Gue tau postan gue kebanyakan. Tapi persetanlah yang penting gue masiu ngelanjutinnya. Dan.. ini cuman iseng aja nge post. Comment dan like kalau mau tetap dilanjut. Thanks
@sasadara @omega_z @memek menjerit
@rone @AlmeraVan @Dhi69 @fauzhan @dewa_ariez17 @panjiP @ularuskularius @AdeNugraha @balaka @3ll0 @cute_inuyasha @Jimae_VianFujo @Toraa @Rika1006 @freeefujoushi @kristal_air @gilang22 @panjiP @arieat @lulu_75 @mmdd90 @Agova @prasetya_ajjah @Adiie @haha_hihi12 @hehe_adadehh @jokerz @eizanki @putrafebri25 @adilar_yasha @centraltio @kvnandrs6 @saiff @Aurora_69 @Otho_WNata92 @bagastarz @Pradipta24 @rio_san @miw @adamy @_abdulrojak @Dhika_smg @Alvin21 @DaviAditya @Hiruma @tianswift26 @WYATB @haha_adadehh @susucoklat @fujoshi me
@Firstep @adit_p @PeterWill @gatot_kece @myl @jimmy_tosca @Cowok_Polos2 @ricky_zega @jony94 @happyday @harya_kei @Rikadza @syafiq @raw_stone @vanilla_latte25 @OkiMansoor AgungPku
@syafiq @adamy @Risqi @Bib_Ung @NanNan @harya_kei @Kirangan @ffirly69 @freeefujoushi @lulu_75 @Alvin21 @Rikadza @Rezadrians @JengDianFebrian @putrafebri25 @lucifer5245 @ardavaa @centraltio @new92 @raw_stone @balaka @akina_kenji @Andyanz @AlmeraVan @Zhar12 @fery_aditya @phanthek @Toraa @arya_07 @Seiranu @mmdd90 @cute_inuyasha@Rika1006 @balaka @cute_inuyasha @3ll0 @Aurora69 @operamini @JengDianFerdian @lulu_75 @yeniariani @Asu123456 @Otho_WNata92 @SteveAnggara @earthymooned @harya_kei @NanNan
Chapter 1 : Ksatria Berbaju Zirah
Belakangan aku selalu mengaguminya setelah kemenangan besar-besaran yang dicetak olehnya dalam pertandingan futbol antar sekolah. Saat itu rambut coklatnya bergoyang-goyang ditiup angin seraya berlari dari lapangan lawan menuju tempat pelatihnya. Kemudian melakukan selebrasi bersama teman-teman satu timnya setelah dia berhasil mencetak touchdown dalam jarak 46 yard.
Dia tampak sangat mengagumkan waktu itu, ditengah kerumunan orang orang itu.
Aku, Selena, dan Bart yang bahkan sama sekali bukan pecinta olahraga dan benar benar tipikal seorang nerd sejatipun dibuat terpukau dengan penampilannya.
Aku tahu Selena hasratnya menggebu gebu untuk segera bisa menggodanya saat pria pencetak touchdown itu membuka bajunya ditengah lapangan, memamerkan otot-ototnya yang seksi dan melelehkan remaja sepertiku dan gadis-gadis lainnya ditempat mereka seketika. Tapi sayang, Hermionie tidak mendapatkan nomor telefonnya karena sudah didahului oleh ketua pemandu sorak, Patricia.
Aku tahu namanya adalah Connor. Connor J. Norland. Semua orang mengenalnya sebagai Mr. Norland sang atlit futbol. Dia memiliki mata hazel biru dengan hidung mancung kebanggaan orang britania raya. Dia tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan aku. Connor hidup sendiri di kota ini, setelah orang tuanya meninggal beberapa tahun yang lalu akibat kecelakaan pesawat. Dia dihidupi oleh kakeknya yang bekerja sebagai peternak di sebuah perbukitan, dan kudengar dia disetiap akhir bulannya selalu mengajak domba-domba milik kakeknya tersebut bermain ke tengah padang rumput yang tersembunyikan dibalik bukit. Dan dia tinggal di sebuah flat kecil di tengah kota.
Aku benar-benar seorang stalker ya?
