It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hahahahaha gapapa ih bikin belok aja , abisnya adriannya gitu sih kasian pan myAskar #eh wkwkw mending pasangin ama dwi aja sekalian hahaha.
iya sama sama ya , jangan lupa kripik balado nya 1 , rendang 2 potong , ayam bakar sama sambel ijo nya yg banyak ya hahahaha
@Aurora_69
@JoonHee mknya searching d google bro.
nggak deh, yg jls gue udah fix klo si Dwi sama ky' gue. okeh hahaha
Tunggu aja gue diriin rumah makan padang d sono, ntar gue traktir lo makanan semeja
eh kok sama kaya lo ? jadinya bi gitu ? gagal paham gua
wkwk iya gua tunggu dah
Gue str8 kli, jdi Dwi jga str8 ky' gue.
Gue str8 kli, jdi Dwi jga str8 ky' gue.
lo asli atau "lo" di cerita itu eh ? lo asli mah kan seluruh dunia juga tau lu biangnya maho wahahahaha
hmmm ... mngkin gue yg ad d crta it kli y. hehehe klo yg asli mah. tau aj deh, asalkan manusia yg masuk kriteria gue, gue embat dah.
@Daser @freeefujoushi @Sho_Lee @mustajab3 @JoonHee @lulu_75 @JimaeVian_Fujo @PCYXO15 @Tsunami @ricky_zega @Agova @jimmy_tosca @rama_andikaa @LostFaro @new92 @Otsutsuki97S @billyalatas18 @delvaro80 @ramadhani_rizky @Valle_Nia @diccyyyy @abong @boygiga @yuliantoku @ardi_yusman @fian_gundah @Lovelyozan @Rabbit_1397 @Tsunami @Adiie @sn_nickname @Gabriel_Valiant @happyday @Inyud @akhdj @DoojoonDoo @agran @rubi_wijaya @putrafebri25 @Diansah_yanto @Kim_Hae_Woo679 @Vanilla_IceCream @shandy76 @bram @black_skies @akina_kenji @abbyy @abyyriza @05nov1991 @1ar7ar
Buat yang nggak mau diseret lagi, bilang ya.
Terima kasih udah membaca n mohon komentar membangunnya.
Selamat Membaca dan sunt ...
Part 19
"Dwi gue mohon banget sama lo, tolongin gue ngasih ini ke Askar."
"Apaan sih lo pegang-pegang tangan gue. Gue bukan maho kali." Ujarnya yang bikin gue terdiam.
"Lo sendiri yang kasih aja sama dia, secara lo kan ketua panitianya, bukan gue." Ujar si Dwi sambil membalik-balik LKS Kimia.
Apa si Dwi tau kalo gue ini ...
Ah semoga saja tidak.
"Gue tau kalo Askar ada hubungannya dengan kecelakaan yang menimpa Aldi. Dan gue dengar kalo dialah yang merencanakan semua, tapi dari info yang gue dengar kalo dia pula yang membatalkan rencana busuk dia itu. Bener?" Dwi menatap gue meminta penjelasan.
Gue mengangguk lemah.
"Jadi gegara itu, lo sama dia marahan?"
"Hmm..." gue merebahkan kepala gue di meja.
"Ckckck lo udah nggak direstui sama si Aldi dan lo sekarang juga punya masalah sama Askar." Dwi menggeleng-gelengkan kepala.
Mata gue terbelalak kaget.
"Lo tau kalo gue ... " bisik gue ke Dwi.
Gue
"Gue tau lo ada rasa ke Askar. Dan begitupun Askar yang juga ada rasa sama lo." Dia mangut-mangut nggak jelas dan memandang gue datar.
"Kok lo bisa tau sih? Jangan-jangan lo ..."
"Gue bukan homo kayak lo berdua. Gue yakin itu." Ujarnya mengibas-ngibaskan tangannya kearah gue.
"Lo nggak jijik sama gue gitu?"
Dia terkekeh. "Jijik? Emang lo kotoran? Lo manusia kan? Jadi kenapa gue harus jijik, toh yang homo itu lo bukan gue."
Gue ternohok oleh kata-katanya yang tanpa saringan.
"Lo sahabat gue semenjak SMP Rian. Mungkin gue berbeda sama Aldi. Asalkan lo masih positif gue dukung kok, tanpa memandang orientasi lo yang emang aneh kayak gini." Kata Dwi sambil memandang rendah gue yang gue yakin dia buat-buat.
Gue mengangkat kepala gue. "Jadi selama ini gue tau dong?"
"Gue gitu lo." Dia menepuk dadanya.
