It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"kepondok guru!"
Sekali lagi Mahesa sakti berkata seperti itu, tahu- tahu dirinya telah berada didepan pondok gurunya.
Kemudian mata Mahesa sakti diedarkan melihat berkeliling...
"tempat ini sepi. Pasti semua sudah terlelap" bisiknya.
Lalu memandang kearah batu besar disamping pondok gurunya.
"hmm,,, batu itu akan ku ubah merah akh! Supaya pas dengan namannya. Perguruan Karang Merah!"
Setelah berkata demikian dengan cepatnya Mahesa sakti mengarahkan telapak tangannya sambil berkonsentrasi kearah batu hitam besar itu.
"berubah merah,,,!" ucap Mahesa sakti.
Dan dari telapaknya membersit sinar merah membara. Lalu sinar merah membara itu kemudian menembus masuk kedalam batu itu, batu hitam itu bergetar dengan hebatnya dan seketika berubah menjadi merah. Puas rasanya hati Mahesa sakti melihat hal tersebut.
Tubuh Mahesa sakti seluruhnya masih berwarna merah membara dan bersinar akibat kekuatan serta ilmu yang dikerahkannya, sinarnya menerangi sekitar tempat itu.
"aku harus pergi dari sini!. Tapi bagaimana dengan sinar dan warna yang memancar dari tubuhku ini, apakah aku bisa menghilangkannya?. Bagaimana ini?" keluh Mahesa sakti tertahan.
Dengan cepat tubuh Mahesa sakti meninggalkan halaman pondok gurunya, ia mengurungkan niatnya melihat kedalam karena keadaannya yang membuatnya bingung.
Hanya bayangan merahnya saja yang mengikutinya!
Andai ada orang yang melihatnya tentu, pastilah akan pingsan seketika melihat tubuhnya yang membara berwarna merah, memancarkan sinar.
Secepat kilat tubuhnya telah sampai dipondiknya...
"aku harus membuka kurungan ini! Soal sinar ini, aku akan mencoba cari jalan keluarnya nanti,,," gumamnya, setelah sampai didepan pondoknya lalu masuk kedalam.
Anehnya, seakan- akan pintu itu tidak menghalangi langkahnya.
Setelah sampai didalamnya Mahesa sakti lalu duduk bersila dengan tenang, telapak tangannya sudah di satukan dan diletakan didepan dada.
Lalu perlahan tangan kananya diangkat keatas. Asap yang menyelimuti tempat itu tiba- tiba masuk kedalam telapak tangannya yang terbuka.
"Sekarang tempat ini sudah terbebas dari kurungan pagar gaib yang kubuat. Sinar ditubuhku ini?. Tapi, akan aku coba berputar dan berkata LENYAP, mudah- mudahan saja akan lenyap!"
Lalu Mahesa sakti pun berdiri, kemudian memutar tubuhnya tiga kali seperti apa yang dipikirkannya, sembari berkata...
"LENYAP,,,!"
Tiba- tiba secara perlahan- lahan sinar dari dalam tubuhnya meredup lalu menghilang. Hampir saja Mahesa sakti berteriak kegirangan tapi kemudian sadar bisa menguasai dirinya.
"aku telah berhasil!. Untung tadi aku tidak berteriak, kalau sampai terjadi, pastilah kakang Jaka akan terkejut. Terlebih lagi semua sedang tidur, pasti akan terbangun" gumamnya lirih sambil senyum- senyum sendiri menuju pembaringannya, rebahan didekat tubuh Jaka yang tergolek pulas.
$$$$$$$
Malam semakin larut,,,
Bulan sepenggalan malas bersinar, bintang- bintang pun ikut menyemarakan suasana malam.
Binatang malam masih bersahutan mengisi suasana malam yang hening, menjadi riang.
Angin sepoi- sepoi menyibak dedaunan, menimbulkan suara gemerisik.
Akhirnya Mahesa sakti pun tertidur lelap karena letihnya disamping kakangnya, Jaka perkasa.
$$$$$$
Dinegri sinar Bulan, Dewi rasa cinta telah menceritakan semuanya perihal Mahesa sakti kepada ibundanya Dewi rasa maya.
"sekarang bunda puas, setelah mengetahui siapa itu Mahesa sakti" selidik Dewi rasa cinta melirik sekilas pada ibundanya.
