It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Smoga cepat lanjutannyaaa
@sasadara @omega_z @memek menjerit @rone @AlmeraVan @Dhi69 @fauzhan @dewa_ariez17 @panjiP @ularuskularius @AdeNugraha @balaka @3ll0 @cute_inuyasha @Jimae_VianFujo @Toraa @Rika1006 @freeefujoushi @kristal_air @gilang22 @panjiP @arieat @lulu_75 @mmdd90 @Agova @prasetya_ajjah @Adiie @haha_hihi12 @hehe_adadehh @jokerz @eizanki @putrafebri25 @adilar_yasha @centraltio @kvnandrs6 @saiff @Aurora_69 @Otho_WNata92 @bagastarz @Pradipta24 @rio_san @miw @adamy @_abdulrojak @Dhika_smg @Alvin21 @DaviAditya @Hiruma @tianswift26 @WYATB @haha_adadehh @susucoklat @fujoshi me @Firstep @adit_p @PeterWill @gatot_kece @myl @jimmy_tosca @Cowok_Polos2 @ricky_zega @jony94 @happyday @harya_kei @Rikadza @syafiq @raw_stone @vanilla_latte25 @OkiMansoor AgungPku @syafiq @adamy @Risqi @Bib_Ung @NanNan @harya_kei @Kirangan @ffirly69 @freeefujoushi @lulu_75 @Alvin21 @Rikadza @Rezadrians @JengDianFebrian @putrafebri25 @lucifer5245 @ardavaa @centraltio @new92 @raw_stone @balaka @akina_kenji @Andyanz @AlmeraVan @Zhar12 @fery_aditya @phanthek @Toraa @arya_07 @Seiranu @mmdd90 @cute_inuyasha@Rika1006 @balaka @cute_inuyasha @3ll0 @Aurora69 @operamini @JengDianFerdian @lulu_75 @yeniariani @Asu123456 @Otho_WNata92 @SteveAnggara @earthymooned @harya_kei @NanNan
Chapter 2 : Hunkies
Seperti hari hari biasa pada umumnya, aku pergi ke sekolah, menghadiri kelas kelas sesuai dengan jadwal, dan berkumpul dengan teman temanku : Selena dan Bart.
Selena mengikuti jurusan Sastra dan Bahasa sedangkan Bart lebih ke bagian Sains. Aku sendiri adalah siswa kelas Ekonomi. Aku tau, dilihat dari jurusan kami saja, tak ayal satupun orang tak ada yang mau berteman dengan kami. Yah.. karena kami cupu, mungkin. Dan mungkin juga karena itu mereka mencemooh kami. Tapi biarkan saja, kami hidup untuk hidup kami masing masing, bukan hidup untuk cemoohan itu.
Siang itu di cafetaria, aku sedang menbantu Selena mengerjakan essaynya di salah satu meja di sudut ruangan yang dipenuhi oleh siswa. Bart baru bisa bergabung beberapa menit kemudian karena Mr. Stephenson mengadakan test dadakan sebelum mengakhiri kelasnya.
"Menurutmu, aku lebih baik menggunakan kata apa disini?"
Kutarik kertas essay teman wanitaku itu dan memperhatikan kata-demi-kata yang ada di setiap barisnya.
"Kupikir 'rapuh' disini lebih mewakili daripada 'sepi' " kataku sembari memperhatikan setiap susunan kata yang dipakai Selena.
"Oh ya?" Responnya. "Aku pikir tadinya sendirian dimakan sepi malah terdengar lebih puitis"
"Ayolah.. temanku dari jurusan yang sama bahkan jarang sekali memakai kata sepi. Terlalu klise" jawabku sambil memutar bola mata.
Selena kemudian memeriksa lagi baris perbaris essaynya dan kemudian mengikuti saranku tadi. Aku memperhatikan pekerjaan temanku tersebut sambil menikmati Yoghurt yang kubeli tadi disampingnya.
"Bagaimana kalau seperti ini : 'Meredakan hujan dengan do'aku, dimakan rapuh bersama jutaan kenangan yang terkubur bersama jiwa..'?"
Aku hanya mengangkat jempol kananku tanpa menoleh pada Selena. Melainkan saat ini tatapanku terkunci pada seseorang yang baru saja masuk ke dalam cafetaria bersama Gigi.
Ya, Connor.
Mereka berdua langsung menjadi pusat perhatian. Connor seperti biasa menggunakan jaket kebanggaan tim futbolnya masih tampak maskulin seperti hari hari yang biasa. Rambutnya masih dalam tatanan yang serupa. Tak ada yang berbeda hari ini kecuali kalung yang saban hari kulihat di supermarket dikawasan gas station tak lagi tampak di dadanya.