Mungkin kalian bertanya tanya padaku. Kenapa aku bisa tau sedemikian banyak tentangnya? Tunggu, mungkin kita kembali terlebih dahulu ke pertanyaan dasar : Kenapa aku bisa mengagumi seorang Connor begitu besarnya hingga tau segala seluk beluk tentangnya?
Kembali saat tahun-tahun awalku di sekolah. Aku, Selena dan Bart dikenal sebagai 'It Nerds' setelah minggu pertama sekolah berlangsung. Kami bertiga saling beekenalan setelah dibully habis-habisan oleh murid senior dan juga beberapa antek-anteknya yang lain. Karena merasa senasib, kami akhirnya memutuskan untuk selalu bersama dan melawan setiap pembullyan. Meski kenyataannya kami tak pernah melawan. Kami selalu kabur melewati pintu Janitor Room saat melihat Dannie di ujung lorong, atau bersembunyi dibalik pintu toilet saat Robert dan temannya Ace tertawa keras di Locker room. Kami selalu berhasil menghindari mereka. Sampai suatu ketika saat nasib baik tak memihak padaku. Ace dan kelompoknya berhasil menyudutkanku disaat Selena dan Bart sedang tak berada di sampingku. Disaat sudah tak ada pilihan lain lagi selain pasrah, Connor datang menjadi malaikat pelindungku. Saat itu aku belum mengenalnya. Aku hanya mengenal Connor sebagai pria tampan berambut coklat yang berbadan besar. Dan setelah itu disaat aku mau berterimakasih padanya, dia menghilang dan beberapa tahun kemudian aku tak pernah melihatnya lagi hingga pertandingan futbol itu datang.
Dan setelah itu, aku mengendap-endap masuk keruangan Head Girl mencari data seorang Connor J. Norland. Menelusuri alamat flat kecilnya dan juga rumah kakeknya di perbukitan meski aku dicurigai habis habisan oleh Mama dan Papa.
Dan setelah itu aku sepenuhnya sadar kalau aku hanya bisa mengaguminya dari kejauhan saja. Karena Connor, sudah mempunyai kekasih. Yaitu Gigi.
Sebulan setelah pertandingan futbol yang kontroversial itu, gosip tentang kedekatan Connor dan Gigi tersebar keseantero sekolah. Kemanapun aku pergi, semua orang setidaknya pasti sekali saja menyebutkan nama mereka berdua. Meski aku sempat tak percaya, tapi pada akhirnya aku harus bisa menerima kenyataan kalau Connor itu pria biasa. Pria biasa yang menyukai perempuan dan bukan orang aneh sepertiku.
--
"Hermionie!!!" Aku menggedor-gedor pintu gubuk, markas kecil kakak perempuanku yang terletak dibelakang rumah. "Hermionie,bangun!! Mama memanggilmu!!"
Dari dalam gubuk, suara vokalis sebuah band metal terdengar begitu keras. Hermionie punya kebiasaan buruk menghidupkan lagu lagu kesukaannya dengan volume paling keras saat tidur siang setelah Papa memberikannya hadiah sebuah gubuk kecil di halaman belakang rumah. Aku sempat iri karena dia bisa melakukan apapun didalam sana tanpa dilarang oleh siapapun. Berbeda denganku dan Harry yang akan selalu dimarahi Mama jika ketahuan sekali saja berisik saat menuruni atau menaiki tangga.
"Hermionie!!!!" Kali ini kutekan pita suaraku hingga mengalahkan suara teriakan si vokalis band yang kini teriakannya semakin nyaring. Tak lupa kugedor gedor pintunya.
"Herm--"
"APA!!!?" Hermionie tiba tiba muncul dengan tampang paling kusut didepan wajahku. Rambut merahnya terlihat berantakan dan aku bisa melihat liurnya yang mengering disudut bawah bibir. "Tidak bisakah kau membiarkanku tidur siang dengan damai sekali saja, Lowie?"
Aku menghela nafas dan melipat tangan. "Mama menunggumu didalam" dan setelah itu aku langsung pergi meninggalkannya. Terserah dia mau menghampiri Mama atau tidak. Yang pasti aku sudah menyampaikannya.
