It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kenzo sekarang masih tetap dengan posisinya. Sorot matanya kosong dan terlihat kebingungan serta ketakutan yang hinggap secara bersama.
“Jika kamu tengah bingung dan ketakutan, maka pejamkanlah matamu lalu bayangkan hal yang sangat membuatmu bahagia, bukan bahagia hanya dengan senyuman tapi bahagia ketika hatimu tenang,” bisikan suara Levi tiba-tiba muncul ditengah kondisi Kenzo yang tengah hilang naluri. Bisikan kata-kata yang pernah Levi berikan ketika mendapati Kenzo yang kala itu terbangun karena mimpi buruk.
Kenzo melakukan bisikan yang pernah dia dengar dari Levi. Dia berlahan memejamkan kedua kelopak matanya, dia rebahkan badannya di lantai untuk lebih rileks, lalu dia atur kembali deru nafasnya. Bayangan yang menyenangkan dia isi dengan kejadian pertama kalinya dia tertawa lepas bersama Levi. Tertawa yang kala itu tercipta hanya karena kebodohan Levi yang salah memakai sepatu ketika hendak pergi ke kampus.
Bibir Kenzo berhasil membentuk sedikit senyum, dan semakin lama tarikan sudut bibirnya makin sempurna seiring ingatannya kembali pada setiap saat waktu yang dia habiskan dengan Levi. Canda, kejahilan, cemberut, tawa, geli, dan semua rasa yang dia lewati bersama Levi sungguh menyenangkan untuk di ingat.
“Kamu benar-benar sudah gila Ken,” suara Rey harus menginterupsi kegiatan melegakan Kenzo.
Spontan Kenzo langsung membuka matanya dan menatap wajah Rey yang kini berada di atasnya karena dia yang juga tengah memandangnya sambil berjongkok.
“Bukan urusanmu,” ujar Kenzo langsung bangkit dan kembali pada posisi duduk.
“Sebaiknya minum ini,!” titah Rey menyodorkan minuman yang tadi dibuat oleh pelayannya.
“Lebih baik?” Rey kembali berucap setelah melihat Kenzo menghabiskan setengah gelas minumannya.
“Lumayan,” jawab Kenzo kembali dengan nada yang tidak enak di dengar oleh Rey.
“Bisa tidak sekali saja kamu berbicara dengan nada yang tidak menyebalkan huh?” kesal Rey.
“Terima kasih atas minumannya Den Rey, aku sekarang sudah lebih baik,” ujar Kenzo dengan nada dibuat sok baik.
“Begitu nada bicara yang kamu mau?” sambungnya.
“Itu terlihat lebih menjijikan,” Rey bergidik sendiri mendengar nada bicara Kenzo.
“Yasudahlah...memang cetakanmu seperti ini mau bagaimana lagi? Lagian selama dua tahun mengenalmu dengan kondisi seperti ini juga aku baik-baik saja...” ujar Rey akhirnya tak mau menuntut.
“Thank,” ujar Kenzo singkat.
“For what?”
“Untuk menerimaku apa adanya,”
“Aku melakukannya karena kamu juga tidak pernah menuntut apapun dariku, kamu adalah taman dan sahabat terbaik yang pernah aku temui,” ujar Rey merangkul bahu Kenzo.
“Bagaimana jika aku tidak sebaik yang kamu pikir,?” tanya Kenzo.
“Mungkin aku bisa membantu memperbaikinya, bagaimana?”
“Benarkah?”
“Tentu,”
“Kalau begitu maukah kamu berjanji sesuatu padaku?” ujar Kenzo langsung melepas rangkulan Rey dan menggeser sedikit posisi duduknya untuk memberi ruang matanya melihat wajah Rey.
“Janji?” tanya Rey bingung.
“Iya, berajanji sesuatu untukku,” kata Kenzo meyakinkan.
“Apa?”
“Berjanjilah suatu saat ketika rasa sayang dan pedulimu padaku mulai luntur dan digantikan rasa benci yang sangat dalam, aku mohon turuti permintaan terakhirku saat itu,” ucap Kenzo serius.
“Maksudnya?” tanya Rey bingung.
“Berjanjilah,!”
“Aku....”
“Janji sebagai seorang lelaki?” potong Kenzo menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Rey sebagai simbol persetujuan.