Duh, melihatnya lagi saja sudah membuat jantungku berdebar debar tak karuan seperti ini.
Mataku tak bisa berhenti memperhatikannya yang kini sedang digelayuti oleh Gigi yang bermanja manja dengannya. Aku tidak punya hak untuk marah pada cewek itu. Biar bagaimanapun juga, Connor itu pacarnya dan aku hanyalah sebatas pengagum cowok tersebut. Tak lebih dari itu.
Hari ini Gigi juga tampak tak kalah stunning dari cewek-cewek lainnya. Rambutnya di cat lebih gelap dari sebelumnya, seperti...ya dia baru saja kembali dari Salon beberapa hari yang lalu. Dia memakai sepatu 'kedds' yang dipadankan dengan rok pendek 3/4 yang ketat. Selain itu, oversize hoodie bergambar kucing yang ia pakai semakin membuatnya tampak menggemaskan.
Tepat saat mereka akan sampai di stall pembelian makan siang, tiba tiba saja Ksatria Berbaju Zirah yang selalu kuceritakan di akun social media melengok tepat kearahku dan membuat sorot mata kami bertemu.
Deg!
Aku dengan cepat langsung memalingkan wajah dengan debaran jantung yang mungkin hampir menyaingi kecepatan mustang di jalan raya.
"Hey Bart!" Sahut Selena tiba tiba saat Bart bergabung di meja kami. Untung saja perhatianku langsung teralihkan kepada temanku itu.
Dengan tampang lesu Bart meletakkan tasnya diatas meja dan mengerang seraya mengacak-acak rambutnya. Aku yakin kuisnya tadi tidak berjalan dengan baik.
"Mau Yoghurt?" Tawarku kemudian.
Selena juga ikut ikutan menggeser nampannya yang berisi Yoghurt beserta makanan ringan lainnya kepada Bart dengan tampang bingung.
"Tidak. Terimakasih.." Tolaknya kemudian. Aku dan Selena mengangguk-angguk lemah. Selang beberapa menit, Bart mengangkat kepalanya melirik kertas essay yang tengah dipegang Selena. Tampaknya dia sudah melupakan apapun itu kejadian ataupun peristiwa buruk yang menimpanya di kelas tadi. "Itu apa?"
"Oh. Ini?" Selena mengangkat kertasnya. "Mrs. Porsche memberikan tugas untuk bab akhir"
"Coba kulihat" katanya menarik kertas Selena. Sedang aku kemudian melanjutkan memakan Yoghurtku yang sudah tinggal setengah.
Kami bertiga selain siswa dari jurusan-jurusan yang cukup diremehkan (meski kami pada awalnya memang sering dibully karena dianggap remeh), kami juga pencinta makanan-makanan yang sangat tidak disukai oleh orang orang keren. Kami memanggilnya, Nuts. Nuts biasanya hanya mengkonsumsi daging, burger, soda dan berbagai junkfood lainnya dibandingkan kami yang hampir selalu vegetarian dan mengkonsumsi menu sehat.
Yahh.. makanya badan kami jarang sekali bisa besar dan tebal seperti kebanyakan orang lainnya. Pengecualian untuk Bart karena keluarganya rata-rata berisi, tapi didalam keluarganya, beratnya yang hanya 65kg termasuk paling ringan loh. Padahal diantara kami bertiga dia yang paling berat.
Mana mungkin ada yang sudi berteman dengan kami yang kering meronta seperti ini?
Uhh aku harus mencoba mengganti menu makanan harianku nanti.
--
"So.." aku terperanjat didepan locker saat mendengar suara orang itu. Buku buku yang baru kukeluarkan pun jatuh berserakan di lantai. "Bagaimana kabarmu hari ini, Tuan Gay?"
Ace. Tampangnya pongah seperti biasa. Dia hanya memakai baju kaus ketat berwarna abu-abu yang menonjolkan dada bidangnya. Sementara rambut pirangnya di tata spike, lebih daripada itu, aku paling membenci bibirnya yang seolah olah melecehkanku itu. Bukan karena dia melakukan pelecehan padaku, tapi...
"Apa maumu, Ace?"
Kulihat Robert dan Theodore yang berdiri disampingnya meng-"ooooh" kemudian terbahak bahak. Entah apa yang mereka tertawakan, mereka sudah seperti orang bodoh saja.
"Santai, Lowie. Kami hanya ingin menyapamu" Lirihnya dalam. Tapi sanggup membuatku gemetaran.
"Tinggalkan aku sendirian, Ace!"
Lalu aku mengumpulkan buku-bukuku yang berserakan dilantai. Dan dengan cepat juga Ace beserta rombongannya menendang buku-bukuku.