Rumahku tidak mempunyai pintu belakang seperti kebanyakan rumah tetanggaku. Aku selalu protes pada Papa karena itu membuatku kesusahan setiap kali disuruh Mama membangunkan Hermionie. Jadi aku harus memutar balik menuju pintu depan untuk kembali ke kamar.
Rumahku memiliki perkebunan kecil. Itu menurutku. Mama dan Papa mempunyai hobi menanam bunga bunga yang cantik. Mungkin itilah alasan biologis kenapa aku bisa menyukai bunga. Ada mawar. Melati. Anggrek. Semuanya tumbuh dengan indah dihalaman belakang dan beberapa ditanam diteras depan. Beberapa kolega dan saudara yang datang acap kali memuji koleksi keluarga yang indah tersebut. Begitu indahnya sampai beberapa dari mereka rela membeli bunga bunga itu.
Aku baru saja ingin menaiki tangga kecil menuju teras saat sebuah klakson mobil mengagetkanku. Aku langsung membalikkan badan dan mataku menjadi silau karena pantulan cahaya matahari dari kaca mobil. Langsung saja kulindungi mataku dengan punggung tangan dan menyipitkan mata untuk melihat dengan jelas siapa orang yang berada didalam mobil tersebut.
Seorang pria berwajah lonjong dan berbadan jangkung kemudian keluar dari dalamnya dan berjalan menuju halaman rumah. "Lowie!"
"Eric!"
Setelah itu kami berpelukan didepan rumah. Eric adalah salah satu saudaraku dari pihak Mama. Dia tinggal disalah satu flat kecil tak jauh dari rumah, tapi jauh dari rumahnya (di New York). Setiap akhir pekan seperti ini, dia selalu mengunjungi keluargaku untuk menghilangkan rasa bosannya dengan tugas tugas kuliah.
"Bagaimana kabarmu?" Tanyaku setelah melepaskan pelukan singkat kami. "Mobil baru? Huh?"
Eric terkekeh dan menggangguk ke arah mobilnya. "Hadiah ulang tahunku" katanya.
"Keren!"
"Yap. Keren!" Balas Eric menirukan suaraku yang barusan. "Kamu sedang apa didalam?"
Aku melirik pintu rumah sebentar dan kemudian tersenyum tipis. "Kamu tahu.. rutinitasku seperti biasa. Menghabiskan waktu membaca novel dan membantu Mama mengurusi tanamannya"
"Membosankan" sahut Eric cepat yang langsung kujawab dengan anggukan kecil. "Mau kuajak jalan jalan dengan mobil baruku?"
"Kau bercanda?" Tanyaku memastikan.
Wajah Eric seketika langsung menjadi datar. "Apa ada tanda tanda aku sedang bercanda diwajah ini?" Katanya menunjuk nunjuk wajah.
"Kalau begitu, ayo!"
--
Kami berhenti di sebuah gas station setelah berputar putar keliling kota tanpa henti. Eric mengajakku mengunjungi beberapa tempat dengan pemandangan dan fasilitas yang keren. Tadi kami juga sempat menyambangi sebuah street dance di kawasan pusat dan aku benar benar terpukau melihat gerakan tarian yang dilakukan oleh orang orang itu : B-Boy, begitu mereka menyebutnya.
Sementara Eric mengisi gas untuk mobilnya, aku masuk kedalam sebuah supermarket yang berada tepat disamping station mobil saudaraku itu. Kami kehausan setelah tertawa seharian penuh.
Bel pintu bergemerincing saat kubuka, dan aku langsung disambut oleh banyak shelves dengan berbagai produk didalamnya. Lalu disamping pintuku, ada stall koran dan berbagai majalah didekat meja kasir. Sedangkan kasirnya sendiri terlihat terkantuk kantuk sambil menyaksikan pertandingan hockey di TV yang digantung di langit langit ruangan.
Aku langsung berjalan menuju mesin cola (pesanan Eric) dan lemari pendingin untuk mengambil dua botol air mineral. Saat akan kembali menuju kasir, aku terperanjat saat melihat sosok Connor yang mengenakan jaket tim futbolnya berdiri beberapa stall dariku. Dia sedang menunduk (mungkin sedang mencari cari barang yang dibutuhkan) dan tak menyadari keberadaanku.