“Aku tidak tahu maksud ucapanmu, tapi...sebagai seorang sahabat aku terima janji itu selama itu yang kamu pikir adalah yang terbaik,” balas Rey menjabat tangan Kenzo.
“Thank,”
“Tapi aku tidak yakin bisa membencimu dengan serius,”
“Kenapa?”
“Karena aku pikir batas kekesalanku hanya akan sekedar kecewa bukan benci,”
“Ucapanmu seperti seorang pujangga saja,”
“Baru tahu kalau aku punya bakat untuk menjadi pujangga?”
“A......”
Drettt drettt drettt
“Tunggu,” sela Kenzo merasa handphone-nya bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Tanpa ragu Kenzo langsung membuka kunci handphone nya dan ternyata ada sebuah pesan gambar masuk.
“Kenal dengan sisi mobil ini?” sebuah tulisan menjadi pembuka gambar yang ada di bawah tulisan itu.
Gambar bagian bawah mobil yang menampakan seluran atau kabel rem terputus.
@lulu_75
@melkikusuma1
@junaedhi
@sogotariuz
@liezfujoshi
@hendra_bastian
@kikyo
Tpi q jg kasian sma kenzo... Knpa gk di buat bahgia trus aja sihhh..... Mending dia punya stalker yang berobsesi sama dia , drpada harus punya bayngan lain itu....huhhhh... Soalny q kurang paham yang bgituan....heheheh
@lulu_75
@melkikusuma1
@junaedhi
@sogotariuz
@liezfujoshi
@hendra_bastian
@kikyo
Kenzo cukup kebingungan dengan gembar yang baru diterimanya. Setelah beberapa saat menganalisis dan memperhatikan lebih teliti bagian bawah mobil itu, mata Kenzo langsung terbelalak ketika menyadari bahwa mobil itu adalah mobil milik Levi.
Kenzo cukup mengenal bagian bawah mobil Levi karena ada tanda goresan memanjang yang ada dibagian depan mobil. Kenzo sangat ingat bahwa goresan tercipta dua hari lalu ketika tidak sengaja Levi menabrak sisi pagar terali.
“Rey,! Dimana kunci mobilmu?” tanya Kenzo dengan wajah berubah panik.
“Untuk apa?” tanya Rey bingung dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah dari Kenzo.
“Aku pinjam mobilmu, cepat mana kuncinya?” ujar Kenzo makin panik ketika Rey justru makin banyak bertanya.
“A..ada di meja depan,” jawab Rey cukup gugup.
“Aku berjanji akan mengembalikannya,” ujar Kenzo langsung berlari menuju meja yang Rey maksud dan segera mengendarai mobil yang tadi mengantarkannya dengan Rey ke tempat ini.
“Kamu mau kemana?” teriak Rey berusaha mengikuti langkah Kenzo namun sayang Kenzo terlalu cepat dan sudah menghilang dengan mobilnya.
“Apa yang terjadi dengannya?” gumam Rey bingung dengan tingkah Kenzo.
Kenzo tahu bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya pada Levi. Rasa khawatirnya makin bertambah ketika dalam perjalanan Kenzo menghubungi ponsel Levi namun tidak ada jawaban.
“Levi...dimana kamu sekarang huh?” kesal Kenzo karena sambungan telponnya yang berlum juga terhubung.
“Ck, kenapa kamu tidak angkat Telfonnya?” geram Kenzo sudah kesekian kalinya karena bingung mencari tahu keberadaan Levi.
Pikiran yang kalut dan khawatir membawa Kenzo ke kampus, namun ketika dia menanyakan keberadaaan Levi pada satpam penjaga parkiran kampus, dia tidak mendapat berita apapun karena baru pergantian shif satpam.
Kenzo berusaha menyanyakan keberadaan Levi pada staf di ruang dosen dan hasilnya nihil. Kenzo hampir frustasi karena ketidaktahuannya pada keberadaan Levi, namun beruntung ketika dia bertemu dengan lelaki culun yang pernah dia temui di tolet.
“Kamu mencari pak Levi?” tanyanya disela kebingungan Kenzo. Kenzo hanya memandang bingung pada sosok lelaki itu sebelum kesadarannya kembali dan fokus kembali pada Levi.
“Iya, apa kamu tahu dimana dia sekarang?” tanya Kenzo cemas.
