kenzo diatara ketiaknya.

    “Hey hentikan bodoh! Badanmu bau,,...” ronta Kenzo ingin lepas dari cengkraman sahabatnya itu.

    “Enak saja bau, aku tadi sebelum berangkat kuliah sudah mandi tau...”

    “Benarkah? Tapi sungguh aku mencium bau yang tidak sedap untuk tercium,” elak Kenzo mencoba bernegosiasi dengan Rey.

    “Ya sudah biar saja, toh kamu juga yang menciumnya. Rasakan ini!!” balas Rey tak terpengaruh bujukan Kenzo.

    “Tapi bukannya hari ini kamu ada jadwal kencan dengan Vivi?” ujar Kenzo dengan cengiran dalam hati ‘Skat mat kau Rey’ gumamnya dalam hati.

    “Iya juga ya,” ujar Rey kini mengendurkan kunciannya.
    “Aku ada kencan dengannya hari ini,” sambung Rey dengan wajah bodohnya.

    “Dan kamu tidak mungin menghadirkan bau seperti ini di hadapannya,”

    “Kamu benar juga Ken,” gumam Rey kini melepas kunciannya.

    “Dan jangan lupa kalau aku hanya berbohong,!” teriak Kenzo kencang sambil berlari menghindari kejaran Rey.

    “Kau...!! jangan lari kau Kenzo sialan.....”

    “Kejar kalau bisa bocah tinggi,!” teriak Kenzo merasa menang dengan jarak larinya yang lumayan jauh dari kejaran Rey.

    Terjadilah situasi kejar-kejaran antara dua teman karib itu. teriakan dan tawa serta canda mengiringi langkah cepat keduanya. Tidak memperdulikan tatapan aneh dan mengganggu dari penghuni kampus lain menjadi ciri khas mereka.

    Tatapan itu hanya tatapan tak penting, tatapan yang mempunyai arti sama yaitu iri, namun tak sadarkah mereka ada sepasang mata yang memberi tatapan mereka dengan arti tak hanya iri namun juga ingin menguasai dan mengintimidasi. Tatapan dari sosok yang selalu tersembunyi dibalik sosok ciptaannya yang sempurna.

    “Kau terlihat sangat bahagia, tapi aku yakin tawamu tidak akan bertahan lama. Hanya diam selama berpuluh tahun tak akan pernah aku sia-siakan untuk mengakhiri tawamu Kenzo,".


  • Cerita bru lgi....kyk x asekk...
    Ttp mention ya...hehehehe
  • Kenzo punya dua kepribadian ... ?
  • “Kau terlihat sangat bahagia, tapi aku yakin tawamu tidak akan bertahan lama. Hanya diam selama berpuluh tahun tak akan pernah aku sia-siakan untuk mengakhiri tawamu Kenzo,” gumam sosok itu dengan smirk tak terlihatnya.

    BRUUK

    “Aw, shit!” geram Kenzo. Dia harus terjatuh kerana berlari tanpa menghadap depan dan alhasil dia menabrak seseorang.

    “Hahaha... kamu pikir bisa lari dari mana huh?” sela Rey setelah puas melihat Kenzo jatuh terduduk di lantai.

    “Kemari kau!” geram Rey yang ingin kembali mengunci Kenzo namun,

    “Ssttt” suara itu kini menjadi penyelamat Kenzo.

    “Memang ada apa?” tanya Rey polos.

    “Jangan ganggu tugas polisi,!”

    “Polisi?” tanya Kenzo dan Rey kompak.

    “Iya, tadi pagi petugas kebersihan kampus menemukan mayat di toilet,” jelas seseorang yang tadi Kenzo tabrak

    “Mayat!” pekik Rey tanpa sopan santun.

    “Memang itu mayat siapa?” tanya Kenzo penasaran.

    “Dia Siska mahasiswi semester 4 jurusan komunikasi dan informatika,” jelasnya lagi.

    “Siska!” pekik Kenzo dan Rey kembali terdengar kompak.

    “kalian mengenalnya?” tanyanya.

    “Kami teman satu kelasnya,” jelas Kenzo.

    “Dia juga tergetku,” bisik Rey.

    “Kau ini,!” balas Kenzo menatap Rey tajam. Sahabatnya itu memang kadang tak pernah peka terhadap situasi dan kondisi.