"Oke, dia membatalkan niatnya untuk mencelakakan Aldi, walau Aldi tetap celaka. Tapi gue sangat kecewa karena dia berniat mencelakakan Aldi. Karena itulah gue nggak pengen melihat mukanya untuk saat ini, karena gue masih kecewa sama dia." Gue menopang dagu gue. "Gue juga curiga kalo Aldo bermain disini, sebab Askar memerintahkannya ke Aldo."
"Tunggu..." Dwi mengangkangkat tangan kanannya. "Maksudnya gimana nih, Aldo? Jelasin ke gue, gue bingung."
Gue menghembuskan nafas, walau dia sangat cocok buat jadi psikolog, tapi entah kenapa otaknya tetap lelet di soal mudah beginian.
"Askar kan ketua umum, nah si Aldo ini penasehan sekaligus tangan kanan si Askar selain si Evan. Nah kali ini, Aldo yang disuruh Askar buat mencelakakan Aldi." Terang gue dan si Dwi mangut-mangut berfikir.
"Lalu?"
"Jadi Askar mengakui kalo dialah yang menyuruh Aldo buat menyuruh seseorang mencelakakan Aldi. Tapi dia membatalkan niatnya setelah gue menyatakan perasaan gue sama dia." Gue merasakan muka gue memanas.
"What? Lo udah jadian sama dia?" Teriak Dwi yang super lebay membuat semua mata tertuju pada kita berdua.
"Acieee... Rian udah punya pacar nih." Ujar Kayla seraya menuju kearah bangku gue. "Jangan lupa PJ nya tuh." Ujarnya lagi disertai sorak suka cita seisi lokal gue.
"Siapa cewek yang beruntung itu Dwi?" Tanya Kayla yang langsung nyosor duduk disamping Dwi.
Gue membelalakan mata gue sambil mengkode dia pertanda tuh anak yang harus menyelesaikan masalah yang telah ditimbulkan mulutnya. Dia nampak gugup di samping mantan pacarnya yang berdada besar itu.
"Ngg... itu, lo ingat kan cewek sebelah yang ngebet sama Adrian pas pensi lalu. Dia nembak si Rian kemarin."
"Yaiks, cewek cabe-cabean yang pake dandanan norak berdada rata itu." Ujar Kayla memandang Dwi. Gue nggak bisa menahan tawa gue, emang dia -kayla- nggak nyadar kalo dia juga berdandan norak? Walau gue akui gunung kembarnya itu terkenal seantero sekolah.
Kayla memandang gue "Lo terima Adrian? Gue harap nggak deh, iih nggak banget deh Rian. Gue yakin dia udah check-in tuh sama hidung belang. Gue yakin tuh cewek jablay, perek." Ujarnya berapi-api. "Lo terima kagak?"
Gue menggeleng dengan tampang muka ketakutan sambil mengangkat kedua tangan gue.
"Bagus." Ujarnya Kayla sambil melangkah pergi. Dan siswa kelaparan yang mengharapkan PJ dari guepun kembali ke aktivitas mereka masing-masing.
Gue menghembuskan nafas lega sambil mempelototi Dwi yang nampak syok di dekati Kayla. "Gue harap lo nggak toa kayak tadi!" Ancam gue.
"Maaf gue ya Rian." Ujar dia seraya menenangkan diri. "Lo nggak pacaran kan sama Askar?"
"Nggak! Gue nggak pacaran sama dia kok." Gue memukul jidat gue. "Oh ya, lo gue maafin kalo lo mau nolongin gue ngasih surat ini ke Askar."
Dia kembali ke Dwi yang semula.
"Kasih sendiri, jangan bawa-bawa gue dalam kehidupan percintaan lo. Gue nggak butuh maaf lo kalo kayak gini." Ujarnya merengut. Dwipun kembali membalik-balik LKS Kimianya. Sedangakan gue, kembali memikirkan cara untuk memberikan surat panitia ini ke Askar.
"Anjrit! Gue lupa tugas kimia." Terdengar umpatan dari Dwi yang saking kerasnya, hampir membuat gue serangan jantung.
Guepun menoleh ke Dwi yang klasak klusuk membalik-balik LKS Kimianya yang kosong. Dan diapun memandang gue memelas sambil memegang tangan gue. "Rian, gue pinjam LKS lo dong."
Dan senyum licik gue merekah.
---
"Askar. Ini ada surat dari panitia Pesta perpisahan." Ujar Dwi seraya menyerahkan secarik surat ke Askar.
Sambil memakan martabak telur pesanan gue, guepun curi-curi pandang ke sipemilik mata elang yang pernah membuat perasaan gue kocar kacir tak karuan. Dan sialnya Askar -si pemilik mata elang- memandang gue penuh rasa heran. Beuh... gue keselek karena ketahuan mencuri pandang kearahnya.
"Ini, minum!" Askar menyodorkan air minum kearah gue.