"sungguh mengharukan sekali nasib anak itu. Sekaligus bunda bangga padanya!" gumamnya, memuji.
"kini pemuda yang bernama Mahesa sakti itu telah menguasai ilmu dari kitab Hati Suci"
"jadi bunda setuju kalau andai saja ananda menjalin hubungan dengannya?" sahut Dewi rasa cinta.
"Tapi anakku,,,"
"Tapi apa bunda?. Bukankah ayahanda dan ibunda juga mempunyai perbedaan yang jauh lebih rumit dibandingkan dengan ananda. Bukankah aku ini adalah hasil cinta kasih dari kalian berdua!" jelas Dewi rasa cinta menyakinkan ibundanya.
"anakku, ayahandamu itu lain dari manusia biasa yang lainnya" balas Dewi rasa maya.
"kalau begitu jelaskan apa keistimewaan ayahanda, bunda?" pintanya, berharap.
"panjang ceritanya putriku. Tapi, baiklah,,, akan bunda coba menceritakan secara singkatnya saja"
Dewi rasa cinta senang mendengar jawaban dari ibundanya untuk menjelaskan keistimewaaan ayahandanya.
"begini anakku. Dulu ayahandamu memang seorang dari golongan manusia biasa. Bunda mengenalnya ketika bunda baru berumur kurang lebih dua puluh tahun. Waktu itu, bunda turun kebumi untuk mandi, bunda tidak tahu kalau seseorang telah mencuri pusaka ibunda sehingga bunda tak bisa kembali kesini, jadi terpaksa bunda mencarinya agar supaya bunda bisa kembali. Tapi tak kunjung ku temukan. Ibunda kemudian terduduk dibatu sambil berkata...
"barang siapa yang menemukan pusakaku, andai dia wanita akan ku jadikan saudara, andai laki- laki maka akan ku jadikan SUAMIKU!"
"Lama bunda menunggu dan akhirnya ada seorang lelaki gagah dan tampan persis seperti Mahesa sakti menghampiri bunda dan berkata,,,,"
"Benarkah kata- kata yang kamu ucapkan tadi?" sahut lelaki itu yang tidak lain adanya adalah bernama JAKA PURNAMA.
"Sesaat bunda tertegun melihatnya, lalu tanpa sadar bunda mengangguk saja. Lalu bunda mengajukan persyaratan, lalu ayahandamu menyetujuinya!"
"lalu bagaimana ayahanda Jaka purnama bisa masuk kealam ini, bunda?" tanya Dewi rasa cinta semakin penasaran.
"waktu akan menikah, Ayahandamu kuajak ketempat tinggal kakekmu RASA NYATA! kearah selatan pantai Pengobatan. Kemudian, disana bunda RESMI menikah dengan ayahandamu, lalu diberi ilmu TANPA RASA MAYA sehingga ayahandamu bisa menembus alam ini dengan membawa jasadnya!"
"Sekarang sudah jelaskan, putriku yang cantik" angguk Dewi rasa maya sembari tersenyum.
"terima kasih bunda. Sekarang ananda sudah mengetahui siapa sebenarnha ayahanda!. Pantas ayahanda selalu bertapa!. Andaikan aku bisa menolong keadaan ayahanda, ayahanda tak perlu lagi bertapa!" desah Dewi rasa cinta terharu.
"sudahlah anakku, mungkin ini adalah TAKDIR dari Yang Maha Kuasa, yang kita jalani tak perlu engkau sesali!"
"ayo anakku. Ini adalah saat kita beristirahat. Bukankah besok kamu akan menjenguk Mahesa sakti?"
Dewi rasa cinta hanya mendesah perlahan, lalu berdiri dari duduknya, terus melangkah. Dan dalam langkah yang ketiga tubuhnya raib dari tempat itu.
Sedangkan Dewi rasa maya ibunda Dewi rasa cinta masih terduduk, mukanya nampak sedih, tiba- tiba saja matanya basah setelah melihat bulan sedang PURNAMA!.
"Kakang Jaka purnama, aku sudah rindu denganmu!. Mengapa kita tak pernah selalu bersama. Oh,,, Gusti Yang Maha Agung! kabulkanlah permohonanku ini, agar aku selalu bersama- sama selalu dengan suamiku. Dan janganlah Engkau selalu memberiku cobaan yang tak bisa aku tanggung!" doa Dewi rasa maya, dan dari sudut matanya terus bergulir air mata yang tiada hentinya jatuh ketanah.
