BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Sebuah Rupa : Lelaki

18911131428

Comments

  • Upate nya kurang banyak
  • Brukkk!

    Kami-aku dan Srega-berdua jatuh kedalam semak-semak yg pertama kali aku masuki.

    "aduh!" aku mengaduh mendapati lenganku bergesekan dengan ranting kecil pada semak-semak, ternyata lenganku terdapat luka goresan yg lumayan panjang.

    "coba lihat!" Srega meraih tanganku dan melihatnya sebentar. Setelah itu dia mengendus luka gores dilenganku.

    Aku kaget ketika Srega menjilat luka gores dilenganku, aku langsung memejamkan mataku. Lukanya memang tidak parah, tapi entah mengapa kurasakan perih yg menusuk pada lenganku.

    Aku makin kaget ketika luka gores pada lenganku langsung sembuh, hanya tinggal bekas yg agak menghitam.

    "b-bagaimana kamu bisa..."

    "apa? Ini! Apa kau lupa kalau aku peri dalam bentuk kucing? Apa kau juga tidak tau kalau ludah kucing banyak mengandung ramuan penyembuh?" aku menggeleng tanda tidak mengetahui. "yasudah! Nanti kalau waktunya pas aku beri tau."

    Aku melihat sekitar. Ah! Itu dia. Bola yg waktu itu menggelinding entah kemana masih ditempat yg sama waktu aku memungutnya. Aku segera beranjak mengambilnya. Sementara itu, Srega celingukan. Mungkin dia bingung ini dimana, aku menghampirinya. Rambut putih ikal gondrongnya berantakan, banyak daun kering yg menempel. Aku bersihkan daun kering dan menyisir rambutnya dengan jariku.

    "ayo Ga!" aku membantunya berdiri dan melangkah keluar dari dalam semak ini.

    Aku sedikit menyingkap semak yg menutupi langkahku. Aku kaget ketika sudah berada diluar semak-semak ini, banyak orang yg mengelilingi Michu dan Foni. Dua peri itu duduk bersila saling berhadapan menempelkan jari telunjuk tangan kiri masing-masing, mungkin mereka heran melihat manusia dengan rambut warna putih dan pink cerah duduk seperti bersemedi.

    "Lovi!" suara Restu memecah keheningan kerumunan pada dua peri itu.

    Michu dan Foni membuka mata. Mereka melepaskan jari yg sedang menempel tadi, mereka terkejut melihat seseorang yg berdiri disampingku. Tak ayal! Yg lain juga bisik-bisik mengenai Srega. Bagaimana tidak! Ada lelaki bertelanjang dada hanya menggunakan CD yg ditutupi celana transparan pada tubuhnya. Untung sayapnya sudah lenyap dan menempel menjadi garis pada punggungnya, kalau sampai sayapnya dia kembangkan. Mungkin akan semakin heboh area taman ini mengira ada peri yg nyasar kesini, eh! Srega kan emang peri :-D

    "Srega!" ucap Michu dan Foni bersamaan. Mereka langsung memeluk Srega. Mereka nampak senang mendapati adik yg mereka rindukan ada dihadapannya.

    "Kakak! Ega rindu sama Kakak. Untung tadi ada Lovi yg nyasar ketempatku, jika tidak! Mungkin aku tak akan pernah menemukan kalian." ucap Srega masih dalam pelukan dua kakaknya.

    Michu dan Foni melepaskan pelukan mereka pada Srega. Mereka memandang sebentar sebelum melihat kearahku. Kusunggingkan senyumku pada mereka.

    Tiba-tiba saja Michu langsung menubrukku, membawaku dalam pelukannya. Aku melihat kesekitar, ternyata makin banyak yg menonton kami. Kulihat Restu dan yg lainnya masih bengong tidak mengerti apa-apa.

    "terimakasih! Keturunan dari Pangeran Sultan dari dulu selalu membawa keselamatan bagi kami." aku balas pelukannya.

