It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Bagimana perkembangan kasusnya?” tanya Levi yang baru sampai di ruang dosen.
“Sepertinya polisi akan butuh banyak waktu untuk mengungkap kasus ini,” jawab Toni, salah satu dosen yang memang cukup dekat dengan Levi.
“Maksudnya?”
“Pembunuh Siska sangat cerdik. Polisi mengatakan jika pembunuh ini bukan pembunuh amatiran. Dia sudah biasa melakukan hal ini,”
“Jadi boleh dibilang kalau pembunuh Siska adalah orang yang ahli? Atau orang yang sudah terbiasa melakukan aksi pembunuhan dengan rapi?”
“Seperti itulah,”
“Apa tidak ada satupun jejak dari sang pembunuh?”
“Pembunuh itu cukup rapi dalam menjalankan aksinya, tapi belakangan terungkap bahwa dua anjing penjaga yang mati ada hubungannya dengan ini,”
“Maksudnya?”
“Sebelumnya diduga kedua anjing penjaga kampus mati karena pertarungan keduanya mengingat bekas cakar dan bukti sebagainya yang menjurus kearah itu, namun belakangan diketahui kedua anjing itu mati karena sengaja dibunuh,”
“Benarkah?”
“Setidaknya itu yang dikatakan polisi pada rapat dengan dekan beberapa jam yang lalu,”
“Sepertinya kasus ini akan menyita banyak waktu,” gumam Levi.
“Sepertinya memang begitu,” timpal sang lawan bicara.
@kelas
“Mau kemana kamu?” bisik Rey melihat Kenzo hendak meninggalkan kelas.
“Aku mau ke toilet,” balas Kenzo dengannada suara yang sama dengan Rey.
“Ngapain?” tanya Rey bodoh.
“Mau ambil air buat ngeguyur otak kamu biar ilang tuh pikiran bodohmu,” ujar Kenzo yang sukses dibalas dengan cengiran keberhasilan Rey yang merasa berhasil membuat dongkol sahabatnya.
“Oh....” gumam Rey seolah polos.
“Dasar orang gila,” respon Kenzo yang langsung bangkit dari bangkunya dan meminta izin pada dosen pengajar untuk permisi ke toilet.
Suasana koridor maupun lorong kelas yang cukup banyak orang tak lagi dijumpai Kenzo di tempat yang dia tuju. Toilet pria di kampusnya kali ini cukup sepi. Kenzo sepertinya menjadi satu-satunya orang yang berada di tempat ini. Tidak mau ambil pusing dengan lingkungan sekitar, Kenzo langsung menunaikan tujuan utama kedatangannya. Namun,
“PERMAINAN AKAN SEGERA DI MULAI,!”
“Shit,!” umpatnya merasa terganggu dengan tulisan yang langsung menyambutnya ketika keluar dari bilik toilet.
“Siapapun kau,! Keluarlah,!” geramnya langsung mengeluarkan suara kerasnya untuk membuat siapapun yang merasa dipanggil, agar segera datang menghampirinya dan bersikap jantan untuk bertatapan langsung dengannya.
BRAK
“Kau?” gumamnya melihat sosok berdiri dibalik bilik toilet dengan wajah gugup serta katakutan. Pikiran itu sudah kalap dan tersulut emosi karena tulisan yang baru saja dia lihat di cermin dekat westafel toilet.
BUGH
Satu pukulan berhasil mendarat mulus di wajah sosok itu.
“Apa maksudmu menulis ini,!”
bentaknya tak bisa mengendalikan emosinya.
“A...a..aku tidak tahu apa yang kamu katakan,” jawab sosok itu gugup.
“Tidak usah berdalih, apa maksudmu,?!”
“A...aku tidak......”
BUGH
Satu pukulan kembali mendarat di pipi sebelah kanan sosok dihadapan Kenzo. Tubuhnya terhuyung kebelakang dan sukses menghantam tembok, menambah rasa sakit yang dirasa sosok itu. Darah segar sudah tak bisa menahan untuk tampak.
