It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Daser @freeefujoushi @Sho_Lee @mustajab3 @JoonHee @lulu_75 @JimaeVian_Fujo @PCYXO15 @Tsunami @ricky_zega @Agova @jimmy_tosca @rama_andikaa @LostFaro @new92 @Otsutsuki97S @billyalatas18 @delvaro80 @ramadhani_rizky @Valle_Nia @diccyyyy @abong @boygiga @yuliantoku @ardi_yusman @fian_gundah @Lovelyozan @Rabbit_1397 @Tsunami @Adiie @sn_nickname @Gabriel_Valiant @happyday @Inyud @akhdj @DoojoonDoo @agran @rubi_wijaya @putrafebri25 @Diansah_yanto @Kim_Hae_Woo679 @Vanilla_IceCream @shandy76 @bram @black_skies @akina_kenji @abbyy @abyyriza @05nov1991 @1ar7ar @kaha @blasteran @BN @dian_des @Pyromaniac_pcy @melkikusuma1 @asik_asikJos @jj.yuan @opatampan @The_jack19 @ori455 @lukisan_puisi @usernameku @dadanello @boncengek3 @earthymooned @gaybekasi168 @jimmy_tosca @handikautama @OkiMansoor @Ninia @ananda1 @kikirif
Bagi teman2 yang nggak mau diseret lagi, bilang ya ... Thanks.
Part 26
Tepuk tanganpun terdengar membahana setelah gue menutup laporan gue -sebagai ketua panitia pelaksana acara perpisahan siswa kelas XII tahun ini- dengan mengucapkan salam. Setelah membungkukkan badan tanda penghormatan guepun turun dari panggung utama sambil disambut oleh anggota-anggota panitia perpisahan.
"Keren bro!" Ridho melayangkan tos kearah gue yang gue sambut dengan tosan pula. "Lo keren abis tadi di panggung Rian. Tau nggak lo cocok banget jadi ketua tadi, nggak salah kalau kita-kita milih lo buat jadi ketua panitia. Keren deh pokoknya." Ujarnya hiperbola. Dasar, gue yakin karena kehiperbolaannya tuh anak, dia bakalan cocok jadi sales obat kuat ato obat pelangsing. Hahaha. Tapi dari apa yang dibilang si raja bokep tadi, gue rasa sih gue biasa-biasa aja tuh di panggung, bukannya gue sombong atau gimana gitu. Tapi jujur, gue nggak hebat-hebat banget kok, malah gue sedikit tegang dan malu-maluin dengan ke nervousan gue yang akut. Oh ya, tegang disini bukan tegang yang kalian fikirkan ya, gue tau otak lo semua udah kotor duluan kalo mendengar kata tegang. Hahaha.
Gue berkacak pinggang di depannya sambil menatap tuh bocah dengan muka sok-sok poker face. "Ah biasa aja kali Dho." Ujar gue menepuk bahunya. Gue mengedarkan pandangan ke sekeliling panggung, mencari seseorang yang nggak kelihatan batang hidungnya sejak tadi pagi. "Kalian juga hebat. Terima Kasih udah membantu gue dan mensukseskan acara kita ini."
"Biasa aja kali Rian. Itu udah tugas kita sebagai anggota lo untuk mensukseskan acara ini." Vivi nyeketuk mengibas-ngibaskan tangannya.
"Katanya acara perpisahan tahun ini adalah acara perpisahan paling meriah loh." Sandy ngomen sehingga membuat anggota panitia pada heboh, beberapa anak seksi acara sempat melotot kearah kami dengan tangan di bibir menyuruh diam. Bahkan sama gue membelalakan matanya.
"Serius lo?"
"Dua rius malah, banyak senior yang datang pada komentar positif. Acaranya pada keren-keren. Banyak yang muji kinerja panitia tahun ini."
Gue cuman ngangguk-ngangguk tanpa geleng-geleng sambil jelalan mencari ketua Yakuza Junior aka koor seksi keamanan yang nggak kelihatan sama gue. 'Kemana sih orang.'
