It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Btw suka yg ini ni. : Oh, orang ini sama 'ngenes' nya denganku. Pikir Yoga.
Pingin baca lg yg lucu2 ky d don't, d sini porsinya dikit y, lbh dewasa gitu...lanjut truus @AbdulFoo
Hari ini Yoga kembali ketiduran. Semalaman dia hanya menonton serial komedi yang ia beli di CD-Store sambil memeriksa beberapa berkas yang dikirimkan melalui fax dari restorannya.
Kamar Yoga berada dilantai dua. Lantai satu memang dikhususkan untuk ruang tengah, dapur dan kamar mandi. Meski di lantai dua juga ada satu.
Rumahnya memang terdiri dari 2 lantai, dan diplesteri kertas dinding bermotif dan berwarna hijau disana sini. Benar benar melambangkan rumah bangsa Amerika. Tunggu, ini kan memang USA.
Jendela kamar Yoga dirambati oleh ranting ranting pohon. Persis seperti rumah di setiap film animasi produksi Walt Disney. Hanya saja ini versi dunia nyatanya. Jika di layar kaca akan ada burung burung yang bercicit membangunkan, maka disini tak berbeda jauh.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Yoga seharusnya sudah bangun dan membeli bahan bahan saat ini untuk membuat rendang. Dia memang sudah berjanji hari ini akan memperkenalkan masakan asli Indonesia itu. Karena dia tak mau ada kritikan buruk tentang restorannya nanti, maka dia akan menyajikannya dulu sebelum mengajaknya ke restoran.
Wakernya sudah berdering beberapa puluh kali daritadi.
Bahkan ponselnya sudah dihinggapi banyak pesan dari Ronan.
Mobil Ronan sudah terparkir rapi didepan rumah Yoga. Hari ini dia memakai atasan baju kaus garis garis berwarna hitam dan abu abu dengan terusan celana panjang dan dilengkapi dengan sneakers. Penampilannya sekarang membuatnya tampak lebih muda tanpa adanya krim pencerah pada wajah.
Ronan tampak gelisah sekali didalam mobil. Sesekali dia akan melihat jam tangannya. Sudah 30 menit dari waktu yang dijanjikan Yoga kemarin.
Kemudian dia kembali mengecek ponselnya kalau kalau Yoga sudah merespon. Tapi tidak.
Akhirnya dia keluar dan berjalan menuju pintu rumah. Dia memencet bel berkali kali. Tampak sekali kalau dia sedang emosi.
"Ding dong!"
"Ding dong!"
"Yoga! Wake up! You owe me a plate of Rendang this morning! Open the door this instant!" Ronan sampai menggedor gedor pintu. Setelah memencet bel tentunya.
Dan ternyata usahanya tidak sia sia. Yoga terbangun dan dengan cepat berlari menuruni tangganya. "Just a sec!"
Ronan menyilangkan kedua tangannya didepan pintu Yoga. Dia paling benci menunggu. Ataupun terlambat. Sebagai seorang kritikus profesional ketegasan dan kedisiplinan itu diperlukan.
Tak lama pintu rumah terbuka. "Sorry, aku baru saja bangun. Silahkan masuk" Kata Yoga dari dalam. Lingkar matanya tampak jelas di wajah. Sedang brewok diwajahnya tampak tak terurus. Dia harus bercukur pagi ini.
Kritikus makanan itu memasuki rumah Yoga tanpa kata apapun dengan berbagai kernyitan didahinya. "Kau sudah menyiapkannya?"
Yoga berjalan memasuki toilet dengan handuk di bahunya. Dia menoleh ke Ronan yang berdiri di depan meja makan menatapnya kosong.
"Belum. Aku 'kan sudah bilang kalau aku baru saja bangun" ucapnya lalu membanting pintu kamar mandi.