Aku bisa melihat bulu bulu tipis yang jatuh menghiasi wajahnya. Bulu bulu coklat yang malah semakin menambah kesan maskulin. Lalu kalung itu, kalung bertuliskan 'USA' di atas dadanya yang ditutupi oleh sebuah baju kaos berwarna coklat muda, senada dengan rambutnya.
Melihatnya saja sudah membuatku terpaku sendiri ditempat.
Dan melihatnya hanya untukku sendiri seperti saat ini dimana tak ada orang lain yang bisa melihat sosok sempurna sepertinya selain aku saja, tak pernah kuimpikan selama ini. Dia adalah tipe pangeran ataupun ksatria berbaju zirah yang ada dalam setiap dongeng klasik : Tampan tapi mustahil untuk dimiliki.
Sadar aku terlalu lama memandanginya dan takut nanti akan dicurigai sebagai seorang perampok ataupun pembunuh yang sedang menandai incarannya, aku kemudian melanjutkan langkah menuju kasir dan dengan cepat kemudian kabur keluar dari pintu menuju mobil Eric yang sudah menunggu di ujung jalan.
Aku merasa bersalah karena sudah menikmati pacar orang lain.
--
"Makanmu sedikit sekali hari ini, honey. Tidak seperti biasanya..."
Harry hanya menggubris pertanyaan ibu dengan mengangkat bahunya lemah. Makanan yang biasanya selalu ia habiskan dengan cepat kini hanya dibiarkan teronggok didepannya. "Entahlah Mom.. aku merasa... tidak nafsu untuk makan saat ini"
Papa menghentikan kunyahannya. "Jangan telantarkan makananmu, nak. Atau kamu tau sendiri akibatnya..." ancam Papa kemudian. Orang tua lelakiku itu memang sedikit sensitif soal makanan.
Harry menggerutu kemudian dan mulai melahap makanannya.
Tak lama setelah ancaman Dad, Hermionie berdiri. "Aku selesai. Terimakasih untuk makan malam hari ini"
"Cepat sekali?" Ini aku yang bersuara.
"Robert akan menjemputku sebentar lagi",Robert itu pacarnya. "Jadi malam ini aku hanya makan sedikit karena kami akan berkencan nanti di restoran bintang lima"
"Selamat!" Sahut Mama, sangat antusias sekali dengan perkembangan hubungan anak-anaknya. "Kapan-kapan kamu harus mengundang Robert untuk makan bersama kita, Hermionie"
"Pasti, Mom" Jawabnya kemudian berlalu setelah mengecup pipi Mama dan Papa terlebih dahulu dan menghilang dibalik pintu depan.
"Nah.. dan kamu Mr. Gay..." Aku tersedak seketika saat Ibu menyinggung-nyinggungku. "Bagaimana dengan Ksatri berbaju zirahmu itu?" Tanyanya sambil menyunggingkan senyum tipis, menumpukan kepalanya di telapak tangan.
Aku meraih gelasku dan meminumnya sebelum menjawab pertanyaan Mom. "Mom!"
"Aku sangat ingin melihat kamu mengenalkan si Connor ini padaku, Lowie" Kata Ayah.
Aku lalu memilih untuk tidak memberikan respon dalam bentuk apapun untuk pertanyaan mereka. Mama dan Papa memang tidak pernah mempermasalahkan orientasi seksualku setelah aku memberitahu mereka setahun yang lampau, tapi justru mereka sangat ingin mengetahui kisah romansaku atau cowok yang tengah kusukai saat ini. Akan selalu ada acara untuk mereka mencari tahu informasi tersebut. Dan dalam kasus Connor ini... mungkin ini karena Mama yang diam diam membaca curhatanku dalam akun Tumblrku.
Tak lama setelah itu aku berdiri. "Ya sudah, Mom, Dad, aku juga duluan"
Mungkin lain kali aku harus lebih hati hati dalam menyembunyikan privasiku.
Comments
gak ada komen untuk sekarang.
lanjuut.
nabil dan scooty nya juga dong. jangan dilupain
Lanjut lagi dong @AbdulFoo
Aku suka...di lanjut ya...
summon lg for the next yak..