"Cari siapa lo?" Tanya Ridho. Ia juga ikut celengak celenguk kayak orang bodoh.
"Nggak cari siapa-siapa kok." Jawab gue tanpa memandangnya. Gue cuek bebek aja, ntar nih anak tambah kepo lagi. Secara kekepoannya itu bisa mengubah hal-hal yang tabu menjadi layak dan patut untuk diperbincangkan.
Gue duduk di bangku di belakang panggung yang telah disiapkan panitia untuk panitia seksi acara yang mengatur jalannya acara. Gue membuka handphone gue dan menggirimi pesan ke Askar untuk menanyakan kabarnya. Entah kenapa semakin kesini gue semakin perhatian ke dia. Nanyain inilah, itulah. Ngingetin inilah, itulah. Atau dia yang begitu ke gue. Nanyain kabar gue ato sekedar gangguin gue untuk menghilangkan kebosanannya (katanya).
"Ngapain lo bengong-bengong nggak jelas kayak gitu." Si Dwi kampret ngagetin gue. Aldi cuma senyum-senyum nggak jelas memandang gue. "Bisa kacau nih acara kalo ketuanya yang kesurupan. Gue nggak bisa bayangin deh." Tawa Dwi meledak.
"Gue yakin nih anak mikirin seseorang nih. Kaya' dulu-dulu pas dia lagi jatuh cinta." Aldi turut berkomentar sambil duduk mengambil posisi disamping gue dan menoel-noel dagu gue.
"Aciee…, lagi mikirin siapa tuh?" Si Dwi juga menoel-noel dagu gue dengan tampang sok-sok penasaran.
Ridho cs ikut nimbrung di dekat kami bertiga karena melihat kegaduhan yang dibuat si Dwi. "Ada apa nih?" Kekepoan si Ridho muncul. Mereka turut duduk melingkari gue dan memandang gue penasaran, kecuali Vivi dan Caca yang sibuk memandangi Aldi penuh nafsu.
"Ini si Adrian lagi bermenung-menung nggak jelas." Si Dwi menjawab. "Menurut sumber yang dapat dipercaya, si Adrian Aditya kita ini lagi mikirin seseorang yang dia sayang. Keadaan ini berlaku disaat nih bocah lagi fall in love." Terangnya bersemangat, disambut dengan 'ciee'an serempak Ridho cs. Apalagi si Caca yang nampak udah mengutak atik handphonenya, pasti bikin twit tentang gue lagi tuh. Njiir ....
"Siapa orangnya Dwi?" Tanya Vivi dengan mata berbinar-binar laksana melihat Aldi yang lagi shirtless.
Gue otomatis memandang Dwi dengan kening berkerut dan wajah yang dibuat seangker mungkin. Dia pasti tau kalo gue pasti bilang 'Awas lo kasih tahu mereka. Abis lo.' dari tatapan gue yang mengancam. Dengan tatapan bego dia memandangi gue nggak jelas sambil senyum kelicikan bertengger di wajahnya.
"Hmm... lagi mikirin siapa ya? Pasti kalian tahu deh." Jawabnya santai.
"Hayo siapa Dwi penasaran nih. Ato jangan-jangan..."
"Adrian itu lagi mikirin si A..." gue membekap mulut Aldi yang tiba-tiba nyeletuk.
"Haaah... lo nggak asik Rian." Ujar Sandy.
"Sama si A? Siapa tuh?" Vivi mangut-mangut sambil memandang gue lekat-lekat.
"Si A itu gue." Terdengar suara seseorang yang bikin orang yang disekitaran gue kaget dan malah bungkam. Guepun membalik badan, siapa manusia yang ngaku-ngaku lagi gue fikirin itu.
"Gue udah cari-cari lo ketua! Tapi lo nggak gue temuin. Ada yang perlu gue bicarain."