Tangan Ronan mengepal. Emosinya sudah memuncak dan mendidih sekarang. Dia memeriksa kabin kabin dan laci di dapur untuk mencari bahan bahan yang ada. Tapi dia tak menemukan bahan masakan apapun.
Apa mungkin Yoga belum membeli kebutuhan bulanan?
Benar benar menjengkelkan. Dia sudah menunggu selama lebih dari 30 menit untuk rendang ini, dan sekarang dia tak menemukan bahan masakan apapun didapurnya? Ronan benar benar naik darah.
"You've seen it already?" Yoga tiba tiba sudah berada dibelakangnya. Memang sih kamar mandi berada tepat didepan dapur. Jadi jika Yoga baru saja selesai mandi dan ia lapar, maka dia tak akan kesulitan untuk menemukan dimana letak makanannya.
Tangan Ronan kembali disilangkannya. Tatapannya tajam ke Yoga yang saat ini completely naked (tapi masih pakai handuk di pinggangnya). Tapi Yoga malah membalas tatapannya dengan sebuah senyuman mesum. Sepertinya ia mencoba membuat Ronan iri akan badannya.
"Stop messing around with me! Kau berjanji akan menyajikanku rendang dan kau malah tak punya bahan masakan apapun untuk dimasak?!" Suaranya meninggi.
Yoga dengan cepat menutup kedua telinganya sambil menahan tawa, "Sweety, Kau saat ini sudah seperti kekasihku. Even i hadn't even have one" Yoga kembali terbahak dengan kencang lalu menaiki tangga kekamarnya.
"I'M NOT YOUR LOVER!!"
***
Hanya beberapa blok saja dari rumah Yoga, terdapat sebuah pusat perbelanjaan. Tidak terlalu besar memang, tapi tempat ini hampir menyerupai pasar. Disana terdapat toko parfum, boutiqué , toko perabotan hingga swalayan.
Sadar tak ada bahan makanan yang bisa diolah dirumahnya saat ini, maka Yoga mengajak Ronan untuk menemaninya berbelanja dan berjanji setelah itu akan membuatkannya rendang.
Saat ini, mereka sudah sama sama menjinjing banyak kantong ditangan. Masing masing terdiri dari beberapa ons bawang merah dan putih, hingga buah buahan. Sayur sayuran juga ada karena makan tak akan nikmat tanpa itu.
Tapi ada satu yang kurang, yaitu daging.
Ronan terheran heran kenapa Yoga tak memilih daging yang dijual di swalayan saja tadi. Selain lebih higienis, teksturnya masih segar dan pasti akan sangat lezat jika dimasak steak. Tapi dia menolak dengan alasan ada sebuah toko daging yang selalu menjadi langganannya.
Namanya, 'Toko Daging Ann' . Bangunannya berada tepat dipinggir jalan, jarak beberapa rumah saja dari persimpangan. Dinding bagian luarnya terbuat dari kaca. Sengaja memang karena ada beberapa daging yang di gantung agar orang bisa menilai kualitasnya.
Di toko itu, kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas. Ditambah lagi, Yoga selalu mendapatkan potongan harga sebesar 10% disetiap perbelanjaannya.
"Ini dia tempatnya" Kata Yoga sembari menunjuk nunjuk Toko Ann. Ronan yang berjalan dibelakangnya tampak tidak sebegitu antusias Yoga. Mungkin karena dia kecapean. Ini sudah lewat dari jam makan siang dan belum ada apapun yang ia makan. "Kenapa kau terlihat lesu?" Tanya Yoga.
Ronan mencibir.
Mereka berdua kemudian mendorong pintu masuk. Seketika lonceng yang sengaja diletakkan didepan pintu sebagai penanda ada pelanggan yang masuk berbunyi. Bau daging memenuhi rongga penciuman Ronan. Ini pertama kalinya dia masuk ke tempat seperti ini.
Yoga tampak begitu senang bisa mengunjungi tempat ini lagi. Matanya menangkap keberadaan seorang perempuan berambut pirang yang dikuncir kebelakang. "Good Morning, sweety!"