Anehnya air matanya itu berubah menjadi Permata lalu terbang keatas!??.
Tapi kemudian ada suara tanpa wujud terdengar,,,,
"DEWI RASA MAYA PERMINTAANMU AKAN TERKABULKAN !. INGAT,,, ANAKMULAH YANG AKAN MENYELAMATKAN KALIAN, SETELAH PUTRIMU MELANGSUNGKAN PERNIKAHANNYA. INGAT BAIK- BAIK PESANKU INI!. SEKARANG JANGANLAH KAMU BERSEDIH, MALAH AKAN MEMBUAT NEGRI INI TIDAK AKAN TENTRAM!"
Setelah meninggalkan pesan tersebut, suara gaib tanpa wujud itupun lenyap.
Dewi rasa maya hanya tertegun tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, serasa mimpi. Kemudian wajahnya tengadah keatas,,,
"Gusti Yang Maha Agung! terima kasih Engkau telah mengabulkan permintaanku, aku berjanji akan mengingat- ingat semua pesan itu dengan baik!"
Kemudian Dewi rasa maya, setelah berkata demikian lalu berdiri dan melangkah, dan dalam tiga langkah tubuhnya raib dari tempat itu menuju peristirahatannya.
$$$$$$$BersambunG$$$$$$$
Salam penuh kasih buat:
@lulu_75
@Adi_Suseno10
@DoniPerdana
@Arie_Pratama
@abyyriza
@adinu
@dhina26
Terima kasih!
Suara burung- burung berkicauan dengan riang menambah suasana menjadi ramai.
Diperguruan Karang merah mendadak menjadi gempar karena Batu hitam didekat pondok guru mereka tinggal, telah menjadi merah!
Sedangkan Mahesa sakti masih disibukan dengan urusan dapur, letak pondoknya pun dibelakang pondok gurunya.
Sementara Jaka perkasa sendiri masih tertidur, akhirnya Mahesa saktipun membangunkannya karena dari arah depan terdengar suara gaduh para murid.
"kakang,,, he, kakang ayo bangun! dengar itu, ada suara gaduh diluar. Cobs lihat, sepertinya dari arah pondok guru?" perintah Mahesa sakti memastikan, memasang telinganya baik- baik.
Jaka perkasa pun terbangun sambil mengusap matanya yang agak berkunang- kunang. Setelah pandangannya telah jelas, kemudian memasang pendengarannya baik- baik.
"suara apa itu adik? Sepertinya dari arah pondok guru. Ramai sekali?" tanya Jaka perkasa heran.
"makanya kakang aku bangunkan. Coba lihat sana, apa yang terjadi?" jawab Mahesa, sambil ajukan tanya.
"e, e, e,,,, kakang mau kemana?"
"mau lihat!" Jaka perkasa tertegun.
"apa kakang tidak malu, apa? tampan- tampan kok tidak cuci muka, jorok!" ejek Mahesa sakti sembari tertawa lirih.
"ini,,,, cuci muka dulu!" Mahesa sakti menyodorkan gayung berisi air serta kain bersih.
Setelah mengeringkan mukanya, Jaka perkasa agak tertegun memandangi wajah adik seperguruannya itu, bahkan seluruh tubuhnya dengan rasa heran.
"kenapa kakang diam saja?" tanya Mahesa sakti salah tingkah dengan tatapan Jaka perkasa yang keheranan.
"tidak apa- apa! terima kasih atas semuanya adik Mahesa!" jawabnya agak gugup.
Jaka perkasa kemudian berlalu dari biliknya menuju kearah sumber suara gaduh tanpa menoleh lagi.
Sementara Mahesa sakti bingung sendiri dengan sikap kakangnya, Jaka perkasa?
"Aneh! mengapa kakang Jaka melihatku seperti keheranan?. Apa yang terjadi dengan diriku?, apa pengaruh sinar itu belum leyap?, kalau itu sampai terjadi bisa- bisa kacau urusannya, nanti!" pikirnya penuh tanda tanya, masih sambil sibuk memasak.