Beuh si Askar sok-sok cool di depan anak-anak. Sok-sokan panggil gue ketua lagi, dan apa maksudnya ngaku-ngaku ke anak-anak kalo dia yang lagi gue fikirin, walau pengakuannya itu benar adanya.
"Ada apa?" Jawab gue berwibawa. Dan Aldo, ngapain dia disini?
"Ada yang perlu gue omongin sebentar. Ini soal keamanan di gerbang depan."
"Oh ya. Baiklah."
"Guys! Gue meriksa keadaan dulu ya." Ujar gue ke anak-anak -hey sejak kapan gue panggil Aldi, Dwi, Ridho, Sandy, Vivi dan Caca dengan anak-anak coba?- sambil melangkah menuju gerbang. Askar dan Aldo menuruti gue dari belakang
"Tungguin gue dong." Dan si Askar telah kembali seperti semula setelah setengah perjalanan.
"Tapi ada masalah di gerbang depan?"
Dia terkekeh. "Dasar polos lo. Nggak ada masalah kok, semua aman and terkendali kalau diserahin ke Yakuza Junior."
"Jadi tadi maksudnya?"
Dia tersenyum dan mengacak-acak rambut gue. "Alasan buat membawa lo aja." Ujarnya genit. "Gue kan kangen sama lo." Dia menggerling nakal.
Gue memutar bola mata gue. Hati gue berbunga-bunga tuh. Hehehe dasar Askar, bisa aja bikin Adrian luluh. Ei gue udah senyum-senyum sendiri kayak orang gila.
Acara masih berlangsung. Sekarang adalah kata sambutan dari Walikota sekaligus membuka acara perpisahan ini secara resmi.
"Askar, gue perlu bicara." Terdengar suara Aldo. Gue masih tetap fokus memandang ke panggung utama, sedangkan Aldo menyeret Askar tak jauh dari posisi gue, walau gue melihat mereka sesekali dengan ujung mata.
Mereka nampak asik mengobrol, entah apa yang mereka bicarakan. Askar menoleh kearah gue sesekali ingin mengajak gue gabung. Tapi si Aldo selalu mengalihkan perhatian Askar. Sampai sekarang sih gue pura-pura sok cuek aja, walau hati gue kesal dianggurin sama Askar. Mending gue gabung balik dengan anak-anak tadi daripada kaya' gini. Tarian-tarian dan penampilan bakat siswa SMA gue tidak dapat menghibur hati gue yang panas ini. Panas terbakar cemburu? Iya mungkin. Panas karena marah? So pasti.
Guepun beranjak dari tempat itu dan meninggalkan Askar yang asik dengan Aldo. Huh persetan dengan mereka berdua. Mending gue ke belakang panggung lagi.
Gue bisa mendengar suara Askar yang memanggil-manggil nama gue di belakang sana.
Mending gue acuhin aja dulu deh.
---
"Rian! Lo ada apa sih? Kok diam mulu sejak tadi?"
Gue memandang kearah Ridho dengan wajah poker face gue tanpa menjawab pertanyaannya. Dia bertanya pada saat yang tidak tepat, disaat gue sedang kesal dengan si bangsat Askar yang lagi duduk didepan gue.
Askar memandang gue intens kayak predator yang hendak menangkap mangsanya. Dia kembali ke mode coolnya, menjaga image sebagai ketua Yakuza Junior yang ditakuti.
"Palingan ngambek tuh." Semua mata tertuju pada Dwi. "Nape lo semua kaget? Palingan dia ngambek karena nggak dapat bunga kali." Celetuk Dwi sambil memain-mainkan bunga yang tadi dia pinjem dari Aldi.