"Good Morning, Yoga!"
Ronan hanya memutar bola matanya. Ini bahkan sudah siang, bukan pagi lagi. Ia hanya menunggu didepan pintu masuk sambil memperhatikan beberapa daging yang dikaitkan ke pengait. Beberapa ada yang masih berbau anyir. Tapi pengharum ruangan di tempat ini mampu menutupinya.
Gadis itu membuka obrolan dengan sebuah senyuman dari belakang meja kasir. Kulitnya seputih susu, jadi jerawat yang ada di pipinya tampak begitu kontras. "Jadi, apa yang membawamu kemari?"
"Well" Yoga menyandarkan badannya ke meja kasir. "Hanya ingin mencari tau apakah pujaan hatiku baik baik saja"
Mereka berdua terkekeh. Bukannya Yoga itu 'gay' ? Batin Ronan. Matanya masih memperhatikan sekeliling.
"Oh come on, sugar. Kau itu gay, aku tahu itu" Gadis itu tertawa kecil. "So, apa kau akan kembali membuat rendang untuk sarapanmu hari ini?"
"Tentu saja, Anna. Pria yang bersamaku tadi ingin sekali menyicipi masakan itu"
Mulut Anna seketika membulat membentuk 'O' besar. Dan seketika sebuah senyuman sarat makna terukir di wajahnya. Dia melirik Ronan sebentar yang saat ini sedang meneliti kepala babi didalam kulkas.
Anna menaik naikkan kedua alisnya. "Apa kau sudah tidak single lagi"
Yoga terbahak seketika. "Aku masih betah sendiri, sweetheart"
"Aah.." Anna mengangguk anggukkan kepalanya. "Kurasa kau masih memikirkan orang itu. Ya kan?"
Yoga hanya tersenyum tipis. Jika sudah membahas orang itu, dia tak akan bisa berkata apapun.
Sementara Yoga dan Anna mengobrol, Ronan menggeser matanya ke pendingin yang satunya. Ada 4 lemari pendingin yang masing masing berisi beberapa kepala babi. Dan juga beberapa daging tupai. Sedang beef berada di lemari pendingin paling terakhir.
Beef yang disediakan di tempat ini seperti baru saja dipotong. Benar kata Yoga, warnanya masih segar. Bahkan saat Ronan membuka lemari itu, hampir hampir tak ada bau anyir. Daging itu dibungkus dalam wadah styrofoam yang dilapisi plastik tipis. Diatasnya diberi label harga , 1kg = $5.35 . Lagi lagi Yoga benar, cukup murah.
Ronan mengambil salah satu dari tumpukan kotak beef tersebut dan menelitinya. Rasa rasanya dia ingin membeli satu untuk dirumah nanti. Jadi dia memutuskan untuk membawa styrofoam yang ada di tangannya ke kasir dan menutup pendingin itu.
Baru saja refrigerator itu tertutup, Ronan menangkap sebuah kertas kecil yang berada dibawah sepatunya. Kertas itu berwarna putih, tetapi benar benar kusam. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil kertas itu. Ada sebuah tulisan disana.
Aku suka pilihan dagingmu. Rasa rasanya anakku tak salah telah memilihmu sebagai temannya. -T
T? Siapa itu? Dahi ronan lagi lagi berkerut. Ia meneliti lagi kertas itu. Tulisannya terbuat dari tinta yang masih basah. Itu artinya baru saja ditulis oleh seseorang. Tapi siapa? Hanya ada dia, gadis didepan mesin kasir dan juga Yoga. Selain itu? Tak ada siapapun lagi.
Sebuah kertas kemudian kembali muncul dicelah bawah mesin pendingin kedua. Ronan dengan cepat meremukkan kertas yang ada ditangannya dan mengambil kertas itu. Sebuah tulisan lagi.
Jill bilang, kau orang yang menyebalkan. -T
Jill? Siapa lagi itu?