    “Iya, iya maaf,”

    “Apakah mayatnya masih ada di dalam?” tanya Kenzo penasaran.

    “Iya,”

    “Hey Ken? Kau mau kemana?” tanya Rey yang melihat Kenzo berusaha masuk dalam kerumunan dalam toilet.

    “Aku mau melihatnya,” jawab Kenzo.

    “Aku ikut,” susul Rey.

    “Benarkah itu Siska?” tanya Rey lirih sambil menutup mulutnya karena rasa mual yang tiba-tiba muncul ketika melihat sosok wanita malang itu.

    “Mungkin,” jawab Kenzo masih shok dengan kondisi orang yang tengah ditatapnya.

    “Tulisan apa itu?” gumam Kenzo dalam hati ketika melihat tulisan merah yang berada di cermin westafel toilet.

    “Permainan segera dimulai,!,? apa maksud tulisan itu? kenapa?........” gumam Kenzo kembali namun dia merasa tangannya langsung ditarik kencang oleh seseorang.

    “Ayo cepat keluar,” ujar Rey, orang yang tiba-tiba menarik tangann Kenzo.

    “Hoek....Hoek.....hoek....” itu Rey yang muntah.

    “Aku tidak menyangka dia harus berakhir tragis seperti itu,” ujar Rey yang tak kuat menahan mual melihat mayat Siska dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

    Dia tentu tidak pernah membayangkan bahwa wanita yang dua hari lalu menjadi targetnya untuk kencan sekarang terbujur kaku dengan darah disekujur tubuhnya. Bibir yang hilang, lidah juga terputus, dan kepala yang hampir putus bukan pemandangan yang layak untuk dilihat.

    “Aku pergi sebentar,” sela Kenzo langsung berlari meninggalkan Rey.

    “Hey! Mau kemana kau?” teriak Rey namun tak mendapat jawaban karena Kenzo punya urusan yang dia pikir lebih penting sekarang.

    Tbc
  • Maaf banyak typo,
  • Cerita baru lg titip mention ya
  • ~

    “Keluarlah! Aku tahu kau berada di sini,” teriak Kenzo sesampainya di atap gedung. Ya, Kenzo berlari ke atap gedung untuk menemui seseorang yang dia yakin tahu mengenai kematian Siska.

    “Kau kangen denganku Ken?” tanyanya. Suara yang sudah sangat dihafal oleh Kenzo, suara yang sama dengan yang tadi pagi menyapanya di apartemen.

    “Katakan padaku apa yang sebanarnya kamu lakukan pada Siska!”

    “Memang apa yang aku lakukan huh?”

    “Jawab saja pertanyaanku bodoh!” teriak Kenzo geram dengan sikap sok tenangnya.

    “Aku rasa kamu juga tahu apa yang telah aku lakukan dengan gadis itu,”

    “Jawab saja pertanyaanku bodoh,!” geram Kenzo tak sabar.

    “Apa yang ingin kamu dengar dariku sebagai jawaban huh?” tanya sosok itu tak menjawab pertanyaan kesal Kenzo.

    “Kamu yang membunuhnya,?” tuduh Kenzo.

    “Apa kamu yakin,?” ujarnya tak memberi jawaban pada Kenzo.

    “Jadi memang kamu yang membunuhnya?” tanya Kenzo sekali lagi.

    “Apa aku tadi mengatakannya?” ujar sosok itu semakin membuat Kenzo frustasi.

    “Seharusnya kamu yang lebih tahu tentang jawabannya Kenzo. Kemanapun aku pergi dan kamu pergi kita tidak akan terpisahkan,” lanjutnya.

    “Diam kau,!” geram Kenzo tak tahan dengan permainan yang disuguhkan sosok itu.

    “Kamu yang bertanya, kenapa sekarang menyuruhku diam?” tanya sosok itu benar-benar membuat Kenzo tak bisa membalasnya.