“Pak Levi bertemu dengan teman lamanya di restoran dekat kampus, kalau tidak salah restoran itu ada di Jl. Sumbawa No. 5, jaraknya tidak jauh dari kampus,” jawabnya dengan lancar.
“Tunggu, bagaimana kamu tahu dia ada disana?” tanya Kenzo heran dan kini malah lebih tertarik dengan penjelasan lelaki itu.
“A...aku.....” gagap sosok itu namun segera terpotong oleh kesadaran Kenzo yang kembali pada kondisi Levi.
“Aku akan menuntut penjelasanmu di lain waktu,” pekik Kenzo segera berlari menuju tempat Levi berada.
“Semoga sukses Kenzo......” lirihnya dengan pandangan mata tak lepas sedikitpun dari tubuh Kenzo yang berlari semakin menjauhinya.
Pikiran kalut dan khawatir kembali membayangi otak Kenzo. Dia harus bergerak cepat untuk menemui Levi sebelum kekasihnya itu menaiki mobilnya dan terjadi hal yang Kenzo yakin akan berdampak buruk. Tangannya masih tetap sibuk dengan ponsel dan mencoba menghubungi kembali ponsel Levi. Tangan yang digunakannya untuk menyetir terasa makin ngilu karena luka yang baru dia dapatkan tadi di apartemen Rey. Namun, rasa ngilu itu tidak sebanding dengan rasa cemasnya pada Levi.
“Kenapa kamu tidak mengangkatnya Lev,?” geram Kenzo karena nomor ponsel yang dia hubungi tak juga menjawab. Kenzo tidak menyerah hingga akhirnya,
“Hallo...” sapa suara di seberang telfon.
“Levi?” balas Kenzo.
“Iya, kenapa sayang?” tanya Levi bingung dengan nada suara Kenzo yang terdengar berbeda.
“Kamu ada di mana sekarang?” tanya Kenzo panik.
“Aku ada di restoran dekat kampus, tapi sekarang aku akan kembali ke kampus, sekarang aku ada di depan mobil, aku akan segera kembali ke kampus,” jelas Levi.
“Ja..... hallo? Hallo Levi? Levi? Kamu bisa mendengarku?” tanya Kenzo makin panik ketika sambungan telfonnya tiba-tiba terputus.
“Sial,!!” umpat Kenzo kesal.
Sementara disatu sisi Levi tak kalah kesalnya dengan Kenzo harena ponselnya yang tiba-tiba mati.
“Shit,! Kenapa harus mati sih?” geram Levi.
Tidak mau makin kesal karena hubungan telfonnya dengan Kenzo terputus, Levi tanpa pikir panjang langsung masuk ke dalam mobilnya untuk segera kembali ke kampus. Dia ingin cepat menyelesaikan urusannya dan menemui Kenzo secepat mungkin karena tidak mau terjadi kesalahpahaman.
Levi tidak mau membuat Kenzo kesal hanya karena hal sepele, dia tahu Kenzo akan marah karena saat Levi mengecek ponsel miliknya ternyata Kenzo tidak hanya sekali dia melakukan panggilan. Levi tahu bahwa ada hal penting yang membuat Kenzo berkali-kali menghubunginya.
.
“Akhirnya sampai juga, semoga belum terlambat,” gumam Kenzo setelah sampai di tempat tujuannya.
Dia hanya berfikir jika Levi pasti sudah berada dalam mobil dan menjalankan mobilnya, tidak ada cara lain selain membiarkan mobil Levi menabrak mobil yang ditumpanginya agar laju mobil Levi bisa terhambat dan berangsur berhenti. Hal tersebut tentu karena mobil Levi sudah tidak disertai dengan rem yang berfungsi. Kenzo mengambil langkah cukup bahaya, namun baginya ini jalan terbaik sekaligus menjadi solusi akhir yang ada di otaknya.
Tepat dugaan Kenzo, ketika mobilnya baru saja beberapa meter melalui jalur menuju parkiran, tampak dari jauh mobil Levi berada di depannya. Kenzo kembali melajukan mobilnya untuk lebih dekat dengan mobil Levi. Disisi lain Levi yang melihat ada mobil di depannya sempat keheranan dan berfikir orang bodoh mana yang tidak tahu aturan parkir.’Jangan pikir aku akan mengalah dengan orang tak tahu aturan,’ gumam Levi dalam hati dan tetap melajukan lebih kencang mobilnya, karena memang dia berada di pihak yang benar.
