It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75 hmmm.. mungkin itu akan terjawab di chapter 24..
Meskipun sekarang kami sedang di perpustakaan, Alexis merasa tak merasa untuk berteriak dengan keras padaku.
"Apa kau senang sekarang? Huh? Kami didiskualifikasi dari kontes itu!!!"
Penjaga perpustakaan kemudian berdiri dan menyuruh kami diam. Semua orang juga menoleh pada kami yang membuatku semakin merasa bersalah. Aku kemudian mematikan komputer dan membawa Alexis keluar.
"Look Alexis, aku tau apa terjadi dan aku sedang mencoba memperbaiki. Bicaranya diluar saja yah..., "
"Apa maksudmu memperbaiki?! Tidak ada lagi yang bisa kau lakukan!!! Ini salahmu!!!!"
Dia terus membentakku saat kami berjalan keluar pintu perpustakaan dan penjaga tampak melirik kami dengan kesal. Begitupun dengan pengunjung lainnya. Kalau begini terus, yang ada aku dilarang keperpustakaan.
Diluar perpustakaan ada ruang tunggu kecil. Aku lalu mengambil meja yang jauh dari perpustakaan lalu duduk. Sedangkan Alexis menyusul sambil mendecak decak dan menendang kursi dengan sepatu boots nya.
"Aku sangat kesal sampai tak tahu apa lagi yang harus kukatan,... apa kau tak tahu seberapa keras kami berlatih untuk acara ini? Seberapa berartinya bagi kami kalau memenangkannya? Semuanya akan mengubah hidup kami dan sekarang karena KAU....." dia menahan kalimatnya sambil melirikku dengan beringas keatas dan kebawah. "......semuanya sudah HANCUR. Aku sudah mengatakan padamu untuk menjauhinya tapi kau.... sudahlah. Sekarang kau sudah menghadupkan hidup Vincent, so CONGRATULATIONS"
Aku tidak tahan untuk memutar mataku. Cewek ini benarbenar drama queen. Plus, gayanya yang barusan benar benar berlebihan. "Dengar, aku tak pernah meminta Vincent untuk melakukan itu pada Taylor. Kenapa kau bisa menyimpulkan kalau semua itu ada hubungannya denganku? Mungkin mereka memang sudah berantem.."
"Oh, itu tidak ada hubungannya denganmu. Kau pingsan lalu Vincent ada disana, dan satu menit kemudian Vincent menghancurkan mental sang bintang tennis. Kau pikir aku bodoh!?"
Ok, dia benar. Tapi aku tetap harus berhati hati karena aku tahu seberapa banyak dia tahu tentang itu.
"Well, aku pingsan tidak ada hubungannya dengan Taylor" aku lalu mengetuk ngetukkan jariku diatas meja. "Apa kau sudah bicara dengannya sejak kemarin?"
Alexis mengangkat alisnya. "Sedikit. Tapi tak ada hubungannya denganmu!"
Ngeselin. Kupikir aku akan menanyakannya tentang apa yang dikatakan Vincent tentang situasi ini, tapi rasanya dia takkan mengatakannya padaku. Jadi aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke topik utama.
"Look, aku tak begitu yakin kalau ini adalah salahku, aku akan mencoba untuk mengubah keputusannya. Aku dan Olive akan mengunjungi ruang kepala sekolah"
Dia tertawa. "Apa yang orang nerds seperti kalian bisa lakukan? Aku ragu dia akan merubah keputusannya"
"Mungkin saja!" Pekikku. "Olive adalah Head Girl,.. dan dia juga yang mengurusi acara itu,... jadi mungkin kami bisa melakukan sesuatu...,"
Aku melihat Alexis yang sekarang mengacak acak rambutnya sambil menggeram sendiri. Kemudian dia menatapku.