    “Kau benar-benar gila,”

    “Aku gila? Itu berati kau juga sama gilanya denganku, ayolah Ken hidupmu akan tetap dikelilingi dengan kecemasan seperti ini. dikelilingi dengan hal yang tidak menentu seperti ini sangat tidak enak. Kau hanya perlu kembali bersamaku untuk terus merasaa bahagia seperti yang aku janjikan,”

    “Jangan harap aku akan melakukannya,”

    “Ucapanmu kadang menjadi karma Kenzo,”

    “Aku tidak peduli, sebaiknya kamu berhenti untuk melakukan hal bodoh seperti ini,!”

    “Berhenti? Kau serius Ken? Bukankah seharusnya kamu juga menikmatinya?”

    “Apa maksudmu?”

    “Maksudku? Tentu saja maksudku kamu akan kembali hidup tenang karena gadis gila itu sudah mati sekarang,”

    “Aku benar-benar tidak tahu maksumu!”

    “Kau memang sangat munafik Kenzo, kau selalu menyangkal apa yang aku perbuat namun kau selalu menikmati dampaknya. Aku tahu jika Siska mengancammu dan memaksamu untuk menjadi kekasihnya, dia memiliki kartu matimu yang berhubungan dengan dosen kesayangmu itu, bukankah seharusnya kamu berterima kasih pada pembunuh itu?”

    “Kau,!!!!” geram Kenzo.

    Kenso kembali diingatkan dengan kejadian ketika Siska datang padanya dan memberi ancaman gila itu.

    Ancaman yang tentu menyita setengah dari pikirannya, dia sama sekali tidak peduli dengan reputasinya yang dia peduli dan pikirkan hanya tentang Levi. Dia tidak mau membuat Levi terpuruk karena hubungan mereka yang terbongkar.

    Levi memang tak pernah sekalipun ketakutan akan hubungan ‘tidak wajarnya’ akan terbongkar, namun bagi Kenzo, hal ini akan memperburuk keadaan.

    “Apa? Apa yang aku katakan benar bukan? Kau selalu menikmati apapun yang aku lakukan. Sadarlah Kenzo, bahkan aku rela melakukan apapun untuk melihatmu tenang, aku bahkan berkorban demi kekasih gay-mu itu,”

    “Berhenti menyebut Levi dengan panggilan hinamu itu!”

    “Kau benar-benar menyedihkan Kenzo,”

    “Aku akan melaporkanmu ke polisi,!”

    “Apa? Aku tidak salah dengar? Kamu akan melaporkanku ke polisi? Kau sedang mabok huh?”

    “Aku serius! Aku muak dengan segala hal yang telah kamu lakukan dengan mengatasnamakan demi kebahagiaanku,”

    “Oke, silakan saja kamu melaporkanku ke polisi, tapi jangan salahkan aku jika dampaknya akan jauh lebih buruk,”

    “Apa maksudmu?”

    “kau tidak ingat ketika dua tahun lalu dengan arogannya kamu melaporkanku ke polisi? Kau tidak ingat siapa yang pada akhirnya membebaskanku? Kau tidak ingat dengan tangisan yang menurutku merdu namun menyedihkan menurutmu itu menggema ketika keluarga sa............................”

    “Hentikan!”

    “Bahkan untuk mengingat kejadian itu saja kau tidak bisa, kau benar-benar lemah sekarang Kenzo,”

    “Aku bilang hentikan!” ujar Kenzo tak tahan dengan suaranya. Dia langsung melangkahkan kakinya untuk mejauh dari suara, dari sosok itu.

    “Kamu tidak akan pernah bisa pergi dariku Kenzo,” teriakan suara itu mengiringi langkah Kenzo yang pergi dari atap gedung.

    “Kau sangat menyedihkan Kenzo, Hahahhahah”

    Suara itu benar-benar pengiring yang sangat buruk untuk Kenzo hingga sampai lantai dua dari atap kedungpun dia masih mendengar sayup suaranya. Suara itu benar-benar menyita konsentrasi Kenzo,

    “Teruslah kamu menolaknya,! Dengan itu kamu akan semakin lemah Kenzo” ujar suara yang bersembunyi dalam gelap.


  • kasihan banget Kenzo ...
  • Yg sabar ya kenzo....
    Sosok itu spa seh...mantan x kenzo kah?? Atau spa???....
    Argghh penasaran
  • Mentioooon pleaseee....