"Aku hampir melupakan ikan- ikan emas. Tapi bagaimana aku mengambilnya? Kalau memang benar pengaruh sinar itu belum lenyap, pasti aku akan berhasil mengambilnya"
Lalu Mahesa sakti berdiri sambil memusatkan seluruh pikirannya. Sesaat tubuhnya pun bergetar hebat, bertanda tenaga dalamnya mengalir keseluruh tubuhnya, kemudian ia pun memutar tubuhnya tiga kali seperti pertama kali ia melakukannya.
Kini tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambutnya telah berubah menjadi merah membara.
"sekarang aku akan mengambil ikan- ikan itu. Tapi bagaimana alasanku nanti?. Itu terserah bagaimana nantilah" desahnya pelan.
Dengan cepat Mahesa sakti meluruskan lengannya kedepan, telapak tangan terbuka lalu berkata,,,
"muncul kembali,,," ucapnya.
Secara aneh dihadapannya muncul sepuluh ikan emas sudah matang, melayang- layang lalu mengarah ketelapak tangannya yang diarahkan kemeja, serta merta ikan- ikan itu yang sudah matang, menurut serta bergerak masuk kedalam piring yang sudah ia siapkan.
"cukup menyenangkan juga. Tapi aku tak boleh sombong, aku harus melenyapkan sinar ini, kalau tidak aku takut nanti ada yang melihat, bisa kacau urusannya!"
Kemudian Mahesa sakti pun mengatur nafasnya, setelah teratur memutar tubuhnya tiga kali sembari berkata...
"lenyap,,, dan,,, kembali seperti semula!"
Dan kini sinar pancaran ditubuhnya telah lenyap dan bersih, kemudian Mahesa sakti memperhatikan dirinya sendiri.
"kalau begini aku bisa aman! tak ada yang akan curiga lagi padaku termasuk kakang Jaka perkasa. Tapi hanya kakang Jaka saja yang tahu mengenai diriku sekilas, tapi itupun hanya terlihat samar- samar!" desahnya.
"dan aku akan menyayur ikan- ikan emas ini. Selama ini kan jarang makan ikan, jadi aku masak nasinya lebih banyak. Aku harus membuat bumbunya dulu, nanti kalau kakang Jaka kemari semuanya sudah siap!"
$$$$$
Kini Jaka perkasa sudah berada didepan halaman pondok gurunya, Sedanu rata yang cukup luas....
Semua mata memandang kearah batu besar yang telah berubah menjadi merah!
Melihat kedatangan Jaka perkasa, pandangan semuanya tertuju kearahnya, karena dipandangi seperti itu, membuatnya heran?
Lalu gurunya Sedanu rata ikut menoleh kearahnya...
"darimana saja kamu Jaka?" tanya Sedanu rata.
"maaf guru! aku baru bangun tidur!" jawabnya agak bingung.
Para adik seperguruannya tersenyum mendengar jawaban Jaka perkasa begitu pula gurunya, Sedanu rata.
"apa kamu tidak melihat adikmu, Mahesa sakti?"
"adik Mahesa masih didapur guru! memasak. Tadi adik Mahesa yang membangunkan saya, dan menyuruh saya melihat apa yang tengah terjadi!" jawabnya jujur.
"apa diantara kalian ada yang tahu kejadian semalam?" tanya Sedanu rata menatap para muridnya yang berjumlah sepuluh orang.
Tak ada yang menjawab! kemudian para murid perhatiannya tertuju kembali pada batu yang telah berubah menjadi merah disudut halaman. Semua menggelengkan kepala mereka tak terkecuali Jaka perkasa sendiri, juga heran.
"baiklah kalau tak ada yang tahu. Nanti malam saja kita rundingkan masalah ini, sekarang kalian boleh meninggalkan tempat ini. Kalian bersihkan tubuh dulu, nanti terus latihan!" perintahnya.
"baik guru!" jawab semuanya serentak.
Para murid pun satu persatu meninggalkan halaman tersebut menuju kearah telaga Air merah.
Lain halnya dengan Jaka perkasa dia memilih menuju kembali kebiliknya.
Mahesa sakti yang berada didalam.dapur sendirian sudah selesai memasaknya dan menyiapkan semuanya.
Mahesa sakti tidak begitu memperhatikan kedatangan Jaka perkasa, dirinya masih disibukkan dengan urusannya, sedangkan Jaka perkasa langsung duduk dikursi panjang.
Setelah urusannya selesai barulah Mahesa sakti menyapanya.
"apa yang terjadi diluar sana kakang? Kenapa kakang hanya diam saja masuk keruangan ini?"