"Kau nggak tahu kan apa yang telah dilalui Vincent selama ini? Aku selalu ada untuknya melewati semua itu, jadi aku tau. Oke? Music adalah satu satunya pelarian yang dia punya. Kalian para nerds punya otak dan nilai nilai yang tinggi untuk hidup sedang kami? Yang kami punya hanya musik! Ini kesempatan bagi kami untuk mengubah hidup! Lima detik Vincent mengenalmu dan kesempatan itu hilang! Jadi jangan beri aku harapan palsumu yang kosong itu! Kau yang telah mengecewakan Vincent dan kau yang harus menyelesaikannya! Jika tidak, maka kau akan tau sendiri AKIBATNYA!!!"
Dengan itu dia berdiri sambil memukul meja. Dia kemudian berjalan dengan kesal keluar dari ruangan ini saat aku masih mencari kata untuk diucapkan.
----
Kantor Mrs. Patrick terbuat dari kayu pohon jati yang disusun rapat serapat rambutnya. Semuanya tersusun rapi dan pas. Aroma kayu jati pun tercium sangat dominan.
Dia memerhatikan kami dari belakang mejanya. "So, Miss Jones, Mr. Williams. Apa yang bisa kulakukan untuk kalian?"
Aku mulai berkeringat hanya karena menjadi objek tatapan instensnya. Aku mulai mempertanyakan diriku sendiri kenapa bisa ada disini. Dia benar benar tipe wanita yang tidak akan mengubah keputusan yang telah dia buat.
Olive melipat tangannya diatas meja lalu mulai pembicaraan. "Mrs. Patrick, sebagaimana yang kita tahu kemarin ada sebuah insiden yang melibatkan Vincent Hunter dan juga Taylor Raven yang mengakibatkan skorsing selama dua minggu bagi Vincent dan diskualifikasi dari Battlw Of Bands. Kami setuju harus ada hukuman akibat perbuatannya. Kami kemari hanya ingin membuat permintaan untuk menghapuskan hukumannya di Battle Of Band"
Mrs. Patrick mengangkat sebelah alisnya. "Dan kenapa aku harus mendengarkan kalian berdua?"
Olive kemudian tanpa takut dan berani kembali melanjutkan percakapannya. "Seperti yang anda ketahui, aku adalah Head Girl dan Scotty adalah murid teladan. Kami berdua selalu mendapat nilai tinggi dan kami juga bersikap baik. Lagian kami juga menyaksikan insiden itu dan kami jamin tak ada luka yang cukup serius yang dialami Taylor"
Ada jeda setelah Mrs. Patrick mendengarkan kalimat Olive. Dia mengangkat kacamatanya dari hidungnya. "Olive, keputusanku sudah dibuat. Kekerasan di Havensdale tak bisa tolerir dan Mr. Hunter telah melakukannya kepada Taylor Raven. Kami tak bisa menerima pembully-an yang dilakukan secara terang-terangan"
Mendengar kata "bully", sesuatu dalam diriku mencuat. Aku mendadak lupa kalau sedang bicara dengan kepala sekolah dan semua perasaanku keluar begitu saja.
"Tunggu! Bukan Vincent yang membully disini. Dia memang melakukan apapun tapi tidak dengan bully! Faktanya, hanya dia dan Olive yang melindungiku. Jika kau ingin meminta pertanggung jawaban seseorang untuk pembullyan di sekolah ini, maka orang itu adalah Taylor Raven dan geng nya! Jangan manjakan dia! Dia bisa kabur dari perbuatannya karena ayahnya, si bintang tennis. Vincent hanya melindungiku dan lalu dia tak bisa mengikuti Battle Of The Bands. Dia sudah dapat 2hukuman! Kenapa dia dapat 2 sedang Taylor tak dapat apapun?! Ini tidak adil! Where is the Justice?!"
Ada jeda sangat panjang setelah itu. Olive menatapku horror sedangkan Mrs. Patrick malah semakin intens menatapku. Semburan kecilku tadi pasti sama sekali tak terduga dan aku juga kaget kenapa bisa melakukannya. Kenapa aku tak bisa diam saja?
Akhirnya Mrs. Patrick bersuara, "Scotty, ada beberapa tuduhan serius yang kau layangkan pada Taylor. Jika kau punya cukup bukti untuk itu semua, maka katakanlah sekarang"
Aku bergetar sendiri di kursiku. Aku tak mungkin mengatakan fakta yang sebenarnya. "Aa... hmm.. tak ada.. Mrs. Patrick"
"Scotty cuman agak terbawa emosi, Mrs. Patrick" Sahut Olive. "Tapi kau bisa lihat sendiri kalau dia benar benar yakin tentang Vincent. Kami berdua percaya dan yakin itu!"