    Makin pensran sma kenzo ini.. Dia memliki 2 kepribadian apa ada sebuah bayangan yang menghantuinya....hihihi..
    Lnjutt..
  • “Teruslah kamu menolaknya,! Dengan itu kamu akan semakin lemah Kenzo” ujar sosok yang sebenarnya sedaritadi mengikuti Kenzo.

    BRRUUK

    Kenzo sukses terjatuh untuk kedua kalinya hari ini.

    “Kenzo?” suara itu, suara yang menenangkan Kenzo bukan membuatnya kecau seperti ini.

    “Levi?” balas Kenzo langsung bangkit dan memeluknya erat.

    ‘Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk melenyapkan orang gila yang selalu mengganggu hidupku itu. aku benar-benar tidak tenang dengannya’ gumam Kenzo dalam hati.

    “Hey? Kamu tidak apa-apa huh?” tanya Levi dengan nada khawatirnya.

    “.........” Kenzo masih belum bisa menjawab pertanyaanya. Dia butuh waktu untuk menghilangkan suara brengsek dia temui tadi. Matanya yang terbuka memang menyiratkan bahwa dia tengah dalam kondisi shok dan bingung.

    “Ini ada hubungannya dengan mayat mahasiswi itu? dia teman sekelasmu iya kan?” Kenzo hanya mengangguk tanpa melepaskan pelukannya. Dia masih dengan tatapan kosongnya.

    “Sudahlah semua akan baik-baik saja. Aku akan menemanimu saat polisi meminta keterangan darimu,” sambung Levi berusaha menenangkan.

    “Apa? Keterangan dariku?” tanya Kenzo heran. Dia langsung melepaskan pelukannya dan menatap wajah Levi yang kini berada cukup dekat dengannya.

    “Iya, polisi menemukan saputangan yang korban simpan di saku celananya, dan itu saputangan milikmu, ada namamu di saputangan itu,”

    “Saputangan itu aku pinjamkan untuknya karena tiga hari lalu dia bersamaku dan juga Rey makan siang bersama lalu tidak sengaja Rey menumpahkan minuman yang mengenai pakaian Siska. Siska yang panik dengan pakaian mahalnya langsung mengambil saputanganku yang sebenarnya aku ingin gunakan untuk mengelap keringatku, jika kau tidak percaya aku bisa memanggil Rey,” jelas Kenzo panjang lebar dan membuahkan senyuman lega dari wajah Levi.

    “Aku tahu kau pasti tak terlibat, sekarang sebaiknya kita ke ruang dekan untuk menjelaskan masalah ini, aku akan panggil Rey juga karena aku yakin dia juga di butuhkan,” ujar Levi sungguh menenangkan.

    “Terima kasih,” balas Kenzo lega.

    “Iya,” jawab Levi dengan senyum indah yang tak pernah akan Kenzo bosan untuk melihatnya.

    “Ayo,” sambung Levi langsung menggandeg tangan Kenzo.

    “Ada apa?” tanya Levi heran melihat Kenzo menghentikan langkah.

    “Tanganmu?” ujar Kenzo dengan mata menatap tangan Levi yang sedang menggandeg tangannya.

    “Ayolah, ini hanya gandengan tangan biasa,” balas Levi tak mau menerima protes yang dilancarkan Kenzo.

    “Aku bukan orang jompo yang harus kamu gandeng untuk berjalan,”

    “Tapi...............”

    “Aku akan ke ruang dekan sendiri, kamu cari Rey dan suruh dia langsung ke ruang yang sama. aku bisa gila kalau harus terlalu lama dengan kasus ini, aku ingin cepat selesai karena ini menyebalkan dan gila......” ujar Kenzo mulai frustasi mendapati kenyataan bodoh yang menimpanya.

    “Aku akan selalu di sampingmu apapun yang terjadi,” kata Levi benar kembali menenangkan bagi Kenzo.

    “Terima kasih,”

    “Itu kewajibanku,” jawab Levi mantap.

    “Pergilah ke ruang dekan, aku akan secepat mungkin memanggil Rey untuk ikut,” ujarnya lagi yang justru kini meninggalkan Kenzo sendiri.

    “Aku bisa benar-benar gila jika seperti ini,” gumam Kenzo frustasi mengacak rambut yang akan selalu sakral jika disentuh oleh Levi.

Sign In or Register to comment.