Ketika laju mobilnya semakin mendekati mobil yang menjadi lawannya, dia baru sadar jika mobil itu adalah milik Rey dan dia dengan jelas melihat bahwa sang pengemudi adalah Kenzo, berterima kasih karena Kenzo menampakan kepalanya lewat cendela mobil sambil berteriak sesuatu yang masih sulit dipahami oleh Levi.
“Kenzo?” gumam Levi heran.
“Apa yang anak itu lakukan,?” ujar Levi makin bingung namun kini dia justru menambah kecepatan mobilnya dengan tujuan agar dia dengan cepat tahu apa yang ingin Kenzo sampaikan.
“Dia sangat nekat,” gumam Levi sesaat sebelum menyadari jika mobilnya tidak bisa dia kendalikan. Rem mobilnya tidak berfungsi.
“Kenapa dengan remnya?” ujar Levi panik. Dia masih berusaha menginjak rem mobilnya namun tetap nihil, mobilnya masih melaju dengan kecepatan yang justru meninggi karena trek menurun.
“Kenzo, dia tidak boleh berada disana, “ gumam Levi baru menyadari jika jarak mobilnya makin terkikis.
“Kenzo, pergi dari sana,!!! Rem mobilku blong.....!!!!” teriak Levi berusaha membuat Kenzo menyingkir, namun tidak, Kenzo justru menghentikan mobilnya.
“Kenzo pergi,!!!” teriak Levi makin keras.
“Sudah terlambat Lev,” gumam Kenzo kini memposisikan mobil melintang menutup jalan turunan parkiran.
“Maaf sayang, aku harus mengurangi kecantikanmu untuk menyelamatkan kekasihku,” ujar Kenzo pasrah dan bermonolog pada mobil milik Rey.
Mobil Levi makin mendekat sedangkan Kenzo masih mempertahankan posisinya, kakinya menginjak rem dengan kuat berharap bisa menjadi penghambat. Kenzo sudah menghitung dengan perkiraan bahwa posisinya sudah pas, kemungkinan dia akan kembali terseret dan membentur tembok pembatas parkiran paling bawah. Dia tidak bisa membayangkan jika Levi harus menghadapi kondisi seperti ini sendiri. Laju mobil yang tinggi ditambah fungsi rem yang mati ketika menuruni jalur parkiran berbentuk menurun dengan kemirngan lumayan itu, akan membuatnya makin parah jika langsung berbenturan dengan pembatas.
Laju mobil Levi semakin kencang karena kemiringan jalur keluar parkiran. Levi terus berteriak menyuruh Kenzo untuk mengalihkan mobilnya namun disisi lain Kenzo justru sedang bersiap untuk goncangan akibat tabarakan dari mobil Levi. Matanya tertutup, kakinya semakin kencang menginjak rem, tangannya berpegang erat pada alat kemudi, otaknya kini tengah kosong, entah apa yang harus dia pikirkan pada kondisi seperti ini. dia hanya ingin Levi tidak mengalami luka yang serius.
“KENZO MINGGIR,,.....!!!” teriakan keras itu terdengar makin keras di telinga Kenzo, namun Kenzo masih dalam posisinya, dia tidak bergeming, hingga
BRAAKKKK
Mobil Levi yang sudah tak bisa Levi kendalikan kini sukses menabrak mobil mewah milik Rey lengkap dengan sang pengemudi, Kenzo. Decitan bunyi benda yang mendorong keras dan benda yang menahan menjadi pengisi jalur parkiran itu.
Mobil mewah milik Rey ternyata tak juga bisa menahan sempurna laju mobil milik Levi. Goncangan yang keras hasil dari tabrakan itu membuat kaki Kenzo yang semula menginjak rem sedikit bergeser dan mengurangi kekuatan rem mobil yang ditumpanginya. Mobil itu bergeser dengan cukup cepat sebelum akhirnya berhenti karena menabrak tembok pembatas. Tubuh Kenzo sempat oleng dan terbentur setir mobil karena pegangan tangannyapun sedikit mengendur karena goncangan kuat tadi.
“Astaga Kenzo,!” pekik Levi khawatir. Dia langsung keluar dari mobilnya dan menghampiri Kenzo yang berada di ampit oleh dua mobil.