Sebuah kertas lain kembali muncul dari bawah mesin pendingin kedua itu. Dan lagi ada tulisan lain.
Aku ingin memasakkan daging itu untukmu tampan. Temui aku diluar. Tapi jangan sampai Tumblestone mempergoki kita. Kiss
Sekarang terjawab sudah siapa itu 'T' . Tapi siapa yang baru saja menuliskan pesan ini? Ada seseorang yang sedang mengerjainya. Ronan yakin sekali.
Sebuah kertas lain muncul dibawah mesin pendingin ke-empat.
Kau mengajak gadisku berkencan!? -T
Ini aneh. Benar benar aneh. Ada 2 orang yang mempermainkannya saat ini. Ronan memang suka permainan. Tapi dia tidak suka dipermainkan.
"Lalu, saat aku menuju kantin. Lowe ada disana dan memohon mohon padaku untuk kembali menerimanya sebagai pacar" Anna kini mengoceh tentang mantan kekasihnya di sekolah pada Yoga. "Dan aku langsung menolaknya detik itu juga"
"Kau benar benar gadis yang jahat. Untung saja aku tidak menyukai gadis"
"Mungkin aku akan mempertimbangkan menjadikanmu sebagai pacarku jika kau normal"
Dan lalu mereka berdua tertawa renyah.
"Bagaimana kabar sepupumu?" Yoga meletakkan sikunya diatas meja kasir.
Anna tampak sedikit terkejut. Dia sudah biasa membahas tentang sepupunya itu. Tapi dia sangat sangat tidak bisa menghilangkan rasa kagetnya saat semua orang membahas topik itu.
"Dia baik baik saja. Dia sudah bisa berbicara sekarang"
"Apa kau masih menetap di South Falls?"
Anna mengangguk cepat. "Aku tak bisa meninggalkan sepupu dan ayahnya begitu saja"
"Kau masih muda, Anna. Tidak seharusnya mereka berdua menjadi tanggung jawabmu"
Gadis berambut pirang itu menghela nafas dalam. Dia mencoba tersenyum meski hanya rasa cemas yang tampak di wajahnya. Sesaat kemudian, dia menemukan topik lain yang menarik untuk dibicarakan. Kukatakan padamu, jika Anna bertemu dengan Yoga. Maka mereka akan bercerita apapun yang terlintas dipikiran mereka.
"Bagaimana dengan orang itu?"
Yoga mendadak menjadi tersipu malu.
"Kau melihatnya lagi?"
Yoga mengangguk. Seperti gadis kecil saja.
"Bagaimana perasaanmu? Kau masih menyukainya?"
"Yaaa..." jemari Yoga memukul mukul meja. "Begitulah. Aku merasa tenang jika melihatnya dirumah itu. Kuharap aku bisa mengundangmu diacara pernikahan kami nanti" dan kemudian dia terkekeh.
"I wish you all the best, buds. Kau cobalah dekati dia terlebih dahulu"
"I did. Tapi dia tak pernah merespon. Aku bahkan sudah memanjat pohon Willow dirumahnya. Tapi rantingnya malah patah dan berakhir dengan aku menghancurkan sikuku sendiri selama 2 minggu" Ia mengangkat siku kirinya.
Anna menutup mulutnya dengan kedua tangan saat melihat tangan Yoga yang memang ada sedikit bekas luka. "Kuharap aku bisa membantumu"
Yoga terkekeh.
"Hey, dimana temanmu tadi?"
**
Temui aku di belakang toko ini. Kau harus diberi pelajaran karena berani menggoda pelacur milikku. Dasar jalang -T
Ronan merasakan darahnya mendidih. Ia tak terima dikatakan jalang. Pesan itu muncul melalui celah bawah mesin pendingin ke-4.
Setelah membaca pesan itu, dia dengan cepat meninggalkan tempat itu dan menuju bagian belakang toko daging tersebut.