Perlawanan Mr. Patrick sepertinya sudah bisa dikontrol, sepertinya aku sudah mengalahlannya.
Dia kemudian meng-"hmmmm" dan lalu menunjuk pintu. "Well, kalian berdua sudah selesai. Aduan kalian akan ku pertimbangkan. Sekarang silahkan keluar"
Kami kemudian berjalan keluar sambil mengucapkan terimakasih. Diluar, Olive langsung menatapku tajam.
"Scotty, apa yang kau pikirkan!?" Bisiknya. "Kau baru saja menuduh pemain kesayangan Mrs. Patrick! Apa kau mau mati?!"
"Maaf..." gumamku. "Aku.. juga tak menyangka.."
Yang tadi benar benar membantu Vincent. Alexis pasti akan membunuhku.
----
Sorenya, aku menonton beberapa acara komedi dikamar. Kupikir menonton acara tersebut akan sedikit membuatku bersemangat, tapi aku malah merasa semakin tertekan.
Aku tak membantu Vincent apapun, aku hanya membuat semuanya semakin parah. Ditambah lagi kata kata Alexis waktu itu. Dia secara tak langsung mengatakan bahwa dia dan Vincent telah menjalin hubungan yang tak bisa kutandingi.. Plus dia bilang kalau masa lalu Vincent sangat buruk dan Alexis selalu ada untuknya saat itu. Dan itu semakin membuatku merasa kalau aku tak tahu banyak tentang Vincent.
Jelas sekali aku tahu berita tentang Vincent dan ayahnya, seisi sekolah tahu. Tapi aku tak tahu fakta tentang kehidupannya atau masa kecilnya. Hatiku rasanya sakit membayangkannya sedih dan kesakitan, tapi tak ada yang bisa kulakukan untuk mencabut semua itu dan mengubah masa lalunya. Apa hanya Alexis yang tau? Dia mungkin tetap bersama Alexis karena satu hal dan itu karena dialah satu satunya yang bisa mengerti Vincent.
Aku menghela nafas. Semuanya kacau. Mungkin Alexis benar, seharusnya kutinggalkan saja Vincent sendirian. Aku tak bisa untuk tak bicara dengannya, tapi aku juga tak bisa menjadi nerds yang hanya bisa mengecewakannya.
Saat semua itu semakin memperparah pikiranku, sebuah suara muncul dari jendela Facebook. Aku kemudian meng-klik nya dan kemudian ada satu pesan baru yang kuterima.
"Hey Specs. Sorry for the radio silence. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri untuk bangkit.
Kurasa kau tau kalau aku di skors selama 2 minggu, dan itu benar benar pantas untuk mengajari si tupai kecil Raven. Aku tau dia yang berada di belakang note itu dan juga yang waktu di itu gudang olahraga. Aku tau dari tatapannya padamu di koridor waktu itu.
Aku sangat risau karena kau tak mengatakan pada siapapun tentang siksaan yang dia berikan padamu. Bagaimanapun juga aku menghargai permintaanmu. But PLEASE, setidaknya datang dan katakan padaku. Kau tak pantas menerima semua ini dan kau juga tak harus melewatinya sendirian, OK?
Aku tahu aku tak akan ada di sekolah sampai 2 minggu nanti, tapi kau bisa mengirimkan apapun lewat sini jika kau butuh. Next time (kuharap) kita akan bertemu lagi di Battle Of The Bands , aku tak tahu apa yang kau lakukan tapi semenit aku di diskualifikasi dan selanjutnya Alexis bilang hukumanku telah ditangguhkan. Itu pasti ada hubungannya denganmu kan? Definately a signature Specs move. Thanks, aku benar benar menghargainya.
Jaga dirimu.
V."
Kubaca kalimat itu 5 kali berturut turut dan membiarkannya tenggelam dikulitku, dan bersarang dihatiku.