"Thanks." Ucap gue berusaha tersenyum kearahnya dan menyeruput air minumnya. Dan si Dwi dengan kurang ajarnya tersenyum-senyum gaje kearah gue.
"Ada yang salah dengan gue?" Gue buka suara karena risih dilihat Askar terus.
"Nggak. Gue hanya pengen mandangin lo aja."
Gue memutar mata dan memandang beberapa cewek diseberang sana lagi memandang kearah kita. Iya, kita ketemuan di cafe dekat sekolah, selepas pulang sekolah.
"Ah lo biasa aja kali Rian." Celetuk Dwi. "Bilang aja lo grogi diliatin gitu. Bilang aja lo gengsi sekarang kan." Sialan dia ember lagi.
"Siapa bilang!" Gue mempelototi Dwi.
"Itu." Dia menunjuki muka gue. "Buktinya muka lo memerah gitu." Ujarnya yang bikin gue mati gaya.
Gue kembali menyeruput air minum. Sialan gue ketahuan.
Dan gue bisa melihat senyuman Askar yang mengembang. Dan diapun mengajak Dwi yang ember itu ngobrol ngalor ngidul nggak jelas. Dan lo semua tau kan, gue dikacangin men.
Gue menopang dagu gue dengan tangan kiri dan sengaja menekan-nekankan garpu gue ke piring, membuat suara gaduh disaat mengambil martabak untuk menarik perhatian mereka. Dan sukses, mereka memandang kearah gue.
"Kenape lo?" Tanya Dwi memasang muka malas.
"Nggak ada." Gue cemberut.
"Jadi gue akan jadi seksi keamanan pesta perpisahan nanti." Tanya Askar.
"Lo kan bisa baca sendiri kan." Jawab gue ketus. Gue masih menjaga ego gue.
Askar tersenyum penuh makna ke Dwi. Sialan, nampaknya Dwi udah pindah haluan nih.
"Eh lo udah kayak cewek pms aja, marah marah gitu." Kata Dwi seraya melahap martabaknya.
"Siapa yang cewek? Gue punya kontol kali." Jawab gue ketus ke Dwi yang udah ember.
Dan kini giliran Askar yang tersedak dengan perkataan gue.
Guepun menyodorkan air ke dia.
"Nah berarti iya tuh, lo lagi ngejaga ego lo sekarang." Anjrit nampaknya ide gue ngajak Dwi salah besar deh. "Apa perlu si Askar minta maaf sama lo lagi." Celetuknya yang bikin gue mempelototinya.
Askar tersenyum dan mengambil nafas dalam.
"Maaf kalo gue udah bikin lo kecewa." Ujar Askar sambil memegang tangan kanan gue.
"Gue sayang ama lo, gue cinta ama lo dan kemarin itu gue kesal karena Aldi sok ngelarang-ngelarang hubungan kita. Maaf gue udah mencelakakan saudara lo, Adrian."
Gue terbelalak, speechless. Dia begitu berani bilang kayak gitu di depan Dwi yang notabene belum Askar ketahui bahwa si calon psikolog ini tau hubungan terlarang dia sama gue. Dia nekat dan kenekatannya gue acungi empat jempol gue.
"Ow..." gumam Dwi, yang hanya diacuhkan oleh Askar.
"Gue nggak sanggup jauh-jauh dari lo dan lo giniin terus. Gue rela backstreet, but gue nggak sanggup kalau lo ngacuhin gue kayak gini. Gue nggak sanggup lo jauhin." Dia menggenggam tangan kanan gue dengan kedua tangannya.
Buset, gue jadi degdegan gini kalo ada yang lihat, dua cowok, yang lagi pegangan tangan, sambil dilihat seseorang jones yang juga cowok. Yaiks apa kata orang, eh nggak. Apa kata dunia kan?
"Maafkan gue... Adrian." Nampak rasa pengharapan dari sorot matanya.
"Iya, gue maafin." Gue buru-buru menarik tangan gue dari genggamannya dilihat orang lain. "Tapi dengan satu syarat." Telunjuk gue teracung ke atas.
Matanya berbinar-binar. "Gue pasti akan melaksanakan persyaratan lo."
"Lo harus minta maaf sama Aldi."
"Gue akan melakukannya. Gue janji." Ujar Askar seraya memegang belakang kepala gue dan mengecup kening gue.
Gue ternganga saking terkejutnya. Begitupun Dwi juga ternganga dan seseorang wanita yang sedang duduk disamping gue lebih ternganga lagi daripada kita berdua.
Dan ketika bibir Askar telah sempurna lepas dari kening gue, guepun membenturkan kening gue ke meja.
Ah... Askar lo bikin malu saja.
--- tbc
R~
Si Askar nekat.