“Aku tanya sekali lagi,! Apa maksud semua ini?” kesalnya tak juga mendapat jawaban dari sosok tersebut.
“A...aku ti..tidak tahu,” jawabnya gugup.
“Aku bukan orang bodoh,!” bentaknya yang kini kembali mencengkram kerah baju sosok itu. Tubuh sedang sosok itu kini berbentur dengan westafel.
“Jawab pertanyaanku bodoh,!” kembali suara keras dikeluarkan untuk segera mengetahui apa yang ingin dia ketahui. Wajahnya sudah merah padam karena amarahnya. Wajah itu terlihat sangat mengerikan, wajah yang selalu Kenzo hindari, namun wajah itu kembali dan menguasainya.
“Apa yang sedang kamu lakukan? Hentikan,!” teriak Kenzo. Matanya tajam tak kalah dengan sosok yang tengah marah lainnya. Kenzo sudah bosan dan geram melihat wajah angkuh yang bertindak semaunya itu. wajah yang kini tepat dia pandang.
“Apa? Aku hanya ingin tahu apa maksud lelaki ini,” dia tak mau kalah dengan Kenzo. Tatapannya kini beralih pada cermin dekat westafel untuk melihat sorot mata Kenzo.
“Apa kamu tidak bisa melihat dengan benar,? Lihatlah wajahnya,! Dia bahkan tengah ketakutan karena tindakanmu,! Tidak mungkin orang sepertinya yang melakukan semua ini, tulisan itu bulum tentu dia yang melakukannya,” geram Kenzo tak terima dan merasa kasihan dengan sosok yang kini sudah babak belur karena pukulan.
“Diam kau,! Kamu yang tidak tahu apa yang ada di benak lelaki ini, jadi biarkan kali ini aku yang bertindak,” bentaknya pada Kenzo.
“Membiarkanmu bertindak,? Apa yang akan kamu lakukan? Membunuhnya? Sama seperti yang kamu lakukan pada gadis malang itu?” cibir Kenzo terlalu hafal dengan semua tindakan yang pernah dilihat darinya.
“Aku tidak pernah mengatakan padamu jika aku yang membunuh gadis itu,” belanya tak terima dengan ucapan Kenzo.
Sosok yang semula menjadi objek pertengkaran kini hanya memandang aneh dengan apa yang dilihatnya. Sosok itu tak menampilkan tatapan bodoh, namun seringaian licik tetap masih dia patri walau tertutup dengan peran tokoh lainnya. Dia tahu bentul apa yang tengah terjadi karena memang ini yang dia ingin lihat. Sosok itu terlalu pintar untuk dikalahkan dengan sosok yang Kenzo benci.
“Kamu tidak mengatakan bukan berarti kamu tidak melakukannya. Aku sangat tahu siapa kamu, jadi berhentilah bertindak bodoh,!”
“Kamu yang bodoh Kenzo,! Bahkan untuk membedakan mana orang yang baik dan orang yang bejat saja kamu tidak bisa,”
“Lalu apa kamu bisa membedakannya? Yang kamu lakukan hanya dengan emosi,”
“Setidaknya itu yang lebih kamu butuhkan daripada kelemahanmu,!”
“Teruslah berdebat dengan kekuatan tak terlihatmu,!” batin itu kini bicara.
“Aku baik-baik saja dengan semua yang sedang terjadi padaku, jadi pergilah,!” bentak Kenzo lelah dengan perdebatannya.
“Aku tidak akan pergi,” tolaknya.
“Kalau begitu aku akan menyeretmu pergi,!” final Kenzo dan langsung meninggalkan toilet bedebah itu.
“Pemandangan yang indah,!” batin itu kembali berdakwah dengan senyum tak ternilai dia ciptakan sebagai pendamping.
@lulu_75
@melkikusuma1
@junaedhi
@sogotariuz
@liezfujoshi
@hendra_bastian
@kikyo
@lulu_75 thank
@kikyo wah ada crita yg mirip ya, crita d post d mana? Pngen lihat dong spa tahu bsa d ajak diskusi
@hendra_bastian mungkin???