"entahlah adik Mahesa? Aku sendiripun tak mengerti. Batu hitam yang ada dihalaman pondok guru telah berubah menjadi merah! itukan aneh? Selama ini tak pernah terjadi hal yang aneh seperti ini!" jawabnya lalu memandang kearah Mahesa sakti lalu mengernyitkan dahinya.
"kenapa kakang memandangiku seperti ada sesuatu yang aneh terjadi pada diriku?" tanyanya dengan rasa heran.
"begini adik. Tadi sewaktu aku mau pergi aku melihat muka, tangan dan kakimu agak memerah, tapi kini telah hilang?" jelasnya heran.
"ohhh, itu. Karena aku tadi, sewaktu kakang aku bangunkan dan akan pergi, aku telah menyalakan api ditungku, mungkin karena itulah aku berubah seperti yang kakang bilang. Apa kakang tidak percaya?" jawab Mahesa sakti berbohong, membuat Jaka perkasa mengangguk- angguk tanda percaya.
Mahesa sakti sendiri kini telah bernafas dengan lega karena telah bicara, rahasianya tidak terbongkar.
'maafkan aku kakang! aku tak bermaksud menyembunyikan rahasiaku padamu, itu adalah demi kebaikan kita bersama. Aku tak ingin membuat masalah! tapi suatu saat nanti kamu pasti tahu tentang diriku ini sebenarnya. Tapi untuk saat ini aku tidak bisa memberitahu perihal diriku padamu!' bisik hatinya.
"adik Mahesa, kenapa melamun?"
"ahh, tidak kakang! aku tidak melamun, aku cuma berfikir kenapa hal- hal aneh terjadi dipeeguruan kita ini?" jawabnya agak terkejut juga.
"kakang apa mau sarapan dulu?" Mahesa sakti mengalihkan pembicaraan.
"nanti saja. Aku belum mandi! atau kamu mau bareng mandi sekalian!"
"he he,,, sudah!"
Lalu Jaka perkasa pun tersenyum menggoda lalu meninggalkan bilik dapur tanpa menoleh lagi kebelakang.
Pandangan mata Mahesa sakti mengikutinya sampai bayangannya lenyap dari pandanganya lalu mendesah lirih...
"huhhh, untunglah aku bisa mengelak, mengalihkan pembicaraan, kalau tidak, mungkin kakang Jaka perkasa akan curiga dengan sikapku!" keluhnya.
"untuk apa memikirkan hal- hal tersebut. Lebih baik aku diam saja, tak akan ku ceritakan segala rahasiaku kepada siapapun tanpa terkecuali!" desahnya lirih, lalu menyiapkan sarapan buat gurunya Sedanu rata, lalu membawanya kepondok milik gurunya.
Sesampai dibilik gurunya, Mahesa sakti tertegun sesaat didepan pintu yang tidak tertutup rapat?
"kenapa pintu bilik guru tidak.dikunci, tidak biasanya?" bisiknya. Lalu mengetuk pintunya perlahan.
Akan tetapi tak ada jawaban juga. Lalu mengetuk kembali, tetap saja tak ada jawaban. Kemudian Mahesa sakti membuka perlahan pintu bilik gurunya. Pandangannya diedarkan melihat berkeliling, namun tak ada tanda- tanda gurunya ada ditempat.
Mahesa sakti meletakan sarapan gurunya dimeja dekat dipannya, kemudian dengan cepat meninggalkan bilik gurunya dan tak lupa juga menutupnya tidak begitu rapat seperti semula.
Sesampainya dibilik Mahesa sakti pun lalu duduk ditepi ranjang dapur.
"mengapa guru tak ada ditempatnya? padahal masih pagi. Atau mungkin sedang mandi? tapi entahlah. Aku sudah capek" pikiranya kacau.
$$$$$$$
Ditelaga Air merah, Jaka perkasa telah sampai disana. Dia menjadi heran melihat berkeliling? akan tetapi adik- adik seperguruannya yang lainnya tidak begitu menggubrisnta.
Mereka mandi dengan bercanda ria bahkan terkadang semprot- semprotan dengan mulutnya.
"Diam,,,,!" teriak Jaka perkasa lantang.
Semua mata memandang kearahnya, dengan tatapan heran dan dari mereka, diantaranya mereka ada yang menyahutnya.