Gue masih pada mode poker face, walaupun gue yakin 100 persen gue bungkam kayak gini bukan karena gue nggak dapat bunga dari fans atau orang terkasih. Gue tadi juga dapet bunga dari dua orang cewek kelas X, bahkan gue juga dapat bunga dari senior cewek kelas XII yang ngasih gue bunga selepas makan siang tadi. Begitupun Aldi yang dapat banyak bunga dari para fansnya, tak terkecuali si duo rempong Vivi dan Caca. Ridho juga dapat bunga dari beberapa fans kelas X-nya, cewek-cewek dari grup pemandu sorak. Hanya Sandy yang nampak kesal karena mendapatkan bunga dari seorang cowok kelas XII.
Dari sekian banyak siswa dan siswi di sekolah gue, tanpa menambah rukun iman yang enam, gue yakin dan percaya kalo si Tia -cewek yang digosipin dekat dengan gue- yang sedang memandu acara di depan sana adalah salah satu siswi yang paling banyak mendapatkan bunga pada acara ini. Baik dari juniornya di kelas X, teman seangkatannya, maupun dari senior-seniornya di kelas XII pasti memberikan bunga padanya. Bahkan tadi siang saat jam makan siang, mantan KetOs yang pernah ditolak cintanya oleh Tia saat kelas X dulu juga tidak ketinggalan memberikan bunga ke Tia. Lo semua pasti penasaran kan, apakah gue ngasih dia bunga atau tidak sama Tia? Jawabannya tidak, karena gue nggak ingin kalau Tia menaruh harapan lebih ke gue. Gue bukannya ke geeran atau apa, tapi gue bisa mengetahui kalau Tia mengharapkan sesuatu dari gue saat kita beberapa kali berpapasan. Darimana gue tau? Gue ini seorang cowok, punya insting, dan dari sorot mata si Tia itu kelihatan banget kalo dia menanti sesuatu dari gue. Gue seorang yang kejam? Yups gue akui itu, disaat ada seorang cewek yang menyukai lo secara tulus, gue malah mencintai seorang cowok brandalan yang ditakuti satu sekolahan. Dan faktanya gue berusaha untuk menghindarinya, walau kenyataannya membuat Tia semakin berharap ke gue.
"Nah iya tuh kan." Komentar Dwi lagi. "Buktinya dia termenung lagi tuh, lagi ngehayal kalo dia lagi dikasih bunga oleh orang yang spesial."
Sontak semua manusia yang ada di sekeliling gue menyoraki gue.
"Iya tuh, palingan Adrian ngambek karena nggak dapat bunga dari A." Dan Aldi mulai sok tahu.
Kalian tahu, semua mata tertuju ke Askar. Gue juga meliriknya sekilas sebelum gue kembali menatap penampilan bakat SMA gue. Sesuai jadwal, acara setelah makan siang adalah acara lepas penampilan bakat dari siswa SMA gue ataupun tampilan dari para alumni.
Aldi terkekeh. "Bukan Askar yo..." ujarnya melirik Askar sekilas dan kembali memprovokasi anak-anak bukannya untuk melindungi, tapi malah untuk mempermalukan gue. "Kalian tahu lah siapa. Gitu aja nggak tau. Kudet sih lo semua."
Vivi dan Caca mulai senyum-senyum nggak jelas. Gue nggak tau apa isi fikiran mereka. Mereka mulai klasak klusuk nggak jelas dengan handphone yang ada di tangan mereka, kadang senyum-senyum nggak jelas bahkan berbisik-bisik memandang gue sesekali.
Gue cuek bebek lagi, kembali memandangi Tia yang kembali naik panggung untuk memandu acara. Mata kita berdua beradu walau dalam jarak yang tidak begitu jauh. Dia tersenyum penuh makna sebelum dia kembali berkoar-koar memandu acara.
"Baiklah, untuk lebih memeriahkan acara kita pada sore hari ini, sebelum penampilan Tersanjung Band dari kelas X-5 marilah kita undang Ketua Panitia Pelaksana Perpisahan tahun ini untuk menyumbangkan suara emasnya pada acara kita tahun ini. Kepada saudara Adrian Aditya dipersilahkan!" Ujar Tia begitu bersemangat memanggil seseorang bernama Adrian Aditya untuk bernyanyi.