    "sudahlah! Ayo kita pulang! Kau tidak melihat orang-orang yg menonton kita daritadi?" aku berujar sambil melepaskan pelukannya.

    Aku menghampiri Restu yg masih diam ditempatnya. Aku berikan senyumku dan melempar bolanya kearahnya.

    Kami berempat pulang meninggalkan orang-orang yg masih berkerumun menyaksikan kepergian kami.

    -

    Sementara itu. Ada sepasang mata yg mengintip kejadian itu dibalik semak-semak. Sesuatu yg terbawa ketika Lovi dan Srega terhisap pusaran hitam di langit.

    -

    "aku sudah menduganya Lov!" seru Michu ketika kami berempat sudah ada didalam kontrakanku. "waktu aku dan Foni asik jalan-jalan, ada sesuatu yg membuat kami harus segera ke semak-semak itu. Kami merasakan sesuatu yg kuat menyelimuti semak-semak itu, maka dari itu kami lekas menyatukan kekuatan kami dalam rapalan ajian."

    "jadi! Yg pusaran hitam di langit itu kalian?" Michu dan Foni mengangguk bersamaan.

    "aku mau bertanya pada kalian tentang ini." aku menunjukkan buah yg waktu itu kutemukan ketika berada di dunia entah apa namanya. Mereka mengamati buah yg ada ditanganku tanpa menyentuhnya.

    "darimana kau mendapatkannya?" tanya Foni.

    "ketika aku berada entah apa namanya tempat itu. Tiba-tiba saja jatuh dihadapanku."

    "itu namanya Sailk. Buah dari negeri kami Flyxos, dan kau tau! Buah itu berbuah seratus tahun sekali dan hanya satu buah pada satu-satunya pohon yg pernah ada. Siapapun yg berhasil mendapatkan buah itu! Mereka bisa menguasai semua ilmu kanuragan dari negri kami." ucap Michu panjang lebar.

    "tapi! Apa buah ini semudah memakannya seperti buah yg lainnya?" tanyaku.

    "tidak! Buah itu baru bisa dimakan saat tengah malam menjelang terbentuknya bulan sabit."

    Fiuhh!

    Cuma mau makan buah ini saja harus serepot itu. Tapi! Aku adalah termasuk orang yg beruntung bisa mendapatkan buah ini.
  • "dan itu Lov! Bagaimana kau bisa bertemu dengan Ega adik kami?"

    "waktu aku berada ditempat itu, Ega mengaduh. Ada luka pada kakinya. Makanya aku menghampirinya, mau bertanya itu dimana. Tapi Ega keburu jadi hewan kecil seperti kalian." aku tertawa ketika mengutarakan pertemuanku dengan Srega.

    "Kak!" Srega baru selesai mandi ketika pembicaraan kami usai.

    Srega menggunakan kaos hijau v-neck yg pas pada tubuh berototnya, celana jins pendek serta sendal rumahan. Dia semakin mempesona, tak kalah dari Michu. Rambut basahnya tercium aroma shampoo milikku.

    "eh iya! Kok rambutmu dan rambut Ega tidak dipotong pendek saja? Biar lebih cakep gitu."

    "hahaha... Kamu bisa aja Lov. Kalau kami ingin memotong rambut kami, harus menunggu 48 purnama. Kalau tidak! Kekuatan kami akan melemah selama 48 purnama selanjutnya."

    "lantas! Dimana negri Flyxos yg kau sebutkan itu Ga?" kali ini aku bertanya pada Srega.

    "kalau kau ingin ketempat kami. Kau harus berjalan sekitar 59 mil kearah matahari terbenam dari tempat kita bertemu itu, setelah itu carilah goa berbentuk mulut masuk kedalamnya. Ketika kau menembus goa itu! Yg akan kau temui adalah tangga emas menuju negri kami. Tapi selama ini! Jarang ada manusia yg bisa menembus ke negri kami, kecuali keluarga 'Wengi Hitam' yg sudah memporak-porandakan negri kami dan juga Pangeran Sultan." jelas Srega.