"ada apa kakang berteriak kepada kami?" ucap salah seorang diantara para murid yang bertelajang yaitu Sejani mukti.
"Dimana batu yang satunya, kenapa hilang?. Kemarin senja masih ada dan aku duduk disini bersama adik Mahesa tapi sekarang sudah tidak ada ditempatnya, lagi?" seru Jaka perkasa.
Semuanya pada tertegun mengetahui hal tersebut, lalu mata mereka berkeliling mencari- cari tapi tak ditemukan hanya tinggal satu batu besar yang lainnya kecil- kecil.
"Maafkan kami kakang. Kami tak begitu memperhatikannya jadi kami tidak melihat kalau batu yang satunya lagi menghilang!" jawab Seka jala, murid kesembilan.
"kami disini semua keasyikan mandi jadi tidak begitu memperhatikan, langsung aja nyebur" sahut Seta dana murid kelima.
"sudahlah kakang kenapa urusan batu hilang menjadi masalah. Besok kita semua beramai-ramai mengambil batu karang ditepi laut" jelas murid kesepuluh tidak lain adalah Sena darma.
"Maafkan kami kakang Jaka, kami tak bermaksud menyinggung perasaanmu. Kami tidak tahu kalau batu sangat berarti bagimu!" menimpali Seda karta murid keenam.
"Apa kakang hanya akan diam disitu!??. Ayo mandi kakang biar segar" ajak murid kedelapan Seta kala mengalihkan pembicaraan.
"Iya kakang, kasihan adik Mahesa pasti sedang menunggu kita semuanya" sela Semajaya murid yang ketujuh.
"Baiklah... Aku mengerti, biar nanti saja akan aku ceritakan perihal ini kepada adik Mahesa sambil makan" desahnya pelan.
Jaka perkasa membuka pakaiannya lalu terjun kedalam air, sedang yang lainnya pun mulai menyelamkan tubuhnya dan bergembira. Akhirnya satu persatu para murid kembali kebilik mereka masing- masing lalu menuju keruang dapur untuk sarapan pagi, Jaka perkasa langsung menuju kebilik dapur karena semua peralatan semuanya ada disana.
"Bagaimana kakang? Segerkan!. Sudah kusiapkan itu sarapannya dimeja makan" tunjuk Mahesa menyiapkan sarapan buat Jaka diatas meja makan, tersendiri.
"Masak apa sekerang?" tanya Jaka perkasa cuek.
"Lihat saja sendiri" jawabnya santai.
"Adik Mahesa, batu ditelaga air merah hilang satu. Apa adik tahu?"
"Hah,,, apa?. Maaf kakang, aku tidak tahu. Pagi buta tadi aku tidak memperhatikan sekelilingku, jadi aku tidak tahu kalau batunya hilang satu. Aku langsung pulang saja setelah mengambil air!" jelas Mahesa sakti pura- pura terkejut lalu duduk ditepi ranjang dapur tempat peralatan dapur sambil melirik tingkah laku Jaka perkasa.
"tidak biasanya adik memasak ikan?. Sekarang....! hmmm, biasa cuma daun singkong. Dari mana dapatnya?" tanya Jaka perkasa curiga karena ada ikan emas sebagai menu makanan hari ini.
Mahesa sakti terkejut sekali mendengar pertanyaan Jaka perkasa dirinya tidak mungkin menjawab pertanyaan tersebut, kalau ikan- ikan yang didapatkannya dari telaga air merah, karena selama para kakang seperguruannya tidak ada yang tahu mengenai hal tersebut.
'Tidak mungkin aku akan menjelaskan pada kakang Jaka dari mana aku mendapatkan ikan- ikan emas tersebut, itu sama saja membongkar rahasia diriku! tidak aku tak boleh sembrono dalam hal itu!' bisik hatinya.
"Ada apa adik, mengapa diam saja, malah melamun?" tanya Jaka perkasa makin heran saja.
"Maafkan aku kakang, aku,,,," ucapannya terpotong, karena belum sempat ia akan menjelaskan perihal ikan- ikan emas dan bermaksud untuk berbohong kesembilang kakang seperguruannya muncul didepan pintu sambil memberi salam.
"Selamat pagi adik Mahesa!" ucap mereka yang memberi salam hampir semuanya.
"Selamat pagi" jawab Mahesa lesu.