What?! Adrian Aditya itu kan nama gue. Gue menatapnya, sambil menunjuki diri sendiri. Dan manusia-manusia di sekeliling gue menyoraki gue bersemangat. Bahkan Sandy mendorong-dorong gue dari kursi gue.
"Kepada saudara Adrian, kita persilahkan!" Teriaknya lagi.
Gue menghembuskan nafas berat sambil memandang ke sekeliling. Aldi memandang gue memberi semangat, sedangkan Askar masih memandang gue tanpa ekspresi. Guepun bangkit, berjalan menuju panggung utama dengan fikiran kacau balau mencari ide. Nyesal deh gue melihat si Tia tadi yang sekarang tersenyum puas kearah gue. Disertai sorakan anak-anak, gue menerima microphone dari Tia. Fikiran gue masih sibuk dengan lagu apa yang gue nyanyikan.
---
"Askar mana Al?" Tanya gue sekembali dari panggung. Aldi tersenyum penuh arti ke gue, sedangkan Dwi pura-pura batuk menyindir gue.
"Nggak tau tuh. Tadi pas lo nyanyi dia pergi." Jawab Aldi yang bikin gue kembali jengkel dengan Askar. Seharusnya dia sorakin gue gitu pas nyanyi atau apa kek gitu. "Kenapa?"
Kampret! Si Aldi eh soksok balas nanya. "Ngg...nggak! Gue mau nanyain keamanan acara kita." Jawab gue. Anjir gue gugup deh.
"Lo nggak usah nanya-nanya Askar deh Rian. Mending lo tengok tuh cewek." Ujar Vivi menunjuki Tia yang lagi memandu acara. "Dia nampak senang banget pas lo nyanyi tadi."
Gue menaikan sebelah alis gue. Caca nampak semakin klasak klusuk dengan handphonenya. Ada apa dengan Miss SosMed sekolah gue itu. Tak lupa sorakan dari Ridho dan Sandy yang bikin Aldi menahan tawa.
"Ah diem lo semua!" Gue pura-pura malu sehingga mereka kembali bersorak. Gue yakin banyak cowok gay yang ahli bersandiwara kayak gue diluar sana. "Gue ke kelas dulu." Gue bangkit dan meninggalkan mereka yang menyoraki gue. "Aciee... yang lagi malu nih." Teriak Ridho semakin keras.
Gue melangkahkan kaki menuju kelas gue di lantai dua. Di tangga, banyak cowok yang memandang aneh ke gue, apa gue begitu mencolok banget sebagaj homo? Begitupun beberapa cewek di koridor memandangi gue sambil senyum-senyum gaje. Bahkan salah satu dari mereka menyemangati gue dan menyuruh gue jangan menyerah. Apa maksudnya coba?
Meninggalkan cewek-cewek absurd di koridor, gue masuk kedalam kelas. Kali ini kami aman meletakan tas kami begitu saja di dalam kelas. Secara Yakuza Junior sebagai seksi keamanan acara perpisahan tahun ini menjamin keamanan acara mulai dari awal hingga akhir.
Gue membuka tas gue dan hendak mengambil charger, ketika gue menemukan sekuntum mawar merah dan sebungkus cokelat ada di tas gue. What? Dari siapa nih? Gue meneliti bungkus cokelat yang gue pegang, mana tau ada secarik kertas gitu.
"Itu dari gue." Terdengar suara yang tidak asing lagi bagi gue yang membuat gue otomatis membalikan badan.
"Askar?!"
Dia menaik-naikan sebelas alisnya dengan senyum mesumnya yang khas. "Kenapa? Terkejut?"
"Ngg...nggak! Gue nggak nyangka aja." Gue merasakan muka gue memanas.
Askar mendekati gue, mengambil bunga yang gue pegang, menghirup baunya dan menyerahkannya ke gue. "Baunya seperti bau lo dan dia sama indahnya dengan lo. Sehingga gue yakin kalau gue nggak salah memberikannya ke elo."