"Hey!!"
"Sombong sekali kau" desisnya.
Dan yang terjadi selanjutnya lebih dari yang kubayangkan. Robert dan Theodore memegangi kedua tanganku dan menyeretku disepanjang lorong mengikuti Ace yang sudah berjalan lebih dahulu didepan mereka.
"Lepaskan aku!!!" Pekikku berusaha untuk membebaskan diri, tapi mustahil. Para hunkies ini jauh lebih besar badannya dariku dan perlawanan tadi, pasti hanya terasa bagai sengatakan bagi mereka.
Lokerku masih terbuka. Dan buku-bukuku masih tergeletak begitu saja di lantai. Tak ada satupun yang mau menolongku. Meskipun aku sudah meronta-ronta seperti ini. Orang orang hanya memberikan jalan bagi para hunkies ini sambil melayangkan cibiran dan melempar beberapa kertas serta sebuah kaus kaki kotor padaku. Mereka mencibir. Tertawa. Dan meneriakiku.
Sial.
--
Aku menggigil.
Ace benar benar keterlaluan karena sudah memukuliku dan menelanjangiku setelahnya. Kemudian melemparku masuk kedalam sebuah mesin pendingin raksasa yang ada didalam kafetaria yang biasa digunakan untuk menyimpan daging-dagingan.
Aku sudah menelfon Selena tadi untuk segera membantuku. Untung saja tadi Ace juga melemparkanku bersama tas, jadi aku bisa minta tolong seseorang untuk mengeluarkanku dari sini.
Mesin pendingin ini cukup besar. Mungkin sebesar.. 3x4 meter dan diisi oleh banyak rak dan gantungan daging. Aku duduk meringkuk tepat ditengah tengah sambil memeluk tas dan menggigil. Hanya celana boxer saja yang kupakai, sedangkan pakaianku yang lainnya sudah dibakar tepat didepan mataku oleh Ace bersama teman temannya.
Aku menghela nafas. Aku merepotkan Selena lagi. Dia pasti kerepotan minta izin pada Mom untuk kekamar mengambil baju-bajuku, dan ditanyai habis-habisan oleh Dad kemudian. Aku harus mentraktirnya sesuatu nanti sebagai balasan atas perbuatannya yang baik.
Kamu tahu, mengakui jati dirimu sebagai gay ditengah tengah homophobic adalah tantangan terberat bagi orang sepertiku. Lihat saja apa yang diperbuat oleh orang orang kepadaku. Tak satupun yang sudi untuk menolongku, malahan aku dianggap seperti sampah yang layak untuk dibuang. Padahal aku hanya menjadi jujur pada diriku sendiri. Aku jujur tentang diriku. Aku yakin sekali kalau jujur adalah hal yang baik meskipun terasa menyakitkan. Maka dari itu aku selalu melawan mereka karena aku melakukan hal yang baik. Tapi tetap saja, bagi mereka menjadi gay adalah dosa. Dan aku, adalah pendosa besar di mata mereka. Jika eksorsim itu ada di sekolah ini, mungkin aku sudah dianggap kerasukan oleh jiwa jahat. Apa yang jahat dari menjadi seorang gay? Kenapa mereka memperlakukanku beda? Kenapa mrrrka menganggap aku ini sampah?
Entahlah, semua pertanyaan itu masih menjadi tanda tanya besar dalam diriku. Pernah aku bermimpi suatu hari nanti, yah.. suatu hari nanti akan datang masanya semua orang akan menganggap aku itu sama, dan aku akan bisa mencintai orang yang kucintai dengan tenang. Memberikan seluruh hatiku, dan jiwaku padanya.
Tapi sekali lagi, itu hanya mimpi.
Tak lama setelah itu, aku mendengar pintu besi ruangan pendingin ini ditarik dsn tak lama setelah itu Selena muncul dengan sebuah tas di punggungnya. "Lowie!" Pekiknya dan langsung memelukku. "Astaga! Kau sudah lama disini?"
Agak lega rasanya berada dalam pelukan sahabatmu disaat saat seperti ini. Meski aku tak bisa berhenti menggigil untuk menjawab pertanyaan Selena tadi. Jadi, aku hanya membalas pelukannya dan menyembunyikan wajahku di dadanya.
"Ayo, kubantu kau keluar" katanya dan membopohku keluar. Aku berjalan tertatih tatih sambil menyeret tasku di lantai. Gigiku tak bisa berhenti menggemertak. Dan telapak tanganku, aku bahkan tak bisa merasakannya lagi. Bisa dibilang, aku seperti Plankton yang terjebak didalam batu es di film Spongebob Squarepants.