"Maaf kakang semua, silahkan sarapan pagi. Ku harap jangan ada pertanyaan apapun mengenai masakanku" usulnya sedikit sedih.
"Aku akan pergi ketelaga air merah" Mahesa pun berlalu dari dapur meninggalkan mereka semua yang sedang sarapan pagi.
Walaupun makanan hari ini sangat lain dari hari-hari biasanya karena ada ikan emas.
Semuanya langsung menuju kemeja makan. Semuanya sudah disiapkan.
"Kakang Jaka kenapa diam saja?" tanya Sejani mukti lalu duduk disamping Jaka perkasa yang telah selesai.
Jaka perkasa sendiri hanya menghela nafas panjang lalu minum.
"Aku bingung dengan sikap adik Mahesa akhir- akhir ini!??. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikannya dariku,,,"
"apa kakang yakin" sahut Sepada sana lalu duduk disamping Sejani mukti dan ikut serius dalam percakapan.
"Aku yakin adik Sepada sana, karena aku perhatikan adik Mahesa sering melamun. Kadang senyum sendiri. Entah apa yang ada dibenaknya?. Coba ku tanyakan tak ada jawaban yang pasti" desah Jaka perkasa memikir.
"Sudahlah kakang, mungkin adik Mahesa mempunyai alasan lain mengapa tidak menceritakan masalahnya kepada kita semua" kata Segaru lurus duduk didepan saling berhadapan dengan Jaka perkasa serta Sejani mukti dan Sepada sana.
"Bukankah tadi adik Mahesa berpesan jangan ada pertanyaan dengan masakannya?. Bukankah aneh itu,,,!? Lagian tidak biasanya adik Mahesa memasak sayur ikan. Bukankah yang sering daun singkong, tapi sekarang,,," ungkap Seta dana belum selesai.
"Sekarang ikan mas dan jumlahnya ku hitung sembilan. Sepertinya kita mendapat bagian satu, tapi enak sekali. Aku belum tentu bisa masak seenak ini semuanya lezat!" sela Sena darma, lalu keduanya duduk hampir bersamaan.
"Itu,,,, makanya aku semakin heran dan curiga dengan sikap adik Mahesa" sahut Jaka perkasa cepat.
"kakang Seta kala mengapa adik Mahesa lama sekali?" tanya Seka jala kepada Seta kala.
"Entahlah adik Seka jala?" balasnya bingung.
"Apa kakang Seda karta tidak mendengarkan perkataan Kakang Jaka perkasa. Katanya ada sesuatu yang disembunyikannya, kira- kira apa itu?" bisik Sema jaya kepada kakang keenamnya.
"Aku malah merasa kasihan kepada adik Mahesa, kenapa selalu didera masalah?. Bahkan kita saring menggunjingnya, bahkan hampir tiap hari. Apa kalian tidak merasa kasihan, kita selalu memberinya masalah kepadanya?" gumam Seda karta berbisik kepada ketiga adik seperguruannya sambil mendesah.
"Apa yang kalian bisikan?" tanya Jaka perkasa kepada keempat adik seperguruannya. Namun keempatnya tak ada yang bicara, dengan seenaknya makan saja lalu Seda kala pun tidak tahan juga...
"Maaf kakang Jaka, kami hanya membicarakan adik Mahesa tidak ada yang lainnya"
"Apa yang kalian bicarakan?" serunya lagi.
"Kami hanya merasa kasihan kepada adik Mahesa, mengapa selalu didera masalah. Yang satu belum selesai muncul yang lainnya lagi" jelas Seda karta.
"Sudahlah kakang Seda karta, untuk apa mendebatkan masalah adik Mahesa, malah akan membuatnya rumit saja! imbuh Seka jaya sambil menyantap hidangannya, nikmat.
"Lebih baik kita cepat habiskan makanan kita ini, lama- lama suasana tempat ini menjadi panas, dan pergi kehalaman latihan, itukan lebih baikkan adik Seta kala" bisik Sema jaya. Sedangkan Seta kala hanya mengangguk kecil tanda setuju.
Keempatnya hampir bersamaan selesai makannya, lalu berdiri satu persatu dengan teratur lalu meninggalkan ruangan itu dan tak lupa menyapa Jaka perkasa sebagai tanda menghormatinya sebagai kakak tertua.
Jaka perkasa hanya mengangguk saja.