Tak ada apapun dibelakang sana kecuali tembok tembok yang sudah dicoret grafiti dan gambar aneh lainnya oleh orang orang. Serta sebuah tempat sampah berukuran 1,5 meter yang terlihat seperti baru saja diangkut petugas kebersihan isinya.
Ronan tepat berada dibelakang bangunan itu. Bersandar disamping tempat sampah sambil membaca baca pesan yang sedari tadi ia terima.
Pertama, dia mengatakan bahwa dia senang anaknya menjadikan Ronan sebagai teman. Apa ini ada hubungannya dengan pesan yang kemarin siang dia baca? Jika benar, maka sudah bisa dipastikan bukan Yoga yang melakukan semua itu.
Kedua, seseorang bernama Jill menganggapnya mengesalkan. Apa 'Jill' ini masih mempunyai hubungan dengan Tumblestone? Kenapa dia bercerita kepadanya kalau Ronan menyebalkan? Lagian, Ronan belum pernah bertemu siapapun yang bernama Jill.
Atau mungkin Jill adalah salah satu manajer restoran yang tidak terima dengan kritikan makanan darinya?
Ronan beralih ke pesan selanjutnya, kali ini bukan Tumblestone lagi pengirimnya. Tapi seseorang yang membubuhkan 'Kiss' dibagian akhir pesannya. Mungkin inilah penyebab Tumblestone mengatakan kalau Ronan telah menggoda gadisnya. Ada kemungkinan pengirim kedua mempunyai hubungan khusus dengan pengirim pertama. Dugaannya juga diperkuat dengan pesan ke-empat.
"Klatang! Klatang!"
Ronan tersentak. Diujung lorong belakang ini, ada sebuah kaleng yang bergelinding jatuh. Dia mendekati kaleng itu dan menemukan sebuah kaleng sarden segar.
Sepertinya baru saja dibuka.
Tak lama setelahnya, sebuah kaleng lain jatuh hingga masuk menghantam tempat sampah.
"Bam!!!!"
Ia tersentak saat ada seseorang yang menghantam sebuah pintu. Keras. Sangat keras. Jantungnya mencelos dan memacu lebih cepat. Dia benar benar dipermainkan saat ini.
"Siapa kau! Apa maumu!!?"
Ronan berteriak. Suaranya menggema. Matanya memerah.
"Jika kau ingin! Ayo hadapi aku, bajingan!"
Tak ada respon apapun. Kecuali beberapa kaleng yang mendadak jatuh dari atas langit langit. Ronan dengan cepat mencari perlindungan sebelum salah satu benda itu menghantam kepalanya.
Semuanya adalah kaleng sarden.
Ronan menengadahkan kepalanya keatas.
Itu dia!
Dia melihat sebuah lengan kiri yang membuang sehelai kertas. Siapa orang itu!?
Dengan cepat Ronan menangkap kertas yang tadi dijatuhkan lengan itu. Sebuah tulisan lagi yang saat ini benar benar membuat Ronan kehilangan kesabaran.
Baru saja ia ingin berteriak mengajak orang itu adu jotos, Yoga datang dan menghampirinya.
"Dude! What are you doing!? Kenapa kau berteriak teriak seperti itu!?"
Ronan tak merespon. Tangannya masih menggenggam kertas terakhir yang ia dapat.
Yoga merasa Ronan benar benar emosi saat ini. Yoga menggapai tangan kanan Ronan dan mengajaknya kembali."Ayo kita pulang. Akan kubuatkan kau coklat panas"
Ia hanya mengikuti saja. Dalam hati, Ronan ingin sekali membunuh orang yang telah mempermainkannya. Apalagi setelah pesan terakhir yang ia terima.
Dear Ronan, Fuck you. -T
apa otak ane ga kesampean y xD
@lulu_75 mungkin karena keganjilan yang dirasakan Ronan saat bersama Yoga?
lanjut