Sesampainya di kafetaria yang untung saja sudah tak ada orang, Selena mendudukkanku diatas meja tempat pembagian makan siang dan menyelimutiku. Kemudian dengan cepat membuatkan susu panas untukku. "Ini" katanya.
"Te.. terimakasih"
Kuhabiskan susu panas itu. Aku tau tujuannya untuk menormalkan suhu tubuhku. Meskipun rasa-rasanya masih belum cukup, tapi lumayanlah. Selena tak berhenti memandangiku dari atas kebawah.
"Kali ini siapa? Ace? Tip? Oakley?"
"Bisa berikan aku baju sekarang?"
Selena tau pasti aku tak mau membicarakan ini. Aku selalu menolak untuk menceritakan kronologis pembullyan yang selalu dilakukan hunkies padaku. Aku tak mau dikasihani, yaah meskipun tadi aku meronta ronta. Yang benar saja, meski aku gay, tapi tak sedikitpun pernah terlintas didalam pikiranku untuk meminta belas kasihan orang lain. Aku cukup kuat untuk melawan semuanya.
--
Beberapa saat kemudian saat suhu tubuhku sudah kembali normal, akupun memasang baju yang dibawakan oleh Selena tadi dan berjalan bersamanya ke gerbang. Dia masih membantuku berjalan, katanya untuk jaga jaga kalau aku pingsan.
Memang sih, aku mudah pingsan saat mengalami depresi. Salah satu alasan kenapa aku menolak untuk menceritakan semua perbuatan orang-orang itu padaku adalah, karena secata tak langsung menceritakannya akan memaksaku untuk mengingat kembali semuanya dan itu membuatku tertekan. Rasanya sama sekali tidak menyenangkan. Kupukir, mungkin aku terkena Panic Attack.
"Sudah baikan sekarang?" Tanya Selena.
Aku tersenyum lemah. "Tak pernah sebaik ini..."
"Kamu mau aku antarkan sampai rumah? Atau sampai gerbang saja?"
"Hmmm... gerbang sajalah" yang benar saja? Aku tidak mau merepotkan Selena lagi. Dia sudah cukup kurepotkan dengan membantuku dan membopohku keluar tadi. Tadi dan sekarang mengantarkanku pulang kerumah? Bahkan rumah kamipun berlawanan arah! Aku tidak mau membuat teman-temanku mati keletihan hanya karena berteman denganku.
"Kamu yakin?" Tanya Selena
"Yeah..."
Beberapa saat kemudian kami sampai didepan gerbang. Selena melepaskan rangkulan tangannya di lenganku dan menatapku lekat lekat. Sepertinya dia belum percaya kalau aku bisa. Ya.. aku sendiri juga belum yakin apa aku bisa pulang ke rumah sendirian saat ini atau tidak.
"Baiklah. Aku pulang dulu ya..." pamitku.
Selena mengangguk dan kemudian kami berpisah di depan gerbang.
Hari ini benar benar buruk. Sama buruknya seperti hari-hari sebelumnya. Tapi aku yakin dan percaya, suatu saat nanti aku bisa hidup bahagia bersama orang yang kucintai dengan caraku sendiri tanpa ancaman dari orang lain.
Aku terus mengatakan itu pada diriku sendiri dan tersenyum seperti orang gila di sepanjang jalan. Dibawah hembusan angin sore yang mencucuk cucuk kulitku yang masih belum normal suhunya, aku berjalan dan tak menghiraukan siapapun orang dijalan yang memperhatikanku.
Yah.. meskipun saat itu aku tidak sadar kalau celanaku sobek dibagian vital.
kirain connor bakal nyelametin lg. selena sahabat yg baik.
Eh maap ya TS gue nyepam.
btw ini terjemahan lg, atau buatan @AbdulFoo sensdiri..??
btw ini terjemahan lg, atau buatan @AbdulFoo sensdiri..??
Smoga cepat update lgi...
(y)
@arieat Connor belum waktunya buat keluar bang
@Seiranu ini murni bikinan gue sendiri... tapi gue sadar gaya ceritanya emang kek cerita terjemahan. tapi ini emang gue yang bikin kok, bukan terjemahan. asli gue
@rio_san iya ^^
@tianswift26 Selena kan emang sahabatnya Lowie...
@arya_07 insyaaallah..
@bagastarz silahkan bro..
@arieat Connor belum waktunya buat keluar bang
@Seiranu ini murni bikinan gue sendiri... tapi gue sadar gaya ceritanya emang kek cerita terjemahan. tapi ini emang gue yang bikin kok, bukan terjemahan. asli gue
@rio_san iya ^^
@tianswift26 Selena kan emang sahabatnya Lowie...
@arya_07 insyaaallah..
@bagastarz silahkan bro..