Anjir... gue ngefly saudara-saudara. Kata-katanya bagaikan morphin buat gue. "Maafin gue yang nggak peka ini ya Adrian." Ujarnya menatap gue penuh kesungguhan. Gue menerima bunga itu dari tangan Askar dan menghirup baunya.
"Dan coklat ini." Dia mengambil coklat itu dari tangan gue dan menyerahkannya kembali ke gue. "Coklat ini semanis lo, dia membuat gue nyaman seperti lo yang membuat gue nyaman. Dia membangkitkan dopamine gue sehingga gue bersemangat, sama seperti lo yang membuat gue selalu bersemangat ketika berada di dekat lo."
Gue cuma bisa bengong tanpa dapat berkata-kata. Gue langsung memeluknya erat. Gue membenamkan muka gue di bahunya. "Makasih..." Bisik gue yang terdengar lirih. "Atas semuanya."
Dia melepaskan pelukan gue dan menangkup pipi gue. Dia menatapnya lekat sebelum dia memejamkan matanya dan mengecup bibir gue.
"Maaf karena gue udah ngecewain lo." Bisiknya setelah puas mengecup gue.
Gue hanya tersenyum tanpa berani menatapnya. Deru nafasnya terasa di ubun-ubun gue sebelum gue berbalik untuk mencharger handphone gue tanpa mau menatap matanya.
"Mending lo liat Twitter deh Rian!" Terdengar suara Askar dibelakang gue.
"Ada apa dengan Twitter gue?" Gue berbalik memandangnya.
"Lihat aja deh." Ujarnya datar.
Gue mengerutkan kening. Ada apa yang terjadi di dunia maya sana? Gue yang penasaran membuka twitter gue. Nggak ada yang aneh deh. Gue kembali menggeser kebawah membaca kicauan kicauan dari mereka-mereka yang gue ikuti.
Gue memandang Askar sebelum kembali membaca kembali beberapa kicauan. Gue kembali menggeser kebawah, hingga mata gue terhenti dengan kicauan Caca yang membuat gue terbelalak. Kicauan Caca yang telah di retweet sekitar 54 akun itu sukses mengaburkan pandangan gue.
--- tbc
R~
Salam all!! Udah lama nggak update nih, Aurora kembali menepati janji buat update kisah kasih Adrian n Askar. Gue harap antum semua suka dg part ini, yg gue buat ditengah mood gue yg berubah2 kayak samudera Atlantik.
Gue juga mohon vote n komentar membangunnya dri tmn2 smua. Gimana mnrt antum smua dg karakter n tokoh Askar maupun Adrian. Gue juga minta maaf kalo gue agak lama membalas komentar antum semua.
Okeh selamat membaca n sunt.
R~
Maen potong ajh lu.
Next update di tunggu....
..pngen tau klo mereka dah pd lulus..pd kuliah..
..masihkah Adrian sm Askar..aku sieh brharap enggak..kkkkkkkk.
@Otsutsuki97S esmosi amat bung... sabar napa. tunggu Adrian sadar dulu.
@handikautama akan saya lanjutkan.
@Daser aura buruk atau Aura Kasih bang? kwkwkw.
Siip deh, smga yg buruk2 nggk menimpa Adrian.
@akina_kenji follow akun twitter Caca dulu bang... ntar tahu. kwkwkw.
@JimaeVian_Fujo husnuzhan aj kaka.
nggk bkln aneh2 kok, tpi klo aneh mngkin aj.
@melkikusuma1 klo nggk nanggung, bkn @Aurora _69 nmnya bang...
@shandy76 knp sih? sirik aj lo liat mrka berdua? kwkwkw
ntar buat part khusus tanpa Askar deh.
@black_skies hehe gue kn suka motong2 bang... hohoho
Kira - kira apa, ya twitnya?
Nitip mention lho, kak