    "yg bisa keluar masuk tempat itu hanya para peri. Tapi setelah insiden penyerangan itu! Semua akses kesana tertutup 'Kabut Keheningan' jadi kami tak akan pernah bisa masuk kesana sebelum kau mendapatkan ilmu kanuraganmu pada purnama kelima." timpal Michu.

    Aku hanya ngangguk tanda mengerti. Semakin kesini semuanya tambah rumit, untung aku sudah memantapkan hati untuk menjalaninya. Ah! Aku jadi teringat Raden, kau kemana? Aku rindu Raden.

    Tiba-tiba kontrakanku bergetar hebat seperti ada gempa. Michu, Foni dan Srega bergegas duduk dilantai dan menempelkan jari telunjuk kiri mereka masing-masing. Entah apa yg dirapalkan mereka, yg pasti angin hebat mengitari tubuh mereka.

    Sesuatu yg menekan kuat dibalik pintu membuat pintu itu seperti digedor dengan kencang dari luar.

    Sesuatu yg kasat mata seperti asap putih tiba-tiba menerobos lubang kunci dan menyelimutiku.

    Aku langsung lenyap.
  • Titip mantion yooo :)>-
  • diculik?jahatkah?
  • Lnjut lg . Pnasrn aku
  • update lg dung nanti malem, msk ntr gak isa tdr gegara penasaran tingkt dwa ma ni crita
  • Gue tau, Lovi teleportasi ke kamar Awan kan! wkwkwk *ngarep
  • Aku buka mataku. Ada sesuatu yg menekan dadaku, kuperhatikan tempat apa ini. Oh tidak! Ini didalam air, dan aku! Aku berada dalam sebuah tabung besar berdinding kaca dengan air menenggelamkanku.

    Disana! Banyak manusia. Ah tidak! Mereka setengah ikan, sedang berdiskusi dengan seorang pria bermahkota berlian dengan janggut putih yg panjang dan tubuh bagian bawahnya adalah gurita. Mungkin dia pemimpinnya.

    Tempat ini seperti sebuah kerajaan didalam air. Banyak prajurit lalu-lalang dengan tubuh setengah ikan mereka, sesuatu bercahaya dibalik punggung pria bermahkota tadi.

    Bagaimana ini? Aku tak bisa melepaskan diriku dari penjara tabung ini. Eh tunggu! Kenapa aku bisa bernafas didalam air?

    Aku mencoba berenang menggapai permukaan air. Tiap aku naik keatas, sesuatu menarik keras kakiku kebawah lagi. Begitu seterusnya sampai aku lelah.

    Aku sapu pandanganku keseluruh penjuru ruangan. Sepasang mata menatapku. Ah! Lebih tepatnya mengintipku disudut ruangan ini. Rambutnya merah menyala, seorang wanita cantik tapi tubuhnya murni manusia. Tidak seperti yg lainnya.

    "kau tenang saja. Nanti! Setelah ruangan ini sepi aku akan membebaskanmu, aku tak mau ayahku sampai menghisap darah murnimu untuk hidup abadinya dan menguasai alam manusia." wanita berambut merah menyala itu mengirim telepati padaku.

    "darimana kau tau tentangku dan siapa kamu, tempat apa ini?"

    "kau adalah legenda! Semua jenis siluman, peri, manusia mengetahui legenda darah murni serta rotasi matamu yg kan menguasai bangsa kami. Aku Dwina, putri raja Taut yg bermahkota itu. Ini Sangrida, alam bawah laut, sebuah kerajaan ikan."

    "tolong secepatnya lepaskan aku! Sesuatu dalam dadaku makin menekan kuat." mohonku padanya masih dengan telepati.

    "tidak bisa sekarang! Atau kau akan lebih cepat dieksekusi kalau memaksa sekarang, dan aku pasti juga ikut terbunuh. Mengingat aku adalah manusia murni sepertimu, aku yg dulunya manusia kini terjebak disini bersama mutiara yg ada pada tubuhku."