“Kenzo,!!” panggil Levi berusaha meminta Kenzo untuk membuka kaca mobil yang sudah retak.
“Buka kacanya Kenzo,!!” teriak Levi masih dengan raut kecemasan tinggi.
“Kenzo,!! Ken.....”
BRAAK
Kenzo terpaksa menghancurkan kaca mobil milik Rey karena tidak bisa dibuka dengan otomatis akibat retakan.
“Kenzo,! Kamu baik-baik saja?” tanya Levi panik menihat darah keluar dari pelipis Kenzo. Kenzo hanya memberikan senyum secuilnya. Levi tahu jika Kenzo sedang menahan sakit.
“Tunggu sebentar, aku akan membereskan kaca mobilnya agar kamu bisa keluar,” sela Levi langsung memberishkan setiap sisi cendela dari serpihan kaca. Kenzo kembali tersenyum dan hanya bisa menyenderkan kepalanya di jok kemudi.
Tubuh Kenzo lemas setelah kejadian ini. Kenzo memang merasakan sakit akibat benturan keras di kepalanya., namun lemasnya Kenzo lebih karena rasa lega melihat Levi dalam keadaan baik. Jantungnya yang tadi berpacu begitu cepat kini berusaha dia kembalikan pada posisi normal. Nafas tersengalnya ia atur hingga kembali teratur dan nyaman untuk menghirup udara.
“Lepaskan sabuk pengamanmu,!” titah Levi dan Kenzo tanpa banyak protes menurutinya.
“Ulurkan tanganmu,! Aku akan menariknya,” sambung Levi kini berusaha mengeluarkan Kenzo dari dalam mobil melalui cendela karena hanya itu jalan satu-satunya untuk Kenzo bisa keluar.
Mobil dengan hanya memuat dua orang penumpang itu terlihat cukup mengenaskan. Dua sisi pintu mobil yang hancur dan tentu badan mobilpun sudah cukup parah.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Levi masih panik setelah berhasil mengeluarkan Kenzo dari dalam mobil.
“Iya,” jawab Kenzo beserta anggukan.
“Kamu benar-benar membuatku khawatir,” ujar Levi langsung meraih tubuh Kenzo untuk dipeluk.
“Aku baik-baik saja, tenanglah,” ujar Kenzo membalas pelukan Levi.
Perasaan levi kini menjadi lebih lega. Mendengar suara Kenzo dan kembali meraih tubuhnya dalam pelukan membuatnya nyaman dan percaya bahwa semuanya baik-baik saja.
“Itu orang yang tadi........Astaga,!!! apa yang terjadi?” sela suara seorang lelaki membuat pelukan Levi langsung terlepas. Suara milik satpam penjaga perkiran yang tadi berdebat dengan Kenzo menjadi pemutus kontak badan antara Kenzo dan Levi.
“Apa yang terjadi?” tanya salah satu satpam yang datang bersama satpam pertama.
“Pasti ini ka..........” sela satpam pertama namun terhenti karena Kenzo memotongnya.
“Maaf tadi aku tidak mendengarkan perintahmu karena aku salah masuk jalur parkiran, aku hanya ingin menyelamatkan orang ini, rem mobilnya blong dan jika tidak ada mobil lain yang menghalanginya langsung bertabrakan dengan tembok pembatas mungkin kejadiannya akan lebih parah,” jelas Kenzo.
“Benarkah itu?” tanya satpam pertama.
“Iya, jika kalian tidak percaya, periksa saja mobilku,” jawab Levi membenarkan ucapan Kenzo.
“Dan bisa aku minta tolong,” sela Levi.
“Untuk apa?” tanya satpam kedua.
“Bisakah kalian urus mobil kami? Aku harus mengantarnya ke dokter untuk mengecek kondisi lukanya,” balas Levi.
“Baiklah,” ujar satpam pertama setuju setelah melihat kondisi Kenzo yang terlihat cukup parah karena darah yang mengalir di pelipisnya.
“Ini kartu nama saya, kalian bisa menghubungiku di nomor itu,” sela Levi memberikan kartu namanya.
“Baiklah, kami akan mengurus mobil kallian,” jawab satpan pertama.
“Terima kasih,” Balas Levi seraya berjalan meninggalkan areal parkir.