It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@bianagustine
Special Part 3
Dengan lembut dia mengecup bibirku, dan dengan perlahan pula kucelahi bibirku agar lidahnya memasukiku. Dalam ciuman yang lembut nan menggebu itu, lidah kami saling bertaut menghantarkan gairah dan desah dalam tiap detiknya.
Ia menatapku dalam lalu menanggalkankan kaosnya. Dadaku berdetak kencang tiap sekonnya, antara haus akan dirinya dan takut untuk yang akan segera terjadi. Bibirku tiba-tiba bergetar, aku merasa dingin.
“Kamu gak apa-apa?” Tanyanya setelah menyadari aku yang menggigil.
Aku menggeleng,”Ga apa-apa De. Aku Cuma gugup.”
Lalu dengan segera pula kubuka kaos putihku, memperlihatkan kulitku yang putih polos. Ia tersenyum dan mengecup bibirku sekali lagi. Aku kemudian dengan pelan menanggalkan celananya hingga ke celana dalamnya. Ia benar-benar telanjang sekarang, kulit cokelatnya sudah tak berbenang lagi. Untuk sesaat aku terkejut melihat kejantanannya yang tegak menantang langit, menggairahkan nan menggoda. Aku menyentuhnya dengan takut-takut lalu merasakannya melalui mulutku yang bekerja.
Ia mendesah. Aku pun menelanjangi diriku sepenuhnya. Lalu aku berbaring disusul dia yang menindihku.
“Ini pertama kalinya buatku De.” Ucapku tersipu.
Ia tersenyum lalu mengecup bibirku sesaat,”Buatku juga Da.”
Lalu ia melumat bibirku dan kubalas dengan penuh gairah pula. Tanpa ditanya lagi, ia mengangkangkan kakiku lalu dalam hujaman yang lembut ia memasukiku. Perihnya terasa namun gelora asmara dalam tubuhku mengalahkannya. Sekarang ini,aku tak ingin peduli sesakit apapun rasanya. Aku hanya ingin kami bersatu dalam kubangan asmara kami.
Malam itu, di tengah hujan yang lebat dan di dalam kamarnya yang sepi, kami bercinta untuk pertama kalinya. Dan kami menjadi candu di hari-hari berikutnya.
Ia menatapku.
“Aku cinta kamu.” Ucapnya.
“Aku juga, De.”
Ia memelukku. “Aku sangat mencintaimu.”
Aku mengangguk dan membalas pelukannya.
Entah sudah berapa kali kami saling berucap cinta dan saling memeluk seprti ini, namun kami tak pernah merasa bosan. Seolah setiap kalinya adalah baru bagi kami.
Hingga kini, hanya aku dan dia yang tau hubungan ini. Kami merahasiakannya dan meleburkan asmara kami dengan diam-diam. Tapi kami tidak tertekan atau merasa takut, kami malah menikmatinya. Karena ada cinta diantara kami. Ada hasrat yang berkobar.
“Da, aku dipaksa berhenti.” Ringisnya.
Aku menatapnya sendu,”Mungkin ini yang terbaik De.”
Ia menggeleng,”Enggak Da. Ini bukan jalan terbaik. Kamu tau sendiri kan aku bagaimana dan mau apa?”
Aku mengangguk,”Trus sekarang kamu mau apa De?”
“Jaga gitarku ini. Gitar kesayanganku ini, aku ga mau mereka membuangnya.”
Ia menyerahkan gitar cokelat muda yang sudah menjadi temannya dikala sendiri sejak SMP.
Aku mengambilnya,”Kamu serius ga mau jadi insinyur seperti yang ayah kamu mau?”
Ia menggeleng,”Ga. Aku bakal jadi musisi Da. Aku kan udah bilang ke kamu. Kamu tetap dukung akukan?”
Aku mengangguk,”Iya De. Maaf karena udah ngeraguin kamu.”
Ia tersenyum lalu memelukku,”Ga apa.”
Ya, aku akan mendukungnya. Dia pasti akan jadi musisi terkenal.
Aku dengan sekuat tenaga membanting gitar kesayangannya tepat di depan matanya.
“Berhenti Made!” teriakku.
Ia tak berkata, hanya diam menatapku dengan tatapan sendu.
“Kamu mending jadi insinyur seperti yang mereka mau De. Itu jalan yang terbaik.”
Aku sekali lagi membanting gitar yang sudah setengah hancur itu.
“Kamu gila?” tanyanya pelan tanpa emosi,”Kamu gila?”
“Aku ga gila De. Ini demi kamu!”
Ia berjalan mendekatiku lalu berlutut memunguti kepingan gitarnya yang tak utuh lagi.
“Kamu gila Da?” kini ia terisak,”Kamu sudah gila Prada!”
Aku tak menjawab, terdiam mendengarnya terisak perlahan.
“Aku ga nyangka. Seriusan Da. Aku ga nyangka.”
“Demi kamu” ucapku.
“Demi aku atau demi mereka?!” bentaknya sambil meninju lantai.
“Kamu” lirih suaraku terlontar.
Ia terisak lagi, menunduk ke arah lantai. Lalu dia berdiri, memandangku dalam dengan linangan air mata di pipinya.
Tanpa kuduga ia memelukku.
“Makasih. Aku mencintaimu dan aku mau bilang makasih.” Lirihnya,”Aku ga bisa marah ke kamu karena aku sayang kamu. Aku ga bakal bisa maafin diri aku kalo aku sampai hati melukai hatimu.”
Seketika lidahku kelu dan air mataku meleleh. Sesak, aku merasa sesak.
“Aku sayang banget sama kamu. Tapi gatau kenapa kamu bisa kayak gini. Karena itu, aku tak ingin melihatmu lagi. Hatiku bakal terlalu sakit jika memandang mata itu lagi, bakal terlalu perih jika mengecup bibirmu ini. Aku cinta kamu, tapi segalanya sudah berakhir.”
Dan ia melepas pelukannya lalu pergi. Meninggalkanku yang menangis tersedu-sedu.
Segalanya sudah berakhir, untuk selamanya.
Special Part 3 - Selesai
@bianagustine
Semoga suka
made masih cinta sama prada..
eh, kok kanjut ?
made masih mencintai prada cm dia kecewa krn prada tlh menghancurkan cita2nya...
ckckckck.......memang menyesakkan dada...