    "t-tapi! Dadaku makin s-sakit! Arrgggghhh..." dadaku semakin seperti tertusuk tombak runcing.

    Aku berteriak kencang. Kaca yg mengurungku retak dan hancur secara perlahan, semua yg ada diruangan ini kaget. Dan kerajaan ini banyak terjatuhi panah runcing berbentuk es seukuran lengan manusia dewasa menyerang yg ada diruangan ini.

    Wanita yg bernama Dwina tadi langsung melesat kearahku. Sementara yg lain sibuk menghindar dan menangkis panah yg jumlahnya ratusan, tak mempedulikan kami.

    Dalam sekejap aku sudah ada dipantai berpasir. Dibawah pohon kelapa dengan nyiur melambai tertiup angin.

    "uhuk... uhuk..." aku terbatuk pelan. Air yg ada ditubuhku langsung termuntahkan dari mulutku.

    "kau tidak apa-apa?" tanya Dwina yg ada dihadapanku.

    Kenapa hanya aku yg basah? Kenapa Dwina tidak? Ah ya! Dia kan bangsa dari alam bawah air sana.

    Dwina menatap mataku intens. Sementara aku masih terbatuk.

    "benar! Matamu seperti yg tersebar dikatakan oleh informan kami, dan ini..." Dwina merobek kaos yg aku gunakan dengan mudah, seolah kaosku adalah kertas. "...lihatlah!"

    Ada sebuah tanda hitam berbentuk bulan sabit berwarna biru lembut pada dadaku yg dikelilingi tanda petir.

    "a-apa ini?"

    "inilah yg menekan dadamu tadi. Tanda yg memang akan kau dapatkan apabila menggunakan kekuatanmu secara berlebihan, sebaiknya aku harus segera kembali. Aku takut ayahku mencurigai aku."

    Dan Dwina langsung lenyap ketika menyentuh air laut. Untung daerah ini sepi.

    "aaaaaah!" tubuhku tersedot kebelakang. Lalu aku lenyap.

    -

    Brukkk!

    Tubuhku jatuh menimpa lantai. Sakit!

    Aku berdiri dengan badan masih menggunakan kaos dan celana basah. Aku sudah berada didalam kontrakanku lagi. Michu, Foni dan Srega masih tetap ditempat yg sama ketika aku lenyap tadi.

    Tiba-tiba mereka terbatuk keras mengeluarkan darah dari hidung dan mulut mereka. Tubuh mereka terlihat kelelahan. Aku langsung menghampiri mereka.

    "kalian tidak apa-apa?" tanyaku panik.

    "kami tidak apa-apa! Yg penting kamu selamat Lov." Michu berujar seraya mengelap darah dari bibir dan hidungnya.

    "apa tadi yg menyeretku dari belakang itu adalah karna kekuatan kalian?" tanyaku masih panik.

    "iya!" Foni menjawab, "dan juga kami tadi menembus dinding alam bawah air laut yg menyekapmu. Dan menghujani mereka dengan panah yg kami buat, kami hampir kehabisan kekuatan."

    "ma-maafkan aku! Gara-gara aku kalian jadi terluka begini." aku berkata sambil menundukkan kepalaku.

    "sudahlah! Tidak apa-apa. Ini adalah tugas kami melindungimu." Srega berkata sambil mendongakkan wajahku, Srega tersenyum.

    Aku tersenyum balik padanya. Segera aku bersihkan darah disudut bibirnya, tatapannya intens.

    "ehem!" Michu berdehem pelan. Srega langsung beranjak menuju kamar mandi.

    Aku segera bangkit untuk mengganti pakaianku kekamar mandi. Aku kembali berpapasan dengan Srega, dia menatapku lagi dengan tatapan yg tak kumengerti.
  • Lagi lagi lagi
  • Srega suka Lovi?
  • di pantai membayangkan di Pasir Putih :D
Sign In or Register to comment.